Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

RASIO PROFITABILITAS

Disusun Oleh :
EKA NOR SYAFAAT
2013.62.000441

AKUNTANSI SEMESTER VII


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BALIKPAPAN
( S.T.I.E. BALIKPAPAN )
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
penulis dapat menyusun makalah Rasio Profitabilitas ini sebagai bagian dari
kegiatan pembelajaran dalam mata kuliah Analisis Laporan Keuangan di Stie
Balikpapan.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan baik pada penulisan
maupun materi, mengingat kemampuan yang penulis miliki masih terbatas. Untuk
itu, masukan baik kritik maupun saran dari semua pihak sangat diperlukan.

Balikpapan, 10 Oktober 2016

Penulis

Rasio Profitabilitas | 2

DAFTAR ISI
Cover ....................................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................................ii
Daftar Isi ................................................................................................................iii
BAB

Pendahuluan
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................2

BAB II

Pembahasan
A. Pengertian Rasio Profitabilitas.......................................................3
B. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas........................................4
C. Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas.......................................................5
1. Return on Assets........................................................................5
2. Return on Equity.......................................................................6
3. Gross Proft Margin....................................................................8
4. Operating Profit Margin..........................................................10
5. Net Profit Margin....................................................................11

BAB III Penutup


Kesimpulan.........................................................................................14
Daftar Pustaka........................................................................................................15

Rasio Profitabilitas | 3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka membantu pengguna laporan keuangan dalam
memahami dan menginterpretasikan laporan keuangan maka perlu dibuat
analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk
membantu
menafsirkan

bagaimana

memahami

angka-angka

dalam

laporan

keuangan,

bagaimana

laporan

keuangan,

bagaimana

mengevaluasi laporan keuangan dan bagaimana menggunakan informasi


keuangan untuk pengambilan keputusan. Teknik analisis yang sering
digunakan dalam menganalisis laporan keuangan adalah analisis rasio.
Analisis rasio adalah teknik analisis untuk mengetahui hubungan
matematis dari pos-pos tertentu dalam setiap elemenlaporan keuangan.
Hasil dari perhitungan rasio akan dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
agar dapat diketahui perubahan yang terjadi, apakah mengalami kenaikan
atau penurunan.
Analisis laporan keuangan menggunakan perhitungan rasio-rasio
agar dapat mengevaluasi keadaan finansial perusahaan dimasa lalu,
sekarang, dan masa yang akan datang. Rasio dapat dihitung berdasarkan
sumber datanya yang terdiri dari rasio-rasio neraca yaitu rasio yang
disusun dari data yang berasal dari neraca, rasio-rasio laporan laba-rugi
yang disusun dari data yang berasal dari perhitungan laba-rugi, dan rasiorasio antar laporan yang disusun berasal dari data neraca dan laporan labarugi. Laporan keuangan perlu disusun untuk mengetahui apakah kinerja
perusahaan tersebut meningkat atau bahkan menurun dan didalam
menganalisis laporan keuangan diperlukan alat analisis keuangan, salah
satunya adalah dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Makalah ini
akan membahas mengenai rasio profitabilitas.

Rasio Profitabilitas | 1

B. Rumusan Masalah
Berikut ini merupakan rumusan masalah dan batasannya :
1. Apa yang dimaksud dengan rasio profitabilitas ?
2. Apa tujuan dan manfaat rasio profitabilitas ?
3. Apa saja jenis-jenis rasio profitabilitas dan bagaimana cara
perhitungannya?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memahami pengertian rasio profitabilitas.
2. Mengetahui tujuan dan manfaat rasio profitabilitas.
3. Mengidentifikasi jenis-jenis rasio profitabilitas.
4. Sebagai salah satu bentuk penyelesaian tugas selaku Mahasiswa
Akuntansi Stie Balikpapan.

