Anda di halaman 1dari 36

Rute tur jalan-jalan obat di dalam tubuh

kita (kinetika)
Saat kita minum obat, si obat ikut tur di dalam tubuh kita.

Rute turnya: Absorbsi Distribusi Metabolisme Eksresi (disingkat ADME untuk


mempermudah)
Absorpsi
per oral
Setelah obat diminum, obat ini akan mengalami disolusi di lambung. Setelah itu zat
aktif akan melewati dinding lambung / usus dan masuk ke pembuluh darah, proses
inilah yang dinamakan absorpsi.
Faktor yang mempengaruhi absorpsi diantaranya pH obat. Obat yang bersifat asam
lemah akan diabsorpsi di lambung karena di pH lambung adalah asam sehingga obat
tersebut akan banyak dalam bentuk molekul yang mudah untuk di absorpsi oleh
dinding lambung. Untuk obat basa lemah diabsorpsinya di usus.
Distribusi
Category Archives: Farmakokinetika

Farmakokinetika: Model 2 Kompartemen terbuka IV


Jun 12
Posted by denikrisna
Tanpa terasa besok UAS! Karena besok pertama Farkin yuk bahas dulu ^^b
Dari judulnya udah keliatan yang dibahas itu model 2 kompartemen. Trus bedanya
apa ama yang dulu (1 kompartemen)?
Pada model 1 kompartemen, obat menganggap tubuh seperti 1 ruang yang sama
dimana obat secara cepat terdistribusi ke semua jaringan
Pada model 2 kompartemen, obat menganggap tubuh seperti 2 bagian:

Kompartemen sentral: organ2 dimana perfusi darahnya cepat (misalnya


hati, ginjal)

Kompartemen perifer: organ2 dimana perfusi darahnya lambat (misalnya


otot, lemak)

Nah dari ringkasan di atas kita tahu bahwa pada model 2 kompartemen karena dia ada
2 kompartemen dia butuh suatu proses distribusi. Proses yang tidak terlalu nampak
pada model 1 kompartemen.

Gambar a merupakan model 1 kompartemen sedangkan gambar b adalah model 2


kompartemen. (Jambhekar dan Breen, 2009)

Perbedaan model 1 dan 2 kompartemen

Asumsi untuk model dua kompartemen pemberian IV:

Proses distribusi dan eliminasi mengikuti orde pertama

Obat tereliminasi dari kompartemen sentral

Data Darah

Pada pemberian obat secara IV, kurva yang diplotkan pada kertas semilog akan
memiliki 2 fase. (liat gambar sebelumnya).

Fase alfa = Fase distribusi

Fase beta = Fase post distribusi = Fase Eliminasi

Perhitungan Data

Pada perhitungannya metode yang umum (dan gampang) digunakan adalah metode
residual. Langkah-langkahnya hampir sama kaya metode residual pada 1
kompartemen EV. Hanya saja kadar residual kali ini adalah kadar residual dari fase
distribusi bukan absorpsi.

Diketahui
Dosis : 100 mg

Ditanya
Parameter Farmakokinetiknya

Langkah-langkah perhitungan
1. Plot waktu (x) vs log Kadar (y)

Kenapa harus digambar dulu? Dengan tau bentuk kurvanya kita bisa menentukan
mana yang termasuk fase distribusi dan mana yang termasuk fase eliminasi.
2. Regresi titik-titik yang termasuk fase eliminasi
Dari grafik, kita tau fase eliminasi dimulai dari waktu 4 jam. Jadi regresi t 4 jam 16
jam
Regresi : t vs ln Cp
a = 2,7135
b = -0,2106
r = -0,999

y = bx + a
ln Cp = t + B
ln Cp = -0,2106t + 2,7135

Sehingga
B = antiln a = 15,083
= b = 0,2106 /jam
3. Cari Kadar ekstrapolasi pada fase distribusi (Cp)
Caranya masukkan waktu (t) pada fase distribusi ke persamaan regresi yang didapat
pada fase eliminasi
Fase distribusi dari grafik didapat pada t
tapi inget yang didapat masih berupa lnCp! jadi harus di antiln
t0,25 = -0,261(0,25) + 2,7135 = 2,64825
Jadi Cp 0,25 = antiln 2,64825 = 14,129 g/ml
t0,5 = -0,261 (0,5) + 2,7135 = 2,583
Jadi Cp 0,5 = antiln 2.583 = 13,2368 g/ml
t1 = -0,261 (1) + 2,7135 = 2,4525
Jadi Cp 1 = antiln 2,4525 = 11,6174 g/ml
t1,5 = -0,261 (1,5) + 2,7135 = 2,322
Jadi Cp 1,5 = antiln 2,322 = 10,196 g/ml
t2 = -0,261 (2) + 2,7135 = 2,1915
Jadi Cp 2 = antiln 2,71915 = 8,9486 g/ml
4. Cari Kadar Residual (Cr = Cp Cp)

