Air Asam Tambang
Air Asam Tambang
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam
industri
pertambangan
permasalahan mengenai
lingkungan
khususnya
tambang
batubara
1.2
1.2.1
Maksud
Makalah ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat memahami mengenai
oleh air asam tambang pada penambangan batubara oleh PT.Berau Coal.
Mahasiswa dapat mengetahui cara penanggulan dari air asam tambang
pada penambangan batubara oleh PT.Berau Coal.
1.3
Batasan Masalah
Air asam tambang merupakan salah satu dampak yang ditimbulkan oleh
adanya kegitatan pertambangan batubara khususnya pada pertambangan
batubara oleh PT.Berau Coal. Permasalahan mengenai air asam tambang
sangat diperhatikan oleh PT Berau Coal dengan cara mengetahui proses
terjadinya, dampak yang ditimbulkan serta proses penanggulangannya sehingga
tidak terjadi pencemaran lingkungan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Gambaran Umum
2.1.1
Profil Perusahaan
PT. Berau Coal berdiri berdasarkan Perjanjian Kontrak Pengusahaan
2.2
unsur yaitu adanya oksigen, mineral pembawa sulfida dan air. Apabila ketiga
unsur ini terdapat di alam secara bebas maka ini potensi tinggi pembentukan air
AAT. Adanya AAT ini akan menyebabkan penurunan pH air atau tanah sehingga
menyebabkan air dan tanah menjadi bersifat asam.
Sumber : http://www.greenmining.or.id/
Foto 2.1
Unsur Pembentuk Air Asam Tambang
Air Asam Tambang atau disebut juga Acid Mine Drainage terjadi sebagai
akibat proses fisika dan kimia yang cukup kompleks yang melibatkan beberapa
faktor dalam kegiatan pertambangan. Kegiatan pertambangan ini dapat berupa
tambang terbuka maupun tambang dalam (bawah tanah). Umumnya keadaan ini
terjadi karena sulfur yang terjadi dalam batuan teroksidasi secara alamiah (pada
proses
pembukaan
tambang).
Selanjutnya
dengan
kondisi
kelembaban
lingkungan yang cukup tinggi akan menyebabkan oksida sulfur tersebut berubah
menjadi asam. Kualitas air digunakan sebagai pembanding dalam usaha
pemantauan ketika tambang sedang berjalan.
Pengukuran kualitas air dapat ditentukan dari beberapa faktor yaitu
1. Temperatur Temperatur yang terukur adalah suhu yang dianggap normal
pada daerah tersebut.
2. Derajat keasaman (pH) Nilai pH menunjukkan derajat keasaman dalam
air dinyatakan sebagai logaritma konsentrasi ion H+. Larutan bersifat
asam bila nilai pH kurang dari 7 dan larutan bersifat basa bila nilai pH
lebih dari 7.
3. Kekeruhan dan padatan terlarut Kekeruhan, muatan padat tersuspensi
dan residu terlarut merupakan sifat fisik air yang saling berkait. Semakin
tinggi muatan padat tersuspensi maka semakin tinggi nilai residu terlarut
dan kekeruhan air.
4. Daya hantar listrik (DHL) atau electroconductivity Daya hantar listrik
menggambarkan jumlah ion-ion yang terlarut dalam air.
5. DO Oksigen terlarut merupakan O2 bebas yang terdapat dalam perairan
dan secara kimia tidak bereaksi dengan air serta berperan dalam proses
penguraian bahan organik secara biologis.
6. Logam Kandungan logam-logam dapat mempengaruhi kehidupan biota
air terutama logam berat yang dapat meracuni manusia.
Air asam tambang dapat terjadi pada kegiatan penambangan baik itu
tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. Umumnya keadaan ini terjadi
karena unsur sulfur yang terdapat di dalam batuan teroksidasi secara alamiah
didukung juga dengan curah hujan yang tinggi semakin mempercepat perubahan
oksida sulfur menjadi asam
Sumber-sumber air asam tambang ini antara lain berasal dari kegiatankegiatan sebagai berikut :
a.
Air dari lokasi penambangan
Lapisan batuan akan terbuka sebagai akibat dari terkupasnya lapisan
tanah penutup, sehingga sulfur yang terdapat dalam batubara akan
mudah teroksidasi dan bila bereaksi dengan air akan membentuk air
b.
asam tambang.
Air dari lokasi penimbunan
Timbunan batubara dapat menghasilkan air asam tambang karena
adanya kontak langsung dengan udara bebas yang selanjutnya terjadi
pelarutan akibat adanya air. Masalah ini berkaitan erat dengan proses
pembentukan batubara dimana pembentukan batubara terdapat sulfur
dan mineral pengotor yang berupa mineral sulfida (pyrit). Air lokasi
penimbunan ini merupakan sumber air utama air asam tambang.
