Panduan Transfer Pasien 16 Sept 2014
Panduan Transfer Pasien 16 Sept 2014
I.
Latar Belakang
Transfer pasien adalah suatu proses yang mungkin akan dijalani oleh setiap pasien.
Prinsip dalam melakukan transfer adalah memastikan keselamatan dan keamanan
pasien saat menjalani transfer. Pelaksanaan transfer pasien dapat dilakukan intra rumah
sakit atau antar rumah sakit.
Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra transportasi
pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien, menyiapkan peralatan yang
disertakan saat transfer dan monitoring pasien selama transfer. Transfer pasien hanya
boleh dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan yang kompeten serta petugas
profesional lainnya yang sudah terlatih.
II.
Pengertian Transfer
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan
keruang
perawatan./ruang tindakan lain didalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau
memindahkan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain (antar rumah sakit)
III. Tujuan
Tujuan dari manajemen transfer pasien adalah :
- Agar proses transfer pasien terlaksana secara benar / tepat , profesional dengan
dedikasi tinggi.
- Agar proses transfer/pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan lancar serta
pelaksanaan
memperhatikan
keselamatan
pasien
serta
pelaksanaannya
memperhatikan keselamatan pasien serta sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
IV. Ruang lingkup
Transfer pasien didalam rumah sakit terdiri dari ;
- Transfer pasien dari IGD ke IRNA, ICU, Kamar Operasi
- Transfer pasien dari IRJ ke IRNA, ICU, Kamar Operasi
- Transfer pasien dari IRNA ke ICU, Kamar Operasi
- Transfer pasien dari ICU ke IRNA, Kamar Operasi
- Transfer pasien dari kamar Operasi ke IRNA, ICU
- Transfer dari IGD, IRNA, ICU ke Ruang Radiologi, Endoscopi
- Transfer pasien antar ruangan rawat inap
Transfer pasien antar rumah sakit terdiri dari :
- Tranfer pasien antar ruangan rawat di RS Dr.M Djamil Padang.
- Transfer pasien dari RSUP dr. M. Djamil ke RS lain atau sebaliknya
- Transfer pasien dari RSUP dr. M. Djamil ke rumah pasien atau sebaliknya
V.
Pengaturan transfer
1. RSUP dr. M. Djamil memiliki suatu tim transfer yang terdiri dari Dokter ICU , DPJP, dr.
IGD/Dokter Ruangan, PPJP, perawat yang kompeten dalam merawat pasien kritis
(perawat ICU), petugas medis dan petugas ambulans. Tim ini yang berwenang untuk
memutuskan metode transfer mana yang akan dipilih.
2. Berikut adalah metode transfer yang ada di RSUP dr. M. Djamil
a. Layanan Antar-Jemput Pasien : merupakan layanan/jasa umum khusus untuk
pasien RSUP dr. M. Djamil dengan team transfer dari petugas IGD, dimana tim
tersebut akan mengambil/menjemput pasien dari rumah/rumah sakit jejaring untuk
dibawa ke RSUP dr. M. Djamil
b. Tim transfer lokal : RSUP dr. M. Djamil memiliki tim transfernya sendiri dan
mengirimkan sendiri pasiennya ke rumah sakit lain, tetapi bila tim transfer dan
fasilitas transfer di RSUP dr. M. Djamil sedang tidak siap, maka transfer dilakukan
dengan menggunakan jasa tim transfer dari ambulan gawat darurat 118/119
3. RSUP dr. M. Djamil mempunyai sistem resusitasi, stabilisasi dan transfer untuk
pasien-pasien dengan sakit berat/kritis , tanpa terkecuali.
4. Dokter senior/spesialis (DPJP/dr. ICU) yang bertanggung jawab dalam tim transfer
pasien harus siap sedia 24 jam untuk mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan
transfer pasien sakit berat/kritis antar rumah sakit antar rumah sakit.
VI.
VIII.
4. Unit/rumah sakit yang dituju untuk transfer harus memastikan bahwa ada
prosedur/pengaturan transfer pasien yang memadai.
5. Perlu waktu hingga beberapa jam mulai dari setelah pengambilan keputusan dibuat
hingga pasien ditransfer ke unit/rumah sakit lain ( Pada prinsipnya lakukan sesegera
mungkin )
6. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer :
a. Amankan patensi jalan nafas.
Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi dengan
pemantauan end-tidal carbondioxide yang adekuat.
b. Pada pasien yang menggunakan ventilator ,Analisis gas darah harus dilakukan
minimal 15 menit sebelum pasien di transfer.
c. Terdapat jalaur/akses vena yang adekuat minimal 2 kanula perifer atau sentral
d. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu/terus-menurus merupakan teknik
terbaik untuk memantau tekanan darah pasien selama proses transfer
berlangsung.
e. Jika terdapat pneumotorak, selang drainase dada (Walter-Sealed Drainage
WSD) harus terpasang dan tidak boleh diklem.
f. Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT), jika diperlukan.
g. Pemberian terapi/tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu pelaksanaan
transfer.