yang ini beda sama yang di 1 kompartemen Ekstra vaskular. Pada kasus di Ekstra
vaskuler, kadar residual yang berada di antara kedua garis tersebut Cr = Cp Cp.
Kenapa? Karena ekstrapolasi fase eliminasi ada di atas garis fase absorpsi.
Berbeda dengan kali ini. Kalo liat di grafik, kan yang di ekstrapolasi fase eliminasi.
Tapi hasil ekstrapolasinya ada di bawah fase distribusi. Karenanya kadar residual
yang berada di antaranya menjadi Cr = Cp = Cp
Jadi biar g bingung liat kurva aja. Yang di ekstrapolasi ada di atas / di bawah

Kadar Residual :
t 0,25 = 43 14.129 = 28.871 g/ml
t 0,5 = 32 13.2368 = 18.7632 g/ml
t 1 = 20 11,6174 = 8.3826 g/ml
t 1,5 = 14 10,196 = 3.806 g/ml
t 2 = 11 8,9486 = 2.0514 g/ml
5. Regresi linier t vs ln Cr
a = 3.6958
b = -1.5244
r = -0.99845
A = antiln a = 40.2795
= b = 1.5244 /jam
NB: hasil perhitungan saya agak berbeda dengan di shargel terutama di fase distribusi
karena beda pembulatan aja.

Parameter Farmakokinetika

t 1/2 = 0.693 / = 0.693/1.5244 = 0.4546/jam

t 1/2 = 0.693 / = 0.693/0.2106 = 3.2905/jam

AUC = (A/) + (B/) = (40.2795/1.5244) + (15.083/0.2106) = 98.0424


jam g/ml

Co = A + B = 40.2795 + 15.083 = 55.3625 g/ml

V1 = Div/Co = 100/55.3625 = 1.8063 L

K12 = ((A.B(-)2) / ((A+B)(A+B) = 0.6018/jam

K21 = (A+B)/A+B = 0.2771/jam

V = Varea = F.Div/.AUC = 4.8431 L

V2 = V1 x (K12/K21) = 3.9229 L

Vss = ((K12 + K21)/K21) x V1) = 5.7292 L

Cl = Div/AUC = 1.01997 jam/L

Kalo ada yg itungannya beda jauh bilang ya. mata sakit liat angka sebanyak ini ==

Amount in the body


Misal: berapa jumlah obat yang tersisa 18 jam kemudian?
1. Masukkan t ke persamaan regresi linier fase eliminasi
Ln Cp (18) = -0.2106(18) + 2.7135 = -1.0773
Cp (18) = antiln -1.0773 = 0.3405 g/ml
2. Cari Ab
Ab = V x CP(18)
Ab = 4.8341 x 0.3405 = 1.646 mg
Ditulis dalam Farmakokinetika
2 Komentar

Farmakokinetika Obat-Model 1 Kompartemen


Terbuka Ekstravaskuler
Apr 3
Posted by denikrisna
Kalo sebelumnya kita bahas kinetika dalam model satu kompartemen terbuka
pemberian intravaskuler, kali ini kita ngomongin hal yg judulnya cuma berbeda di
bagian ekstravaskuler.
Nah walau cuma beda antara kata ekstra- dan intra, tapi memberikan perbedaan yang
besar dalam kinetika obat. Dalam hal ini terutama yg kita bahas yang per oral. Emang
beda seberapa jauh sih?
Absorpsi

Dalam pemberian intra vena yang dibahas sebelumnya, proses ini ndak ada atau
dianggap obat terabsorpsi sangat cepat ke pembuluh darah. Pada pemberian per oral
obat g langsung masuk ke pembuluh darah, tp dia harus masuk ke lambung dulu dan
diabsropsi entah di lambung/usus tergantung pHnya (lebih lengkapnya liat disini)

tuh seperti gambar di atas setelah obat dari saluran Gastrointestinal (GI) diabsorpsi,
baru dia bisa masuk ke tubuh (kotak putih) di sinilah baru obat bisa berefek. Trus
setelah selese ia diusir dengan eliminasi.

Lah terus maksud tulisan di bawahnya?