2.3
yang
terdapat
pada
batuan
penutup
di
daerah
pertambangan adalah kandungan sulfida alami, paling umum yaitu dalam bentuk
pirit. Apabila mineral-mineral ini terkena oksigen dan air selama penambangan,
maka akan mengalami oksidasi sehingga menghasilkan air asam sulfat. Air asam
tambang terbentuk ketika mineral-mineral sulfida dalam batuan muncul di
permukaan pada kondisi oksidasi. Banyak tipe dari mineral sulfida, sulfida
besi yang sering terdapat pada batubara yang didominasi pirit dan markasit.
Beberapa sulfida-sulfida logam yang dapat menyebabkan air asam
tambang:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tabel 3. 1.
Jenis-jenis Sulfida
Rumus Senyawa
Nama Senyawa
FeS2
Pyrite
FeS2
Marcasite
FexSx
Pyrrhotite
Cu2S
Chalcosite
CuS
Covellite
Cu FeS2
Chalcopyrite
MoS2
Molybdenite
NiS
Millerite
PbS
Galena
ZnS
Sphalerite
Sumber : http://perangkatwindows7.blogspot.co.id/
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
mineral sulfida yang terdapat pada batuan hasil galian dengan air (H2O) dan
oksigen (O2). Oksidasi logam sulfida dalam membentuk asam terjadi dalam
beberapa persamaan reaksi sebagai berikut :
1. 1. FeS2 + 7/2 O2 + H2O
Fe+2 + 2SO4-2 + 2H+
+2
+
2. 2. Fe + O2 + H
Fe+3 + H2O
3. 3. Fe+3 + 3H2O
Fe(OH)3 + 3H+
+3
4. 4. FeS2 + 14Fe + 8H2O
15 Fe+2 + 2SO4-2 + 16H+
Ada tiga ( 3 ) jenis sulfida dalam air maupun air limbah yaitu :
A. Total sulfida : mencakup H2S, HS terlarut dan sulfida sulfida logam
tersuspensi yang dapat dihidrolisis dengan asam.
B. Sulfida terlarut : sulfida yang tertinggal setelah padatan tersuspensi dalam
contoh air dihilangkan dengan cara fluktuasi maupun pengendapan.
C. H2S yang tidak terionisasi : H2S jenis ini dapat dihitung dari konsentrasi
H2S terlarut, pH contoh air dan konstanta ionisasi H2S.
Faktor faktor kimia yang menentukan pembentukan air asam tambang
adalah :
pH
Temperatur
Peranan bakteri
Sedangkan sifat fisik yang mempengaruhi migrasi air asam tambang ,
adalah :
Kondisi limbah
Permeabilitas limbah
Mekanisme perpindahannya
Faktor yang mengendalikan tingkat perpindahan kontaminan adalah jumlah
pengencer dan tingkat pencampuran yang membentuk air asam tambang yang
pindah dari sumber ke lingkungan penerimanya.
3.2
3.3
Sumber : http://wwwenvdept-environmental.blogspot.co.id/
Foto 3.1
A. Liming Box, B. Lem Injection
Air asam tambang yang telah netral, akan kembali diendapkan melalui
beberapa kompartemen settling pond sebelum dialirkan ke badan air. Untuk
mengontrol
kualitas
air
buangan
terhadap
baku
mutu,
PT. Sucofindo
Sumber : http://wwwenvdept-environmental.blogspot.co.id/
Foto 3.2
A. Spektro Potometer Analitik, B. pH Meter, C. Spektro Photometer, D.TSS Meter
Saat ini, pengembangan pengolahan pasif air asam tambang PT. Berau
Coal, masih dilaksanakan dengan skala penelitian pilot project. Kegiatan ini,
menggunakan sumberdaya lokal berupa limbah bahan organik, tumbuhan air,
dan batu gamping. Limbah bahan organik yang digunakan berupa jerami padi,
serbuk kayu, dan kompos. Selain juga, limbah bahan organik berupa serat kayu
dan bioludge dari PT. Kiani Kertas yang juga dicoba digunakan dalam penelitian
ini.
Penelitian dilakukan dengan 2 (dua metode, yakni metode Successive
Alkalinity Producing System (SAPS) dan Aerobic Wetland (AW). Keduanya saling
dikombinasikan dan selanjutnya disebut satu sel. Penelitian ini menggunakan
dua sel bersusun seri. SAPS merupakan salah satu metode pengolahan pasif
AAT yang terdiri atas lapisan bahan organik dan batugamping. Keduanya
disusun secara vertikal dengan ketebalan tertentu. AAT yang diolah akan
mengalir secara vertikal di dalam sistem berdasarkan tekanan grativitas hidrolik.
Berbeda dengan SAPS, AAT yang mengalir pada AW akan mengalir secara
horizontal pada permukaan sistem yang terdiri atas vegetasi tumbuhan air dan
bahan organik sebagai media tanam tumbuhan.
Sumber : http://wwwenvdept-environmental.blogspot.co.id/
Foto 3.3
Papan Monitoring WMP
Sumber : http://wwwenvdept-environmental.blogspot.co.id/
Foto 3.4
Tumbuhan Air (Tifa) Pada WMP