7. Unit/rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai penanganan
segera/resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada situasi-situasi khusus,
namun tanggung jawab tetap pada tim transfer.
8. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara independen
menilai kondisi pasien.
9. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus di cek ulang oleh petugas transfer.
10. Gunakanlah daftar persiapan transfer pasien (lampiran 1) untuk memastikan bahwa
semua persiapan yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang terlewat.
Pendamping Pasien Selama Transfer
1. Pasien dengan sakit berat/kritis harus didampingi oleh minimal 2 orang tenaga
medis.
2. Kebutuhan akan jumlah tenaga medis/petugas yang mendampingi pasien
bergantung pada kondisi/situasi klinis dari tiap kasus (tingkat/derajat beratnya
penyakit/kondisi pasien)
3. DPJP bertugas untuk membuat keputusan dalam menentukan siapa saja yang
harus mendampingi pasien selama transfer berlangsung.
4. Sebelum melakukan transfer , petugas yang mendampingi harus paham dan
mengerti akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan
proses transfer.
5. Kategori pasien-pasien yang tidak memerlukan dampingan dr. ICU/dr. Anesthesi
selama proses transfer antar-rumah sakit berlangsung.
a. Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan napasnya dengan baik dan tidak
membutuhkan bantuan ventilator/oksigenisasi.
b. Pasien dengan perintah Do Not Resuscitate (DNR)
c. Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen definitif akut dimana intervensi
anestesi tidak akan mempengaruhi hasil.
6. Berikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer berdasarkan
tingkat/derajat kebutuhan perawatan pasien kritis (keputusan harus dibuat oleh
dokter ICU/DPJP).
a. Derajat 0 :
IX.
Pasien
Derajat 0
Derajat 0,5 (orang
tua/delirium)
Derajat 1
Petugas Pendamping
(minimal)
TPK/Petugas
Keamanan
TPK/Petugas
Keamanan
Perawat/petugas
Keterampilan
yang
dibutuhkan
Bantuan Hidup dasar
Peralatan Utama
Oksigen
Derajat 2
Derajat 3
deteriorasi
Keterampilan
trakeostomi dan suction
Perawat dan petugas Semua
keterampilan
keamanan/TPK
diatas, ditambah ;
Dua tahun pengalaman
dalamperawatan intensif
(oksigenasi,
sungkup
pernapasan, defibrillator,
monitor)
Dokter, perawat, dan Standar
kompetensi
TPK/petugas
Dokter
harus
diatas
keamanan
standar minimal
Dokter :
minimal
6
bulan
pengalaman mengenai
perawatan
pasien
intensif dan bekerja di
ICU
keterampialn
bantuan
hidup dasar dan lanjut
keterampilan menangani
permasalahan
jalan
napas dan pernapasan,
minimal level ST 3 atau
sederajat
harus
mengikuti
pelatihan untuk transfer
pasien dengan sakit
berat/kritis
Perawat :
minimal 2 tahun bekerja
di ICU
keterampialan bantuan
hidup dasar dan lanjut
harus
mengikuti
pelatihan untuk transfer
pasien dengan sakit
berat/ kritis (lengkapnya
lihat lampiran 1)
Suction
Tiang
infus
portabel
Pompa
infus
dengan baterai
Oksimetri denyut
Semua
keterampilan
diatas, ditambah ;
Monitor EKG dan
tekanan darah
defibrillator
monitor
ICU
portabel
yang
lengkap
ventilator
dan
peralatan transfer
yang memenuhi
standar minimal
Petugas Pendamping
(minimal)
Derajat 0
Petugas Ambulan
Derajat 2
Derajat 3
Keterampilan
dibutuhkan
yang
Peralatan Utama
dan
jenis
kendaraan
Bantuan Hidup dasar Kendaraan High
(BHD)
Dependency
service
(HDS)/Ambulan
Bantuan Hidup dasar
Kendaraan
HDS/Ambulan
Bantuan hidup dasar Kendaraan
Pemberian oksigen
HDS/Ambulan
Pemberian obat-obatan Oksigen
Kenal
akan
tanda
Suction
Tiang
infus
deteriorasi
Keterampilan perawatan portabel
Pump
trakeostomi dan suction Infus
dengan baterai
Oksimetri
Semua
keterampilan Ambulan
EMS
diatas, ditambah ;
Mercedes 515
Penggunaan
alat Semua peralatan
pernapasan
diatas, ditambah ;
Bantuan hidup lanjut
Monitor EKG dan
Penggunaan
kantong tekanan darah
Defibrillator
bila
pernapasan (bag-valve
mask)
diperlukan
Penggunaan defibrillator
monitor
Dokter :
Ambulan
minimal
6
bulan Lengkap/AGD 18
monitor
Icu
pengalaman mengenai
yang
perawatan
pasien portabel
intensif dan bekerja di lengkap
ventilator
dan
ICU
keterampialn
bantuan peralatan transfer
X.
