Bloom Teori
Bloom Teori
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Konsep Pengetahuan
Menurut Bloom, Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman penelitian tertulis
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2003).
Pengetahuan merupakan
Seorang individu
b) Pendidikan
Mendidik atau pendidik adalah dua hal yang saling berhubungan. Dari segi bahasa
mendidik adalah kata kerja, pendidik kata benda. Kalau kita mendidik berarti kita
melakukan suatu kegiatan atau tindakan, kegiatan mendidik menunjukkan adanya
yang mendidik disuatu pihak yang dididik adalah suatu kegiatan yang mengandung
antara dua manusia atau lebih.
Pengalaman
Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman
yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada
semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. (Widayatun,T.R, 2009)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulasi atau objek. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan manifestasi
sikap itu tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunujukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb dalam
Soekidjo (2003), salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek
di lingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek.
Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan orang tersebut.
Sikap tidak berdiri sendiri melainkan senantiasa mengandung relasi terhadap suatu
objek. Dengan kata lain sikap terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa
berkenaan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
12
Sikap dapat berubah-ubah oleh karena itu dipelajari oleh sebagian orangtua
sebaliknya.
Objek sikap dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi sikap dapat berkenaan dengan satu objek saja
tetapi juga berkenaan dengan sederetan objek-objek yang serupa.
Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang
membedakan sikap dengan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan
yang dimilki seseorang (Soekidjo, 2003).
Menurut Allport (1945) yang dikutip oleh Nurasiyah (2007), menjelaskan bahwa
sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yakni; kepercayaan (keyakinan), ide dan
konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu
objek, kecendrungan untuk bertindak ( trend to behave ). Ketiga komponen ini secara
bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap
yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan
penting (Soekidjo, 2003).
Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu.
Sikap akan ikut atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu pada pengalaman
orang lain.
Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak
atau sedikitnya pada pengalaman seseorang.
13
Didalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pegangan
setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat.
Sebagai halnya dengan pengetahuan sikap ini terdiri dari bebagai tingkatan
yakni :
Menerima (receiving), diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan obyek.
dengan suatu usaha untuk menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan terlepas pekerjaan itu benar atau salah adalah bahwa orang menerima ide
tersebut.
Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ini.
Bertanggung jawab (responsible), betanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi dalam
tingkatan sikap (Soekidjo, 2003).
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap
suatu objek.
14
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap antara lain :
Pengalaman Pribadi
Pengalaman yang terjadi secara tiba-tiba atau mengejutkan yang meninggalkan kesan
paling mendalam pada jiwa seseorang. Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa
yang terjadi berulang-ulang dan terus-menerus, lama-kelamaan secara bertahap
diserap kedalam individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap.
Dalam pembentukan sikap pengaruh orang lain sangat berperan. Misal dalam
kehidupan masyarakat yang hidup dipedesaan, mereka akan mengikuti apa yang
diberikan oleh tokoh masyarakat.
c. Kebudayaan
Dimana kita hidup mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan sikap.
Dalam kehidupan dimasyarakat, sikap masyarakat diwarnai dengan kebudayaan yang
ada didaerahnya.
Menurut Elly, (2010) budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang
berarti cinta, karsa dan rasa, kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa sanskerta
budhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa
Inggris kata budaya berasal dari kata culture . Dengan demikian kebudayaan berarti
hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Kemudian pengertian ini berkembang dalam
arti culture, yaitu sebagai segala
15
daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam . Menurut E.B.
Taylor dalam Elly (2010) budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat dan
kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota
keluarga. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia
Herskovits dalam Iqbal (2009) memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun
temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai
superorganic. Menurut Malinowski dalam Noorkasiani (2009), bahwa kebudayaan
pada prinsipnya berdasarkan atas berbagai sistem kebutuhan manusia. Tiap
kebutuhan itu menghadirkan corak budaya yang khas misalnya guna memenuhi
kebutuhan manusia akan kesehatanya, timbul budaya berupa perlindungan yakni
seperangkat budaya dalam bentuk tertentu seperti lembaga kemasyarakatan.
Landasan ini dapat diperoleh dari ilmu sosial yang ruang lingkupnya manusia dalam
konteks sosial.
d. Media Massa
Media masa elektronik maupun media cetak sangat besar pengaruhnya terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dengan pemberian informasi
melalui media masa mengenai sesuatu hal akan memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya sikap
16
Sikap yang didasari oleh emosi yang fungsinya hanya sebagai penyaluran frustasi
atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego, sikap yang demikian merupakan
sikap sementara dan segera berlalu setelah frustasinya hilang, namun bisa juga
menjadi sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. (Azwar, 2009).
Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1965 yang termuat dalam pasal 1 seperti
dikutip oleh Nugroho (2000) adalah bahwa seseorang dapat dinyatakan sebagai
seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun,
tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Undang-undang Nomor
13 Tahun 1998 dalam Bab I pasal 1 ayat 2 dijelaskan bahwa lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas (Nugroho, 2000).
17
Keberadaan lansia di tandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat
dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta
peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia,
berdaya guna, dan produktif. Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat di
hindari, berjalan secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan
menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga
akan memengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Menjadi tua di
tandai dengan adanya kemunduran biologis terlihat sebagai gejala - gejala
kemunduran fisik. Usia lansia dapat di katakan usia emas, karena tidak semua orang
dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan
baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar lansia dapat menikmati masa usia
emas serta menjadi lansia yang berguna dan bahagia (Rosidawati 2008).
Soekidjo, (2007) mengatakan lansia adalah tergantung pada kerangka pada pandang
setiap pandang individu . Sedangkan menurut WHO lansia adalah tergantung dari
konteks kebutuhan yang tidak di pisah - pisahkan. Dari beberapa pengertian di atas
belum ada kesepakatan siapa di sebut golongan lansia ,tapi seseorang yang telah
berumur 60 tahun sering di katakan telah lansia
Menurut Rosidawati 2008, klasifikasi lansia di bagi dalam lima bagian antara lain:
18
Lansia risiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
Lansia Potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa.
Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain .
Lanjut usia menurut Koesoemato Setyonegoro terdiri dari 3 kategori, yaitu young
old (70 75 tahun), old (75 80 tahun) dan very old (di atas 80 tahun). Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) merumuskan batasan lanjut usia sebagai berikut:
Usia sangat tua (very old) yaitu di atas usia 90 tahun (Nugroho, 2000).
19
Living arrangement; misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama istri,
anak atau keluarga lainya
Kondisi kesehatan
Keadaan ekonomi
berkurangnnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun
luar tubuh (Nugroho, 2000).
Bagi sebagian besar orang, proses menua adalah suatu proses perubahan klinikal
yang didasarkan pengalaman dan observasi yang didevenisikan dengan:
(1) penuaan pada kemikal dengan manifestasi perubahan struktural kristal atau pada
makromulekuler, (2). Penuaan ekstraseluler dengan manifestasi progresif pada
jaringan kolagen dan jaringan elastic atau kekurangan amiloid, (3). Penuaan
intraseluler dengan manifestasi perubahan komponen sel normal atau akumulasi
pesubstansi dan (4). Penuan pada organisme dalam (Gilchrest,1998).
Pada lansia sering terjadi komplikasi penyakit atau multiple penyakit. Hal ini di
pengaruhi beberapa faktor, terutama oleh perubahan-perubahan dalam diri
20
lansia tersebut secara fisiologis. Lansia akan lebih sensitif teradap penyakit seperti
terhadap nyeri, temperatur, dan penyakit berkemih (Hodkinson, 1982). Perubahanperubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:
Perubahan fisik meliputi perubahan pada sel, sitem pernapasan, sistem pendengaran,
sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sitem pengaturan temperature suhu,
sistem pencernaan, site genitourinaria, sistem endokrin, sistem kulit dan sistem
muskoluskletal. Perubahan yang terjadi pada bentuk dan fungsi masing-masing
(Nugroho, 2000).
Perubahan-perubahan mental pada lansia berkaitan dengan 2 hal yaitu kenangan dan
intelegensia. Lansia akan mengingat kenangan masa terdahulu namun sering lupa
pada masa yang baru, sedangkan intelegensia tidak berubah namun terjadi perubahan
dalam daya membayangkan (Nugroho, 2000).
akan mersakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup ; penyakit kronis
dan ketidakmampuan, serta kehilangan kekuatan dan ketegapan fisik yaitu perubahan
terhadap konsep diri dan gambaran diri. (Nugroho, 2000).
21
yang pada umumnya antara lain: keinginan dan minat pribadi, minat untuk berkreasi
keinginan social, keinginan yang bersifat keagamaandan keinginan untuk mati
(Hurlock, 1999).
Mudah jatuh
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat
kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau
tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Faktor
instrinsik yang menyebabkan mudah jatuh antara lain gangguan jantung dan sirkulasi
darah, gangguan sisitem anggota gerak, gangguan sistem saraf pusat, gangguan
penglihatan dan pendengaran, gangguan psikologis, vertigo dan penyakit-penyakit
sistemik. Sedangkan faktor ekstrinsik penyebab jatuh antara lain cahaya ruangan
yang kurang terang, lantai licin, tersandung benda-benda, alas kaki kurang pas, tali
sepatu, kursi roda dan turun tangga (Nugroho, 2000).
Kekacauan mental akut. Kekacauan mental pada lansia dapat disebabkan oleh
keracunan, penyakit infeksi dengan demam tinggi, alcohol, penyakit metabolisme,
dehidrasi, gangguan fungsi otak, dan gangguan fungsi hati.
