Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Maksud dan tujuan


Studi kelayakan ini dimaksudkan untuk meyakinkan kepada berbagai
pihak, bahwa secara teknis sipil program pembangunan piko/mikrohido yang
akan dilaksanakan layak dan cocok untuk menopang terbangunnya PLTMH dan
dapat berjalan dengan baik. Rencana teknisnya sudah memenuhi pedoman dan
kriteria desain konstruksi bangunan sipil PLTMH yang berlaku, biaya
pelaksanaannya tidak terlalu mahal, konstruksinya mudah, serta menyerap
sebanyak mungkin material dan tenaga kerja setempat.
1.2. Lingkup Kegiatan Studi yang Dilakukan
Data dan informasi yang diperlukan dalam studi kelayakan sipil mencakup
survey teknis kondisi geologi, topografi dan stabilitas tanah untuk penentuan
lokasi posisi bangunan sipil sebagai komponen sistem skema PLTMH yang akan
direncanakan untuk dapat mendukung operasi PLTMH sehingga menghasilkan
daya terbangkit yang diinginkan.
Disamping survey data teknis juga perlu dilakukan survey non teknis
untuk mendapatkan informasi terutama tentang kondisi-kondisi alam yang
terjadi yang berhubungan atau terjadi di sekitar lokasi potensi PLTMH.
Data dan informasi dari hasil studi kelayakan ini harus mendukung
perencanaan detil desain bangunan inti sistem PLTMH yang berkualitas yang
terdiri atas : bendungan, intake, bak pengendap, saluran pembawa, bak
utama, saluran pembuang, penstock, rumah turbin, tailrace, dan lain-lain.
Studi geologi meliputi pengumpulan informasi tentang :
a. Pergerakan permukaan tanah yang mungkin terjadi, seperti batuan
dan permukaan tanah yang dapat bergerak bila turun hujan lebat,
pergerakan air dan lumpur.
b. Pergerakan tanah di bawah permukaan yang mungkin terjadi seperti
gempa atau tanah longsor.
c. Tipe batuan, tanah dan pasir.
Studi topografi meliputi pengumpulan data dan informasi tentang :
a. Keadaan kontur tanah yang digambarkan oleh peta topografi.
b. Tingkat kemiringan berdasarkan topografi lokasi-lokasi sistem PLTMH
c. Letak terbaik untuk mendapatkan tinggi jatuhan air (head) yang
memadai.

2
1.3.

Standar/Syarat Kelayakan

Standar / syarat kelayakan adalah standar minimum yang dimiliki secara


alamiah oleh suatu lokasi potensi PLTMH. Dimana lokasi potensi memiliki
secara alami komponen-komponen sistem skema PLTMH seperti adanya :
a. Sumber mata air atau catchment area yang memenuhi standar
kelayakan hidrologi (Buku 2A).
b. Terdapat aliran sungai dengan debit air (minimal 1.0 - 3.0
meter/detik) yang cukup dan diperkirakan dapat memenuhi standar
kelayakan hidrologi (Buku Pedoman 2A).
c. Secara kasar dan kasat mata dilokasi potensi terdapat lokasi potensi
komponen dari sistem skema PLTMH seperti wilayah sungai yang bisa
dibangun bendungan, intake, bak pengendap, saluran pembawa (misal
dengan gradient 1/100 1/1500), kondisi topografi yang mendukung
pembuatan penstock atau secara alami ada head.
d. Kondisi dan stabilitas tanah calon lokasi-lokasi komponen sipil sistem
skema PLTMH diperkirakan dapat dan tidak memerlukan teknologi
yang mahal untuk mendirikan bangunan sipil (Buku Pedoman 2E).
e. Akses lokasi komponen bangunan sipil dapat ditempuh dengan
teknologi yang mahal, dan jika didirikan bangunan sipil tidak
melanggar ketentuan adat, hukum dan regulasi yang berlaku.
f. Lokasi yang akan didirikan bangunan sipil tidak mengganggu
kelestarian lingkungan (Buku Pedoman 2H).
g. Lokasi yang akan didirikan bangunan sipil tidak menimbulkan dampak
negatif sosial masyarakat yang berkepanjangan (Buku Pedoman 2F).

3
BAB II
PEMILIHAN LOKASI STRUKTUR BANGUNAN SIPIL

Kondisi topografi dan hidrologi lokasi aliran sungai yang berpotensi


mikrohidro, secara alami sangat mempengaruhi skema sistem PLTMH, dan
memberikan beberapa alternatif lokasi konstruksi bangunan sipil PLTMH
sebagai komponen skema sistem PLTMH. Dengan demikian pemilihan lokasi
bangunan sipil berdasarkan kondisi topografi dan hidrologi menentukan skema
sistem PLTMH. Perlu dipahami bahwa dari banyak kasus pembangunan
pembangkit listrik skala kecil (PLTMH) memiliki hambatan antara lain adalah
biaya pembangunan yang relatif tinggi karena kondisi topografi dan
mempengaruhi tingkat keekonomisan. Bab ini akan membantu menjelaskan
prinsip teknologi konstruksi bangunan sipil yang tepat, berkualitas dan
diharapkan dengan biaya pembangunan yang efisien.
2.1.