yang memenuhi
standar minimal
7. Kateterisasi vena sentral tidak wajib tetapi membantu memantau filling status status
volume pembuluh darah) pasien sebelum transfer. Akses vena sentral diperlukan
dalam pemberian obat inotropik dan vasopressor.
8. Pemantauan tekanan intracranial mungkin pada pada pasien-pasien tertentu.
9. Pada pasien dengan pemasangan ventilator, lakukan pemantauan suplai oksigen,
tekanan pernapasan (airway pressure) dan pemantauan ventilator.
10. Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan yang
diperlukan antara lain : (sebaiknya obat-obatan ini sudah disiapkan didalam jarum
suntik)
a. Obat resusitasi dasar; epinefrin, anti-aritmia
b. Obat sedasi
c. Analgesik
d. Relaksans otot
e. Obat inotropik
11. Hindari pengunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar akses
terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga dengan baik.
12. Semua infus harus diberikan melalui syinge pumps.
13. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan baik.
14. Pertugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di ambulans.
15. Pertahankanlah temperature pasien, lindungi mata dan telinga pasien selama
transfer.
16. Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama dan ringan.
17. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai 9saat tidak
disambungkan dengan stop kontak/listrik).
18. Batrai tambahan harus dibawa (untuk mengantisipasi terjadinya mati listrik
19. Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang dan dapat
memperlihatkan elektrokardiogram (EKG), saturisasi oksigen arteri, pengukuran
tekanan darah (non-invasif, kapnografi dan temperatur)
20. Pengkuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel dapat dengan cepat
menguras baterai dan tidak dapat diandalkan saat terdapat pergerakan
ekternal/vibrasi (getaran)
21. Alarm dari alat harus terlihat dan terdengar dengan cukup keras.
22. Ventilator mekanik yang portabel harus mempunyai (minimal) ;
a. Alarm yang berbunyi jika terjadi tekanan tinggi atau terlepasnya alat dari tubuh
pasien.
b. Mampu menyediakan tekanan akhir ekspirasi positif (positive and expiratory
pressure) dari berbagai macam konsentrasi oksigen inspirasi
c. Pengukuran rasio inspirasi : ekspirasi, frekuensi, pernapasan per-menit, dan
volume tidal.
d. Mampu menyediakan ventilasi tekanan terkendali (pressure controlled ventilation)
dan pemberian tekanan positif berkelanjutan (continnuous positiv airway
pressure)
23. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu proses transfer
yang lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian terapi/obat-obatan.
24. Catatlah status pasien, tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana yang
diberikan dan informasi klinis lainnya yang terkait. Pencatatan ini harus dilengkapi
selama transfer.
25. Pasien harus dipantau secara terus menerus selama transfer dan dicatat di lembar
pemantauan.
26. Monitor, ventilator dan pompa harus terlihat sepanjang waktu oleh petugas dan harus
dalam posisi aman di level pasien.
i.
ii.
Sesuai permintaan
Hanya untuk jarak jauh. Beberapa pesawat memiliki kabin yang terbatas dan
mungkin tidak dapat mengakomodasi pasien dan peralatan, terutama fiksasi
eksternal. Ini adalah layanan spesialis dan harus memiliki petugas medis yang
berpengalaman dan komperten.
iii.
Durabilitas : tidak ada batasan jarak. Biasanya digunakan untuk transfer
internasional.
iv.
Kontak : pusat ambulan udara/ambulan SOS/Angkasa Pura
3. Jika telah ditentukan untuk menggunakan transfer via udara, kondisi apapun yang
mungkin dapat dipengaruhi oleh perubahan tekanan barometric harus diberitahukan
kepada petugas pesawat. Ketinggian terbang dapat dibatasi sesuai dengan
pertimbangan pilot.
4. Kontraindikasi relative untuk transfer via udara adalah pneumoperitoneum dan
adanya udara intrakranial.
XII.
iii.
iv.
XIII.
XIV.
Pelatihan yang lebih lanjut dalam hal transpotrasi medis via udara yang diperlukan.
