Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Dalam

industri

pertambangan

permasalahan mengenai

lingkungan

khususnya

tambang

batubara

perlu diperhatikan karena dapat

menimbulkan dampak pada lingkungan wilayah pertambangan. Salah satu


dampak yang dapat ditimbulkan yaitu potensi terjadinya air asam tambang.
Potensi air asam tambang memerlukan antisipasi agar keberadaannya tidak
menjadi berbahaya sehingga tidak berdampak kepada kerusakan/pencemaran
lingkungan. Timbulnya air asam tambang dapat berasal dari hasil pencucian
batubara tetapi juga dari dibukanya suatu potensi keasaman batuan sehingga
menimbulkan permasalahan kepada kualitas air dan juga tanah. Potensi air
asam tambang harus diketahui dan dihitung agar langkah langkah preventif
serta pengendaliannya dapat dilakukan. Pengendalian terhadap air asam
tambang merupakan hal yang perlu dilakukan selama kegiatan penambangan
berlangsung dan setelah kegiatan penambangan berakhir, karena air asam
tambang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas air, air permukaan dan air
tanah, selain itu jika dialirkan ke sungai akan berdampak terhadap masyarakat
yang tinggal disepanjang aliran sungai serta akan mengganggu biota yang hidup
didarat juga biota diperairan.

1.2

Maksud dan Tujuan

1.2.1

Maksud
Makalah ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat memahami mengenai

dampak air asam tambang khususnya tambang batubara di PT.Berau Coal.


1.2.2 Tujuan
Mahasiswa dapat memahami mengenai proses terjadinya air asam

tambang pada penambangan batubara oleh PT.Berau Coal.


Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami dampak yang ditimbulkan

oleh air asam tambang pada penambangan batubara oleh PT.Berau Coal.
Mahasiswa dapat mengetahui cara penanggulan dari air asam tambang
pada penambangan batubara oleh PT.Berau Coal.

1.3

Batasan Masalah

Air asam tambang merupakan salah satu dampak yang ditimbulkan oleh
adanya kegitatan pertambangan batubara khususnya pada pertambangan
batubara oleh PT.Berau Coal. Permasalahan mengenai air asam tambang
sangat diperhatikan oleh PT Berau Coal dengan cara mengetahui proses
terjadinya, dampak yang ditimbulkan serta proses penanggulangannya sehingga
tidak terjadi pencemaran lingkungan.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1

Gambaran Umum

2.1.1

Profil Perusahaan
PT. Berau Coal berdiri berdasarkan Perjanjian Kontrak Pengusahaan

Pertambangan Batubara (PKP2B) antara PN Tambang Batubara dengan PT


Berau Coal (26 April 1983). Luas wilayah konsesi berdasarkan PKP2B sekitar
480 ribu hektare. Mobil Oil Inc (Amerika Serikat) memiliki 60% saham dan 40%
dimiliki oleh Nissho Iwai (Jepang). Berau Coal sendiri mulai beroperasi sejak
tahun 1983 dengan unit bisnis berupa survei, eksplorasi, penambangan batu
bara serta melakukan pemindahan, penyimpanan, penjualan dan eksplorasi batu
bara dari wilayah konsesi-nya.
Berau Coal telah menjalin kerjasama dengan perusahaan milik negara
yang memberikan kewenangan untuk konsesi batu bara yakni PT. Perusahaan
Umum Tambang Batu bara (PUTB). Dalam kerjasama tersebut terjadi
penandatanganan PKP2B yang memberikan izin bagi Berau Coal untuk
melakukan kegiatan penambangan dalam area 487.217 hektar yang terletak di
Kalimantan Timur. Namun wilayah konsesi-nya dilepas setelah diadakan studi
tentang kelayakan yang tertuang dalam Keputusan tentang Penciutan dan
Perluasan Wilayah Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batu bara
sesuai dengan keputusan Direktur Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral
pada 7 April 2005. Dengan hal ini total wilayah konsesi Berau Coal menjadi
118.400 hektar.
Hingga saat ini Berau Coal telah berhasil menjalankan bisnis tambangnya di 3 tempat yang tersebar di daerah Lati, Binungan, dan Sambarata dengan
cadangan batu bara mencapai lebih dari 346 juta ton pada Desember 2009 lalu.
Batu bara Berau Coal telah mampu tersedia bagi para pelanggan yang datang
dari dalam negeri dan luar negeri khususnya kawasan Asia seperti China, Hong
Kong, India, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand. Dengan visi
Menunjang perwujudan masa depan cemerlang melalui peran aktif-nya sebagai
pengalih ragam energi yang eksponensial, Berau Coal telah memproduksi batu
bara yang terbagi dalam 4 label yakni Mahoni, Mahoni B, Agathis, dan Sungkai.
Dengan komitmen menjaga hubungan baik dan hidup secara berdampingan
secara harmonis dengan masyarakat, perusahaan ini semakin mantap untuk

melangkah di masa depan demi menjadi perusahaan batu bara yang


eksponensial.

