Anda di halaman 1dari 3

Body Image dan Media Apakah Berdampak Buruk?

Dewasa ini, cantik kerap kali diidentikkan dengan tubuh langsing dan kulit putih. Hal
tersebut tidak lain merupakan pengaruh media seperti televisi, majalah, atau tabloid
yang kerap menampilkan kemolekan tubuh sebagai wujud kecantikan. Pengaruh
media tesebut menjadi sumber bagi wanita mengenai bagaimana wanita terlihat
cantik, yaitu dengan memiliki tubuh langsing dan kulit yang putih. Pada satu dekade
terakhir, body image yang dipengaruhi media tersebut membuat banyak wanita yang
memiliki kekurangan merasa minder. Banyak wanita yang merasa dirinya tidak
cantik karena tidak memiliki tubuh langsing atau kulit putih.
Menurut cultivaton theory1 yang dikemukakan oleh George Gerbner (1998)
dikatakan bahwa apa yang ditampilkan di televisi dan disaksikan oleh penonton akan
menjadi suatu konsep di kehidupan sosial (p. 180). Cultivation theory menjelaskan
bahwa pengaruh media televisi yang disaksikan berulang-ulang akan memengaruhi
persepsi penonton. Biasanya orang-orang yang sudah kecanduan menonton televisi
akan mempersepsikan dunia nyata sama seperti apa yang mereka saksikan di
televisi. Hal ini sangat erat kaitannya dengan body image yang ditampilkan di media
tersebut. Semakin sering seseorang menyaksikan tayangan yang menampilkan
kesempurnaan body image, hal tersebut akan memengaruhi persepsi penonton
mengenai kecantikan yang ideal.
Selain itu, fenomena ini dapat dijelaskan dengan social comparison theory2.
Biasanya penonton televisi akan membandingkan body image-nya dengan body
image aktris atau model yang ditampilan di televisi. Lalu, apakah perilaku tersebut
berpengaruh pada diri seseorang? Jawabannya adalah ya. Body image yang
ditampilkan di media televisi berpengaruh pada self-esteem seseorang khususnya
wanita.
1

Vonderen, K. V., & Kinnally, W. (2012). Media Effects on Body Image: Examining Media Exposure in the Broader
Context of Internal and Other Social Factors. American Communication Journal, 41-56.

Nolen-Hoeksema, S., Fredrickson, B. L., Lotus, G. R., & Wagenaar, W. A. (2009). Atkinson & Hilgard's
Introduction to Psychology 15th Edition. Hampshire: Wadsworth.

Self-esteem3 yaitu penilaian diri yang dibuat seseorang dan kebiasaan menghargai
dirinya sendiri, terutama yang berkaitan dengan sikap menerima dan menolak
dirinya sendiri. Menurut Branden (1994)4, self-esteem yaitu penilaian personal
mengenai perasaan berharga atau berarti yang diekspresikan dalam sikap individu
terhadap dirinya. Self-esteem harus dimiliki oleh setiap orang dengan kadar yang
tepat, tidak tinggi dan juga tidak rendah.
Body image yang ditampilkan di media televisi ternyata berpengaruh pada selfesteem wanita. Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kristen E. Van Vonderen, M.S. dan William Kinnally, Ph.D. pada tahun 2011
mengenai penyebab body dissatisfaction pada wanita. Penelitian ini dilakukan pada
285 mahasiswi S1 di University of Florida. Kesimpulan yang didapatkan adalah
media merupakan faktor utama yang memengaruhi body dissatisfaction pada
wanita. Mereka menganggap bahwa media memiliki peran yang paling dominan
dalam mempersepsikan body image yang sempurna. Mayoritas responden
menganggap mereka tidak puas dengan postur tubuh yang mereka miliki sehingga
mereka kerap merasa minder dan rendah diri. Hal tersebut yang membuat selfesteem yang mereka miliki cenderung rendah karena mereka menganggap diri
mereka memiliki banyak kekurangan.
Selain berpengaruh pada self-esteem, body image yang ditampilkan di media juga
memiliki pengaruh lain. Stigma yang ditimbulkan mengenai body image banyak
memengaruhi wanita yang ingin memiliki tubuh langsing dengan cara menurunkan
berat badan dengan cara yang extreme. Satu dekade terakhir semakin banyak
wanita yang menderita eating disorder seperti anorexia nervosa dan bulimia
nervosa. Hal tersebut mayoritas disebabkan oleh keinginan wanita memiliki tubuh
ideal namun usaha yang dilakukan terlalu berlebihan.

Myers, D. G. (2013). Social Psychology 11th Edition. New York: McGraw-Hill International Edition.

4 Aronson, E., Wilson, T. D., & Akert, R. M. (2013). Social Psychology 8th Edition. New Jersey: Pearson.

Lalu apakah yang harus dilakukan untuk mencegah agar kita tidak terpengaruh
dengan body image yang ditampilkan media? Tayangan di media tidak dapat
dikontrol oleh individu, namun ada cara yang cukup efektif yaitu memilih tayangan
yang akan kita saksikan. Selalu tanamkan dalam diri bahwa kita semua berharga.
Selalu bersyukur dengan apa yang telah kita miliki saat ini juga bisa menjadi salah
satu cara agar kita tidak mudah terpengaruh oleh tayangan di media.

References
Erol, R. Y., & Orth, U. (2011). Self-Esteem Development From Age 14 to 30 Years: A
Longitudinal Study. Journal of Personality and Social Psychology, 607-619.
Aronson, E., Wilson, T. D., & Akert, R. M. (2013). Social Psychology 8th Edition. New
Jersey: Pearson.
Clay, D., Vignoles, V. L., & Dittmar, H. (2005). Body Image and Self-Esteem Among
Adolescent Girls: Testing the Influence of Sociocultural Factors. Journal of
Research in Adolescence, 451-477.
Myers, D. G. (2013). Social Psychology 11th Edition. New York: McGraw-Hill
International Edition.
Nanu, C., Tut, D., & Bban, A. (2014). Why Adolescents Are Not Happy With Their
Body Image? Journal of Gender and Feminist Studies, 1-20.
Nolen-Hoeksema, S., Fredrickson, B. L., Lotus, G. R., & Wagenaar, W. A. (2009).
Atkinson & Hilgard's Introduction to Psychology 15th Edition. Hampshire:
Wadsworth.
Vonderen, K. V., & Kinnally, W. (2012). Media Effects on Body Image: Examining
Media Exposure in the Broader Context of Internal and Other Social Factors.
American Communication Journal, 41-56.

Anda mungkin juga menyukai