Anda di halaman 1dari 5

Pilih Miskin yang Sabar Atau Kaya yang

Bersyukur
27 April, 2015 Dunia Islam Bersyukur, Miskin yang Sabar Atau Kaya
Miskin yang Sabar Vs Kaya yang Bersyukur

Bismillah was shalatu was salamu ala


Rasulillah, amma badu,
Manakah yang lebih baik, miskin yang sabar ataukah kaya yang bersyukur?
Jika kita disodori dua pilihan ini, jujur saja, akan banyak diatara kita yang mengambil pilihan
kedua, kaya yang bersyukur. Karena secara naluri, kita lebih siap untuk menikmati kekayaan
dari pada menderita kemiskinan.
Antara Nabi Ayub & Nabi Sulaiman alaihimas Salam
Dalam perjalanan panjang sejarah kehidupan manusia, Allah telah mencipatakan dua tipe
mausia di atas, agar dijadikan panutan bagi masyarakat generasi berikutnya.
Allah ciptakan Nabi Ayub sebagai sosok yang dikenal sangat penyabar, di tengah ujian sangat
berat yang beliau alami. Terkadang ada orang yang diberi nikmat harta namun tidak memiliki
nikmat sehat. Dia tidak bisa menikmati hartanya, karena sakit-sakitan.
Sebaliknya, ada yang diberi nikmat sehat wal-afiyat tapi tidak berharta. Ketika dia
menginginkan untuk menikmati banyak hal, namun tidak bisa terwujud. Karena kantongnya
tidak cukup untuk menjangkaunya. Yang terjadi pada Nabi Ayub, beliau mendapatkan keduaduanya. Beliau menderita kemiskinan sangat parah, dan sakit fisik yang juga sangat
mengenaskan. Allah sebutkan doa Ayub,



Ingatlah hamba Kami, Ayub. Ketika dia berdoa memanggil Rabnya, Sesunngguhnya setan
menimpakan kemadharatan kepada dengannusb dan adzab. (QS. Shad: 41)

Sebagian ahli tafsir menyebutkan,


Makna nusb

: musibah sakit yang beliau derita

Makna adzab : musibah yang membersihakn semua harta dan anaknya.


Sebelumnya, Ayub adalah oang soleh yang sangat kaya, hartanya melimpah dan memiliki
banyak anak. Allah mengujinya, dengan membalik keadaannya. Hebatnya, datangnya semua
ujian itu terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Semua anaknya diambil berikut hartanya.
Sanak kerabatnya menjauhinya, hingga beliau harus keliling dari satu sampah ke sampah
untuk mendapatkan sesuap makanan. Sampai akhirnya beliau sakit parah, tidak ada bagian
kulit seluas titik jarum yang sepi dari penyakit. Semua orang menjauhinya, selain satu
istrinya yang setia mendampinginya, karena imannya kepada Allah. Semoga Allah meridhai
istri Ayub. Menurut catatan Ibnu Katsir, ini terjadi selama 18 tahun. (Tafsir Ibn Katsir, 7/74).
Di sisi lain, Allah ciptakan Nabi Sulaiman sebagai sosok yang dikenal sangat pandai
bersyukur, di tengah melimpahnya fasilitas dunia yang beliau miliki. Beliau menjadi raja
yang kekuasaan meliputi alam manusia, jin, dan binatang. Itulah doa beliau yang Allah
kabulkan, sehingga beliau menjadi penguasa paling top markotop diantara manusia.






Sulaiman berdoa, wahai Rabku, berikanlah aku kerajaan yang tidak layak untuk dimiliki oleh
seorangpun sesudahku. Sesungguhnya Engkau Dzat Yang Maha Pemberi. (QS. Shad: 35)
Dua model manusia ini, Allah sandingkan ceritanya dalam surat Shad, antara ayat 30 sampai
44. Dan keduannya, baik Ayub maupun Sulaiman, Allah sebut di akhir cerita,



Dia (Sulaiman dan Ayub) adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia orang yang suka
bertaubat. (QS. Shad: 30 dan 44).
Artinya, baik miskin yang sabar maupun kaya yang bersyukur, di sisi Allah statusnya samasama hamba yang baik. Tinggal selanjutnya, siapa yang lebih bertaqwa diantara mereka,
itulah yang terbaik. Allah berfirman,







Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah diantara kalian adalah orang yang
paling bertaqwa. (QS. al-Hujurat: 13).

Sosok Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam


Beliau Uswatun Hasanah bagi umat. Satu-satunya manusia yang hidupnya dijadikan sumpah
oleh Allah. Ketika Allah menceritakan kejahatan kaum sodom, Allah bersumpah menyebut
Demi umurmu.

Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka mabuk dalam kesesatan. (al-Hijr: 72).
Allah bersumpah demi umur, kehidupan dan keberadaan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi
wa sallam di dunia.
Ibnu Katsir menyebutkan riwayat keterangan dari Ibnu Abbas,



Belum pernah Allah menciptakan dan menumbuhkan manusia yang lebih mulia dari pada
Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Aku belum pernah mendengar Allah bersumpah
dengan kehidupan seorangpun selain beliau. (Tafsir Ibnu Katsir, 4/542).
Dalam urusan syukur dan sabar, beliau mengumpulkan akhlak Nabi Ayub dan akhlak Nabi
Sulaiman. Beliau kaya yang bersyukur dan sekaligus miskin yang sabar.
Anas bin Malik Radhiyallahu anhu menceritakan,






- -



Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah diminta untuk kemaslahatan islam,
kecuali beliau pasti memberinya. Hingga suatu ketika datang seseorang (kepala suku),
kemudian beliau memberikan kambing satu lembah kepada orang ini. Spontan dia pulang ke
sukunya, dan mengatakan, Wahai kaummu, masuklah ke dalam islam. Karena Muhammad
memberikan harta layaknya orang yang tidak takut miskin. (HR. Muslim 6160).
Dan hingga kini, kita belum pernah menjumpai ada orang yang mendermakan harta kambing
satu lembah.
Beliau juga pernah memotong 100 ekor onta. Jika satu onta seharga 12 juta, berarti beliau
berkurban senilai kurang lebih 1,2 Milyar. Itu korban perorangan, bukan perusahaan.
Di sisi lain, beliau pernah mengganjal perutnya dengan batu, karena tidak memiliki makanan.
Beliau dan para istrinya tidak pernah kenyang selama 3 hari berturut-turut.
Aisyah menjadi saksi sejarah kehidupan di keluarga Nabi Shallallahu alaihi wa sallam,













Tidak pernah keluarga Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam kenyang dengan makanan
dari gandum halus selama 3 hari berturut-turut, sejak beliau tiba di Madinah hingga beliau
diwafatkan. (HR. Bukhari 5416, Muslim 7633 dan yang lainnya).
Kita yakin, kondisi semacam ini tidak pernah kita jumpai di keluarga kita. Kita tidak pernah
sampai berfikir: adakah makanan esok pagi? Bahkan untuk bisa kenyang selama 1 bulan, kita
tidak pernah memikirkannya.

Mengalir Sesuai Keadaan


Siapapun orangnya, dia tidak akan bisa memilih dan memaksakan diri untuk menjadi miskin
yang sabar atau kaya yang bersyukur. Anda yang berada dalam kondisi miskin, tidak bisa
memaksa Sang Pencipta untuk menjadikan anda kaya. Demikian pula sebaliknya. Anda yang
dalam kondisi kecukupan, tidak bisa memaksa Sang Kuasa untuk mengubah anda agar bisa
mencicipi kemiskinan.
Itu berarti, yang seharusnya yang dominan di pikiran orang kaya bukan bagaimana bisa jadi
miskin, namun bagaimana dia bisa memaksimalkan syukur kepada Allah. Karena itulah yang
menjadi tugasnya. Dan Saya yakin, semua orang sepakat akan hal ini.
Kita simak kondisi sebaliknya, seharusnya yang fokus dipikirkan orang miskin bukan
bagaimana dia bisa jadi kaya. Namun yang dia pikirkan, bagaimana dia bisa ridha dengan
ketetapan Allah dan bersabar. Karena itulah tugasnya.
Anda sepakat ini??
Seperti inilah yang dinasehatkan oleh cucu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, Hasan bin Ali
Radhiyallahu anhuma,












Siapa yang pasrah terhadap pilihan terbaik yang Allah berikan kepadanya, dia tidak
berangan-angan untuk menggapai sesuatu yang lain. (Kanzul Ummal, Ibnu Asakir, no.
8538).
Jika ada yang komentar, Berarti anda memotivasi orang miskin agar tetap jadi miskin, dan
tidak bekerja, atau berusaha.
Bagi yang berkomentar demikian, berarti daya tangkapnya terlalu rendah untuk memahami
kalimat di atas. Sama sekali keterangan di atas tidak berisi motivasi orang miskin untuk tidak
bekerja dan berusaha. Hanya menjelaskan tugas orang miskin di kondisi miskinnya, yaitu
ridha dan bersabar. Sementara urusan bekerja dan mengejar dunia, ini sejalan dengan
nafsunya, sehingga tidak perlu banyak motivasi.
Mukmin: Antara Sabar dan Syukur
Inilah tabiat setiap mukmin sejati. Mereka tidak pernah lepas dari dua tugas itu, antara
bersyukur ketika mendapat nikmat dan bersabar ketika musibah. Bahkan tabiat ini membuat
Nabi Shallallahu alaihi wa sallamterheran dengan mereka. Dalam sebuah sabdanya, beliau
memuji orang yang beriman,











Sungguh mengherankan kondisi orang yang beriman, semua urusannya baik. Itu tidak
dimiliki kecuali oleh orang yang beriman. Ketika dia mendapatkan kenikmatan, dia
bersyukur, dan itu baik baginya. Dan ketika dia mendapatkan musibah, dia bersabar, dan itu
baik baginya. ( 8/1/15 )

(HR. Muslim 7692 dan Ibnu Hibban 2896)

Anda mungkin juga menyukai