Anda di halaman 1dari 11

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

INJEKSI AMINOPHILIN

Disusun Oleh :

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bahiyah Romziyah ( PO.71.39.0.14.001 )


Bella Fiska
( PO.71.39.0.14.002 )
Dea Nadia Ulfa
( PO.71.39.0.14.003 )
Desti Karmila Sari ( PO.71.39.0.14.004 )
Dhia Larissa
( PO.71.39.0.14.005 )
Eprilita Runiati
( PO.71.39.0.14.007 )

Dosen Pembimbing : Drs. Sadakata Sinulingga,Apt

REGULER II A
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
PALEMBANG

INJEKSI AMINOPHILIN
I.

TUJUAN

P A R A F

Membuat Sediaan injeksi dengan Aminophilin sebagai zat aktif dengan cara sterilisasi
maupun aseptis.

II.

TEORI
A.Teori Injeksi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui atau selaput
lendir. Injeksi dilakukan dengan melarutkan, mengemulsikan sejumlah obat ke
dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda.( FI Edisi III 1979 hal : 13 ).

PENGGOLONGAN BENTUK SEDIAAN

a)

c)

Berupa larutan bat dalam aqua/minyak/pelarut organik yang lain, contoh :


Injeksi Vit. C, pelarut aqua pro injektionem
Injeksi Camphor oil, pelarut Olea neutralisata ad inject
Injeksi Luminal, pelarut Sol. Petit (campuran spiritus gliserin dan air)
Berupa suspensi dari obat padat dalam aqua atau minyak, contoh :
Injeksi Penicilline Oil, Bismuth oil dalam minyak netral untuk injeksi
Berupa kristal steril, untuk dibuat larutan dengan penambahan pelarut steril,

d)

umumnya aqua steril, contoh :


Injeksi Dihydrostreptomycini Sulfas
Berupa krital steril, untuk dibuat suspensi dengan zat cair yang steril, umumnya

e)
f)

aqua steril, contoh :


Injeksi Procaine Penicilline G
Cairan infus intravena
Cairan untuk diagnose

b)

SYARAT SEDIAAN INJEKSI


Sediaan injeksi dikatakan layak, jika memenuhi syarat berikut :
a) Aman. Tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksis. Pelarut dan

bahan penolong harus dicoba pada hewan dahulu, untuk meyakinkan keamanan
pemakaian bagi manusia.
b) Harus jernih, tidak ada partikel padat, kecuali yang berbentuk suspensi.
c) Tidak berwarna, kecuali obatnya memang berwarna.
d) Sedapat mungkin isohidris (mempunyai pH yang sama dengan darah dan cairan
tubuh lainnya, yaitu pH=7,4) , agar tidak terasa sakit dan penyerapan obat dapat
optimal. (kecuali dinyatakan lain)
e) Sedapat mungkin isotonis atau sedikit hipertonis agar tidak terasa sakit saat
diinjeksikan.
f) Bebas dari mikroorganisme, steril atau aseptis.
g) Bahan bebas dari endotoksin bakteri dan bahan pirogenik lainnya.

CARA PEMBERIAN SEDIAAN INJEKSI :

1) Intra vena (i.v)

: Larutan yang disuntikkan langsung ke dalam

pembuluh darahvena.
2) Intra muscular (i.m)

: Larutan, suspense atau emulsi yang disuntikkan

diantaralapisanjaringan atau otot.


3) Intra cutan (i.c)
: Larutan atau suspense air yang disuntikkan langsung
ke dalamkulit
dan biasanyadigunakan untuk diagnose.
4) Sub cutan (s.c)
: Larutan yang disuntikkan langsung ke dalam jaringan
bawahkulit
biasanya di lenganatas atau paha.
5) Dan lain-lain,
a)

Intra tecal (i.t) atau intra spinal (i.s) atau intra dural (i.d)

b)
c)
d)

Intra peritoneal (i.p)


Intra kardial (i.kd)
Intra peridural (p.d), ekstradural, epidural .

