html
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Henoch-Schnlein Purpura (HSP) adalah sindroma klinis yang disebabkan
oleh vaskulitis pembuluh darah kecil dengan komplikasi pada kulit dan
sistemik,ditandai dengan purpura non-trombositopenik, artritis atau artralgia,
nyeri abdomen atau perdarahan gastrointestinal, dan nefritis atau hematuria.
HSP sering mengikuti infeksi virus dan bakteri pada saluran nafas atas dan
bawah. HSP terkait dengan deposit IgA mengandung kompleks imun dalam
jaringan.
1,2,3
2.2 Epidemiologi
HSP dapat terjadi pada semua kelompok umur tapi paling umum anak-anak
antara usia 2 dan 8 tahun. Insiden pada anak-anak dilaporkan 14/100, 000
anak per tahun.
1,3
Sebuah Penelitian di Inggris mendapatkan insiden tertinggi
di kelompok usia 4-6 tahun, 50% kasus terjadi sebelum usia 5 tahun. Laki
laki
putih
terkena dua kali lebih sering dari pada wanita. Ras kulit
3
(Kaukasia) memiliki insiden tertinggi, dan ras kulit hitam (Afrika Amerika)
memiliki insiden terendah. Penyakit ini lebih sering terjadi pada bulan
Januari sampai Maret.
4,5
Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUPN dr. Cipto
Mangunkusumo (RSCM) ditemukan 23 kasus HSP dalam kurun waktu 5
tahun (1998- 2003), terdiri dari 5 anak laki-laki dan 18 anak perempuan.
6
2.3 Faktor Etiologi
Etiologi HSP belum jelas, tetapi banyak faktor yang berhubungan dengan
penyakit ini, meliputi gen dan faktor lingkungan
7.
Beberapa faktor yang
diduga berperanan terhadap HSP antara lain :
1. Faktor genetik
Dari beberapa penelitian, didapatkan kejadian Henoch Schonlein Purpura
(HSP) pada saudara kandung, saudara kembar, dan keluarga yang telah
dilaporkan, namun tidak ada gen ataupun lokus single yang
teridentifikasi.
7
2. Infeksi traktur respiratorius bagian atas
Dalam suatu studi, hampir separuh dari pasien HSP memiliki kadar
antibodi antistreptolisin O (ASO) yang meningkat, memperlihatkan
keterlibatan Streptokokus grup A.
8,9,10
3. Makanan
8,10
4. Imunisasi
4
Vaksin varisela, rubella, rubeola, hepatitis A dan B diduga memegang
peranan dalam etiologi HSP.
10
5. Obat-obatan
Ampisilin, eritromisin, kina, thiazid, ACE-inhibitor, dan NSAID, juga
diduga memiliki peranan dalam etiologi HSP. Penggunaan antireumatik,
termasuk penggunaan metotreksat dan agen anti TNF (Tumor Necrosis
Factor) pun diduga berkaitan dengan HSP.
7,8,10
5
6. Infeksi bakteri dan virus
13
4. Manifestasi renal berupa Nefritis Purpura Henoch Schonlein (NPHS)
pada umumnya terjadi 13 bulan pertama setelah timbul ruam. Jauhola
dkk. menemukan bahwa nefritis dapat terjadi lebih awal (14 hari).
Sebuah tinjauan sistematik terhadap 1.133 kasus Henoch-Schnlein
Purpura (HSP) menerangkan manifestasi klinis Nefritis Purpura Henoch
Schonlein (NPHS) terjadi pada 34% kasus (rentang 1562%).
16
5. Manifestasi sendi berupa bengkak pada sendi terutama sandi yang
besar.
14
9
13
Kriteria Keterangan Sensitifitas Spesifitas Auc
Purpura Purpura (yang teraba) atau
ptekie yang predominan pada
tangan
5. bruit di atas arteri subklavia atau aorta
6. abnormalitas arteriografi termasuk penyempitan aorta, cabang
primer aorta, atau arteri besar pada proksimal ekstremitas atas
dan ekstremitas bawah
Secara patologi arteritis takayasu adalah tipe vaskulitis granulomatosa
dengan beberapa sel raksasa dan fibrosis pada stadium kronis.
b. Poliarteritis nodosa (PAN)
Kriteria PAN menurut ACR adalah :
1. penurunan berat badan >4 kg
2. livedo retikularis
14
3. nyeri testis
4. myalgia atau kelemahan otot
5. neuropati
6. tekanan darah diastolik >90 mmHg
7. peningkatan kadar BUN/kreatinin
8. virus hepatitis B
9. abnormalitas arteriografi berupa aneurisma berry
10. biopsi dari arteri berukuran sedang mengandung PMN dengan sel
yang predominan adalah netrofil.