Mudah lelah, disebabkan oleh faktor psikologis berupa perasaan bosan, keletihan,
dan depresi. Faktor organik yang menyebabkan kelelahan antara lain anemia,
kekurangan vitamin, osteomalasia, kelainan metabolisme, gangguan pencernaan dan
kardiovaskuler.
22
Nyeri dada, dapat disebabkan oleh penyakit jantung koroner, aneurisme aorta, radang
selaput jantung dan gangguan pada sistem pernafasan.
Sesak nafas, terutama saat melakukan aktifitas/kerja fisik, dapat disebabkan oleh
kelemahan jantung, gangguan sistem saluran nafas, berat badan berlebihan dan
anemia.
Palpitasi/jantung berdebar-debar, dapat disebabkan oleh gangguan irama jantung,
keadaan umum badan yang lemah karena penyakit kronis, dan faktor psikologis.
Pembengkakan kaki bagian bawah, dapat disebabkan oleh kaki yang lama digantung,
gagal jantung, bendungan vena, kekurangan vitamin B1, penyakit hati dan ginjal.
Nyeri pinggang atau punggung, dapat disebabkan oleh gangguan snedi atau susunan
sendi pada tulang belakang, gangguan pankreas, kelainan ginjal, gangguan pada
rahim, kelenjar prostat dan otot-otot badan.
Gangguan penglihatan dan pendengaran, dapat disebabkan oleh presbiop, kelainan
lensa mata, glukoma, dan peradangan saraf mata. Gangguan pendengaran dapat
disebabkan oleh kelainan degeneratif, misalnya oteosklerosis.
Sulit tidur, dapat disebabkan oleh faktor ekstrinsik seperti lingkungan yang kurang
tenang, dan faktor intrinsic seperti gatal-gatal, nyeri, depresi, kecemasan dan
iritabilitas.
Sukar menahan buang air besar, dapat terjadi karena penggunaan obat-obatan
pencahar, keadaan diare, kelainan usus besar dan saluran pencernaan.
23
Eneuresis, sukar menahan buang air kecil atau sering ngompol dapat sidebabkan oleh
penggunaan obat-obatan, radang kandung kemih, kelainan kontrol pada kandung
kemih, kelainan persyarafan kandung kemih serta akibta faktor psikologis.
Berat badan menurun, dapat disebabkan oleh nafsu makan menurun, penyakit kronis,
gangguan saluran cerna, dan faktor-faktor sosioekonomis (Nugroho, 2000).
Posyandu Lansia adalah suatu wadah pelayanan bagi usia lanjut di masyarakat,
dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat
bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-
Usia lanjut atau lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang
secara fisik terlihat berbeda dengan kelompok umur lainnya (Depkes RI, 2003).
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu
wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
24
Pembinaan usia lanjut di Indonesia dilaksanakan berdasarkan beberapa undangundang dan peraturan sebagai dasar dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan.
Dasar hukum/ketentuan perundangan dan peraturan dimaksud adalah:
25
Melakukan survei mawas diri bersama tenaga kecamatan dan desa setempat untuk
mengenal masalah yang berkaitan dengan kesehatan lansia
Menjelaskan teknis upaya kesehatan lansia yang diselenggarakan bersama sektor dan
lembaga swadaya masyarakat terkait.
Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat, pos
RT/RW atau pos lainnya.
26
2.4.6. Sasaran
Sasaran pelaksanaan pembinaan Posyandu lansia, terbagi dua yaitu: (1) sasaran
langsung, yang meliputi pra lanjut usia (45-59 tahun), usia lanjut (60-69 tahun), usia
lanjut risiko tinggi (>70 tahun atau 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan,
(2) sasaran tidak langsung, yang meliputi keluarga dimana usia lanjut berada,
27
Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lansia (Depkes RI,
2003).
2.4.8. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja dalam pelayanan
terhadap balita, menurut Dinas Kesehatan kabupaten Malang (2006) posyandu lansia
hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :
Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau
tinggi badan
Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh
(IMT). Pelayanan kesehatan seerti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga
dilakukan di meja II ini.
Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan
pelayanan pojok gizi (Dinkes Kabupaten Malang, 2006).
28
Dan ada juga yang mengunakan system 5 meja dengan tujuan untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang prima terhadap Lansia, mekanisme pelaksanaan kegiatan
yang sebaiknya digunakan adalah sistim 5 tahapan (5 meja) sebagai berikut:
29
Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik Indeks Massa Tubuh (IMT).
Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli atau Cuprisulfat.
Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(diabetes mellitus).
Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit ginjal.
Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau
kolompok usia lanjut.
Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kolompok usia lanjut
yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan
30
masyarakat (Publik Health Nursing). Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai
kebutuhan dan kondisi setempat