Nah Dosis yang kita berikan itu g semuanya masuk ke pembuluh darah. Inget kalo
diintravaskuler DB0 = dosis yg kita berikan.
Pada ekstravaskuler jumlah obat yang diterima oleh obat g sama ama dosis yg kita
berikan. Pertama saat dia diabsorpsi ada sejumlah obat yang ilang. Ilang maksudnya
ada obat yang g keabsorpsi semua, terus selain itu setelah nembus lambung mereka
masuk ke vena hepatic dan dimetabolisme oleh hati di metabolisme lintas pertama
(first pass effect).
Inilah yang dimaksud DGI atau jumlah obat yang ada di saluran gastrointestinal yang
menyangkut juga tentang laju absorbsi obat.
Selain itu ada juga DE atau jumlah obat yang dieliminasi
Sehingga jumlah obat yang diterima tubuh/dalam saluran darah sistemik (DB) itu
tergantung pada DGI dan DE seperti rumus di atas

Kurva kadar plasma-waktu

Kurva pada ekstravaskuler dan intravaskuler sudah terlihat kan bedanya? kalo di
ekstravaskuler ada fase absorpsinya.

Pada masing2 fase, perbedaan laju absorpsi dan eliminasi berbeda:

Pada fase absorpsi : laju absorpsi obat lebih besar dari laju eliminasi
(dDGI/dt > dDE/dt)

Pada waktu konsentrasi puncak (Cmax) : laju eliminasi obat = laju


absoprsi (dDGI/dt = dDE/dt)

Setelah obat mencapai puncak (fase pasca absorpsi) , obat2 tsb g


langsung ilang semua. tp ada beberapa obat yang masih berada di saluran
cerna. Namun laju eliminasinya lebih cepat dari laju absorpsinya (dDGI/dt
< dDE/dt)

Pada fase eliminasi dimana obat jumlahnya jauh berkurang, yang terjadi
hanyalah eliminasi. Fase absorpsi tidak terjadi dan dianggap nol. Fase
eliminasi ini biasanya mengikuti orde ke satu (dDB/dt = -KDB)

Model Absorpsi orde ke satu

kebanyakan obat mengikuti orde ke satu.Model ini menganggap laju absorpsi dan laju
eliminasi juga termasuk orde ke satu.
Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa pada saat diabsorpsi obat tidak
sepenuhnya sampai di saluran sistemik. Parameter yang dipakai untuk menunjukkan
fraksi obat yang sampai di saluran sistemik yaitu F (bioavailabilitas). Selain itu ada
pula Ka atau tetapan laju absorpsi obat di saluran gastro intestinal.
dDGI / dt = Ka x DGI x F
(Tanda minus hanya menunjukkan kadar obat di saluran GI berkurang)
atau jika diubah menjadi bentuk eksponensial

Do merupakan dosis awal yg diberikan


Sedangkan untuk eliminasi faktor yang berpengaruh adalah tetapan laju eliminasi K
dDE/dt = -K x DB

Sehingga jika kita memasukkan persamaan2 tersebut pada dDB/dt = dDGI/dt


dDE/dt menjadi:
dDB/dt = (Ka x DGI x F) (K x DB)
atau bisa juga ditulis

Persamaan itu jika diutek2 bisa jadi persamaan untuk menghitung konsentrasi obat
(Cp) dalam plasma pada waktu t

Selain itu kita juga dapat mencari kadar puncak (Cmax) dengan rumus:

(adapted from Shargel, 2004)


harga A kita dapet dari antiln intersep ekstrapolasi kurva absorpsi.
harga B kita dapet dari antiln intersep ekstrapolasi kurva eliminasi
Metode2 Penetapan Ka

1. Metode Residual
Pada metode residual nilai Ka dianggap sangat besar dibanding K (Ka >>> K)
Sehingga laju absorpsi cepat dan absorspsinya dianggap sempurna
Persamaan Cp menjadi:

atau diperoleh juga

dimana A adalah suatu tetapan


sehingga persamaan Cp menjadi

Trus untuk mencari Ka langkah2nya:


1. Gambar konsentrasi obat vs waktu pada kertas semilog
2. Tentukan minimal 3 titik di bagian eliminasi yg lurus lalu buat regresi linier,
kemudian diekstrapolasi.
Dapet y = bx +a
b = slope = K (tetapan laju eliminasi)
a = intersep, anti ln a = B
3.) Tentukan 4 titik pertama di fase absorpsi
4. Cari kadar ekstrapolasi (C) dengan cara memasukkan variabel waktu dari 4 titik di
fase absorpsi yg kita pilih

(3) ke persamaan regresi linier (2)

5. Cari kadar Residu (Cr) dengan cara: Kadar residu = kadar ekstrapolasi (C) Cp
6. Ubah Cr jadi bentuk ln
7. Regresi ln Cr vs t.