B. PREFORMULASI
1. Bahan Aktif
A.Aminophilin
Pemerian : Butir atau serbuk putih atau agak kekuningan,bau ammonia
lemah, rasa pahit.
Kelarutan : Tidak larut dalam etanol dan dalam eter. Larut dalam air.
Larutan 1 gram dalam 25ml air menghasilkan larutan jernih; larutan
1gram dalam 5ml air menghablur jika didiamkan dan larut kembali jika
ditambah sedikit etilendiamin.
PH : 8,6-9,0 (FI IV hal 92)
Stabilitas : Stabil pada suhu kamar dan pada PH 3,5-8,6 selama 48 jam
pada suhu 25 C. Jika dibiarkan di udara terbuka, perlahan kehilangan
etilendiamin dan menyerap karbondioksida dengan melepaskan teofilin.
Khasiat : Antiasma, diuretikum, bronkodilator.
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal bebas
karbondioksida dari kaca tipe 1, terlindungi dari cahaya.
OTT : asam , klorpromazin HCl, clindamycin phospat, corcotrophin,
dimenhidrinat, eritromicin gluceptate, hidralazin HCl, prokain HCl,
prametazin HCl, vancomisin HCl.
Sterilisasi : otoklaf/filtrasi
Dosis : 25 mg/ml (Aminofilin mengandung 84,0 dan 87,4% teofilin dan
13,5 15,0% etilendiamin).
(DI 2003 hal 3488, Martindale edisi 31 hal 1651)
Rute : Intravena
2. Zat Tambahan

a. Natrii Chloridum
Rumus Molekul

: NaCl

Pemerian

: Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk dak

Kelarutan

berbau; rasa asin.


: larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air
mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P;

sukar larut dalam etanol (95%) P.


Titik leleh
: 801 C (1074 K)
Titik didih
: 1465 C (1738 K)
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Khasiat dan penggunaan : sumber ion klorida dan ion natrium.
(Farmakope Indonesia edisi III, hal 403-404)
OTT
: larutan natrium klorida bersifat korosif dengan besi;
membentuk endapan bila bereaksi dengan perak;
garam merkuri; agen oksidasi kuat pembebas klorine
dari larutan asam sodium klorida; kelarutan pengawet

Stabilitas

nipagin menurun dalam larutan sodium klorida.


: larutan sodium klorida stabil tetapi

dapat

menyebabkan perpecahan partikel kaca dari tipe


tertentu wadah kaca. Larutan cair ini dapat disterilisasi
dengan cara autoklaf atau filtrasi. Dalam bentuk
padatan stabil dan harus disimpan dalam wadah
tertutup rapat, sejuk dan tempat kering.
C.FARMAKOLOGI ZAT AKTIF
1. Farmakokinetik
Absorbsi : pada pemberian oral obat ini cepat diabsorbsi dengan konsentrasi
serum maksimal dicapai setelah dua jam. Hal ini setelah meminum 390 mg
aminofilin. Sedangkan setelah pemberian infus aminofilin dengan dosis 5,9
mg/kgBB, kadar puncak dicapai kurang dari 1 jam. Setelah melewati lambung,
aminofilin akan didisosiasi menjadi teofilin dan etilenediamine. Absorbsi dari
teofilin sangat cepat, namun bisa dipengaruhi oleh adanya makanan.
Distribusi : Teofilin terikat 49-73% dengan protein plasma dalam darah. Teofilin
yang diberikan secara intravena akan berikatan dengan protein plasma sekitar
49-62% pada 20 menit pertama, dan akan meningkat hingga 53-73% setelah 3
jam (Pharma Ingredients & Service, 2010) (Agarwal & Nanavati, 1997).
Metabolism : Aminofilin akan dimetabolisme menjadi teofilin. Dengan metabolit
utamanya adalah asam 1-methylurik dan asma 3-methyluric. Metabolisme
terutama terjadi di hati sitokrom P-450 menggunakan microsomal enzim