Skema Sistem PLTMH

Dalam suatu lokasi potensi pembangin energi mikrohidro dapat dipetakan


sebagai suatu skema sistem (gambar) yang terdiri dari bererapa komponen
bangunan sipil seperti bendungan (weir), saluran pengambil (intake), saluran
pembawa, bak pengendap, saluran pembawa, bak penenang, pipa pesat
(penstock), rumah pembangkit dan saluran pembuang.

Gambar 1.

4
2.2.

Lokasi Bendungan dan Intake

Tujuan dari bendungan adalah untuk menaikkan/mengontrol tinggi air


dalam sungai secara signifikan sehingga memiliki jumlah air yang cukup untuk
dialihkan ke dalam intake pembangkit mikrohidro.
Lokasi bendungan, bendung dan intake yang berfungsi untuk menaikkan
dan mengontrol aliran air sungai untuk instalasi PLTMH terdiri dari berbagai
variasi tipe. Tipe tersebut dapat dipilih dan digunakan sesuai dengan
kebutuhan dan atas pertimbangan tingkat keekonomisan PLTMH. Disamping itu
pemilihan lokasi bendungan (weir) dan intake juga bergantung dari kelayakan
daerah aliran sungainya (Buku Pedoman 2A, Studi Kelayakan Hidrologi dan
Daerah Aliran Sungai).
Sebuah
bendungan
dilengkapi
dengan pintu air untuk membuang
kotoran/lumpur
yang
mengendap.
Perlengkapan
lainnya
adalah
:
penjebak/saringan sampah. PLTMH
umumnya merupakan pembangkit tipe
run off river sehingga bangunan
bendungan dan intake dibangun
berdekatan. Dengan pertimbangan
dasar stabilitas sungai dan aman
terhadap banjir, dapat dipilih lokasi
untuk bendungan (weir) dan intake.
Gambar 2.

Tujuan dari intake adalah untuk memisahkan air dari sungai atau kolam
untuk dialirkan ke dalam saluran, penstock atau bak penampungan. Tantangan
utama dari bangunan intake adalah ketersediaan debit air yang penuh dari
kondisi debit rendah sampai banjir. Juga sering kali adanya lumpur, pasir dan
kerikil atau puing-puing dedaunan pohon sekitar sungai yang terbawa aliran
sungai.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih lokasi
bendungan (weir) dan intake, antara lain :
a. Jalur daerah aliran sungai.
Sebagimana pada Buku Pedoman 2A, lokasi bendungan (weir) dan
intake dipilih pada daerah aliran sungai dimana terjamin ketersediaan
airnya, alirannya stabil, terhindar banjir dan pengikisan air sungai.

5
b. Stabilitas lereng yang curam.
Oleh karena pemilihan lokasi PLTMH sangat mempertimbangkan head,
sudah tentu pada lokasi lereng atau bukit yang curam. Dalam
mempertimbangkan lokasi bangunan bendung (weir) dan intake
hendaknya mempertimbangkan stabilitas sedimen atau stuktur
tanahnya yang stabil.
c. Memanfaatkan fasilitas saluran irigasi yang tersedia di pedesaan.
Pemanfaatan ini dapat dipertimbangkan untuk efisiensi biaya
konstruksi, karena sudah banyak sungai di pedesaan telah dibangun
konstruksi sipil untuk saluran irigas.
d. Memanfaatkan topografi alami seperti kolam dan lain-lain.
Penggunaan kealamian kolam untuk intake air dapat meemberikan
keefektifan yang cukup tinggi untuk mengurangi biaya, disamping itu
juga membantu menjaga kelestarian alam tata ruang sungai dan
ekosistem sungai. Yang perlu diperhatikan adalah keberlanjutan
kolam dan pergerakan sedimen.
e. Level volume yang diambil (tinggi dam) dan level banjir.
Karena pebangunan bendung/dam intake pada bagian yang sempit
dekat sungai, maka level banjir pada daerah itu lebih tinggi sehingga
diperlukan daerah bagian melintang dam yang diperbesar untuk
kestabilan. Untuk keperluan ini perlu metode intake tipe tyrolean
(Buku Pedoman Detil Desain Konstruksi Sipil PLTMH).
f. Peletakan intake selalu pada sisi terluar dari lengkungan sungai.
Pertimbangan ini dilakukan untuk memperkecil sedimen di dalam
saluran pembawa. Dan sering kali dibuat pintu air intake untuk
melakukan pembilasan sedimen yang terendap dari intake.
g. Keberadaan penggunaan air sungai yang mempengarungi keluaran/
debit air.
Jika intake untuk pertanian atau tujuan lain yang mengambil air maka
akan mempengaruhi debit air.
2.3.