8. Ketemu y = bx + a
b = slope = Ka (Tetapan laju absorpsi)
a = intersep, anti ln a = A
9. Bisa nyari harga Cp max deh

(adapted from Shargel, 2004)


dan juga bisa nyari t max ( waktu dimana Cp max tercapai) ^^
tmax = ln (Ka/K) / Ka-K
Setelah dapet variabel A,B,K, dan Ka bisa nyari semuanya sih hhe
AUC 0-inf = (B/K) (A/Ka)
Vd = (F x Ka x Do) / (Ka x AUC 0-inf)
Clearance total = K x Vd
t 1/2 absorpsi = 0,693 / Ka
t 1/2 eliminasi 0,693 / K

2. Metode Wagner Nelson


pada metode ini nantinya kita cari prosen obat yang tidak diabsorpsi (1-Ab/Abinf)
vs T
Total dosis obat (Do) dihitung semuanya baik yg di dinding usus (DGI), urin (DU)
maupun yg ditubuh (DB).
Do = DGI + DB + DU

jika obat semua sudah diabsropsi (DGI = 0) persamaannya jadi : Do = DB + DU


Du sendiri dapat didapatkan dari: Du = k x Vd x (AUC)o-inf
parameternya:
Ab t = jumlah obat yang diabsorpsi pada waktu t
Ab = Cp x Vd + k x Vd (AUC)o-inf
fraksi obat yang masih harus diabsorpsi

sisa obat di GI tiap waktu

Langkah2 penentuan Ka
1. Gambar log konsentrasi obat vs waktu pada kertas semilog
2. Cari K dengan regresi linier t vs Cp
3. Cari (AUC)t-o dengan metode trapesium
untuk AUC yang terakhir gunakan rumus (Cp pada waktu terakhir / K)
4. Jumlahkan semua AUC hingga didapat (AUC)0-inf
5. Hitung K x (AUC)t-o untuk mendapatkan K (AUC)t-o
6. Untuk mencari Ab/Ab inf dapat digunakan rumus langsung

Cp kadar sesuai soal (data)


K didapat dari langkah nomor 2
(AUC)t-o didapat dengan metode trapesium
(AUC)inf merupakan jumlah semua AUC
7. Cari harga 1-Ab/Abinf
8. Regresi t vs 1-Ab/Abinf
dapet y = bx + a
b = Ka
Sekian dulu ya rangkuman ttg model 1 kompartemen terbuka ekstravaskuler
maaf g pake contoh soal karena sudah capek hhe ^^v
Ditulis dalam Farmakokinetika
2 Komentar

Farmakokinetika Obat-Model 1 Kompartemen


Terbuka Intravaskuler
Apr 3
Posted by denikrisna

Pada model satu kompartemen tubuh dianggap sebagai satu kesatuan. Jadi obat masuk
dan secara cepat terdistribusi ke semua bagian lalu obat juga dapat keluar dari tubuh
karena merupakan kompartemen terbuka.
Selain itu model kompartemen satu terbuka tidak menghitung kadar obat yang
sebenarnya dalam jaringan, tapi menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat
dalam plasma mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam
jaringan.
Jadi saat kita analisis kadar obat dalam darah, maka nilai yg kita dapat dianggap
sebanding dengan kadar obat dalam jaringan.
Tapi konsentrasi obat dalam berbagai jaringan tidak sama pada berbagai waktu.
Model satu kompartemen terbuka intravena

Pada pemberian intravena, semua obat langsung masuk ke pembuluh darah dan
didistribusikan.
Dalam hal ini volume dimana obat terlarut disebut Volume distribusi (Vd)
rumus:

untuk orde 1

Vd = DB0 / Cp0
atau
Vd = Dosis / Cp0
dimana,
DB0 merupakan kadar obat dalam tubuh mula2 atau sama dengan dosis yg
diberikan
Cp0 merupakan kadar obat dalam plasma mula2. didapat dari anti ln K pada
persamaan regresi linier t vs Cp
(n.b. kalo soal uts dapet yg model kompartemen 1 terbuka i.v nyari Vdnya
pake ini aja. baru kalo ditanya yg ekstravakular ini g bisa dipake)

untuk yg mana aja (tidak tergantung orde)

Vd = Dosis yang diberikan secara i.v / (K x AUC)


K = tetapan laju eliminasi, didapat dari regresi linier t vs Cp
AUC = area under curve, pada model kompartemen satu terbuka i.v dapat
digunakan rumus: Cp0/K
Selain itu Vd dapat juga dinyatakan sebagai %
(Vd/berat badan) x 100% = %BB
Ada juga Tetapan Laju Eliminasi (K) yang terdiri dari:

Tetapan Laju eliminasi (K) = Tetapan Laju metabolisme (Km) + Tetapan Laju
Eksresi (Ke)
Pada model ini reaksi mengikuti REAKSI ORDE 1
Masih inget kan pada reaksi orde 1 persamaannnya pake log atau ln (mending pake ln
sih soalnya pake kalkulator jg hhe)
lnDBt = lnDB0 kt
dimana,
DBt = jumlah obat dalam tubuh pada waktu t
DB0= jumlah obat dalam tubuh mula2 = dosis
atau jika yang diketahui adalah kadar obat dalam plasma=
lnCpt=lnCp0 kt
Cpt = kadar obat dalam plasma pada waktu t
Cp0= kadar obat dalam plasma mula2
ntar kalo mau ngrubah jadi DB pake rumus ini: DB = Vd x Cp
Perhitungan dari data eksresi urin

Selain pake data darah, kita jg bisa pake data eksresi urin.
Sampel urin sering dipakai dalam studi farkin untuk mempelajari disposisi obat dan
untuk menentukan:
Tetapan laju eliminasi (K), Waktu paruh (t1/2), Clearance total (Clt)
namun sayangnya kalo lewat urin kita g bisa ngitung Vd, Vd cm bisa diitung pake
data darah

Syarat metode urin valid:


1. minimal 10% obat dieksresikan dalam bentuk utuh di urin
2. digunakan / dilakukan water loading supaya kondisi tidak dehidrasi
3. penetapan kadar obatnya harus spesifik (selektif)
4. diperlukan pengosongan kandung kemih secara sempurna. Biasanya
digunakan kateter sehingga air secara difusi pasif akan mengalir keluar
sendiri
5. Bila urin tidak segera dianalisis: jika sampel 20-50ml distabilkan dengan
toluen sebanyak 0.5 1 ml dibekukan (toluen mencegah oksidasi urin)
6. Semua sampel urin harus dapat dikumpulkan. Dalam sampel urin yang
penting jumlah obatnya bukan kadar obatnya
7. lamanya pengambilan cuplikan urin 7-10x t1/2 (kalo sampel darah cuma
3-5x t1/2)

Clearance (Cl)
Clearance merupakan suatu parameter yang menyatakan kemampuan tubuh untuk
mengeliminasi obat tanpa mempersalahkan gimana mekanismenya.
dinyatakan dalam satuan volume / waktu (ml/jam atau ml/menit dll)
Clearance total (Clt) = Clearance renal (Clr) + Clearance hepatic (Clh)
Clearance total (Clt) = k x Vd
atau
Clearance total (Clt) = Dosis iv / AUC

Perhitungan K dari data urin


selain lewat darah, K juga dapat diitung dari data eksresi urin.
Laju eksresi urin jg dianggap sebagai orde 1
Du/dt = ke.DB
masukin aja data yg didapat ke persamaan berikut:

lnDu/dt = lnKe.DB0 k x t mid


dimana,
Du = jumlah obat utuh yang dieksresikan lewat urin
Ke = tetapan laju eksresi ginjal
DB0 = jumlah obat dalam tubuh mula2 = dosis yang diberikan
t* = tmid atau waktu di antara pengambilan. misalnya di antara 0 5 berarti tmidnya
2,5
oia persamaan tersebut didapat dengan memplotkan data t vs logDu/dt
slope = -K/2,303

Metode untuk ngitung parameter2 pada pengambilan urin


1. Metode kecepatan eksresi obat
metode ini kayak (emang sama sih) ama perhitungan untuk nyari K
lnDu/dt = lnKe.DB0 k x t mid
persamaan di atas dibuat dari regresi linier antara Du/t vs t mid
2. Metode sigma minus atau ARE (Amount of Drug Remaining to be Excreted)
metode ini agak lebih ribet daripada metode satunya. Kelemahannya pun lebih
banyak. Namun kadang2 lebih disukai karena fluktuasi data laju eliminasi lebih kecil.
rumusnya:
ln(Du inf Du kum) = lnDuinf kt
Du inf = jumlah total obat yang dieksresikan dalam urin
Du kum = jumlah kumulatif obat yang sudah dieksresikan

Du inf Du kum = ARE = jumlah obat yang belum dieksresi


Comparison of those methods
1. Pengambilan data

metode kecepatan eksresi tidak memerlukan pengambilan data sampai


Du inf (tak terhingga)