oksidase terutama CYP1A2 dan CYP3A3 isoenzim. Dimana kerja dari enzim
ini sangat dipengaruhi oleh berbagai hal termasuk obat lain yang dikonsumsi
bersamaan dengan aminofilin.
Eksresi : Waktu paruh setelah disuntikan intravena berkisar antara 2,8-6,4 jam
tergantung berat badan pasien. Sedangkan waktu paruhnya jika diberikan
secara oral adalah 3,9-13 jam. Ekskresi teofilin sangat dipengaruhi oleh berat
badan pasien, diet, medikasi lain yang diminum, kegiatan merokok dan adanya
penyakit awal seperti penyakit ginjal. teofilin akan lebih lambat dieksresikan
pada pasien dengan gagal jantung, edema paru, kor pulmonal, dan penyakit
hati. Sebanyak 10% akan dieksresi melalui urine, dan sisanya akan mengalami
biotransformasi di hati. Eliminasi teofilin setelah melewati hati akan keluar
melalui feses, dan sisanya melalui ginjal bersama urine tanpa dirubah. Karena
sangat bergantung dengan keadaan pasien maka eliminasi dari teofilin sangat
bervariasi rentang waktunya. Sekitar 7-9 jam untuk 9 pasien asma tanpa
adanya gangguan atau penyakit lain, untuk orang yang merokok sekitar 4-5
jam, dan untuk anak kecil sekitar 3-5 jam. pasien dengan adanya gangguan
pada hati atau parunya atau terdapat gangguan dijantungnya

akan

mengeliminasi teofilin dalam waktu 24 jam.


2. Farmakodinamika
Ada 2 hipotesa utama yang menerangkan cara kerja dari teofilin yaitu pada
siklik adenosine 5 monofosfat (cAMP) & katekolamin. cAMP diduga
mempengeruhi fungsi sentral maupun fungsi seluler. Sebagian besar system
enzim menggunakan cAMP sebagai perantara atau lebih dikenal dengan nama
second messenger yang akan mempengaruhi fungsi seluler sebagai akibat
dari pengaruh hormonal dan obat- obatan atau zat lain. Didalam system cAMP
hormone atau obat-obatan akan berperan sebagai first messenger yang akan
membawa pesan pertama ke eskstra seluler. Kemudian hormone atau obatobatan tadi akan masuk ke dalam reseptor serta akan mengaktifkan
adenilsiklase yang terdapat di membrane sel (Departemen Kesehatan RI,
2007; Dipiro, Talbert, & Yee, 2001; Hardman, Limbird, & Gilman, 2001).
Dengan adanya ion magnesium, adenilsiklase akan menghambat
perubahan dari cAMP menjadi AMP. Pemecahan cAMP diatur oleh enzim
fosfodiesterase. Inhibisi terhadap enzim fosfodiesterase oleh teofilin akan
mengakibatkan peningkatan kadar cAMP dan mengakibatkan terjadinya

respon fisiologis yaitu bronkodilatasi. Peningkatan katekolamin seperti


epinefrin tidak merangsang fungsi seluler secara langsung, tapi melalui
aktivasi adenililsiklase yang akan mengakibatkan terjadinya penumpukan
cAMP. Apabila peningkatan katekolamin bersamaan dengan pemberian
aminofilin akan menyebabkan peningkatan aktifitas efektor yang sinergis
dengan cAMP. Hal ini dapat dibuktikan bahwa pemberian aminofilin secara
intravena akan menyebabkan peningkatan ekskresi epinefrin dan norepinefrin
melalui urine. Peningkatan tersebut berhubungan dengan rangsangan
terhadap medulla adrenal. (Departemen Kesehatan RI, 2007; Dipiro, Talbert, &
Yee, 2001; Hardman, Limbird, & Gilman, 2001).
3. Efek samping
Efek samping yang sering terjadi : Saluran cerna : diare, mual dan muntah;
Neurologi : pusing, sakit kepala, insomnia, dan tremor; Renal : diuresis;
Efek samping serius : Cardiovascular : Atrial fibrilasi, Bradiaritmia apabila
administrasi terlalu cepat dapat menyebabkan Cardiac arrest, Takiaritmia
Dermatologic : Erythroderma; Gastrointestinal : Necrotizing enterocolitis in fetus OR
newborn; Immunologic : Immune hypersensitivity reaction; Neurologic : perdarahan
pada intracranial, kejang.
4. Interaksi Obat
Obat-obat yang dapat meningkatkan kadar Teofilin: Propanolol, Allopurinol
(>600mg/day), Erythromycin, Cimetidin, Troleandomycin, Ciprofloxacin (golongan
Quinolon yang lain), kontrasepsi oral, Beta-Blocker, Calcium Channel Blocker,
Kortikosteroid,

