PEMERIKSAAN AKUNTANSI
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi
Disusun Oleh :
Lian Purnama Dewi
2010061061
UNIVERSITAS KUNINGAN
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini dengan
lancar dan tepat pada waktunya.
Sebagimana kita ketahui kasus perpajakan di Indonesia semakin lama
kian banyak jumlahnya. Maka dari itu perlu adanya peninjauan dan pembahasan
kembali atas kasus-kasus tersebut demi terpenuhinya pengetahuan kita semua.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua demi bertambahnya wawasan kita akan ilmu Perpajakan.
Tak ada gading yang tak retak, taka ada manusia yang sempurna. Jika
ada kritik membangun atau saran akan isi dari makalah ini silakan sampaikan
dan Insha Allah akan kami perbaiki. Terima Kasih.
Penyusun
Daftar Isi
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Auditing
Mendefinisikan auditing sebagai suatu objektif mendapatkan dan
mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadiankejadian ekonomi untuk menyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut
dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
Alvin A. Arens, Mark S. Beaslev (2003) mendefinisikan auditing sebagai
proses pengumpulan dan pengawasan bahan bukti tentang informasi yang dapat
di ukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten
dan independent untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi
yang dimaksud dengan kriteria kriteria yang telah di tetapkan. Auditing harus
dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.
Menurut Sukrisno Agoes (2004), auditing adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistematis,oleh pihak yang independen, terhadap
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
B. Jenis-jenis audit:
Menurut (Sukrisno Agoes, 2004), ditinjau dari luasnya pemeriksaan, maka jenisjenis audit dapat dibedakan atas:
1.
Ditinjau dari jenis pemeriksaan maka jenis-jenis audit dapat dibedakan atas:
1.
kegiatan
operasi
suatu
kebijakan
perusahaan,
operasional
yang
telah
termasuk
ditetapkan
3.
4.
menggunakan
sistem Elektronic
Data
Processing (EDP).
Berdasarkan kelompok atau pelaksana audit, maka jenis audit dibagi menjadi
empat:
1.
Auditor
Ekstern
; Auditor
ekstern/
independent
bekerja
untuk
kantor akuntan publik yang statusnya diluar struktur perusahaan yang mereka
audit. Umumnya auditor ekstern menghasilkan laporan atas financial audit.
2.
Auditor
Intern
; Auditor
intern
bekerja
untuk
perusahaan
yang
4.
Auditor
Pemerintah ; Tugas
auditor
pemerintah
adalah
menilai
juga
audit
atas
ketaatan
pada peraturan
oleh
yang
dikeluarkan
pemerintahan
dapat
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2.
Dalam
semua
hal
yang
berhubungan
2.
3.
Standar Pelaporan
1.
Laporan
auditor harus
menyatakan
apakah laporan
keuangan telah
periode
berjalan
dibandingkan
dengan
penerapan
prinsip
4.
D. Profesi Auditor
Seorang Akuntan yang memiliki nomor register, bisa memilih profesi
sebagai berikut :
1. Akuntan Publik (Public Accountant)
2. Akuntan internal (Internal Auditor)
3. Akuntan Keuangan ( Financial Accountant)
4. Cost Accountan
5. Akuntan Pajak (Tax Accountant)
6. Akuntan Pendidik (Lecturer)
Ruang Lingkup
Pada akhir pemeriksaan yang dilakukan oleh Auditor dalam General
Audit
KAP memberikan hasil pemeriksaan yang terdiri dari :
a. Lembar opini (AuditOpini)
Lembar opnini merupakan tanggung jawab Akuntan Publik,
dimana Akuntan Publik akan memberikan pendapat terhadap
kewajaran laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen.
b. Laporan Keuangan (Financial Statement)
Laporan keuangan yang disampaikan dari hasil pemeriksaan yang
dilakukan oleh KAP terdiri dari :
Balance sheet
ncome statement.
2.
seorang
auditor
menambahkan
penjelasan
(bahasa
4.
5.