ARE harus sampai D inf dan g boleh ilang satu sampel pun

2. Pengosongan kandung kemih

metode kecepatan eksresi pengosongan kandung kencingnya harus


sempurna biar valid

ARE g masalah. yg diitung juga yg belum dikeluarin

3. Orde

metode kecepatan eksresi bisa untuk orde satu dan nol

ARE cm bisa untuk orde 1

4. Penentuan tetapan laju eksresi (Ke)

metode kecepatan eksresi bisa

ARE g bisa

Contoh Perhitungan

jeng jeng jeng jeng backsound detective conan (niru bio twit seseorang :P)
kalo g ada perhitungan bukan farkin namanya. yuk mari kita belajar perhitungan biar
g cenat-cenut besok,ahay!
Soal (diambil dari Shargel edisi 5 tp di kuliah jg ada hhe)

dari data tersebut diketahui:


berat badan = 50 kg
dosis obat = 20mg/kg
jadi dosis pemberiannya = 50 kg x 20 mg/kg = 1000 mg
kita coba ukur pake dua metode di atas yuk ^^
Metode kecepatan eksresi obat
nah untuk pake metode ini kan nantinya yg dibuat persamannya itu Du/t vs t mid
makanya kita perlu cari dua angka2 itu.

caranya?
Du/t = Du(mg) dibagi ama waktu (jam) jadinya Du/t dalam satuan (mg/jam)
t mid = waktu tengah2 antara kedua waktu. contoh data ke 1 kan 0,25 dan data kedua
0,5 tmidnya jd 0,375. Lah yg untuk data pertama 0,25 gimana? tetep tmidnya dia
setengah dari 0,25 saja yaitu 0,125
hasilnya

trus buat regresi linier t mid vs lnDu/t


kenapa? karena orde 1
jadinya persamaan kurva bakunya
y = bx + a
y = -0.6797x + 6.5479 atau y = 6.5479 0.6797x
mirip ama persamaan ini kan?
lnDu/dt = lnKe.DB0 kt*
sehingga parameter lainnya
k = b = 0,6797/jam
t1/2 = 0,693/k = 0.693/0.6797 = 1,01 jam
ke = ln2/(t1/2) = ln 2 / 1,01 = 0.6798/jam
dari data di atas didapat bahwa harga k dan ke hampir sama, ini berarti hampir semua
obat tidak dimetabolisme dan didapat utuh di urin
Metode ARE

kan nanti dipake ARE vs tmid


ARE sendiri = D inf D kum
D inf adalah harga D kumulatif terbesar / jumlah semua D
D kum adalah penjumlahan D
jadi nanti tabelnya seperti berikut:

trus buat regresi linier t mid vs lnARE


sisanya sama ama yg kaya di metode kecepatan eksresi
sekian dulu tentang model 1 kompartemen intravaskular.
yg ekstravaskular entah nututi atau g hhe
kalau ada kesalahan mohon koreksinya ^^b
Ditulis dalam Farmakokinetika
6 Komentar

Kenalan dengan Farmakokinetika!


Apr 2
Posted by denikrisna

Senin sudah uts! cenat cenut karena matkul pertama Farmakokinetika!


Farmakologi, farmakodinamik, farmakokinetik, bedane opo cak?

Farmakologi sendiri sebenernya bisa dibagi 2: Farmakokinetika & Farmakodinamik

Farmakodinamik: Mempelajari efek obat terhadap tubuh

misalnya parasetamol nanti cara kerjanya gimana? mekanisme analgetiknya gimana?

Farmakokinetik : Mempelajari kinetika obat (absorbsi, distribusi,


metabolisme, eksresi) atau ada referensi yg menyebut pengaruh tubuh
terhadap obat

misalnya berapa waktu paruh parasetamol di dalam tubuh? berapa konstanta absorbsi
dan
eliminasinya?

Emang Penting ya?


Penting banget.
Tau kan antibiotik amoxicillin? sehari biasanya diminum 3x sehari
Ada juga obat yang namanya digoksin (obat jantung), sehari minumnya 1x sehari
Loh kok keduanya beda waktu pemakaiannya? ada yg 3x sehari ada yg 1x sehari?
Jawabannya: Karena perjalanan di dalam tubuh tidak sama (kinetika berbeda)

Rute tur jalan-jalan obat di dalam tubuh kita (kinetika)

Saat kita minum obat, si obat ikut tur di dalam tubuh kita.

Rute turnya: Absorbsi Distribusi Metabolisme Eksresi (disingkat ADME untuk


mempermudah)
Absorpsi
per oral
intra vena

Setelah obat diminum, obat ini akan mengalami disolusi di lambung. Setelah itu zat
aktif akan melewati dinding lambung / usus dan masuk ke pembuluh darah, proses
inilah yang dinamakan absorpsi.
Faktor yang mempengaruhi absorpsi diantaranya pH obat. Obat yang bersifat asam
lemah akan diabsorpsi di lambung karena di pH lambung adalah asam sehingga obat

tersebut akan banyak dalam bentuk molekul yang mudah untuk di absorpsi oleh
dinding lambung. Untuk obat basa lemah diabsorpsinya di usus.
Distribusi
Setelah obat ngelewati dinding usus/lambung, ia akan masuk ke aliran darah. Di aliran
darah ia akan dibawa jalan-jalan ke organ2.
Untuk obat yang dikonsumsi secara per oral obat itu dibawanya lewat vena hepatic ke
hati
Metabolisme

