Anda di halaman 1dari 11

TIKA DALAM AUDITING

Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Etika Bisnis dan Profesi Akuntansi, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Disusun Oleh:
Rohaeni Anisa : 110040113
Voni Mulan : 110040118
Allan M.Z.K : 111040101
R. Harry P : 110040127
Andriatma N : 110040116
Aditya Sidiq N : 110040141
Tabrani : 110040120
KELOMPOK 6
Tingkat/Semester: III/VI
Kelas: Akuntansi D
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
Jl. Pemuda No. 32 Telp. (0231) 206558 Cirebon 45132
http://unwagati-crb.ac.id

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Dzat yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang untuk setiap ciptaan-Nya. Berkat karunia dan hidayah-Nya yang telah
memberi kemudahan khususnya bagi kami dalam menyusun tugas makalah ini. Makalah
mengenai Etika Dalam Auditing ini kami buat demi untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Etika Bisnis dan Profesi Akuntansi.
Terimakasih kami ucapkan kepada Dosen pembimbing Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi
Akuntansi, kami yaitu ibu Wiwit. SE., MM., Ak yang telah membantu dalam menyusun
makalah ini. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi semua orang, khususnya bagi yang membaca makalah ini.

Cirebon, April 2013


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, etika dalam berbagai hal sangatlah dijunjung tinggi oleh
kebanyakan orang. Etika dianggap sebagai sesuatu hal yang bernilai tinggi,
begitu juga dalam hal proses auditing. Dalam proses auditing, seorang auditor
haruslah bekerja dan bertindak secara professional sesuai dengan etika dan
aturan yang ada. Etika dan regulator itu telah ditetapkan oleh pasar modal
dan BAPEPAM. Pengambilan keputusan seorang auditor nantinya sangat
berpengaruh kepada public dan para pengguna keputusan. Untuk itu dalam
makalah ini akan dibahas mengenai etika dalam auditing. Akan dibahas pula
bagaimana regulasi etika profesi seorang auditor.
1.2 Rumusan Masalah
Pada penulisan sebuah makalah, akan menimbulkan beberapa
pertanyaan yang pada bab ini akan dicari pemecahan dengan penjelasan dan
penjabarannya. Berikut rumusan masalah yang terdapat dalam makalah
berjudul Etika Dalam Auditing yaitu :
1.

Apa yang dimaksud dengan Etika dalam Auditing ?

2.

Bagaimana tanggung jawab auditor kepada public ?

3.
Bagaimana hubungan etika dalam auditing dengan kepercayaan
public?
4.

Apa saja tanggung jawab dasar seorang auditor ?

5.

Bagaimana regulator tentang independensi seorang akuntan public ?

1.3 Manfaat dan Tujuan


Sebuah makalah ditulis tentunya dengan manfaat dan tujuan yang
ingin dicapai, sehingga makalah dapat bermanfaat tidak hanya sebagai
sebuah tugas yang hanya dituntut untuk menyelesaikannya saja. Berikut
tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam makalah berjudul Etika
dalam Auditing :
1.
Dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi mahasiswa/pembaca
lainnya mengenai bagaimana Etika dalam Auditing
2.
Dapat memberikan pengajaran bahwa sebagai seorang yang berprofesi
sebagai auditor haruslah bekerja sesuai dengan integritasnya dan tidak
melanggar etika dan aturan yang telah diciptakan BAPEPAM dan Pasar
Modal.
3.
Sebagai referensi dalam penulisan makalah-makalah yang berhubungan
dengan etika dalam auditing lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Etika Dalam Auditing (Independensi, Tanggung Jawab Auditor)
2.1 Definisi etika
Secara garis besar etika dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral yang
dimiliki oleh setiap orang. Dalam hal ini kebutuhan etika dalam masyarakat sangat mendesak
sehingga sangatlah lazim untuk memasukkan nilai-nilai etika ini ke dalam undang-undang
atau peraturan yang berlaku di negara kita. Banyaknya nilai etika yang ada tidak dapat
dijadikan undang-undang atau peraturan karena sifat nilai-nilai etika sangat tergantung pada
pertimbangan seseorang.
2.2 Definisi Auditing
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang
informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi untuk menentukan dan
melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria kriteria yang dimaksud
yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.