G. Tujuan Audit
Tujuan Pemeriksaan umum terhadap laporan keuangan oleh auditor
Independen adalah untuk menyatakan pendapat/opini mengenai kewajiban
dalam penyajian posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan posisi keuangan
yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku Umum (SAK)
Langkah-langkah dalam menyusun Tujuan Audit adalah mengetahui :
Laporan Keuangan ;
Tanggung jawab Manajemen adalah u/ menentukan kebijakan yang
sehat, menjalankan struktur pengendalian intern yang baik, dan mencantumkan
angka-angka yang dapat dipertanggung jawabkan dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh manajemen ? NERACA,
LAPORAN LABA-RUGI, LAPORAN PERUBAHAN MODAL, LAPORAN ARUS
KAS.
Laporan
Keuangan
amati
komponen
(perkiraan) yang
Pernyataan
(Asersi)
manajemen
mengenai
Komponen-komponen
Laporan Keuangan
Bagaimana manajemen memberikan pernyataan terhadap Lap.
Keuangan yang merupakan tanggung jawabnya. (Terkait dengan cara mencatat
dan mengungkapkan lap. Keuangan yang disesuaikan dengan SAK)
Pernyataan Manajemen secara umum ada 5 yaitu :
dalam
Lap.
Laba-Rugi
menujukkan
telah
tersebut.
Pada saat auditor memutuskan tujuan spesifik audit untuk setiap komponen
laporan keuangan, proses pengumpulan bahan bukti dapat dimulai.
ASERSI MANAJEMEN
TUJUAN
AUDIT
PADA
PERSEDIAAN BARANG
Keberadaan/ eksistensi
Keabsahan
Semua
Kelengkapan
Kelengkapan
Kepemilikan
Penilaian
Penyajian
pengungkapan
dan Alokasi
persediaan
yang
dicatat
memang
Pisah batas
tercantum.
Akurasi mekanis
Penyajian
Pengungkapan
telah diungkapkan.
Persediaan yang digadaikan atau diserahkan
telah diungkapkan.
Persediaan telah digolongkan dengan benar.
BAB III
BUKTI PEMERIKSAAN
Standar Auditing
Tujuan
Akuntan
melakukan pengujian
terhadap
catatan
akuntansi
laporan
telah dilakukan dengan teliti sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim
(SAK).
Tujuan akuntan melakukan prosedur pemeriksaan adalah untuk mengumpulkan :
benar ada.
Bukti bahwa semua utang yang menjadi kewajiban klien telah dicantumkan
Bukti dari Bank, pelanggan, dan sumber lain di luar perusahaan, yang
Sumber Bahan Bukti : Bukti yang tingkat kompetensinya tinggi adalah bukti
yang berasal dari luar klien. Contoh : Konfirmasi Bank, Debitur, Kreditur dll.
Cara Untuk memperoleh Bahan Bukti ; Bukti yang diperoleh dengan cara
pemeriksaan tangan pertama adalah relatif lebih tinggi tingkat kompetensinya
bila dibandingkan pemeriksaan tangan ke dua.
baik merupakan bukti yang kuat mengenai dapat dipercayainya informasi yang
dicantumkan dalam laporan keuangan. Sedangkan SPI yang buruk/lemah
menentukan jumlah bukti yang harus dikumpulkan sebagai sumber bukti.
2
Bukti
Fisik ; bukti
yang
dapat
diperoleh
dengan
melakukan
Buku Pembantu.
5
Perbandingan
Analitis : melakukan
perbandingan
terhadap
yang
harus
diambil
Akuntan
berkaitan
dengan
Bukti
Pemeriksaan.
Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris
manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan
keyakinan
(a)
memadai
tentang
pencapaian
tiga
golongan
tujuan
asersi
manajemen
dalam
laporan
keuangan.
Misalnya
sbb
arahan
manajemen
dilaksanakan.
Aktivitas
tersebut
membantu
tujuan
entitas.
Biasanya
berkaitan
dengan
hal
sbb
4). Informasi dan komunikasi, Sistem informasi yang terdiri dari metode dan
catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolahan meringkas, dan melaporkan
transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara
akuntabilitas bagi aktiva, utang, dan ekuitas yang bersangkutan. Diantaranya
memahami
hal
sbb
:
- Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan
keuangan.
- Bagaimana transaksi tersebut dimulai.
- Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan ke
yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi.
- Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai
dengan dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik
(seperti komputer danelectronic data interchange) yang digunakan untuk
mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses informasi.
5). Pemantauan, untuk membangun dan memelihara pengendalian intern.
Manajemen
memantau
pengendalian
untuk
mempertimbangkan
apakah
didalamnya
jelaskan
masing2nya.
Kompetensi Bukti adalah Keabsahan dan sifat relevansi dari bukti yang
ada, sehingga bukti tersebut dapat dipercaya dan diyakini oleh auditor sebagai
dasar dari penarikan kesimpulan secara umum yang akan diambil, sehingga
dapat diandalkan.
Bukti yang Cukup adalah Jumlah dan jenis bukti audit yang dibutuhkan oleh
auditor untuk mendukung pendapatnya setelah mempelajari dengan meneliti
keadaan dalam suatu entitas yang sedang diperiksanya. Sehingga Auditor dapat
bekerja dalam batas-batas pertimbangan ekonomi; bermanfaat, dan dapat
merumuskan dalam jangka waktu yang pantas dan dengan biaya yang masuk
akal.
BAB IV
LAPORAN AUDIT
A.
Bentuk laporan audit yang paling umum adalah laporan audit standar dengan
pendapatan wajar tanpa pengecualian. Lebih dari 90 persen laporan audit
menggunakan bentuk ini. Laporan audit standar wajar tanpa pengecualian
digunakan bila kondisi berikut terpenuhi.
Kondisi Untuk Laporan Wajar Tanpa Pengecualian :
1.
3.
Terlepas dari siapa auditornya,ketujuh bagian laporan audit berikut ini akan tetap
sama.
1.
Judul laporan
2.
3.
Pragraf pendahuluan
4.
5.
Pragraf pendapat
C.
6.
7.
Tanpa Pengecualian
Dalam membahas laporan audit yang menyimpang dari laporan audit standar
ada tiga topik yang berhubungan, yaitu : yang menyebabkan penyimpangn dari
pendapat wajar tanpa pengecualian, jelas pendapat selain dari pendapat wajar
tanpa pengecualian, dan materialitas.
Kondisi 1. Pembatasan lingkup audit.
Kondisi 2. Laporan keungan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum sebagai
1.
Jika salah satu dari ketiga kondisi diatas, yang menuntut penyimpangan dari
pendapat wajar tanpa pengecualian, ditemukan dalam audit dan dampaknya
material, auditor harus memberikan pendapat selain wajar tanpa pengecualian
dalam laporannya. Pendapat tidak wajar (adverse opinion), pernyataan tidak
memberi pendapat (disclaimer of opinion), dan pendapat wajar dengan
pengecualian (qualified opinion).
1.
2.
3.
D. MATERIALITAS
Materialitas merupakan pertimbangan utana dalam menentukan laporan audit
yang tepat untuk diterbitkan. FASB mendefinisikan materialitas yaitu besarnya
nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari
keadaan yang melingkupinya dapt mengakibatkan perubahan atas atau
pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap
informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut.
Oleh karena auditor bertanggung jawab menentukan apakah terdapat salah saji
informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapat
mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang
yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adnaya
penghilangan atau salah saji tersebut. Jika klien menolak untuk mengoreksi
salah saji tersebut, maka auditor harus menerbitkan opini wajar dengan
pengecualian atau tidak wajar, bergantung pada seberapa signifikan salah saji
tersebut. Untuk menentukan hal tersebut, auditor sangat bergantung pada
pengetahuan yang mendalam atas penerapan materialitas.
E. LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN MATERIALITAS
Langkah 1
MENETAPKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL
PSA 25 (SA 312) menharuskan auditor untuk memutuskan jumlah gabungan
salah saji dalam laporan yang akan mereka anggap material di awal pengauditan
bersamaan dengan ketika mereka mengembangkan strategi audit secara
keseluruhan. Dinamakanpertimbangan materialitas awal, karena meskipun
merupakan opini professional, penilaian tersebut dapat berubah selama kontrak
kerja. Penilaian tersebut harus didokumentasikan dalam arsip audit.