Rasio Profitabilitas | 2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas
normal bisnisnya. Perusahaan adalah sebuah organisasi yang beroperasi
dengan tujuan menghasilkan keuntungan dengan cara menjual produk
(barang dan/atau jasa) kepada para pelanggannya. Tujuan operasional dari
sebagian besar perusahaan adalah untuk memaksimalisasi profit, baik
profit jangka pendek maupun profit jangka panjang. Manajemen dituntut
untuk meningkatkan imbal hasil (return) bagi pemilik perusahaan,
sekaligus juga meningkatkan kesejahteraan karyawan. Ini semua hanya
dapat terjadi apabila perusahaan memperoleh laba dalam aktivitas
bisnisnya.
Rasio profitabilitas dikenal juga sebagai rasio rentabilitas. Di
samping bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu, rasio ini juga bertujuan untuk
mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional
perusahaan. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui semua
kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya, yaitu yang berasal dari
kegiatan penjualan, penggunaan asset maupun penggunaaan modal. Rasio
profitablitas atau rasio rentabilitas dapat digunakan sebagai alat untuk
mengukur tingkat efektivitas kinerja manajemen. Kinerja yang baik akan
ditunjukkan lewat keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba yang
maksimal bagi perusahaan.
Pengukuran rasio

profitabilitas

dapat

dilakukan

dengan

membandingkan antara berbagai komponen yang ada di dalam laporan


laba rugi dan/atau neraca. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa
periode. Tujuannya adalah untuk memonitor dan mengevaluasi tingkat
perkembangan profitabilitas perusahaan dari waktu ke waktu. Dengan
melakukan analisis rasio keuangan secara berkala memungkinkan bagi

Rasio Profitabilitas | 3

manajemen untuk secara efektif menetapkan langkah-langkah perbaikan


dan efisiensi. Selain itu, perbandingan juga dapat dilakukan terhadap target
yang telah ditetapkan sebelumnya, atau bisa juga dibandingkan dengan
standar raso rata-rata industri.
B. Tujuan dan Manfaat Rasio Proftabilitas
Sama seperti halnya dengan rasio-rasio yang lain, rasio
profitabilitas juga memberikan banyak manfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan. Rasio profitabilitas tidak hanya berguna bagi perusahaan
saja, melainkan juga bagi pihak luar perusahaan. Dalam praktiknya, ada
banyak manfaat yang dapat diperoleh dari rasio profitabilitas, baik bagi
pihak pemilik perusahaan, maupun bagi para pemangku kepentingan
lainnyayang terkait dengan perusahaan.
Berikut adalah tujuan dan manfaat rasio profitabilitas secara
keseluruhan :
a. Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
selama periode tertentu.
b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
d. Untuk mengukur besarnya jumlah laba bersihyang akan dihasilkan
dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total asset.
e. Untuk mengukur besarnya jumlah laba bersihyang akan dihasilkan
dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas.
f. Untuk mengukur marjin laba kotor atas penjualan bersih.
g. Untuk mengukut marjin laba operasional atas penjualan bersih.
h. Untuk mengukut marjin laba bersih atas penjualan bersih.

C. Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas


Biasanya, penggunaan rasio profitabilitas disesuaikan dengan
tujuan dan kebutuhsn perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan rasio
profitabilitas secara keseluruhan atau hanya sebagian saja dari jenis rasio
profitabilitas yang ada. Pengunaan rasio secara sebagian berart bahwa
perusahaan hanya menggunakan beberapa jenis rasio saja yang memang

Rasio Profitabilitas | 4

dianggap perlu untuk diketahui. Berikut adalah jenis-jenis rasio


profitabilitas yang lazim digunakan dalam praktek untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba :
1. Hasil Pengembalian atas Asset (Return of Assets)
Hasil pengembalian atas asset merupakan

rasio

yang

menunjukkan seberapa besar kontribusi asset dalam menciptakan laba


bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa
besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana
yang tertanam dalam total asset. Rasio ini dihitung dengan membagi
laba bersih terhadap total asset.
Semakin tinggi hasil pengembalian atas asset berarti semakin
tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana
yang tertanam dalam total asset. Sebaliknya, semakin rendah hasil
pengembalian atas asset berarti semakin rendah pula jumlah laba
bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam
total asset.
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung hasil
pengembalian atas asset :
Hasil pengembalian atasaset =

laba bersih
total aset

Berikut adalah contoh perhitungan besarnya hasil pengembalian


atas asset :
(dalam ribuan rupiah)
2013
1.120.000
16.000.000

2014

Laba bersih
Total asset

1.600.000
19.000.000

Untuk tahun 2014 :