2.3 Definisi Etika dalam Auditing


Etika dalam Auditing adalah suatu prinsip untuk melakukan proses pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan
kriteria kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan
independen.
2.4 Kepercayaan Publik
Etika dalam auditing adalah suatu prinsip untuk melakukan proses pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan
kriteria-kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.
Profesi akuntan memegang peranan yang penting dimasyarakat, sehingga menimbulkan
ketergantungan dalam hal tanggung-jawab akuntan terhadap kepentingan publik.
Kepentingan Publik merupakan kepentingan masyarkat dan institusi yang dilayani anggota
secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam
menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
Prinsip-prinsip aturan perilaku profesional mengandung 7 cakupan umum :
1.

Suatu pernyataan dari maksud prinsip-prinsip tersebut.

Banyak dari kode etik AICPA yang dapat dilanggar tanpa harus melanggar hukum/peraturan.
Alasan utama dari kode etik ini adalah menyemangati anggotanya untuk melatih disiplin diri
di dalam/di luar hukum/peraturan.
2.

Tanggung jawab

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional CPA harus menggunakan


pertimbangan profesional dan moral yang sensitif dalam semua aktifitasnya. Sebagaimana
disebutkan dalam bab I, CPA/akuntan publik melaksanakan suatu peran penting di
masyarakat. Mereka bertanggung jawab, bekerja sama satu sama lain untuk mengembangkan
metode akuntansi dan pelaporan, memelihara kepercayaan publik, dan melaksanakan
tanggung jawab profesi bagi sendiri.
3.

Kepentingan publik

CPA wajib memberikan pelayanannya bagi kepentingan publik, menghormati kepercayaan


publik, dan menunjukkan komitmen serta profesionalisme. Salah satu tanda yang
membedakan profesi adalah penerimaan tanggung jawabnya kepada publik. CPA diandalkan
oleh banyak unsur masyarakat, termasuk klien, kreditor, pemerintah, pegawai, investor, dan
komunitas bisnis serta keuangan. Kelompok ini mengandalkan obyektifitas dan integritas
CPA untuk memelihara fungsi perdagangan yang tertib.
4.

Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, CPA harus melaksanakan semua
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas tertinggi. Perbedaan karakteristik lainnya
dari suatu profesi adalah pengakuan anggotanya akan kebutuhan memiliki integritas.
Integritas menurut CPA bertindak jujur dan terus terang meskipun dihambat kerahasiaan
klien. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi.
Integritas dapat mengakomodasi kesalahan akibat kurang berhati-hati dan perbedaan
pendapat yang jujur, akan tetapi, integritas tidak dapat mengakomodasi
kecurangan/pelanggaran prinsip.
5.

Obyektifitas dan independensi

Seorang CPA harus mempertahankan obyektifitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam
melaksanakan tanggung jawab profesional. Seorang CPA dalam praktek publik harus
independent dalam kenyataan dan dalam penampilan ketika memberikan jasa auditing dan
jasa atestasi lainnya. Prinsip obyektifitas menuntut seorang CPA untuk tidak memihak, jujur
secara intelektual, dan bebas dari konflik kepentingan. Independensi menghindarkan diri dari
hubungan yang bisa merusak obyektifitas seorang CPA dalam melakukan jasa atestasi.
6.

Kemahiran

Seorang CPA harus melakukan standar teknis dan etis profesi, terus berjuang meningkatkan
kompetensi mutu pelayanan, serta melaksanakan tanggung jawab profesional dengan sebaikbaiknya. Prinsip kemahiran (due care) menuntut CPA untuk melaksanakan jasa profesional
dengan sebaik-baiknya. CPA akan memperoleh kompetensi melalui pendidikan dan
pengalaman dimulai dengan menguasai ilmu yang disyaratkan bagi seorang CPA.
Kompetensi juga menuntut CPA untuk terus belajar di sepanjang karirnya.
7.

Lingkup dan sifat jasa

Seorang CPA yang berpraktik publik harus mempelajari prinsip kode etik perilaku profesional
dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan diberikan. Dalam menentukan apakah dia
akan melaksanakan atau tidak suatu jasa, anggota AICPA yang berpraktik publik harus
mempertimbangkan apakah jasa seperti itu konsisten dengan setiap prinsip perilaku
profesional CPA.n kesan masyarakat terhadap profesi akuntan publik.
2. 5 Tanggung Jawab Auditor kepada Publik
Profesi akuntan memegang peranan yang penting dimasyarakat, sehingga menimbulkan
ketergantungan dalam hal tanggung-jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Dalam kode
etik diungkapkan, akuntan tidak hanya memiliki tanggung jawab terhadap klien yang
membayarnya saja, akan tetapi memiliki tanggung jawab juga terhadap publik. Kepentingan
publik adalah kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani secara keseluruhan. Publik
akan mengharapkan akuntan untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya
serta sesuai dengan kode etik professional AKDA.
Ada 3 karakteristik dan hal-hal yang ditekankan untuk dipertanggungjawabkan oleh auditor
kepada publik, antara lain:

Auditor harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan obyektif


Auditor harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya.