Pelatihan juga sebaiknya meliputi evaluasi stees fisik, fisologi dan psikologis (yang
memegang peranan penting saat mengudara) dan penyedian informasi detail
mengenai tindakan pencegahan yang diperlukan untuk memfasiltasi proses transfer
yang aman.
a. Jika selam transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk, berikan
penjelasan mengenai kondisi pasien yang ditransfer dan lakukan penyerahan
tanggung jawab kepada perawat yang menggantikan.
b. Komunikator utama harus menghubungi pelayanan ambulan, jika ingin
menggunakan jasanya dan harus menjadi kontak satu satunya untuk diskusi
selanjutnya antar rumah sakit dengan layanan ambulan.
c. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan pasien
kepada rumah sakit tujuan
5. Tim ransfer harus berkomunikasi dengan rumah sakit asal dan tujuan mengenai
penanganan medis yang diperlukan dan memberika update perkembangannya.
XV.
LAMPIRAN 1
KOMPETENSI UNTUK TRANSFER PASIEN DENGAN SAKIT BERAT/KRITIS DERAJAT 3
INTRA DAN ANTAR RUMAH SAKIT
Semua pasien sakit berat/kritis derajat 3 didampingi oleh 2 orang selama transfer. Satu
orang adalah Dokter, biasanya Spesialis Anestesiyang sudah terlatih dalam penanganan
jalan napas. Satu orang lagi adalah perawat atau dokter umum. Terdapat standar
keterampilan minimal untuk melakukan transfer pasien. Berikut adalah kompetensi yang
diperlukan.
Dokter
Harus memiliki :
1. Minimal 6 bulan pengalaman mengenai perawatan pasien intensif dan bekerja di ICU
2.
3.
4.
5.
6.
Pengangkut Pasien
Dokter dan perawat harus dapat mendemontrasikan cara mengangkut pasien dengan aman.
Komunikasi dan panduan
Dokter dan peraat harus dapat :
LAMPIRAN 2
PERALATAN TRANSFER MINIMAL ANTAR RUMAH SAKIT
1. Manajemen jalan napas/oksigenasi (dewasa dan anak)
a. Sitem bag valve dewasa dan anak dengan reservoir oksigen
b. Sungkup dewasa dan anak
c. Penghubung sistem bag valve dengan endotracheal (ETT)/tracheostomy tube
d. Monitor and tidal carbon dioxide (dewasa dan anak)
e. Laringoskopi Miller
f. Stilet/mandrin ETT (dewasa dan anak)
g. Forceps Magil (dewasa dan anak)
h. Selang ETT (5.0, 5.5, 6.0, 6.5, 7.0, 7.5, 8.0)
i. Pegangan laringoskop (dewasa dan anak)
j. Baterai cadangan dan bola lampu laringoskop
k. Nasoparhyngeal airways (NP A)/Oropharyngeal airways (OPA)
l. Pisau bedah (scalpel)
m. Alat krikotiroidotomi
n. Pelumas /gel
o. Nasal kanul (dewasa dan anak)
2. Lemp perekat
3. Nebulizer
4. Kapas alkohol
LAMPIRAN 3
OBAT-OBATAN TRANSFER MINIMAL ANTAR RUMAH SAKIT
(bila diperlukan)
1. Adenosine, 6mg/2ml
2. Albuterol, 2,5mg/2ml
3. Amiodaron, 150mg/3ml
4. Atropine, 1mg/10ml
5. Kalsium klorida, 1g/10ml
6. Catacaine/hurricaine spray
7. Dekstrosa 25%, 10ml
8. Dekstrosa 50%, 50ml
9. Digoksin, 0,5mg/2ml
10. Diltiazem, 25 mg/5ml
11. Difenhidramin, 50mg/1ml
12. Dopamine, 200mg/5ml
13. Epinefrin, 1mg/10ml (1:10.000)
14. Epinefrin, 1mg/1ml
15. Fosfenitoin, 750mg/10ml
16. Furosemide, 100mg/ml
17. Glucagon, 1 mg (vial)
18. Heparin, 1.000 U/1ml
19. Isoproterenol, 1mg/5ml
20. Labetalol, 40 mg/8ml
21. Lidokain, 100mg/10ml
22. Lidokain, 2g/10ml
23. Manitol, 50g/50ml
24. mgSO4, 1g/2ml
Obat-obatan berikut ini ditambahkan ke tas emergency segera sebelum transfer sesuai
dengan indikasi pasien :
1.
2.
3.
4.
5.
Tanggal
: 21 Januari 2014
Kepada
Tanggal
Pembuatan draf Konsep
10 Januari 201
(Seksi Renbang)
Pengetikan Konsep
17 Januari 2014
20 Januari 2014
No. Surat
Sp.B, Sp.U
Penyerahan Konsep ke
Bagian Umum