Rute Saluran Air

Tujuan bangunan saluran pembawa air (headcare/canal) adalah untuk


mengalirkan air dari intake/settling basin ke bak penenang, dan untuk
memelihara volume air.

Saluran air untuk sebuah


pembangkit skala kecil, cenderung
untuk memiliki bangunan yang
terbuka. Ketika sebuah saluran
terbuka dibangun pada sebuah
lereng bukit maka beberapa hal
penting yang perlu diperhatikan :
Gambar 3.

a. Topografi dari rute


Rute saluran air yang melewati daerah kemiringan yang curam, perlu
diperhatikan gradient kemiringannya, tingkat potensi longsornya.
Gradient aliran yang dilewati tidak tinggi sehingga dapat mengalirkan
kecepatan air melebihi kecepatan maksimal yang dapat
mengakibatkan erosi pada dinding saluran.
b. Kesetabilan tanah pada daerah yang dilewati
Terdapat banyak kejadian penimbunan saluran air karena longsornya
lereng bukit sehingga perlu diteliti/diperiksa kestabilan tanahnya.
c. Penggunaan struktur yang telah tersedia, termasuk jalan dan
saluran irigasi
Pemilihan saluran air sepanjang jalan yang telah tersedia dan saluran
irigasi yang tersedia memberikan banyak keuntungan disamping
mengurangi biaya, juga untuk pemeliharaan dan pengawasan kualitas
dan penggunaan air.
d. Geometri saluran yang baik adalah seperti setengah lingkaran

7
2.4.

Bak Penenang (Forebay) dan Fasilitas Pendukung

Tujuan bangunan bak penenang (forebay) adalah sebagai penyaring


terakhir seperti settling basin untuk menyaring benda-benda yang masih
tersisa dalam aliran air, dan merupakan tempat permulaan pipa pesat
(penstock) yang mengendalikan aliran menjadi minimum sebagai antisipasi
aliran yang cepat pada turbin tanpa menurunkan elevasi muka air yang
berlebihan dan menyebabkan arus baik pada saluran.
Pemilihan
lokasi
bak
penenang untuk pembangkit listrik
skala kecil seringkali berada pada
punggung
yang
lebih
tinggi,
beberapa
yang dapat dipertimbangkan antara lain :

Gambar 4.

a. Keadaan topografi dan geologi


lokasi.
Sedapat mungkin dipilih lokasi
dimana bagian tanahnya relatif
stabil. Dan jika umumnya
terdiri dari batuan keras maka
sedapat
mungkin
dapat
mengurangi jumlah pekerjaan
penggalian.

b. Walaupun ditempatkan pada punggung, dipilih tempat yang relatif


datar.
c. Mengurangi hubungan dengan muka air tanah yang lebih tinggi.
2.5.

Rute Pipa Pesat (Penstock)


Tujuan bangunan pipa pesat
(penstock) adalah sebagai saluran
tertutup (pipa) aliran air yang
menuju turbin yang ditempatkan di
rumah pembangkit. Saluran ini yang
berhubungan dengan peralatan
mekanik seperti turbin.
Gambar 5.

8
Kondisi topografi dan pemilihan skema sistem PLTMH mempengaruhi tipe
pipa pesat (penstock). Umumnya sebagai saluran ini harus didesain/dirancang
secara benar sesuai kemiringan (head) sistem PLTMH.
Berdasarkan kondisi topografi yang ada pada lokasi skema sistem PLTMH,
beberapa pertimbangan pemilihan lokasi pipa pesat (penstock) antara lain
adalah :
a. Topografi yang dilewati memiliki tingkat kemiringan yang memenuhi
persyaratan dimana rute pipa pesat harus berada di bawah minimum
garis kemiringan hidraulic, seperti digambarkan berikut.
b. Stabilitas tanah dari daerah yang dilewati
c. Penmanfaatan jalan yang telah ada atau tersedia.
2.6.

Rumah Pembangkit (Power House)


Tujuan
bangunan
rumah
pembangkit (power house) adalah
sebagai bangunan yang berfungsi
untuk melindungi peralatan elektro
mekanikal seperti : turbin, generator,
panel kontrol, dan lainnya dari segala
cuaca dan juga mencegah dari orang
yang tidak berkepentingan dan
pencurian peralatan barang tersebut.

Gambar 6.