Auditor harus melayani klien dengan profesional dan konsisten dengan tanggung
jawab mereka kepada publik.

2.6 Tanggung Jawab Dasar Auditor


The Auditing Practice Committee, yang merupakan cikal bakal dari Auditing Practices Board,
ditahun 1980, memberikan ringkasan (summary) tanggung jawab auditor:

Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan.

Auditor perlu merencanakan, mengendalikan dan mencatat pekerjannya.

Sistem Akuntansi.

Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan pemrosesan transaksi dan
menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.

Bukti Audit.

Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable untuk memberikan
kesimpulan rasional.

Pengendalian Intern.

Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada pengendalian internal,


hendaknya memastikan dan mengevaluasi pengendalian itu dan melakukan compliance test.

Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan.

Auditor melaksanakan tinjau ulang laporan keuangan yang relevan seperlunya, dalam
hubungannya dengan kesimpulan yang diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat, dan
untuk memberi dasar rasional atas pendapat mengenai laporan keuangan.
2. 7 Independensi
Independensi adalah keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak
tergantung pada orang lain (Mulyadi dan Puradireja, 2002: 26).
Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri dalam mempertimbangkan fakta dan
adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam menyatakan
hasil pendapatnya. Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang
praktek akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Dalam SPAP
(IAI, 2001: 220.1) auditor diharuskan bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi,
karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan di dalam hal ia
berpraktik sebagai auditor intern).
Carey dalam Mautz (1961:205) mendefinisikan independensi akuntan publik dari segi
integritas dan hubungannya dengan pendapat akuntan atas laporan keuangan.
Independensi meliputi:

1
Kepercayaan terhadap diri sendiri yang terdapat pada beberapa orang
profesional. Hal ini merupakan bagian integritas profesional.
2
Merupakan istilah penting yang mempunyai arti khusus dalam hubungannya
dengan pendapat akuntan publik atas laporan keuangan. Independensi berarti sikap
mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada
orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri
auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
Terdapat tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut:
1. Independence in fact (independensi dalam fakta)
Artinya auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan
objektivitas.
1. Independence in appearance (independensi dalam penampilan)
Artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit.
1. Independence in competence (independensi dari sudut keahliannya)
Independensi dari sudut pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan profesional auditor
Independensi akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat pada profesi
akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa
audit.
Independensi akuntan publik mencakup dua aspek, yaitu :
1. Independensi sikap mental
2. Independensi penampilan.
Independensi sikap mental berarti adanya kejujuran di dalam diri akuntan dalam
mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak di
dalam diri akuntan dalam menyatakan pendapatnya.
Independensi penampilan berarti adanya kesan masyarakat bahwa akuntan publik
bertindak independen sehingga akuntan publik harus menghindari faktor-faktor yang dapat
mengakibatkan masyarakat meragukan kebebasannya. Independensi penampilan
berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap independensi akuntan publik (Mautz,
1961:204-205).
Selain independensi sikap mental dan independensi penampilan, Mautz mengemukakan
bahwa independensi akuntan publik juga meliputi :

independensi praktisi (practitioner independence)

Independensi praktisi berhubungan dengan kemampuan praktisi secara individual untuk


mempertahankan sikap yang wajar atau tidak memihak dalam perencanaan program,
pelaksanaan pekerjaan verifikasi, dan penyusunan laporan hasil pemeriksaan. Independensi
ini mencakup tiga dimensi, yaitu independensi penyusunan progran, independensi
investigatif, dan independensi pelaporan.