Hasil pengembalian atasasset =

Rp 1.600 .000
=8.4
Rp 19.000 .000

Rasio Profitabilitas | 5

Artinya, setiap Rp 1 total asset turut berkontribusi menciptakan Rp


0.0084 laba bersih.
Untuk tahun 2013 :
Hasil pengembalian atasasset =

Rp 1.120 .000
=7
Rp 16.000 .000

Artinya, setiap Rp 1 total asset turut berkontribusi menciptakan Rp


0.07 laba bersih.
Interpretasi :
Hasil pengembalian atas asset tahun 2014 lebih baik jika
dibandingkan dengan hasil pengembalian atas asset tahun 2013 karena
kontrbusi total asset terhadap laba bersih ditahun 2014 lebih besar jika
dibandingkan dengan kontribus total asset terhadap laba bersih ditahun
2013. Dengan demikian telah terjadi peningkatan kinerja manajemen
dalam menghasilkan laba bagi perusahaan.
2. Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity)
Hasil pengembalian atas ekuitas merupakan rasio yang
menunjukkan seberapa bersar kontribusi ekuitas dalam menciptakan
laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur
seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dhasilkan dari setiap
rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas. Rasio ni dihitung
dengan membagi laba bersih terhadap ekuitas.
Semakin tinggi hasil pengembalian atas ekuitas berarti semakin
tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana
yang tertanam dalam ekuitas. Sebaliknya, semakin rendah hasil
pengembalian atas ekuitas berarti semakin rendah pula jumlah laba
bersih yang dhasilkan dari setiap rupah dana yang tertanam dalam
ekuitas.
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung hasil
pengembalian atas ekuitas :
Hasil pengembalian atasekuitas=

laba bersih
total ekuitas

Berikut adalah contoh perhitungan besarnya hasil pengembalian


atas ekuitas :

Rasio Profitabilitas | 6

(dalam ribuan rupiah)


2013
1.120.000
4.900.000

2014

Laba bersih
Total ekuitas

1.600.000
8.000.000

Untuk tahun 2014 :


Hasil pengembalian atasekuitas=

Rp 1.600.000
=20
Rp 8.000.000

Artinya, setiap Rp 1 ekuitas turut berkontribusi menciptakan Rp 0.2


laba bersih.
Untuk tahun 2013 :
Hasil pengembalian atasekuitas=

Rp 1.120.000
=22.9
Rp 4.900 .000

Artinya, setiap Rp 1 ekuitas turut berkontribusi menciptakan Rp 0.229


laba bersih.
Interpretasi :
Hasil pengembalian atas ekuitas tahun 2013 lebih baik jika
dibandingkan dengan hasil pengembalian atas ekuitas tahun 2014
karena kontrbusi total ekuitas terhadap laba bersih ditahun 2013 lebih
besar jika dibandingkan dengan kontribus total ekuitas terhadap laba
bersih ditahun 2014. Dengan demikian telah terjadi penurunan kinerja
manajemen dalam menghasilkan laba bagi perusahaan.
3. Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Marjin laba kotor merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur besarnya presentase laba kotor atas penjualan bersih. Rasio
ini dihitung dengan membagi laba kotor terhadap penjualan bersih.
Laba kotor sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan antara penjualan
bersih dengan harga pokok penjualan. Yang dimaksud dengan
penjualan bersih disini adalah oenjualan (tunai maupun kredit)
dikurangi retur dan penyesuaian harga jual serta potongan penjualan.
Semakin tinggi marjin laba kotor berarti semakin tinggi pula
laba kotor yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat
disebabkan karena tingginya harga jual/atau rendahnya harga pokok
Rasio Profitabilitas | 7

penjualan. Sebaliknya, semakin rendah marjin laba kotor berarti


semakin rendah pula laba kotor yang dihasilkan dari penjualan bersih.
Hal ini dapat disebabkan karena rendahnya harga jual dan/atau
tingginya harga pokok penjualan.
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung marjin
laba kotor :
Marjin laba kotor=

laba kotor
penjualanbersih

Berikut adalah contoh perhitungan besarnya marjin laba kotor :