Pertimbangan materialitas awal merupakan jumlah maksimal dimana auditor
yakin terdapat salah saji dalam laporan keuangan namun tidak memengaruhi
keputusan-keputusan para pengguna yang rasional. (secara konsep, ini adalah
jumlah yang Rp 1 lebih kecil dari pada materialitas yang didefinisikan oleh FASB.
Untuk kemudahan, kita mendefinisikan hal tersebut sebagai materialitas awal).
Penilaian ini merupakan salah satu keputusan yang paling penting yang harus
diambil oleh audior, dan sangat membutuhkan pemahaman dan pertimbangan
professional yang tinggi. Auditor menetapkan pertimbangan materialitas awal
untuk membantunya merencanakan pengumpulan bukti-bukti audit yang tepat.
Selama melakukan audit, auditor sering kali mengubah pertimbangan awal yang
diistilahkan sebagai penilaian materialitas yang direvisi
Sebuah salah saji dengan besaran tertentu dapat menjadi material bagi suatu
perusahaan kecil , sebaiknya dengan jumlah salah saji yang sama dapat menjadi
tidak material bagi perusahaan yang besar. Sehingga tidak mungkin untuk
menetukan acuan nilai nominal untuk pertimbangan materialitas awal yang dapat
diterapkan untuk semua klien audit.
1.
Karena materialitas adalah konsep yang relative, sehingga sangat penting untuk
memiliki dasar dalam menentukan apakah suatu jumlah tertentu material atau
tidak.laba bersih sebelum pajak biasanya dijadikan sebagai dasar dalam
menentukan materialitas bagi perusahaan yang berorientasi laba karena
dianggap sebagai unsure yang sangat penting bagi para penggunanya.
Beberapa perusahaan menggunakan dasar utama yang berbeda, karena laba
bersih sering kali naik turun secara signifikan dari tahun ketahun, sehingga tidak
dapat memberikas dasar secra stabil, atau ketika entitasnya adalah suatu
perusahaan nirlaba. Sering kali dasar utama yang digunakan adalah penjualan
bersih, laba kotor, dan total asset atau asset bersih. Setelah menetapkan dasar
utama, auditorjuga harus memutuskan apakah salah saji tersebut secara
signifikan berpengaruh pada kewajaran dasar lainnyaseperti asset lancar, total
asset liabilitas lancar dan ekuitas pemilik. PSA 25 (SA 312) mengharuskan
auditor untuk mendokumentasikan dasar yang digunakan dalam melakukan
pertimbangan materialitas awal kedalam prinsip audit.
1.
Langkah 2
MENGALOKASIKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL KESETIAP
BAGIAN (SALAH SAJI YANG DAPAT DITERIMA)
SALAH
SAJI
DAN
MEMBANDINGKAN
DENGAN
PENILAIAN AWAL
Salah saji dalam suatu akun dapat berbentuk satu dari dua jenis ini, yaitu salah
saji yang diketahui salah saji yang mungkin. Salah saji yang diketahui adalah
salah saji dimana auditor dapat menetukan jumlah salah saji dalam akun
tersebut. Salah saji yang mungkin terdapat dua jenis, pertama yaitu salah saji
yang muncul karena adanya perbedaan antara penilaian manajemen dan
penilaian auditor mengenai estimasi saldo akun. Yang kedua adalah proyeksi
salah saji bedasarkan pengujian auditor atas sampel yang diambil dari populasi.
Langkah 4
MENGERSTIMASIKAN SALAH SAJI GABUNGAN
Langkah 5
MEMBANDINGKAN
MATERIALITAS
ESTIMASI
DALAM
SALAH
PENILAIAN
SAJI
AWAL
GABUNGAN
ATAU
DENGAN
PENILAIAN
YANG
DIREVISI
H. RISIKO
Risiko (risk) penerimaan auditor bahwa terdapat beberapa tingkat ketidakpastian
dalam menjalankan fungsi audit.
Model risiko audit dan perencanaan
Auditor menangani risiko dalam perencanaan bukti audit umumnya dengan
menggunakan model risiko audit. Model risiko audit membantu auditor untuk
menentukan seberapa banyak dan jenis bukti apakah yang harus dikumpulkan
auditor untuk setiap siklusnya.
JENIS-JENIS RISIKO
1.