Beberapa pertimbangan dalam memilih lokasi dan membangun rumah


pembangkit ini, antara lain :
a. Konstruksi harus berada di atas struktur tanah yang sangat stabil,
tidak di lereng yang curam, dan umumnya di pinggir daerah aliran
sungai yang relatif rendah dan datar.
b. Memiliki akses jalan yang cukup lebar untuk transportasi peralatan
elektriral-mekanikal yang akan dipasang.
c. Di lokasi yang relatif rata dan kering, sedikit luas sehingga dapat
digunakan untuk tempat kerja seperti pada saat perbaikan dan
perawatan peralatan.
d. Elevasi lantai rumah pembangkit ini harus berada di atas elevasi muka
air saat banjir yang paling besar dalam beberapa tahun terakhir.

9
e. Karena berupa bangunan, harus memiliki ventilasi udara, jendela
untuk cahaya masuk tetapi diberikan seperti kasa untuk melindungi
serangga masuk.
f.Ruangan yang dibangun juga cukup untuk digunakan seperti
penyimpanan peralatan dan atau suku cadang peralatan elektrikal dan
mekanikal.
g. Kondisi pondasi harus cukup kuat untuk menahan pemasangan
beberapa peralatan yang memiliki berat yang cukup.
2.7. Saluran Pembuang
Tujuan saluran pembuang ini adalah sebagai saluran pembuang aliran air
yang masuk kedalam rumah pembangkit dan menggerakkan turbin. Saluran ini
bersatu dengan rumah pembangkit dan aliran sungai.
Dalam hal penempatan rute saluran pembuang ini, beberapa hal yang
harus dipertimbangkan antara lain :
a. Perkiraan tinggi genangan air pada rumah pembangkit ketika terjadi
banjir besar.
b. Menghindari penggenangan bantaran sungai dan permukaan tanah di
sekitar rumah pembangkit.
c. Fluktuasi dasar sungai pada daerah saluran pembuang.
d. Saluran pembuang harus diarahkan sesuai arah aliran sungai.

Gambar 7.

Gambar 8.

10
BAB III
KONSTRUKSI UNTUK DESAIN BANGUNAN SIPIL

Setelah dipilih beberapa alternatif lokasi bangunan sipil sebagai suatu


komponen skema sistem PLTMH, perlu memahami beberapa prinsip dasar
struktur konstruksi bangunan sipil untuk membantu perancangan dan perkiraan
kebutuhan biaya. Banyak kendala dan hambatan pembangunan PLTMH karena
biaya pembangunan bangunan sipil. Bab ini menjelaskan bagaimana prinsip
struktur konstruksi bangunan sipil sehingga dapat dipilih desain yang sesuai,
berkualitas dengan biaya yang terjangkau.
3.1. Bendungan dan Bendung (Dam)
Beberapa tipe dasar dam intake yang dapat dipertimbangkan dan
disesuaikan dengan kondisi hidrologi daerah aliran sungai. Digambarkan
sebagai berikut :
Tipe

Garis Besar Gambar

Kondisi aplikasinya

Dam Beton
graviti

Beton digunakan untuk


mengkonstruksi bangunan secara
keseluruhan.

Fondasi
: lapisan batu
Kondisi sungai : tidak dipengaruhi
oleh kemiringan,
keluaran air atau
tingkat beban
sedimen
Kondisi intake : penampilan yang
baik, intake efisien

Dam beton
mengapung

Bagian infiltrasi yang diperpanjang


dari fondasinya dengan diputus, dll.
Untuk menyempurnakan
penampilannya.

Fondasinya
: kerikil
Kondisi sungai: tidak dipengaruhi
oleh kemiringan,
keluaran air atau
tingkat beban
sedimen
Kondisi intake : penampilan yang
baik, intake efisien

11
Dam tanah

Tanah (earth) digunakan untuk bahan


utama dan penggunaan dari batu
gosong dan dinding utama
tergantung dari kondisi jika
diperlukan

Fondasi

: bervariasi dari tanah


(earth) sampai
lapisan batu
Kondisi sungai : aliran yang tidak
deras dan mudah
diatasi bila terjadi
banjir
Kondisi intake : efisiensi intake yang
baik dikarenakan
penampilan yang baik
jika dikerjakan
dengan hati hati

Dam urugan
batu

Kerikil digunakan sebagai bahan


utama dari bangunannya.
Penggunaan dari dinding utama
tergantung dari kondisi jika
diperlukan

Fondasi

Dam pasangan
batu basah

Pengisian ruang dengan kerikil dan


semen,dll.

Fondasi

: berbagai jenis tanah


(earth) sampai
lapisan batu
Kondisi sungai : sungai dimana dam
tanah dapat hanyut
jika menggunakan
keluaran air yang
normal
Kondisi intake : keterbatasan
penggunaan sungai
karena efisiensi
intake yang rendah
: berbagai jenis tanah
(earth) sampai
lapisan batu
Kondisi sungai: tidak dipengaruhi
oleh kemiringan,
keluaran air atau
tingkat beban
sedimen
Kondisi intake: penampilan yang baik
dan intake yang
efisien

12
Dam batu
bronjong

Batu belah dibungkus dengan jarring


logam untuk menyempurnakan
kesatuannya.

