Anda di halaman 1dari 7

Warning Ekonomi Kepulauan Riau

Dr. Faharuddin, M.Si.


(Pengamat Sosial Ekonomi)
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau baru-baru ini mengeluarkan angka-angka
yang mencerminkan kondisi perekonomian Kepulauan Riau triwulan 3 tahun 2016. Secara umum
kondisi perekonomian Kepulauan Riau hingga triwulan 3 memberikan sinyal-sinyal negatif adanya
penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini perlu menjadi perhatian serius dari
Pemerintah Provinsi khususnya berkaitan dengan beberapa hal sebagai berikut.
Pertama, pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau sampai dengan triwulan 3 tahun 2016
mengalami perlambatan yang cukup besar. Secara kumulatif ekonomi Kepulauan Riau hanya tumbuh
4,90 persen, menurun dibandingkan pertumbuhan kumulatif triwulan 3 tahun lalu yang besarnya 6,30
persen, serta tahun 2014 sebesar 6,62 persen. Bahkan angka pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau
sudah berada di bawah angka pertumbuhan ekonomi nasional periode yang sama yang besarnya 5,04
persen. Kondisi ini harus menjadi warning bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi maupun
Pemerintah Kabupaten/Kota, karena di saat secara nasional kondisi ekonomi membaik dibandingkan
kondisi tahun lalu, ekonomi Kepulauan Riau justru terus menunjukkan penurunan.
Kedua, sektor industri sebagai tulang punggung ekonomi Kepulauan Riau dengan share
(kontribusi) terhadap PDRB lebih dari 38 persen pun ternyata mengalami perlambatan. Secara
kumulatif sektor industri Kepulauan Riau hanya tumbuh 4,56 persen. Bandingkan dengan
pertumbuhan sektor industri kumulatif sampai dengan triwulan 3 tahun lalu yang mencapai 6,30
persen, atau dua tahun yang lalu yang besarnya 6,84 persen.
Ketiga, ada pengurangan tenaga kerja yang cukup drastis di sektor industri setahun terakhir.
Menurut data BPS Provinsi Kepulauan Riau, tenaga kerja kerja sektor industri kondisi Agustus tahun
2016 mengalami pengurangan lebih dari 30 persen dibandingkan Agustus tahun 2015. Nampaknya
aliran tenaga kerja yang relatif besar terjadi dari sektor industri yang umumnya pekerja formal ke
sektor informal khususnya perdagangan kecil dan jasa perorangan. Hal ini mencemaskan kita semua
karena sektor informal biasanya identik dengan kemiskinan khususnya di daerah perkotaan.

Keempat, sektor pertanian (termasuk maritim), hingga saat ini masih memberikan kontribusi
yang kecil dalam perekonomian. Potensi maritim yang sangat besar nampaknya belum dimanfaatkan
secara optimal sehingga kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian baru sebesar 3,55 persen.
Serapan tenaga kerja di sektor ini pun masih cukup rendah hanya sebesar 11,97 persen dan belum
mengalami perubahan yang berarti dari waktu ke waktu.
Pemerintah baik di Pusat maupun daerah perlu menyikapi peringatan dini yang tercermin dari
data-data perekonomian triwulan 3 tahun 2016 tersebut. Perlu diambil langkah-langkah strategis
untuk mencegah keterpurukan yang lebih jauh lagi pada waktu yang akan datang.
Pertama, penyelamatan sektor industri sehingga fungsinya sebagai penopang utama
perekonomian dapat pulih kembali. Jika sektor industri terus terpuruk berpotensi meningkatkan
pengangguran akibat tidak terserapnya tenaga kerja yang masuk ke Kepulauan Riau, bahkan
sebaliknya akan terus terjadi pengurangan tenaga kerja di sektor industri. Dengan demikian, potensi
meningkatnya angka kemiskinan tidak dapat dielakkan karena tenaga kerja yang tidak terserap di
sektor industri tersebut akan masuk ke sektor informal dengan pendapatan yang jauh di bawah upah
minimum. Pemerintah Pusat memiliki andil yang besar untuk menciptakan iklim usaha yang baik
khususnya di Batam, bukan sebaliknya memberikan ketidakpastian usaha dengan ketidakjelasan
pengalihan status Batam menjadi kawasan ekonomi khusus, adanya kebijakan pemerintah yang
tumpang tindih antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat, serta kebijakan perizinan dan tata
ruang kota. Alih-alih menarik investor baru, perusahaan yang sudah beroperasi saat ini bahkan justru
akan memindahkan usahanya ke negara lain.
Kedua, Pemerintah perlu memicu munculnya investasi dalam negeri di samping investor asing.
Terciptanya iklim usaha yang baik di Kepulauan Riau selain akan mendorong banyaknya investasi
asing yang masuk ke Kepulauan Riau, juga akan mendorong pengusaha lokal berkiprah di dunia
industri. Selama ini sektor industri di Kepulauan Riau umumnya berbasis penanaman modal asing
(PMA). Artinya ada keterkaitan erat antara iklim usaha dalam negeri (Kepulauan Riau) dengan
potensi usaha di negara lain khususnya negara tetangga. Potensi usaha yang lebih menguntungkan di
negara lain bisa membuat pengusaha pindah menanamkan modalnya di negara lain. Padahal dalam