Disulfiram,

Efedrin,

Vaksin

Influenza,

Interferon,

Makrolida,

Mexiletine, Thiabendazole, Hormon Thyroid, Carbamazepine, Isoniazid, Loop


diuretics. Obat lain yang dapat menghambat Cytochrome P450 1A2, seperti:
Amiodaron, Fluxosamine, Ketoconazole, Antibiotik Quinolon). Obat-obat yang dapat
menurunkan kadar Teofilin: Phenytoin, obat-obat yang dapat menginduksi CYP 1A2
(seperti: Aminoglutethimide, Phenobarbital, Carbamazepine, Rifampin), Ritonavir, IV
Isoproterenol, Barbiturate, Hydantoin, Ketoconazole, Sulfinpyrazone, Isoniazid, Loop
Diuretic, Sympathomimetics. Dengan Makanan : Hindari konsumsi Caffein yang
berlebihan. Hindari diet protein dan karbohidrat yang berlebihan. Batasi konsumsi
charcoal-broiled foods.
5. Dosis pemberian
Sub cutan 0,2 ml 0,5 ml sebagai dosis tunggal
(Fornas hal : 121)
Dosis lazim
: Sk, im 0,2 mg 1 mg (sekali) dapat diulang tiap 4 jam
Iv, sk 2%

Dosis maksimal

: iv 0,1 mg (sekali)
Sk 1 mg (sekali) dan 4 mg (sehari)
: 968

FI Edisi III hal

6. Rute pemberian
Diinjeksikan secara intravena.
III.

STERILISASI

No

Cara Sterilisasi

O v e n

j a m

Beaker Glass

O v e n

j a m

Erlenmeyer

Oven 1 jam

Gelas ukur

Autoclave 30 menit

Corang gela s

Autoclave 30 menit

Pipet tetes

Autoclave 30 menit

Kertas sarin g

Autoclave 30 menit

Sendok spatula

Flambeer 20 detik

P i n s e t

Flambeer 20 detik

10

Pengaduk kaca

Flambeer 20 detik

11

Gelas arloji

Flambeer 20 detik

12

Karet pipet

Rebus 30 menit

13

Aqua pro injections

Hitung 15 menit setelah mendidih

Awa l

Paraf

Akhir

Paraf

Sterilisasi Sediaan
S e d i a a n

C a r a S ter il is a s i

Waktu
Injeksi aminophylin 24 mg / ml

IV.

FORMULASI
4.1 Formulasi Acuan

Paraf

Waktu

Paraf

Berdasarkan formularium nasional halaman : 21

Injeksi Aminophylin
Tiap ml mengandung :
Aminophylinum
Aqua Pro injeksi

ad

24

mg

ml

(FORNAS Edisi 2 Hal.121 )


IV.2Formulasi Usulan

Injeksi Aminophylin
Tiap 1 ml mengandung :
Aminophilin

24

Natrii Chloridum
NaOH
Aqua Pro injeksi

mg
q.s
q.s

ad

ml

m.f inject no. VI da in vial 1 ml


IV.3Tonisitas
PTBaminophylin
= 0,10 ( Farmakope Indonesia )
C
= 0,024 /1 x 100 % = 2,4 %

W =

=
Untuk 30mL diperlukan NaCl sebanyak = 0,104 x 30 ml = 0,0312 gr
100
Hasil positif maka menunjukkan hipotonis , perlu ada penambahan NaCl.
a) Perhitungan bahan

Volume yang dilebihkan


V = (n + 2) C+ 6
= ( 10 + 2 ) 1,1 + 6
= 19,2 = 30 ml
1. Aminophilin
Aminofillin dilebihkan 5%