c.Wegener Granulomatosis
Manifestasi klinisnya berupa :
20,23
Pemberian kortikosteroid dapat dipertimbangkan pada kondisi sangat
berat seperti pada sindrom nefrotik menetap, edema, perdarahan saluran
cerna, nyeri abdomen berat, keterlibatan susunan saraf pusat dan paru. Bila
terdapat kelainan ginjal progresif dapat diberikan kortikosteroid yang
dikombinasi dengan imunosupresan. Metilprednisolon intravena dapat
mencegah perburukan penyakit ginjal bila diberika secara dini. Lama
pemberian berbeda-beda, Faedda menggunakan metilprednisolon 250-750
mg/hari/iv selama 3-7 hari dikombinasikan dengan siklofosfamid 100-200
mg/hari untuk fase akut HSP yang berat; dilanjutkan dengan pemberian
kortikosteroid (prednison oral 100-200 mg) selang sehari dan siklofosfamid
100-200 mg/hari selama 30-75 hari sebelum akhirnya siklofosfamid
dihentikan langsung dan tapering off steroid hingga 6 bulan.
20,21,23
Terapi prednison dapat diberikan dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari
secara oral, terbagi dalam 3-4 dosis selama 5-7 hari. Kortikosteroid
diberikan dalam keadaan penyakit dengan gejala sangat berat, arthritis,
manifestasi vaskulitis pada sistem saraf pusat, paru, dan testis, nyeri
abdomen berat, perdarahan saluran cerna, edema dan sindrom nefrotik
persisten. Pemberian dini kortikosteroid pada fase akut dapat mencegah
perdarahan, obstruksi, intususepsi dan perforasi saluran cerna.
20
19
Manifestasi kulit pada vaskulitis jarang membutuhkan terapi, tetapi
khusus untuk yang mengalami lesi bulosa, penggunaan steroid menunjukkan
keberhasilan.
22
Kortikosteroid telah banyak digunakan untuk meringankan gejala
gastrointestinal. Pada beberapa anak dengan sakit perut, makan dapat
memicu rasa sakit lebih lanjut, namun sebagian besar akan mentolerir diet
ginjal dan biopsi ginjal ditemukan badan kresens pada glomeruli, infiltrasi
makrofag dan penyakit tubulointerstisial.
22
nefritis kronik, bahkan pada 2% kasus menderita gagal ginjal yang berat,
maka perlu dilakukan pemantauan fungsi ginjal setiap 6 bulan hingga 2 tahun
pasca-sakit.
3.2 Saran
Saran kami setelah menyusun referat ini, sebaiknya dilakukan
penelitian
terjadi
lebih
lanjut
mengenai
mekanisme
imunopatologi
yang
Martani.
Manifestasi
dan
Komplikasi
Gastrointestinal
Purpura Henoch Schonlein. Sari Pediatri, Jakarta : Vol. 13, No. 5. 2012.
7. Sinclair, P., Henoch-Schonlein Purpura A Review. Current Allergy
&
http://jasn.asnjournals.org/content/10/12/2637.full (Diakses
tanggal 11
Desember 2013)
13. Widjajanti,
pada
Martani.
Manifestasi
dan
Komplikasi
Gastrointestinal
Purpura Henoch Schonlein. Sari Pediatri, Jakarta : Vol. 13, No. 5. 2012.
14. Jauhola O, Ronkainen J, Koskimies O, Houhalla M, Arikoski P. Clinical
course of extrarenal symptoms in Henoch-Schonlein purpura in children. Arch
Dis Child 2010;95:8716
15. Gastrointestinal involvement revealing HenochSchonlein purpura in adults:
Report of three case and review of the literature, 2011. Diunduh pada 9
Desember 2013. Download from http : www.webmedcentral.com. 2011
16. Sinclair, Paul. Henoch-Schnlein Purpura- A Review. Current Allergy
&
Clinical Immunology, August 2010 Vol 23, No. 3. 2010.
17. Matondang C. In : Akib A, Matondang C(Edt). Purpura Henoch Schonlein.
Alergi dan Imonologi Anak. Edisi ke-1.Jakarta : BP-IDAI 1996.270-3.
18. Julian L Ambrus, Alan Jr Baer, Kathleen M ONeil. Rheumatic Disease. In :
Daniel C.,Md Delman, Thomas B.,Md Casale et all (Edt). Manual Allergy of
Immunology : Diagnosis and Therapy.4
th
ed.New York : Lippincots Williams
& Wilkins Publisher. 2002. 126-127
19. Ozen, S., Pistorio, A., Iusan, Silvia M., Bakkaloglu, A., Herlin, T., et al.
EULAR/PRINTO/PRES
childhood
criteria
for
Henoch-Schnlein
purpura,
27
polyarteritis nodosa, childhood Wegener granulomatosis and childhood
Takayasu arteritis: Ankara 2008. Ann Rheum Dis 2010; 69: 798-806.
20. AP Akib Arwin, Munasir Z, Kurniati N. 2008. Alergi Imunologi
Anak.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 376-377