Independensi profesi (Profession independene)

Independensi profesi berhubungan dengan kesan masyarakat terhadap profesi akuntan publik.
2.8 Peraturan Pasar Modal dan Regulator Mengenai Independensi Akuntan Publik
Undang undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 memberikan pengertian pasar modal yang
lebih spesifik yaitu, kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek.
Pasar modal memiliki peran yang sangat besar terhadap perekonomian Indonesia. institusi
yang bertugas untuk melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan
pasar modal di Indonesia adalah Badan Pengawas Pasar Modal atau Bapepam. Bapepam
mempunyai kewenangan untuk memberikan izin, persetujuan, pendaftaran kepada para
pelaku pasar modal, memproses pendaftaran dalam rangka penawaran umum, menerbitkan
peraturan pelaksanaan dari perundang-undangan di bidang pasar modal, dan melakukan
penegakan hukum atas setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang
pasar modal.
Salah satu tugas pengawasan Bapepam adalah memberikan perlindungan kepada investor dari
kegiatan-kegiatan yang merugikan seperti pemalsuan data dan laporan keuangan, window
dressing,serta lain-lainnya dengan menerbitkan peraturan pelaksana di bidang pasar modal.
Dalam melindungi investor dari ketidakakuratan data atau informasi, Bapepam sebagai
regulator telah mengeluarkan beberapa peraturan yang berhubungan dengan kereablean data
yang disajikan emiten baik dalam laporan tahunan maupun dalam laporan keuangan emiten.
Ketentuan-ketentuan yang telah dikeluarkan oleh Bapepam antara lain adalah Peraturan
Nomor: VIII.A.2/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-20/PM/2002 tentang Independensi
Akuntan yang Memberikan Jasa Audit Di Pasar Modal. Ketentuan tersebut memuat hal-hal
sebagai berikut: Jangka waktu Periode Penugasan Profesional.
1. Periode Penugasan Profesional dimulai sejak dimulainya pekerjaan lapangan atau
penandatanganan penugasan, mana yang lebih dahulu.
1. Periode Penugasan Profesional berakhir pada saat tanggal laporan Akuntan atau
pemberitahuan secara tertulis oleh Akuntan atau klien kepada Bapepam bahwa
penugasan telah selesai, mana yang lebih dahulu.
Dilema Etika Seorang Auditor
Setiap profesi pasti pernah mengalami dilema etika

Dilema etika merupakan situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia merasa bingung
untuk mengambil suatu keputusan tentang perilaku apa yang seharusnya dilakukan. Banyak
alternatif untuk menyelesaikan dilema-dilema etika, hanya saja diperlukan suatu perhatian
khusus dari tiap individu untuk menghindari rasionalisasi tindakan-tindakan yang kurang atau
bahkan tidak etis.
Kode Etika Profesional Dalam Profesi Akuntan
Kode ini menjelma dalam kode etik profesional AKDA, ada 3 karakteristik dan hal-hal yang
ditekankan untuk dipertanggungjawabkan oleh CPA/Akuntan Publik kepada publik.
1

CPA harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan obyektif.

CPA harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya.

3
CPA harus melayani klien dengan profesional dan konsisten dengan tanggung jawab
mereka kepada publik.
Hubungan Manajerial atau Karyawan Jasa Akuntansi Untuk Audit Klien
Di bawah kondisi tertentu auditor dapat memberikan jasa auditing dan pembukuan untuk
klien yang sama. Satu alasan untuk membolehkan hubungan tersebut adalah bahwa uditor
menilai kewajaran dari hasil keputusan operasi manajemen bukan kebijaksanaan dari
keputusan. Syarat- syaratnya:
1. Klien harus menerima tanggung jawab atas laporan keuangan. Ketika diperlukan,
auditor harus membantu kliennya untuk memahami masalah-masalah akuntansi
secukupnya agar klien dapat menjalankan tanggnug jawabnya.
2. Auditor tidak boleh menjadi pegawai/manajemen. Ini berarti bahwa sebaiknya auditor
tidak memberi kuasa atas transaksi, pemeliharaan atas harta klien atau kuasa
penugasan pada kepentingan klien.
3. Ketika laporan keuangan disiapkan dari buku dan catatan yang dikelola oleh auditor,
auditor tersebut harus menaati standar audit yang berlaku umum.
Akuntan Publik dan Auditor Independen
Kantor akuntan publik merupakan tempat penyediaan jasa oleh profesi akuntan publik bagi
masyarakat berdasarkan SPAP. Kantor akuntan publik dapat menyediakan jasa:
1. Audit atas laporan historis
2. Atestasi atas laporan keuangan prospektif atau asersi lain
3. Jasa akuntansi dan review
4. Jasa konsultasi.
Perlu dibedakan istilah akuntan publik dan auditor independen. Akuntan publik menyediakan
berbagai jasa yang diatur SPAP (auditing, atestasi, akuntansi dan review, dan jasa
akuntasi).Auditor independen menyediakan jasa audit atas dasar standar auditing yang
tercantum pada SPAP.