(dalam ribuan rupiah)
2014

Penjualan
HPP
Laba kotor

19.800.000
(14.700.000)
5.100.000

2013
17.000.000
(12.500.000)
4.500.000

Untuk tahun 2014 :


Marjin laba kotor=

Rp5.100 .000
=25.8
Rp19.800 .000

Artinya, bersarnya laba kotor adalah 25.8% dari totasl penjualan


bersih. Dengan kata lain, besarnya harga pokok penjualan adalah
74.2% dari total penjualan bersih. Setiap Rp 1 penjualan bersih
memuat Rp 0.742 harga pokok penjualan dan turut berkontribusi
menciptakan Rp 0.258 laba kotor.
Untuk tahun 2013 :
Marjin labakotor=

Rp 4.500.000
=26.5
Rp17.000 .000

Artinya, bersarnya laba kotor adalah 26.5% dari totasl penjualan


bersih. Dengan kata lain, besarnya harga pokok penjualan adalah
73.5% dari total penjualan bersih. Setiap Rp 1 penjualan bersih

Rasio Profitabilitas | 8

memuat Rp 0.735 harga pokok penjualan dan turut berkontribusi


menciptakan Rp 0.265 laba kotor.
Interpretasi :
Marjin laba kotor tahun 2013 lebih baik jika dibandingkan
dengan marjin laba kotor tahun 2014 karena kontribusi penjualan
bersih terhadap laba kotor di tahun 2013 adalah lebih besar jika
dibandingkan dengan kontribusi penjualan bersih terhadap laba kotor
di tahun 2014. Dengan demikian, telah terjadi penurunan kinerja
manajemen dalam menghasilkan laba perusahaan.
4. Marjin Laba Operasional (Operating Profit Margin)
Marjin laba operasional merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur besarnya presentase laba operasional atas penjualan bersih.
Rasio ini dihitung dengan membagi laba operasional terhadap
penjualan bersih. Laba operasional sendiri dihitung sebagai hasil
pengurangan antara laba kotor dengan beban operasional. Beban
operasional disini terdiri atas beban penjualan maupun bean umum dan
administrasi.
Semakin tinggi marjin laba operasional berarti semakin tinggi
pula laba operasional yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini
dapat disebabkan karena tingginya laba kotor dan/atau rendahnya
beban

operasional.

Sebaliknya,

semakin

rendah

marjin

laba

operasional berarti semakin rendah pula laba operasional yang


dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan karena
rendahnyanya laba kotor dan/atau tingginya beban operasional.
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung marjin
laba operasional :
Marjin laba operasional=

laba operasional
penjualanbersih

Berikut adalah contoh perhitungan besarnya marjin laba


operasional :
(dalam ribuan rupiah)
2014

Penjualan

19.800.000

2013
17.000.000

Rasio Profitabilitas | 9

HPP
Laba kotor
Beban operasional
Laba operasonal

(14.700.000)
5.100.000
(2.390.000)
2.710.000

(12.500.000)
4.500.000
(2.130.000)
2.370.000

Untuk tahun 2014 :


Marjin laba operasional=

Rp 2.710.000
=13.7
Rp 19.800.000

Artinya, bersarnya laba operasional adalah 13.7% dari totasl penjualan


bersih. Dengan kata lain, setiap Rp 1 penjualan bersih turut
berkontrbusi menciptakan Rp 0.137 laba operasional.
Untuk tahun 2013 :
Marjin laba operasional=

Rp 2.370.000
=13.94
Rp 17.000.000

Artinya, bersarnya laba operasional adalah 13.94% dari totasl


penjualan bersih. Dengan kata lain, setiap Rp 1 penjualan bersih turut
berkontrbusi menciptakan Rp 0.139 laba operasional.
Interpretasi :
Marjin laba operasional tahun 2013 sedikit lebih baik jika
dibandingkan dengan marjin laba operasional tahun 2014 karena
kontribusi penjualan bersih terhadap laba operasional di tahun 2013
adalah sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan kontribusi
penjualan bersih terhadap laba operasional di tahun 2014. Dengan
demikian,

telah

terjadi

penurunan

kinerja

manajemen

dalam

menghasilkan laba perusahaan.


5. Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Marjin laba bersih merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur besarnya presentase laba bersih atas penjualan bersih. Rasio
ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap penjualan bersih.
Laba bersih sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan antara laba
sebelum pajak penghasilan dengan beban pajak penghasilan. Yang
dimaksud dengan laba sebelum pajak disini adalah laba operasional

Rasio Profitabilitas | 10

ditambah pendapatan dan keuntungan lain-lain, lalu dikurangi dengan


beban dan kerugian lain-lain.
Semakin tinggi marjin laba bersih berarti semakin tinggi pula
laba bersih yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat
disebabkan karena tingginya laba sebelum pajak penghasilan.
Sebaliknya, semakin rendah marjin laba bersih berarti semakin rendah
pula laba bersih yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat
disebabkan karena rendahnya laba sebelum pajak penghasilan.
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung marjin
laba bersih :
Marjin laba bersih=

lababersih
penjualan bersih

Berikut adalah contoh perhitungan besarnya marjin laba bersih :


(dalam ribuan rupiah)
2014

Penjualan
HPP
Laba kotor
Beban operasional
Laba operasonal
Pendapatan lain-lain
Beban lain-lain
Laba sebelum pajak penghasilan
Pajak penghasilan
Laba bersih

19.800.000
(14.700.000)
5.100.000
(2.390.000)
2.710.000
250.000
(960.000)
2.000.000
(400.000)
1.600.000

2013
17.000.000
(12.500.000)
4.500.000
(2.130.000)
2.370.000
330.000
(1.300.000)
1.400.000
(280.000)
1.120.000

Untuk tahun 2014 :


Marjin laba bersih=

Rp 1.600.000
=8.1
Rp 19.800.000

Artinya, bersarnya laba bersih adalah 8.1% dari totasl penjualan bersih.
Dengan kata lain, setiap Rp 1 penjualan bersih turut berkontrbusi
menciptakan Rp 0.081 laba bersih.
Untuk tahun 2013 :
Marjin laba bersih=

Rp 1.120.000
=6.6
Rp 19.800.000

Rasio Profitabilitas | 11

Artinya, bersarnya laba bersih adalah 6.6% dari totasl penjualan bersih.
Dengan kata lain, setiap Rp 1 penjualan bersih turut berkontrbusi
menciptakan Rp 0.066 laba bersih.
Interpretasi :
Marjin laba bersih tahun 2014 lebih baik jika dibandingkan
dengan marjin laba bersih tahun 2013 karena kontribusi penjualan
bersih terhadap laba bersih di tahun 2014 adalah lebih besar jika
dibandingkan dengan kontribusi penjualan bersih terhadap laba bersih
di tahun 2013. Dengan demikian, telah terjadi peningkatan kinerja
manajemen dalam menghasilkan laba perusahaan.

Rasio Profitabilitas | 12

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengkur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya.
Tujuan dan manfaat rasio profitabilitas secara keseluruhan :
a. Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama
periode tertentu.
b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
d. Untuk mengukur besarnya jumlah laba bersihyang akan dihasilkan dari setiap
rupiah dana yang tertanam dalam total asset.
e. Untuk mengukur besarnya jumlah laba bersihyang akan dihasilkan dari setiap
rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas.
f. Untuk mengukur marjin laba kotor atas penjualan bersih.
g. Untuk mengukut marjin laba operasional atas penjualan bersih.
h. Untuk mengukut marjin laba bersih atas penjualan bersih.
Berikut adalah jenis-jenis rasio profitabilitas yang lazim digunakan dalam
praktek untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba :
1. Return on Assets
2. Return on Equity
3. Gross Proft Margin
4. Operating Profit Margin
5. Net Profit Margin

Rasio Profitabilitas | 13

DAFTAR PUSTAKA
Henry, S.E., M.Si., CRP., RSA. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT
Grasindo

Rasio Profitabilitas | 14

Anda mungkin juga menyukai