Fondasi

: berbagai jenis
tanah (earth) sampai
lapisan batu
Kondisi tanah : sungai dimana dam
urugan batu bisa
hanyut dengan
menggunakan
keluaran air yang
normal
Kondisi intake : keterbatasan
penggunaan sungai
karena efisiensi
intake yang rendah

Dam batu
bronjong
diperkuat
beton

Penguatan permukaan batu bronjong


dengan beton.

Fondasi

Dam ranting
kayu

Dam sederhana dengan


menggunakan ranting pohon lokal.

Fondasi

: berbagai jenis
tanah sampai lapisan
batu
Kondisi sungai : sungai dimana
jaring logam dapat
mengalami kerusakan
jika aliran sungai
terlalu deras
Kondisi intake : dapat diterapkan
jika efisiensi intake
yang tinggi
diperlukan
: berbagai jenis
tanah (earth) sampai
lapisan kerikil.
Kondisi sungai : pengikisan terjadi
jika terdapat banjir.
Kondisi intake : pada bagian dengan
volume intake yang
rendah atau intake
dari aliran (stream)
sampai suplemen
untuk sungai di
musim kemarau

13
Dam kayu

Dam dengan menggunakan kayu.

Fondasi

: berbagai jenis
tanah (earth) sampai
lapisan batu.
Kondisi sungai : aliran yang tidak
deras dengan
pergerakan sedimen
yang rendah.
Kondisi intake : suatu tingkat dari
efisiensi intake
dalam keadaan yang
aman jika
permukaannya
dilapisi, dll.

Dam bingkai
kayu dengan
kerikil

Didalam frame kayu diisi dengan


kerikil untuk meningkatkan
stabilitasnya.

Fondasi

: berbagai jenis
tanah (earth) sampai
lapisan batu.
Kondisi sungai : dam urugan kerikil
dapat hanyut jika
menggunakan debit
air yang normal
Kondisi intake : keterbatasan
penggunaan bagian
air sungai karena
efisiensi intake yang
rendah

Kondisi-kondisi yang perlu dipertimbangkan untuk perancangan


bendung/dam adalah ketinggian bendung/dam dengan memperhatikan ini
antara lain :
a. Kondisi yang membatasi ketinggian saluran
Untuk menentukan ketinggian dam adalah perlu untuk mempertimbangkan kondisi topografi dan geologi dari rute saluran yang akan
digunakan sebagai tambahan bahan pertimbangan pada lokasi
konstruksi dam. Pemeriksaan yang teliti terutama dibutuhkan pada
sebuah lokasi dimana perhitungan biaya konstruksi saluran air
memiliki proporsi yang besar dari total biaya konstruksi.
b. Kemungkinan kenaikan dasar sungai di bagian hilir
Ketinggian dam untuk pembangkit listrik skala kecil pada umumnya
rendah, ada perhatian bahwa fungsi normalnya dapat terganggu oleh
naiknya dasar sungai di bagian hilir. Oleh karena itu, kenaikan dasar
sungai di masa depan harus diperkirakan untuk memutuskan

14
ketinggian dari dam jika lokasi yang direncanakan terdapat pada
kasus-kasus berikut ini :
1) Kemiringan sungai yang tidak terlalu curam dengan tingkat
perubahan / pergerakan sedimen yang cukup tinggi
2) Keberadaan check dam yang tidak terisi penuh dan lain-lain, di
bagian hilir dari dam intake yang direncanakan.
3) Keberadaan dari lokasi yang rusak di bagian hilir yang cenderung
akan berlanjut mengalami kerusakan di kemudian hari.
4) Keberadaan bagian sempit di daerah hilir yang akan menghalangi
jalannya aliran sedimen dan/atau sampah kayu.
c. Kondisi untuk memindahkan sedimen dari depan dam dan bak
pengendap dengan metode intake seperti intake tyrolean dan
intake sisi (Buku Pedoman Desain Detil Bangunan Sipil PLTMH).
3.2. Intake
Desain intake pada pembangkit tenaga air skala kecil perlu kehati-hatian
karena saluran air yang digunakan cenderung merupakan saluran terbuka, dan
hal penting intake didesain untuk menghindari volume aliran air yang dapat
merusaknya. Beberapa metode menganjurkan mengontrol aliran pada saat
banjir tidak menggunakan pintu dan sebagainya.
Secara garis besar dalam mendesain intake mempertimbangkan hal
sebagai berikut :
a. Intake harus diletakkan pada sudut yang tepat ke arah aliran sungai
kecepatan aliran air pada saat banjir diminimalkan.
b. Perlu bagi intake mempunyai keran penutup dari pada sebuah keran
terbuka sehingga dapat mengontrol tekanan intake ketika terjadi
kenaikan level air sungai.
c. Pada saat banjir dimana debit air melebihi desain volume intake, maka
kapasitas saluran pelimpah pada bak pengendap atau titik permulaan
dari saluran air harus cukup besar.
3.3. Bak Pengendap (Settling Basin)
Fungsi bangunan ini adalah untuk (1) penyalur yang menghubungkan
intake dengan bak pengendap sehingga panjangnya harus dibatasi, (2)
mengatur aliran air dari saluran penyalur sehingga harus mencegah terjadinya
kolam pusaran dan aliran turbulen serta mengurangi kecepatan aliran masuk ke