2.2

Air Asam Tambang


Dapat diketahui bahwa air asam tambang ini terbentuk dari gabungan 3

unsur yaitu adanya oksigen, mineral pembawa sulfida dan air. Apabila ketiga
unsur ini terdapat di alam secara bebas maka ini potensi tinggi pembentukan air
AAT. Adanya AAT ini akan menyebabkan penurunan pH air atau tanah sehingga
menyebabkan air dan tanah menjadi bersifat asam.

Sumber : http://www.greenmining.or.id/

Foto 2.1
Unsur Pembentuk Air Asam Tambang

Air Asam Tambang atau disebut juga Acid Mine Drainage terjadi sebagai
akibat proses fisika dan kimia yang cukup kompleks yang melibatkan beberapa
faktor dalam kegiatan pertambangan. Kegiatan pertambangan ini dapat berupa
tambang terbuka maupun tambang dalam (bawah tanah). Umumnya keadaan ini
terjadi karena sulfur yang terjadi dalam batuan teroksidasi secara alamiah (pada
proses

pembukaan

tambang).

Selanjutnya

dengan

kondisi

kelembaban

lingkungan yang cukup tinggi akan menyebabkan oksida sulfur tersebut berubah
menjadi asam. Kualitas air digunakan sebagai pembanding dalam usaha
pemantauan ketika tambang sedang berjalan.
Pengukuran kualitas air dapat ditentukan dari beberapa faktor yaitu
1. Temperatur Temperatur yang terukur adalah suhu yang dianggap normal
pada daerah tersebut.
2. Derajat keasaman (pH) Nilai pH menunjukkan derajat keasaman dalam
air dinyatakan sebagai logaritma konsentrasi ion H+. Larutan bersifat
asam bila nilai pH kurang dari 7 dan larutan bersifat basa bila nilai pH
lebih dari 7.
3. Kekeruhan dan padatan terlarut Kekeruhan, muatan padat tersuspensi
dan residu terlarut merupakan sifat fisik air yang saling berkait. Semakin

tinggi muatan padat tersuspensi maka semakin tinggi nilai residu terlarut
dan kekeruhan air.
4. Daya hantar listrik (DHL) atau electroconductivity Daya hantar listrik
menggambarkan jumlah ion-ion yang terlarut dalam air.
5. DO Oksigen terlarut merupakan O2 bebas yang terdapat dalam perairan
dan secara kimia tidak bereaksi dengan air serta berperan dalam proses
penguraian bahan organik secara biologis.
6. Logam Kandungan logam-logam dapat mempengaruhi kehidupan biota
air terutama logam berat yang dapat meracuni manusia.
Air asam tambang dapat terjadi pada kegiatan penambangan baik itu
tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. Umumnya keadaan ini terjadi
karena unsur sulfur yang terdapat di dalam batuan teroksidasi secara alamiah
didukung juga dengan curah hujan yang tinggi semakin mempercepat perubahan
oksida sulfur menjadi asam
Sumber-sumber air asam tambang ini antara lain berasal dari kegiatankegiatan sebagai berikut :
a.
Air dari lokasi penambangan
Lapisan batuan akan terbuka sebagai akibat dari terkupasnya lapisan
tanah penutup, sehingga sulfur yang terdapat dalam batubara akan
mudah teroksidasi dan bila bereaksi dengan air akan membentuk air
b.

asam tambang.
Air dari lokasi penimbunan
Timbunan batubara dapat menghasilkan air asam tambang karena
adanya kontak langsung dengan udara bebas yang selanjutnya terjadi
pelarutan akibat adanya air. Masalah ini berkaitan erat dengan proses
pembentukan batubara dimana pembentukan batubara terdapat sulfur
dan mineral pengotor yang berupa mineral sulfida (pyrit). Air lokasi
penimbunan ini merupakan sumber air utama air asam tambang.