Risiko deteksi yang direncanakan merupakan risiko dimana bukti audit untuk
suatu bagian tidak mampu mendeteksi salah saji yang melebihi salah saji yang
dapat diterima. Risiko ini hanya dapat berubah jika auditor mengubah salah satu
risiko dalam model risiko audit tersebut.
1.
Risiko audit yang dapat diterima mengukur tingkat kesediaan auditor untuk
menerima kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan setelah audit
telah selesai dijalankan dan opini wajar tanpa pengecualian telah diterbitkan.
MENILAI RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA
Dalam sebuah pengauditan, auditor harus memutuskan risiko audit yang dapat
diterima, lebih utama dilakukan selama masa perencanaan. Pertama, auditor
menetapkan risiko kontrak kerja dan kemudian menggunakan risiko kontrak kerja
tersebut untuk memodifikasi risiko audit yang dapat diterima.
DAMPAK RISIKO KONTRAK KERJA TERHADAP RISIKO AUDIT YANG
DAPAT DITERIMA
Risiko kontrak kerja (engagement risk) adalah risiko dimana auditor atau KAP
akan mendapat masalah setelah audit diselesaikan, meskipun laporan audit
sudah benar. Risiko kontrak kerja sangat terkait erat dengan risiko bisnis klien.
Sangat penting untuk dicatat bahwa auditor tidak menyetujui mengenai apakah
risiko kontrak kerja harus dipertimbangkan dalam perencanaan audit.
FACTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI RISIKO AUDIT
1.
Ukuran klien. Umumnya, makin besar kegiatan operasi klien, makin luas
penggunaan laporan keuangan. Ukuran klien, yang diukur dengan asset total
atau pendapatan total, akan berpengaruh terhadap risiko audit yang dapat
diterima.
b)
Posisi likuiditas. Jika klien terus menerus kekurangan kas dan modal kerja,
Laba
(rugi)
ditahun-tahun
sebelumnya.
Sangat
penting
untuk
c)
asset tetap klien dibiayai oleh pinjaman jangka pendek atau jangka penjan,
karena sejumlah besar kas keluar yang dibutuhkan dalam waktu yang singkat
akan memaksa perusahaan untuk mengalami kebangkrutan.
d)
Sifat kegiatan operasi klien. Beberapa jenis bisnis secara alamiah lebih
menerus
akan
mewaspadai
adanya
potensi
kesulitan
keuangan
dan
Evaluasi yang biasanya dilakukan untuk risiko audit yang dapat diterima adalah
tinggi, sedang atau rendah, dimana risiko audit yang dapat diterima rendah
berarti bagi klien yang berisiko harus mendapatkan bukti yang lebih banyak,
penugasan staf audit yang lebih bepengalaman, dan/atau penelaahan yanag
lebih mendalam atas dokumentasi audit. Sejalan dengan perkembangan
kemajuan kontrak kerja, auditor mendapatkan informasi tambahan mengenai
klien, sehingga risiko audit yang dapat diterima dapat dimodifikasi.
MENILAI RISIKO BAWAAN
Masuknya risiko bawaan dalam model risiko audit merupakan slah satu konsep
penting dalam pengauditan. Hal ini mengimplikasikan bahwa auditor harus
Auditor harus menilai factor-faktor yang menyusun risiko dan memodifikasi bukti
audit
yang
akan
mempertimbangkan
dijadikan
bahan
pertimbangan.
Auditor
harus
pengendalian.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Membuat populasi
h)
i)
Auditor mulai melakukan penilaian atas risiko bawaan selama fase perencanaan
dan memperbarui penilaian tersebut disepanjang pengauditan.
HUBUNGAN ANTARA RISIKO DAN MATERIALITAS DENGAN BUKTI AUDIT
Konsep materialitas dan risiko dalam audit sangat berkaitan erta dan tidak dapat
dipisahkan.
Risiko
merupakan
ukuran
atas
ketidakpastian,
sedangkan
Auditor harus merivisi penilaian awal dari risiko yang wajar. Adalah
pelanggaran jika membiarkan penilaian awal tidak diubah jika auditor tahu
itu adalah tidak wahar
2.
memadai.
Sebagai
gantinya,
auditor
harus
berhati-hati