15
bak pengendap sehingga perlu bagian melebar, (3) sebagai bak pengendap
adalah untuk mengendapkan sedimen dimana untuk detil desainnya perlu
dihitung dengan formulasi hubungan panjang bak, kedalaman bak, antara
kecepatan pengendapan, dan kecepatan aliran, (4) sebagai penimbunan
sedimen, sehingga harus didesain mudah dalam pembuangan sedimen, (5)
sebagai spillway yang mengalirkan aliran masuk ke bagian bawah dimana
mengalir dari intake.
3.4. Saluran Pembawa (Headcare/Canal)
Saluran pembawa untuk suatu PLTMH dapat merupakan atau memiliki
tipe saluran terbuka dan saluran tertutup. Untuk pertimbangan desain,
kekhasan struktur, keuntungan dan permasalahan dapat digambarkan berikut :

(Tabel tipe saluran pembawa dan struktur dasar saluran pembawa).

3.5.

Bak Penenang (Forebay)

Sebagaimana namanya, bak penenang ini berfungsi untuk (1) mengontrol


perbedaan debit dalam penstock dan saluran pembawa karena fluktuasi beban,
(2) pemindahan sampah terakhir (tanah, pasir, kayu yang mengapung) dalam
air yang mengalir. Oleh karena fungsinya tersebut maka untuk masukan desain
beberapa yang perlu dipertimbangkan adalah :
a. Pemeliharaan bak penenang terutama untuk mengendalikan/
membuang sampah, mengontrol debit aliran.
b. Perencanaan kapasitas bak penenang, harus didesain dengan
pendekatan pada kasus (1) hanya beban dikontrol, (2) beban dan
debit yang dikontrol.

16
c. Pada saat desain diperhatikan kedalaman air dan ketinggiannya dari
penstock untuk menghindarkan aliran turbulensi, umumnya
bereferensi pada diameter pipa pesat (penstock).
d. Kesesuaian ruang saringan dengan jenis/tipe, dimensi turbin.
e. Dilengkapi dengan instalasi pipa lubang angin.
-------3.6. Pipa Pesat (Penstock)
Pipa pesat (penstock) adalah konstruksi yang menyalurkan alir untuk
menggerakkan turbin PLTMH. Desain pipa pesat (penstock) bergantung dari
skema sistem PLTMH yang akan dibangun. Tipe pipa pesat mengikuti skema
PLTMH. Dari beberapa skema PLTMH : (1) head rendah dengan saluran (low
head with channel), (2) low head river barrage, (3) high head no channel,
(4) high head with channel; memiliki beberapa tipe desain pipa pesat
(penstock) seperti :
a. pendek (short penstock)
b. medium (mid-length penstock)
c. dan panjang mengikuti sungai (long penstock following river).
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam desain pipa pesat (penstock)
adalah :
a. Bahan
Saat ini beberapa bahan digunakan untuk penstock yang meemiliki
karakteristik berbeda. Yang terpenting dari bahan ini adalah (1)
kemampuan kerja, (2) kesesuaian tekanan yang diijinkan, (3)
kerapatan terhadap potensi kebocoran.
Untuk menggambarkan hal ini, diperlihatkan tabel perbandingan
bahan penstock.

(Tabel bahan Penstock)

17
b. Menentukan diameter
Untuk menentukan kesesuaian diameter, dihasilkan dari suatu
pendekatan formulasi antara desain debit dan susut kemiringan
penstock. Setelah didapat kisaran diameter yang sesuai maka untuk
mempertimbangkan kemampuan kerja dan kesesuaian tekanan maka
dipilih bahan seperti tabel di atas.
c. Menentukan ketebalan

3.7.

Rumah Pembangkit (Power House)

Sesuai posisinya, rumah pembangkit ini dapat diklasifikasinya kedalam :


(1) tipe di atas tanah, (2) semi di bawah tanah, (3) di bawah tanah. Sebagian
besar rumah pembangkit PLTMH adalah di atas tanah.
Untuk pertimbangan desain rumah pembangkit, perlu dipertimbangkan :
a. Lantai rumah pembangkit dimana peralatan PLTMH ditempatkan,
perlu memperhatikan kenyamanan selama operasi, mengelola,
melakukan perawatan dimana terjadi pekerjaan pembongkaran dan
pemasangan peralatan.
b. Memiliki cukup cahanya masuk untuk penerangan di siang hari dan
adanya ventilasi udara.
c. Kenyamanan jika operator berada didalamnya seperti untuk
melakukan pengendalian ataupun pencatatan secara manual.
Konstruksi untuk desain rumah pembangkit PLTMH juga tidak terlepas dari
skema sistem PLTMH yang bergantung pada jenis dan tipe turbin yang
digunakan, dan sirkulasi air yang dikeluarkan setelah menggerakkan turbin.
Karena itu ada beberapa pertimbangan tipe desain rumah pembangkit sesuai
jenis turbin yang digunakan, sebagai berikut :
a. Rumah pembangkit menggunakan turbin jenis Turbin Impulse.
Desain konstruksi rumah pembangkit ini perlu mempertimbangkan
jarak bebas antara dasar rumah pembangkit dengan permukaan air
buangan turbin (afterbay).
Pada kasus turbin impuls (turbin pelton,turgo dan crossflow), air yang
dilepas oleh runner turbin secara langsung dikeluarkan kedalam udara

18
di tailrace. Permukaan air di bawah turbin akan bergelombang. Oleh
karena itu jarak bebas antara rumah pembangkit dengan permukaan
air afterbay harus dijaga paling tidak 30-50 cm. Kedalaman air di
afterbay harus dihitung berdasarkan suatu formulasi antara desain
debit dan lebar saluran di tailrace.
Kemudian air di afterbay harus ditentukan lebih tinggi dari pada
estimasi air banjir. Juga head antara pusat turbin dan level air pada
outlet harus menjadi headloss.
b. Rumah turbin menggunakan turbin jenis Turbin Reaction.
Hal yang sama dalam desain konstruksi rumah turbin menggunakan
jenis reaction (Francais, Propeller),adalah prilaku air afterbay. Pada
kasus menggunakan turbin tipe reaction, air dikeluarkan kedalam
afterbay melalui turbin.
Head antara turbin dan level air dapat digunakan untuk
membangkitkan tenaga. Dengan demikian desain konstruksinya
memperbolehkan posisi tempat pemasangan turbin berada di bawah
level air banjir, dan pada desain konstruksinya perlu disediakan
tempat untuk menempatkan peralatan seperti (1) pintu tailrace,
(2) pompa.

19
BAB 4
ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

Perkiraan (estimasi) biaya konstruksi bangunan sipil PLTMH bergantung


dari kondisi lokasi dan skema sistem PLTMH. Kondisi lokasi menentukan harga
satuan material dan tenaga kerja, sementara skema PLTMH menentukan
konstruksi bangunan sipil yang mempengaruhi jumlah dan volume material
yang dibutuhkan. Perlu di catatan bahwa estimasi pada tahap ini adalah
perkiraan kasar dari pengumpulan perkiraan harga dan atau survey ringan
harga di lapangan.
4.1.

Komponen Biaya

Pokok-pokok yang berpengaruh pada estimasi biaya konstruksi sipil


digambarkan seperti tabel dibawah ini :
Komponen
Perencanaan dan desain

Uraian
Rencana daya maksimum (kW)
Air yang digunakan turbin
Ketinggian efektif (m)

Persiapan

Pengankutan material

Fasilitas Intake

Ketinggian bendungan (m)


Panjang bendungan

Bak Pengendap

Panjang dan lebar (m)


Ketinggian/kedalaman

Saluran Air

Panjang Saluran Air

Bak Penenang

Panjang dan lebar (m)


Ketinggian/kedalaman

Pipa Pesat

Fondasi dan pengaman

Rumah Pembangkit

Dasar Konstruksi
Konstruksi, luas rumah pembangkit
Fimishing

Saluran Pembuang

Panjang Saluran Air

20
4.2.

Formula Perhitungan Estimasi Biaya

Untuk membantu memformulasikan


digambarkan dengan tabel di bawah ini :

(Tabel Formula Perhitungan biaya).