= 24 mg X 30 ml

= 720 mg

= 5% x 720

= 36 mg

Jadi, Aminofillin yang diambil = 720 mg + 36 mg


2. NaCl
= 0,0312 gr
3. NaOH
4. Aqua Pro injeksi
ad

= 756 mg
q.s
30 ml

b) Penimbangan Bahan
1. Aminofilin
= 756 mg = 750 mg
2. NaCl
= 0,0312 gr
3. NaOH
q.s
4. Aqua pro injeksi
ad
30 ml
c) Prosedur
1. Siapkan alat dan bahan dan lakukan sterilisasi sesuai dengan cara sterilisasi
yangtelah dicantumkan.
2. Timbang bahan-bahan yang akan digunakan dengan menggunakan gelas
arloji yang telah disterilkan terlebih dahulu.
3. Larutkan Aminophilin dengan aqua pro injection di dalam beaker glass yang
telah disterilkan.
4. Larutkan NaCl dengan aqua pro injection didalam beaker glass yang telah
disterilkan.
5. Campurkan kedua larutan diatas menggunakan beaker glass yang telah
6.
7.
8.
9.

disterilkan hingga terlarut.


Tambahkan aqua pro injection hingga 20 ml .
Cek pH sediaan hingga mencapai antara pH 9,2- 9,5
Tambahkan NaOH sampai pH stabil
Basahi kertas saring dalam corong dengan sedikit Aqua pro Injeksi, lalu saring

larutan.
10. Tambahkan aqua pro injection hingga 30 ml. kemudian masukkan larutan
kedalam Disposible Syringe
11. Masukkan larutan ke dalam 10 vial yang masing-masingnya berisi 1 ml
12. Tutup ampul dengan flamber
13. Sterilkan dengan posisi terbalik yang cocok ( ambil beaker glass taruh kapas

tutup dengan perkamen, lubangi kecil 6 masukkan ampul dengan posisi


terbalik, sterilakn dalam dandang 115-116 0c 15 menit).

V. EVALUASI SEDIAAN INJEKSI


A. Test kebocoran
Caranya :

ambil beaker glass taruh kapas tutup dengan perkamen, lubangi kecil 6 masukkan
ampul dengan posisi terbalik, sterilakn dalam dandang 115-116 0c 15 menit.
B. Kejernihan
Caranya:
Ampul atau botol diputar-putar secara vertical berulang-ulang di depan suatu latar yang gelap
dan sisinya diberi cahaya. Dengan demikian, serpihan gelas akan berjatuhan yang mula-mula
turun akan berkumpul di dasar ampul. Bahan melayang akan berkilauan bila terkena cahaya.
Pencahayaan menggunakan lampu Atherman atau lampu proyeksi dengan cahaya 1000 lux
3000 lux dengan jarak 25 cm.
C.pH
Caranya:
Pengujian dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus atau kertas universal (secara
konvensional) atau dengan pH meter.
D.Homogenitas
Caranya:
Pengujian homogenitas diberlakukan bagi suspense yang harus mennjukkan tampak luar yang
homogen setelah pengocokan dalam waktu tertentu menggunakan Viskometer Brookfield,
sedangkan homogenitas emulsi dilakukan secara visual.
Tabel Evaluasi Sediaan Injeksi Aminophylin
Ampul KeNo

Evaluasi
1

Kejernihan

Ph

Homogenitas

DAFTAR PUSTAKA
Niazi K. Sarfaraz;2009;Handbook of Pharmaceutical Manaufacturing Formulations;
New York; Informa Healthcare USA
Rowe C Raymond;2009;Handbook of pharmaceutical excipients 6th edition new;
Washington; Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association
Prawirosujanto, sunarto dkk;1979; Farmakope Indonesia edisi III; Jakarta;Depkes RI
Soesilo, slamet dkk;1995; Farmakope Indonesia edisi IV;Jakarta;Depkes RI
https://rissaafriani.wordpress.com/2014/03/15praktikum-pembuatan-injeksi-aneurin
hcl/

Anda mungkin juga menyukai