Seperti yang dijelaskan di atas, untuk obat-obat ekstravaskular yang digunakan per
oral ia akan dibawa oleh vena hepatic ke hati. Jadi sebelum dibawa ke saluran
sistemik obat2 per oral akan masuk ke hati dulu untuk dimetabolisme oleh enzim
Cytochrome P450 atau disebut mengalami metabolisme lintas pertama, disebut jg first
pass effect atau presystemic metabolism. Setelah itu baru obat2 masuk ke saluran
sistemik menuju jaringan2 targetnya.
Metabolisme obat bisa:
1. Merubah obat yang semula aktif menjadi bentuk tidak aktif
2. Merubah obat tidak aktif (prodrug) menjadi bentuk aktifnya
3. Tidak merubah sifat obat (aktif tetep aktif)

Selain itu metabolisme juga mengubah senyawa menjadi lebih polar. Supaya mudah
larut dalam urin untuk dikeluarkan
Eksresi

Pengeluaran zat yg sudah dimetabolisme. Bisa berupa urin maupun feces


Kurva Kadar Obat dalam Plasma vs Waktu

Kurva ini didapat kalo kita ngukur konsentras obat dalam cuplikan plasma pada
berbagai waktu. trus diplotin jd kurva.
Waktu sebagai variabel bebas (karena kita yang nentuin ngambil kapan) ada di sumbu
x
Konsentrasi obat sebagai variabel tergantung ada di sumbu y

Beberapa parameter yang harus kita perhatikan dalam grafik ini:


1. MEC atau Minimum Effect Concentration merupakan kadar minimal yang harus
dicapai obat agar berefek. Jika konsentrasi obat masih dibawa MEC maka obat belum
berefek
2.MTC atau Minimum Toxic Concentration merupakan kadar dimana obat mulai
bersifat toksis bagi tubuh.

3. Therapeutic Range merupakan konsentrasi dimana obat berefek dalam batas yang
aman dan tidak toksik. beberapa obat seperti digoksin memiliki therapeutic range
yang sempit sehingga dalam pengobatan harus berhati-hati karena jika berlebihan
dapat menyebabkan toksisitas
4. Onset merupakan waktu dimana obat mulai berefek atau memasuki MEC
5. t max merupakan waktu dimana kadar obat dalam plasma sampai pada puncaknya
6. Cmax merupakan kadar maksimum yang dapat dicapai obat pada plasma
7. AUC atau Area Under Curve menunjukkan jumlah obat di dalam plasma
8. Duration of Action menunjukkan rentang waktu dimana obat berefek (memasuki
MEC) sampai tidak berefek (turun dari MEC)
Selain itu ada pula yang disebut Frekuensi Pemberian. Frekuensi Pemberian
merupakan jarak (interval) antar pemberian obat.
Dari grafik di atas dapat kita lihat:
1. Jika frekuensi pemberian kecil berarti eliminasi obat lebih lambat
2. Jika tan alfa dari grafik (kadar/waktu) lebih besar, berarti eliminasi lebih cepat
3. Jika t1/2 (waktu dimana obat tereliminasi 1/2nya) lebih kecil (cepat). berati
eliminasinya lebih cepat
obat yg t1/2nya kecil lebih cepet dieksresiin daripada obat dengan t1/2 lebih gede
(lama)

Parameter Farmakokinetik

merupakan besaran yang diturunkan secara matematis dari hasil pengukuran obat atau
metabolit aktif dalam darah atau urin.
Parameter farmakokinetik dibagi menjadi:

1. Parameter primer
Merupakan parameter yang harganya dipengaruhi secara langsung oleh variabel
fisiologis, yaitu:
a.) Clearance (Cl) menunjukkan berapa banyak urin yang dikeluarkan per waktu /
kemampuan mengeliminasi (satuannya: volume/waktu)
parameter ini dipengaruhi oleh ginjal.
Rumus : Cl = Konstanta eliminasi (Ke) x Vd (Volume distribusi)
b.) Volume distribusi (Vd) menggambarkan volume teoritis dimana obat
terdistribusi pada plasma darah
Rumus: Vd = Dosis (Do) dibagi Cpo (kadar) <- hanya untuk 1 kompartemen terbuka
c.) Tetapan Kecepatan absorbsi (Ka) dipengaruhi oleh enzim, luas permukaan, fili
dan fisiologi usus
2. Parameter sekunder
dipengaruhi oleh parameter primer
a.) waktu paruh (t1/2) Jika terjadi gangguan pada ginjal yang menyebabkan
clearance terganggu maka waktu paruh juga terpengaruh
Jika Clearance naik maka t1/2 turun -> karena obat cepet dieksresi
Jika Clearance turun maka t1/2 naik -> karena obat lama dieksresi
3. Parameter turunan
parameter ini dipengaruhi oleh parameter primer, sekuinder maupun besaran lain
misalnya
Area Under Curve (AUC) yang dipengaruhi oleh Clearance. Jika fungsi eliminasi
turun maka AUC akan naik dan sebaliknya.