perhitungan

estimasi

biaya,

21
BAB 5
PENYUSUNAN LAPORAN STUDI KELAYAKAN
BANGUNAN SIPIL

Format penyusunan Laporan Hasil Studi Kelayakan Sipil Pembangunan


PLTMH tidak ada ketentuan standar, akan tetapi yang mememiliki ketentuan
standar adalah penentuan lokasi dan desain konstruksinya.
Dengan demikian format laporan yang disajikan dalam Buku Pedoman ini
bukan merupakan standar baku. Pada pemangku (stakeholders) dapat
menyusun sesuai versi masing-masing. Format penyusunan laporan dalam Buku
Pedoman ini disusun justru sebagai petunjuk praktis membantu memudahkan
penulisan laporan hasil studi kelayakan sipil yang memudahkan untuk
perencanaan dan studi kelayakan pembangunan PLTMH.
Laporan Hasil Studi Kelayakan Sipil dapat disusun sebagai berikut :
1. Halaman Sampul Laporan
2. Ringkasan Eksekutif
3. Daftar Isi
4. Daftar Gambar
5. Daftar Tabel
6. Daftar Lampiran
7. Bab Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang project statement PLTMH , latar belakang,
maksud dan tujuan serta lingkup kegiatan studi potensi yang telah
dilakukan (boleh dijelaskan dengan jadwal waktu) dan gambaran hasil
yang dicapai. Oleh karena kegiatan studi kelayakan sipil ini dapat
dilakukan oleh masyarakat (perorangan dan atau lembaga), maka
pada bab ini dapat dicantumkan identitas maupun profil lembaga
yang diuraikan identitas, status dan alamatnya dengan jelas.
8. Bab Profil Teknis Lokasi PLTMH
Pada bab ini dijelaskan tentang gambaran teknis berdasarkan data
primer yang telah dilakukan dan didapat seperti : peta topografi
dengan dijelaskan skalanya, data curah hujan atau meteorologi
selama periode tertentu, data hidrologi, peta geologi dengan
skalanya. Menjelaskan pengumpulan data dan informasi primer
berdasarkan survey awal hasil wawancara dengan penduduk.

22
9. Bab Lokasi Bangunan Sipil PLTMH
Pada bab ini digambarkan layout skema sistem PLTMH dan rencana
posisi bangunan sipil, profil teknis kondisi dan struktur tanahnya yang
mungkin telah didukung analisis berdasarkan pengolahan data hasil
studi pra-kelayakan. Boleh juga pada bab ini dilengkapi dengan
foto/gambar......... Dan yang paling substansi pada bab ini adalah
sketsa layout rencana sistem PLTMH, dan perkiraan potensi daya (kW)
yang dapat dihasilkan.
10. Bab Perkiraan Biaya
Pada bab ini menggambarkan profil dari aspek perkiraan biaya,
perkiraan kuantitas, jumlah dan volume serta perkiraan harga satuan
setiap komponen konstruksi bangunan sipil, termasuk perkiraan biaya
jasa persiapan dan transportasi bahan material bangunan sipil.
Pada bab ini juga dapat juga dijelaskan skema kontribusi sumber
pembiayaan atau kontribusi sumber investasi.
11. Bab Rekomendasi Studi Kelayakan
Pada bab ini disampaikan saran dan rekomendasi review dan beberapa
pengujian menuju tahap kegiatan perencanaan Detail Desain
Bangunan Sipil PLTMH, sebagai suatu syarat desain fasilitas sipil
penunjang operasi PLTMH yang layak.
12. Lampiran-lampiran data, gambar, foto dan referensi.

23

BUKU 2B
BUKU PEDOMAN STUDI KELAYAKAN
SIPIL PEMBANGUNAN PLTMH

INTEGRATED MICROHYDRO DEVELOPMENT AND


APPLICATION PROGRAM (IMIDAP)

KERJA SAMA ANTARA DIREKTORAT JENDERAL


LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI (DJLPE) DAN
UNITED NATIONS DEVELOPMENT PROGRAMME
(UNDP)

Jakarta,

Mei 2009

24
DAFTAR ISI

25
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

i
ii

BAB 1

1
1
1
2
3
3
4
5
7
7
8
9
10
10
14
14
15
15
16
17
19
19
20
21

BAB 2

BAB 3

BAB 4

BAB 5

PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan
1.2. Lingkup Kegiatan Studi yang Dilakukan
1.3. Standar/Syarat Kelayakan
PEMILIHAN LOKASI BANGUNAN SIPIL
2.1. Skema Sistem PLTMH
2.2. Lokasi Bendungan dan Intake
2.3. Rute Saluran Air
2.4. Bak Penenang (Forebay) dan Fasilitas Pendukung
2.5. Rute Pipa Pesat (Penstock)
2.6. Rumah Pembangkit (Power House)
2.7. Saluran Pembuang
KONSTRUKSI UNTUK DESAIN BANGUNAN SIPIL
3.1. Bendungan dan Bendung (Weir)
3.2. Intake
3.3. Bak Pengendap (Settling Basin)
3.4. Saluran Pembawa (Headcare/Canal)
3.5. Bak Penenang (Forebay)
3.6. Pipa Pesat (Penstock)
3.7. Rumah Pembangkit (Power House)
ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL
4.1. Komponen Biaya
4.2. Formula Perhitungan Estimasi Biaya
PENYUSUNAN LAPORAN STUDI KELAYAKAN BANGUNAN SIPIL

LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

26

Anda mungkin juga menyukai