2.3

Mineral Pembentuk Air Asam Tambang


Mineralmineral

yang

terdapat

pada

batuan

penutup

di

daerah

pertambangan adalah kandungan sulfida alami, paling umum yaitu dalam bentuk
pirit. Apabila mineral-mineral ini terkena oksigen dan air selama penambangan,
maka akan mengalami oksidasi sehingga menghasilkan air asam sulfat. Air asam
tambang terbentuk ketika mineral-mineral sulfida dalam batuan muncul di
permukaan pada kondisi oksidasi. Banyak tipe dari mineral sulfida, sulfida
besi yang sering terdapat pada batubara yang didominasi pirit dan markasit.
Beberapa sulfida-sulfida logam yang dapat menyebabkan air asam
tambang:

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tabel 3. 1.
Jenis-jenis Sulfida
Rumus Senyawa
Nama Senyawa
FeS2
Pyrite
FeS2
Marcasite
FexSx
Pyrrhotite
Cu2S
Chalcosite
CuS
Covellite
Cu FeS2
Chalcopyrite
MoS2
Molybdenite
NiS
Millerite
PbS
Galena
ZnS
Sphalerite

Sumber : http://perangkatwindows7.blogspot.co.id/

BAB III
PEMBAHASAN
3.1

Proses Terjadinya Air Asam Tambang


Proses tejadinya air asam tambang yaitu bila teroksidasinya mineral

mineral sulfida yang terdapat pada batuan hasil galian dengan air (H2O) dan
oksigen (O2). Oksidasi logam sulfida dalam membentuk asam terjadi dalam
beberapa persamaan reaksi sebagai berikut :
1. 1. FeS2 + 7/2 O2 + H2O
Fe+2 + 2SO4-2 + 2H+
+2
+
2. 2. Fe + O2 + H
Fe+3 + H2O
3. 3. Fe+3 + 3H2O
Fe(OH)3 + 3H+
+3
4. 4. FeS2 + 14Fe + 8H2O
15 Fe+2 + 2SO4-2 + 16H+
Ada tiga ( 3 ) jenis sulfida dalam air maupun air limbah yaitu :
A. Total sulfida : mencakup H2S, HS terlarut dan sulfida sulfida logam
tersuspensi yang dapat dihidrolisis dengan asam.
B. Sulfida terlarut : sulfida yang tertinggal setelah padatan tersuspensi dalam
contoh air dihilangkan dengan cara fluktuasi maupun pengendapan.
C. H2S yang tidak terionisasi : H2S jenis ini dapat dihitung dari konsentrasi
H2S terlarut, pH contoh air dan konstanta ionisasi H2S.
Faktor faktor kimia yang menentukan pembentukan air asam tambang
adalah :

pH

Temperatur

Kandungan O pada fase gas, dengan kejenuhan < 100 %

Kandungan O pada fase cair

Akumulasi kimia dari Fe3+

Luas permukaan mineral sulfida yang terpajan

Energi kimia yang dibutuhkan untuk menurunkan asam

Peranan bakteri
Sedangkan sifat fisik yang mempengaruhi migrasi air asam tambang ,
adalah :

Kondisi limbah

Permeabilitas limbah

Keberadaan lubang air

Tekanan lubang air

Mekanisme perpindahannya
Faktor yang mengendalikan tingkat perpindahan kontaminan adalah jumlah
pengencer dan tingkat pencampuran yang membentuk air asam tambang yang
pindah dari sumber ke lingkungan penerimanya.

3.2

Dampak Air Asam Tambang

3.3

Penanggulan Air Asam Tambang


Green Mining yang melekat PT. Berau Coal, memiliki komitmen dalam

mengelola lingkungan. Salah satunya, pengelolaan air asam tambang. Dalam


pengelolaannya, Berau Coal melakukan secara aktif dengan menambahkan
senyawa alkali kapur padam (Ca(OH)2) yang diperoleh dari industri kapur padam
masyarakat sekitar Berau. Air asam tambang yang terbentuk terlebih dahulu
dialirkan ke sediment pond. Tujuannya, untuk mengendapkan partikel-partikel
padat tersuspensi yang ada. Seterusnya, air asam dinetralkan dengan
menambahkan kapur padam melalui Liming Box yang digerakkan oleh tekanan
air.

