Angka Kecukupan Gizi
Angka Kecukupan Gizi
merupakan kecukupan rata-rata zat gizi sehari bagi hampir semua orang sehat
(97,5%) menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh aktifitas fisik,
genetik dan keadaan fisiologis untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Di Indonesia, Angka Kecukupan Gizi (AKG) disusun dalam Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi (WNPG) setiap 5 tahun sekali sejak tahun 1978. AKG ini
mencerminkan asupan rata-rata sehari yang dikonsumsi oleh populasi dan bukan
merupakan perorangan/individu. Berbeda dengan kebutuhan gizi ( requirement),
menggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan oleh masingmasing individu sehingga ada yang rendah dan tinggi yang dipengaruhi oleh
faktor genetik. Kegunaan AKG yang dianjurkan adalah 1) untuk menilai
kecukupan gizi yang telah dicapai melalui konsumsi makanan bagi penduduk. 2)
untuk perencanaan dalam pemberian makanan tambahan maupun perencanaan
makanan institusi. 3) untuk perencanaan penyediaan pangan tingkat regional
maupun nasional. 4) Acuan pendidikan gizi; dan 5) Acuan label pangan yang
mencantumkan informasi nilai gizi.
Rata-rata kecukupan energi dan protein bagi penduduk Indonesia tahun 2013
masing-masing sebesar 2150 Kilo kalori dan 57 gram protein perorang perhari
pada tingkat konsumsi. Sedemikian besarnya kegunaan AKG sehingga telah
ditetapkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2013 tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.
Permenkes tersebut ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 November 2014 dan
dapat diunggah melalui internet. Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini,
maka Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1593/MENKES/SK/XI/2005 tentang
Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
http://gizi.depkes.go.id/permenkes-tentang-angka-kecukupan-gizi/copy-of-pgs380x279
1. Merupakan besarnya zat gizi yang diperlukan oleh individu dalam satu populasi agar
seluruh populasi dapat hidup sehat.
2. Sudut pandang yang digunakan adalah populasi
3. Biasanya digunakan untuk mengoreksi kandungan gizi dari suatu menu dengan
kebutuhan setiap individu.
4. Untuk menentukan angka kebutuhan gizi harus dilakukan dengan cara rinci