jangka panjang penanaman modal dalam negeri akan menjadi basis yang kokoh bagi perekonomian
daerah khususnya di Provinsi Kepulauan Riau.
Foreign direct investment memang menguntungkan perekonomian dalam negeri dengan
meningkatkan pendapatan nasional, terbukanya kesempatan kerja, serta terjadinya transfer teknologi
ke negara kita. Namun bukan berarti harus dibuka sebebas-bebasnya, karena investasi luar negeri
yang sangat dominan berpotensi memunculkan dominasi perekonomian oleh asing sehingga
mematikan industri dalam negeri, menciptakan ketergantungan teknologi, serta return atau nilai
tambah yang diperoleh berpotensi lari ke luar negeri. Dalam kondisi dominasi yang sangat tinggi
terhadap investasi asing dapat berpengaruh tidak hanya ekonomi dalam negeri tetapi juga terhadap
situasi politik. Pemerintah kita saat ini memang membutuhkan aliran dana asing menumbuhkan
ekonomi dalam negeri (daerah), tetapi keberpihakan yang berlebihan terhadap investasi asing dalam
jangka panjang tidak juga baik, sehingga perlu lebih teliti memilah-milah investasi mana yang
memberikan dampak positif yang tinggi tidak hanya dari sisi ekonomi sembari meminimalkan
dampak negatif yang mungkin timbul.
Ketiga, perlu penguatan sektor lain di luar sektor industri sebagai penopang tambahan bagi
ekonomi Kepulauan Riau. Bercermin dari kecenderungan beberapa tahun terakhir dan situasi saat ini,
sektor industri beberapa waktu ke depan diperkirakan masih akan terus melemah. Hal ini tentu saja
dapat memberikan dampak bagi melemahnya pertumbuhan ekonomi di Kepulauan Riau,
meningkatnya pengangguran, bahkan bertambahnya penduduk miskin. Terpangkasnya tenaga kerja
sektor industri dan aliran tenaga kerja ke sektor informal seperti yang disebutkan di atas sudah cukup
menjadikan warning bagi Pemerintah Daerah akan perlunya penguatan sektor lain di luar sektor
industri. Pemerintah daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota harus memainkan peran ini, jika
tidak keterpurukan ekonomi akan terus dialami.
Dilihat dari kontribusi terhadap PDRB dan daya serap tenaga kerja, sektor perdagangan dan
sektor jasa merupakan dua sektor yang potensial dikembangkan untuk menopang ekonomi Kepulauan
Riau. Namun, kedua sektor ini banyak diisi oleh usaha kecil serta tenaga kerja informal. Apa yang
harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah adalah memprioritas pembinaan dan pengembangan usaha
mikro dan kecil di Kepulauan Riau. Meskipun langkah ini tidak banyak menolong dalam memicu laju

pertumbuhan ekonomi tetapi jelas akan menjadi penyelamat dari bahaya meningkatnya pengangguran
akibat pengurangan tenaga kerja di sektor industri, serta bahkan dapat mencegah bertambahnya
penduduk miskin di Kepulauan Riau.
Keempat, dalam jangka panjang pembangunan sektor pertanian khususnya maritim mutlak
dilakukan karena potensi maritim yang sangat besar di Kepulauan Riau. Namun, ini bukan pekerjaan
yang sederhana dan segera dapat dinikmati hasilnya karena menyangkut pembangunan infrastruktur
maritim yang besar, penyediaan infrastruktur penyambung antara sektor maritim dengan sektor
industri, perdagangan, maupun jasa, serta penyiapan sumber daya manusia. Pemerintah jangan lagi
mengulangi kesalahan masa lalu yang fokus pada eksploitasi sumber daya alam tetapi lupa
menyiapkan link antara sektor maritim dengan sektor-sektor lainnya. Jadi konsep pengembangan
sektor maritim harus mengacu pada konsep agrobisnis yang mencakup pembangunan sektor maritim
dari hulu hingga ke hilir.

Biodata Ringkas Penulis:


Nama Lengkap

: Dr. Faharuddin, M.Si.

Pendidikan

: S1 Statistika, Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta


S2 Statistika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
S3 Ekonomi Pertanian, Universitas Sriwijaya Palembang

Pekerjaan

: PNS pada BPS Provinsi Kepulauan Riau

Alamat

: Jl. Statistik Raya Kp. Bukit Asri, Kel. Batu IX, Tanjungpinang

No Rekening

: 0059-01-058929-50-6 (BRI) a.n. Faharuddin

Anda mungkin juga menyukai