Sistem Pengendalian Mutu KAP


Sistem pengendalian mutu suatu KAP menetapkan sembilan unsur kendali mutu yang harus
dipenuhi oleh kantor akuntan dalam melakukan profesinya, yaitu:
1. Independensi
Independensi merupakan kebijakan yang menetapkan bahwa kantor akuntan publik
memperoleh keyakinan yang layak bahwa para auditor, pada semua tingkatan atau jenjang,
mempertahankan independensi sesuai dengan yang ditetapkan dalam Standar Profesi Akuntan
Publik (SPAP).
2. Penugasan para auditor
Kebijakan ini ditetapkan agar kantor akuntan publik memperoleh keyakinan yang layak
bahwa pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh para auditor yang telah mendapat latihan
teknis dan keterampilan yang memadai yang sesuai dengan penugasan.
3. Konsultasi
Ditetapkan dengan maksud agar kantor akuntan publik memperoleh keyakinan yang layak
bahwa auditor pada kantor akuntan publik akan meminta bantuan sepanjang diperlukan dari
orang yang mempunyai pertimbangan yang lebih matang ataupun otoritas.
3. Supervisi
Kebijakan dan prosedur dalam melaksanakan supervisi atas semua pekerjaan pada jenjang
organisasi harus ditetapkan agar kantor akuntan publik memperoleh keyakinan yang layak
bahwa pekerjaan yang dilaksanakan memenuhi norma pegendalian mutu yang ditentukan.
Luas supervisi dan penelaahan yang tepat untuk suatu keadaan tergantung pada banyak
faktor, termasuk kerumitan masalah yang dihadapi, kualifikasi auditor yang ditugasi, serta
tersedia tidaknya dan dimanfaatkan tidaknya tenaga yang dapat memberikan konsultasi.
5. Pengangkatan auditor
Hal ini harus ditetapkan agar kantor akuntan publik memperoleh keyakinan yang layak
bahwa auditor yang diangkat memiliki karakter yang sesuai sehingga mereka mampu
melaksanakan tugas secara kompeten.
6. Pengembangan profesional
Ditetapkan dengan alasan agar kantor akuntan publik memperoleh keyakinan yang layak
bahwa para auditor memiliki pengetahuan yang diperlukan sehingga mereka mampu
melaksanakan tugas yang diberikan.
1. Promosi
Ditetapkan dengan alasan agar kantor akuntan publik dapat memperoleh keyakinan yang
layak bahwa para auditor yang dipilih untuk dipromosikan telah memiliki kualifikasi yang

diperlukan untuk memikul tanggung jawab yang akan diserahkan padanya. Tata cara dalam
mempromosikan auditor mempunyai pengaruh besar atas mutu pekerjaan suatu kantor
akuntan publik.
7. Penerimaan dan pemeliharaan hubungan dengan klien
Ditetapkan dalam menerima atau memelihara hubungan dengan klien, agar sejauh mungkin
dihindarkan terlibatnya nama kantor akuntan tersebut dengan klien yang mempunyai itikad
kurang baik.
9. Inspeksi
Ditetapkan agar kantor akuntan publik memperoleh keyakinan yang layak bahwa prosedur
yang ada hubungannya dengan unsur pengendalian mutu lainnya telah ditetapkan secara
selektif.
KESIMPULAN
Dari beberapa jurnal dan referensi yang saya peroleh, dapat disimpulkan bahwa dalam
hal ini auditor juga harus memiliki etika-etika perilaku profesional yang sangat penting dalam
lingkup auditing sebagai panduan mereka agar meminimalisir kecurangan dan kesalahan.
Kualitas audit yang di ukur KAP yang telah menetapkan sembilan unsur kendali mutu yang
harus dipenuhi oleh kantor akuntan dalam melakukan profesinya. Auditor harus kompeten
dan independen.

SUMBER REFERENSI
http://www.akuntansiku.com
http://tikuw.blogspot.com/2010/04/auditing-audit-quality.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Standar_Pengendalian_Mutu

https://datakata.wordpress.com/2013/12/04/etika-dalam-auditing/

Anda mungkin juga menyukai