Model Farmakokinetik

Model farmakokinetik diperlukan sebagai model yang menggambarkan distribusi obat


1. Model Mammillary
merupakan model yang paling umum digunakan.
terdiri dari satu / lebih kompartemen perifer yang dihubungkan ke kompartemen
sentral
Kompartemen sentral mewakili jaringan2 yang kesetimbangan obatnya cepat terjadi

Ka menunjukkan tetapan laju absorpsi


2. Model Caternary
Model ini terdiri atas kompartemen2 yang berderet
bedanya dengan moel Mammilliary:
Model Mammiliary terdiri atas kompartemen2 perifer yang mengelilingi
kompartemen sentral.
Sementara model Caternary tidak menunjukkan hal tersebut
Sehingga model caternary tidak banyak digunakan
3. Model Fisiologik
Dikenal juga sebagai model aliran darah atau model perfusi
merupakan model farmakokinetik yang didasarkan atas data anatomik dan fisiologik
Metode ini lebih akurat tapi ribet
Hukum Michaelis Menten

intinya sih hukum ini menunujukkan model kinetika enzim


S = menunjukkan jumlah substrat
V= menunjukkan kecepatan reaksi
Pada saat kita ngasih obat, kecepatan reaksi akan naik perlahan2 karena obat itu
gandeng substrat.
Jika kita ngasih substrat terus2an maka grafik akan lurus. mengapa? karena jumlah
enzim itu terbatas!
g bisa gandeng setiap substrat yang kita kasih.

pada saat substrat belum jenuh, maka akan ada sebuah garis lurus (linier) itulah
dimana reaksi orde 1 digambarkan terjadi
sementara saat enzim sudah tidak bisa gandeng lagi dan mencapai vmax (saturasi)
itulah reaksi orde nol
Perbedaan antara orde 1 dan nol
Zero order
1. t1/2 tergantung dosis
2. eliminasi jenuh (saturasi)
3. Non linier farmakokinetik
First order
1. t1/2 tidak tergantung dosis
2. Eliminasi non jenuh
3. Linier farmakokinetik

Persamaan orde 1 dan nol


langsung ditulis secara ringkasnya ya. kalo integral2nya bisa dibaca sendiri hehe
Persamaan2 mengikuti persamaan garis y = bx + a
dimana x merupakan t
b dan a tergantung dari ordenya
Persamaan reaksi orde 1
Ln At = Ln Ao Kt
At = obat yang siap beraksi pada waktu ke t

Ao= obat yang siap beraksi mula2


K= tetapan kecepatan reaksi orde 1
t= waktu
sehingga
a=Ln Ao
b=K
*harga negatif menunjukkan arah kemiringan grafiknya
dari persamaan itu kita bisa ubah2:
K= (LnAo LnAt) / t
seperti yang sudah kita ketahui bahwa reaksi orde satu waktu eliminasinya tidak
tergantung dosis, sehingga persamaan t1/2 nya:
t1/2 = 0,693 / K
Persamaan reaksi orde nol
At = Ao kt
At = obat yang siap beraksi pada waktu ke t
Ao= obat yang siap beraksi mula2
K= tetapan kecepatan reaksi orde 1
t= waktu
dari persamaan itu kita bisa ubah2:
K= (Ao At) / t

seperti yang sudah kita ketahui bahwa reaksi orde nol waktu eliminasinya tergantung
dosis, sehingga persamaan t1/2 nya:
t1/2 = Ao / 2Ko
Persamaan antara kedua orde itu sebenernya sama. Jd ngapalinnya kalo yg orde 1
cuma ditambah ln kalo orde nol g usah.
sehingga
a=Ao
b=K
*harga negatif menunjukkan arah kemiringan grafiknya
Kalo ada kesalahan mohon koreksi ya
Selanjutnya (kalo g males) nulis lanjutannya ^^b
Ditulis dalam Farmakokinetika
10 Komentar
Tag: ADME, Farmakokinetika

Anda mungkin juga menyukai