Sumber : http://wwwenvdept-environmental.blogspot.co.id/

Foto 3.1
A. Liming Box, B. Lem Injection

Air asam tambang yang telah netral, akan kembali diendapkan melalui
beberapa kompartemen settling pond sebelum dialirkan ke badan air. Untuk
mengontrol

kualitas

air

buangan

terhadap

baku

mutu,

PT. Sucofindo

sebagai independent laboratorium, setiap hari memonitor dan menganalisis


kualitas air tersebut dengan menggunakan alat spektro photometer, pH meter,
TSS meter dan Spektro potometer Analitik.

Sumber : http://wwwenvdept-environmental.blogspot.co.id/

Foto 3.2
A. Spektro Potometer Analitik, B. pH Meter, C. Spektro Photometer, D.TSS Meter

Saat ini, pengembangan pengolahan pasif air asam tambang PT. Berau
Coal, masih dilaksanakan dengan skala penelitian pilot project. Kegiatan ini,
menggunakan sumberdaya lokal berupa limbah bahan organik, tumbuhan air,
dan batu gamping. Limbah bahan organik yang digunakan berupa jerami padi,
serbuk kayu, dan kompos. Selain juga, limbah bahan organik berupa serat kayu
dan bioludge dari PT. Kiani Kertas yang juga dicoba digunakan dalam penelitian
ini.
Penelitian dilakukan dengan 2 (dua metode, yakni metode Successive
Alkalinity Producing System (SAPS) dan Aerobic Wetland (AW). Keduanya saling
dikombinasikan dan selanjutnya disebut satu sel. Penelitian ini menggunakan
dua sel bersusun seri. SAPS merupakan salah satu metode pengolahan pasif
AAT yang terdiri atas lapisan bahan organik dan batugamping. Keduanya
disusun secara vertikal dengan ketebalan tertentu. AAT yang diolah akan
mengalir secara vertikal di dalam sistem berdasarkan tekanan grativitas hidrolik.
Berbeda dengan SAPS, AAT yang mengalir pada AW akan mengalir secara
horizontal pada permukaan sistem yang terdiri atas vegetasi tumbuhan air dan
bahan organik sebagai media tanam tumbuhan.

Sumber : http://wwwenvdept-environmental.blogspot.co.id/

Foto 3.3
Papan Monitoring WMP

Sumber : http://wwwenvdept-environmental.blogspot.co.id/

Foto 3.4
Tumbuhan Air (Tifa) Pada WMP

Pada sistem pengelolaan pasif, terdapat 2 (dua) proses utama yang


menyebabkan terjadinya peningkatan pH, yakni larutnya batugamping dan
reduksi sulfat secara biologis. Kedua proses ini menghasilkan alkalinitas dalan
bentuk bikarbonat (HCO3-) sebagai senyawa penetral.
Adapun mekanisme terjadinya penurunan logam terlarut, dimungkinkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Proses oksidasi dan hydrolisis logam yang menyebabkan terjadinya
pengendapan logam
2. Interaksi antara sulfida (S2-) yang dihasilkan pada proses reduksi sulfat
dengan logam bervalensi 2 (seperti Fe2+ dan Mn2+) membentuk logam
sulfida yang mengendap.
3. Proses adsorpsi logam oleh bahan organik (kompos)

4. Proses biosorpsi logam oleh vegetasi tumbuhan air dan mikroorganisme,


seperti bakteri, fungi, dan alga yang tumbuh pada lapisan bahan organik.
Selain memperbaiki kualitas air asam tambang, teknologi pengolahan
pasif berupa wetland, menjadi lingkungan baru bagi kehidupan flora dan
pauna lainnya, seperti ikan, katak, dan serangga. Ekosistem batu ini
sering dinamakan dengan ekosistem wekland.
Namun demikian, terdapat 2 (dua) hal utama yang harus diperhatikan
dalam penerapan pengolahan pasif tersebut, yaitu:
Kualitas dan debit air asam tambang yang akan diolah
Ketersediaan dan topografi yang area yang ada
Kedua faktor ini, akan menjadi parameter penentu terhadap jenis, ukuran
dan desain sistem pengolahan yang sesuai dengan karakteristik masing-masing
area.
Kedepan, pengolahan air asam tambang PT. Berau Coal akan dititik
beratkan pada kombinasi pengolahan aktif, berupa penambahan senyawa alkali
penetral dan pengolahan pasif. Dengan metode ini, diharapkan dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengolahan air asam tambang. Semua ini
dilakukan, sebagai wyjud komitmen Berau Coal untuk menjaga dan melestarikan
lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai