Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PTK
(Penelitian Tindakan Kelas)
Diajukan Untuk Pengusulan Kenaikan Pangkat
Disusun Oleh :
Dra. WATMAH
NIP. 19680204 199512 001
GAMBAR
KOP
SEKOLAH
SMA N 1 CIASEM
PERNYATAAN KEASLIAN
: DRA. WATMAH
Program Studi
: GURU FISIKA
Unit Kerja
: SMA N 1 CIASEM
materai tempel
Rp. 6.000,00
Dra. WATMAH
NIP. 19680204 199512 001
LEMBAR PENGESAHAN
1. Identitas Penulis
Nama
NIP
NUPTK
Gol/Ruang
Jabatan
Unit Kerja
2. Lokasi Penelitian
3. Lama Penelitian
4. Biaya Penelitian
: DRA. WATMAH
: 19680204 199512 001
: 5536 Siswa-7466-4830-0042
: IV/a
: GURU MATA PELAJARAN
: SMA N 1 CIASEM
: SMA N 1 CIASEM
: 2 Siklus
: PRIBADI
5. Pengamat
6. Kelas Penelitian
7. Jumlah Siswa Kelas Penitian
: ..........................................
1. Guru Sejawat FISIKA
: X-3
: 36 Siswa
Penulis
UJANG SONJAYA,S.Pd.,M.M
NIP. 19641111 198803 1 009
Dra. WATMAH
NIP. 19680204 199512 001
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui / Mengesahkan
CIASEM, Tgl 23 Februari 2015
1. Identitas Penulis
Nama
NIP
NUPTK
Gol/Ruang
Jabatan
Unit Kerja
: Dra. WATMAH
: 19680204 199512 001
: 5536 Siswa-7466-4830-0042
: Pembina/ IV.a
: GURU FISIKA
: SMA N 1 CIASEM
2. Pengamat :
1. Guru Sejawat FISIKA
Kepala Sekolah
SMA N 1 CIASEM
UJANG SONJAYA,S.Pd.,M.M
NIP. 19641111 198803 1 009
ABSTRAK
sendiri. Pembelajaran dengan metode PBL dengan PS ini dapat membentuk siswa yang
produktif, aktif dan kritis dalam belajar. Pelaksanaannya siswa yang diteliti adalah siswa
kelas X-3 yang mana dianggap nilai belajar FISIKA nya rendah dibanding kelas lain.
Siswa kelas X-3 sejumlah 36 Siswa. Penilaian dilakukan dengan pemberian pretest dan
post test dan pemberian tugas kelompok secara heterogen, dengan materi Fluida Statis.
Penelitian mengambil 2 siklus penelitian tiap siklus mempunyai 2
kali pertemuan dan dilakukan pada setiap minggunya. Faktor
ketercapaiannya mengambil kriteria 80% siswa yang memperoleh nilai
diatas KKM FISIKA semester 2 tahun 2014 2015 yaitu 75. Pada hasil
penelitiannya siswa 100% dikatakan memenuhi faktor ketercapaian.
.
KATA PENGANTAR
Dra. WATMAH
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................................................1
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Kajian Teori...........................................................................................................................................9
Materi Fluida Statis.............................................................................................................................20
Hasil Penelitian Yang Relevan............................................................................................................23
Hipotesis..............................................................................................................................................24
Design Peneletian................................................................................................................................25
TEMPAT, WAKTU PENELITIAN.....................................................................................................25
SUBJECT Dan OBJECT Penelitian....................................................................................................25
Definisi Operasional............................................................................................................................26
Teknik Pengumpulan Data..................................................................................................................28
Instrumen Penelitian............................................................................................................................28
Prosedur Penelitian..............................................................................................................................29
Teknik Analisis Data Deskriptif Kuantitatif........................................................................................30
Indikator Keberhasilan Tindakan........................................................................................................31
BAB V..................................................................................................................................48
PENUTUP...........................................................................................................................48
A.
B.
Simpulan..............................................................................................................................................48
Saran....................................................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................50
DAFTAR TABEL
Tabel 1)
Tabel 2)
Keuntungan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Pemecahan
Masalah (Problem Solving)...............................................................................................14
Tabel 3)
Tabel 4)
Tabel 5)
Tabel 6)
Tabel 7)
Tabel 8)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1)
Gambar 2)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1)
RPP..........................................................................................................52
Lampiran 2)
Lampiran 3)
Lampiran 4)
Lampiran 5)
Lampiran 6)
Lampiran 7)
Lampiran 8)
Lampiran 9)
Lampiran 10)
Lampiran 11)
Lampiran 12)
Lampiran 13)
Izin Penelitian.........................................................................................82
Lampiran 14)
Jadwal Penelitian....................................................................................83
Lampiran 15)
Dokumentasi Foto...................................................................................84
BAB 1. PENDAHULUAN
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa belajar bukan sekadar menuntut
kognitif tetapi, dewasa ini peserta didik dituntut untuk dapat menguasi keterampilan
yang dapat dikuasi setelah peserta didik mengalami proses belajar mengajar.
Keterampilan merupakan ranah yang menekankan pada pengembangan pengetahuan
melalui latihan, dan pengalaman dengan melaksanakan beberapa tugas. Ranah
keterampilan ini sebenarnya kelanjutan dari ranah kognitif dan ranah afektif, yang dapat
dikembangkan para peserta didik untuk berpikir kritis mengeluarkan pendapat sesuai
dengan ilmu yang diperoleh dan mengemukakannya dengan sikap yang bertanggung
jawab. Dalam hal ini ada 5 indikator berpikir kritis menurut Angelo dalam Filsaime
(2008: 81), diantaranya yaitu keterampilan menganalisis, keterampilan mensintesis,
keterampilan mengenal dan memecahkan masalah, keterampilan menyimpulkan, dan
keterampilan mengevaluasi atau menilai. Berpikir kritis mengajarkan berbagai corak
daripada, hanya mengajarkan informasi dan isi. Tetapi, dimasa lalu penekanan sebagian
besar pengajaran yang disampaikan peserta didik yaitu pada isi disetiap mata pelajaran
yang pada akhirnya sebagian peserta didik tidak memahami keterampilan
berpikir. Berhubungan dengan ranah keterampilan berpikir kritis untuk meningkatkan
mutu pendidikan perlu diperhatikan motivasi beprestasi karena pembentukan
keterampilan menganalisis, keterampilan mensintesis, keterampilan mengenal dan
memecahkan masalah, keterampilan menyimpulkan, dan keterampilan mengevaluasi
atau menilai-pun dapat terbentuk dari diri siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sumadi Suryabrata dalam Djaali (2012: 101), motivasi berprestasi adalah keadaan yang
terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas
tertentu guna pencapaian suatu tujuan.
Motivasi berprestasi merupakan partisipasi siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran di dalam kelas karena dengan adanya motivasi berprestasi yang dimiliki
oleh siswa dalam proses belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang ditentukan.
Motivasi berprestasi ini sangat dibutuhkan bagi siswa bukan saja dalam mengikuti
proses belajar mengajar tetapi, dikehidupan sekarang maupun dimasa yang akan datang
bagi manusia yang terus berkembang untuk mengatasi berbagai konflik yang terjadi di
masyarakat serta belajar dari kenyataan dan situasi seperti kehidupan sebenarnya.
Pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam menjalani aktivitas menjadi sebuah
keharusan bagi manusia. Ilmu FISIKA merupakan salah satu mata pelajaran yang
memiliki kecenderungan menganalisis gejala alam yang tampak maupun tidak tampak di
berbagai persoalan di alam ini. Hal ini sesuai dengan tujuan utama pada ilmu FISIKA.
Adapun tujuan utama dari Ilmu FISIKA menurut Permen 22 Tahun 2006StandarIsi/Standar Kompetensi Dasar SM yaitu:
1. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan
keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Allah SWT.
2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat
bekerjasama dengan orang lain.
3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan
dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrument
percobaan, mengumpulkan, mengolah dan manafsirkan data, serta
mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.
2
Indikator
Keterampilan menganalisis.
Fakta di Lapangan
Masih banyak siswa yang
bergantung pada informasi dan
perintah dari guru untuk
memperoleh informasi.
Masih banyak siswa yang
memiliki kesulitan dalam hal
menggabungkan
berbagai
informasi menjadi sebuah
informasi yang baru.
Sebagian besar siswa masih
belum dapat menjawab persoalan
yang berbentuk studi kasus
maupun esai berstruktur dengan
benar bahkan mendekati benar.
Masih sedikit siswa yang mampu
menyimpulkan jawaban atas
permasalahan yang timbul dan
menginformasikannya kembali
baik secara lisan maupun tulisan.
2.
Keterampilan mensintesis.
3.
Keterampilan menyimpulkan.
Setelah dilihat dari permasalahan yang terjadi di SMA Negeri 1 Ciasem dapat
diketahui bahwa masih banyak siswa yang kurang baik dalam kemampuan
menganalisis, mensintesis, mengenal dan memecahkan masalah, menyimpulkan, dan
mengevaluasi atau menilai yang merupakan indikator berpikir kritis. Oleh karena itu,
penilain berpikir kritis siswa perlu dilakukan. Selain itu, model pembelajaran yang
digunakan adalah ceramah yang diyakini untuk menambah pengetahuan siswa dan
seringkali diskusi tidak berpola, artinya dengan tahap yang belum teratur dan masih
menggunakan hafalan materi pada individu. Untuk itu guru harus bijaksana dalam
menetukan suatu model yang sesuai yang dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas
yang kondusif agar proses belajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang
diharapkan Namun, hal tersebut bertolak belakang dengan fakta di lapangan.
Mengingat pentingnya berpikir kritis bagi siswa maka diperlukan suatu cara yang efektif
yang mampu mengembangkan nilai-nilai dan berpikir kritis siswa. Maka upaya yang
diduga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis adalah perlu adanya perubahan
dalam proses pembelajaran di sekolah untuk menciptakan suasana yang aktif dan
menyenangkan bagi siswa sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pemahaman
belajar siswa. Hal ini sudah sepatutnya diterapkan model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberikan
kesempatan bagi siswa untuk bekerjasama dengan sesama siswa lainnya dalam
menjalankan tugas-tugas yang terstruktur. Slavin (2009: 11), mengemukakan bahwa
dalam model pembelajaran kooperatif ada beberapa model yaitu (1) Student
Achievement Divisions (STAD); (2) Team Games Tournaments (TGT); (3) Jigsaw; (4)
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC); (5) Team Accelerated
instruction (TAI). Model-model pembelajaran tersebut dapat diterapkan agar proses
pembelajaran menjadi bervariasi dan tidak monoton. Hal ini dilakukan agar siswa tidak
merasa jenuh dalam belajar. Akan tetapi pada kenyataannya, model pengajaran guru
di dalam kelas masih menggunakan model ekspositori sehingga dalam
kegiatan belajar-mengajar menimbulkan kejenuhan pada siswa. Penggunaan model
seperti ini juga membuat siswa tidak aktif dalam proses belajar. Kondisi pembelajaran
berpusat pada guru (teacher center), guru bersikap aktif sedangkan siswanya pasif
sehingga proses pembelajaran kurang melibatkan para siswa baik secara fisik maupun
mental dalam kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran demikian membuat sebagian
besar siswa kurang beminat. Kondisi ini ditunjukkan dengan jumlah siswa yang
bertanya sangat sedikit, kurang adanya keberanian untuk berpendapat yang berbeda
dengan pendapat guru, siswa cenderung bersikap pasif, dan merasa cukup menerima
materi yang telah dipersiapkan oleh guru yang dikait dalam pembelajaran. Kejenuhan
yang dialami siswa dalam proses pembelajaran bukan hanya semata disebabkan oleh
cara pengajaran guru yang monoton, akan tetapi terdapat faktor lain yang mempengaruhi
kejenuhan siswa diantaranya yaitu kondisi fisik, kepribadian, keyakinan, pendidikan,
lingkungan, dan budaya. Salah satu unsur dalam kepribadian yang ada kaitannya dengan
penyesuian diri terhadap lingkungan belajar yang dapat mempengaruhi kemampuan cara
berpikir kritis siswa adalah motivasi berprestasi siswa.
Djaali (2008: 101), motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang
terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas
4
tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan). Semakin kuat atau dekat kondisi
tersebut, maka semakin besar motivasi berprestasi yang akan tumbuh. Suatu motivasi
berprestasi dapat pula dilihat melalui partisipasi dalam suatu aktivitas siswa yang
memiliki motivasi berprestasi dalam subjek tersebut terhadap sesuatu yang dipelajari dan
mempengaruhi terhadap belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan motivasimotivasi baru. Motivasi memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar
karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan keinginan siswa, siswa
tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya dan motivasi yang ada pada diri siswa sulit
muncul. Dalam hal ini, motivasi berprestasi siswa memiliki tingkat perbandingan dalam
pemahaman terhadap model pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis yang siswa
alami, karena tidak semua siswa memiliki motivasi belajar yang baik. Dengan
demikian, terjadi ketidak sesuaian dalam model pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Pemilihan suatu model pembelajaran harus memiliki
pertimbangan. Misalnya, materi pelajaran, sarana atau fasilitas yang tersedia,
tingkat motivasi berprestasi siswa, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
dapat tercapai. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
4-5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Tipe model pembelajaran yang
bervariasi akan memudahkan guru untuk memilih tipe yang paling sesuai dengan pokok
bahasan, tujuan pembelajaran, suasana kelas, sarana yang dimiliki dan kondisi internal
siswa.
Model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran tipe
Problem Based Learning (PBL) dan model pembelajaran tipe Problem Solving (PS).
Pemilihan kedua model tersebut dianggap mampu memberikan peningkatan berpikir
kritis siswa dan pada hasil keterangan wawancara guru akan dikaitkan dengan
motivasi berprestasi siswa. model pembelajaran tipe Problem Based Learning (PBL)
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mempersiapkan pelajar untuk
berpikir kritis dan analitis, serta untuk menemukan dan menggunakan sumber-sumber
belajar. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Prof. Howard Barrows tahun 1970an dalam pembelajran ilmu media di Mcmaster University Canada. Tipe Problem
Based Learning (PBL) banyak melibatkan siswa dimana siswa belajar, mereka
diberikan umpan balik berupa masalah. Masalah diajukan agara siswa menyadari bahwa
mereka harus mempelajari beberapa pengetahuan baru sebelum mereka memecahkan
masalah tersebut. Tipe Problem Based Learning (PBL) lebih banyak melibatkan siswa
dalam menelaah masalah yang tercakup dalam suatu pelajaran untuk mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran. Model pembelajaran problem solving
(PS) merupakan metode yang mengajak siswa secara mandiri untuk berpikir, bukan
hanya sekadar mendengarkan, tetapi mencari solusi untuk memecahkan masalah dalam
proses pembelajaran. Metode pemecahan masalah ini lebih baik jika dilakukan secara
individu tetapi juga bisa dilakukan secara kelompok. Dengan adanya metode ini siswa
akan menjadi aktif dan termotivasi untuk melakukan suatu kegiatan di sekolah.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka diperlukan penelitian yang
berjudul UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PEMAHAMAN FISIKA PADA
MATERI FLUIDA STATIS DENGAN METODE PBL (PROBLEM BASED
5
C. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada kajian Komparasi antara siswa yang diajar
menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Dan Problem
Solving (PS) Untuk Meningkatkan Berpikir Kritis Kelas X SMA Negeri 1 Ciasem
Tahun Ajaran 2014/2015 dengan Memperhatikan Motivasi Berprestasi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk mengembangkan karakter siswa,
meningkatkan hasil belajar FISIKA, serta memberikan pengalaman belajar yang
lebih bervariasi agar siswa tidak jenuh. Manfaat lainnya adalah menambah
referensi guru dalam melakukan variasi pembelajaran serta sebagai metode
pembelajaran alternatif bagi guru dalam melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar
6
E. Tujuan Penelitian
.
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan
rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut.
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih
lengkap mengenai penelitian yang menekankan pada penelitian model
pembelajaran yang berbeda pada mata pelajaran FISIKA. Sumbangan khasanah
keilmuan serta untuk melengkapi teori yang sudah diperoleh melalui penelitian
sebelumnya.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna
untuk bahan informasi:
a. bagi guru, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan
dalam pemilihan alternatif model pembelajaran yang mampu meningkatkan
motivasi berprestasi dan kemampuan berpikir kritis siswa.
b. bagi siswa, untuk membantu peningkatan kemampuan berpikir kritis.
c. bagi sekolah, hasil penelitian diharapkan menjadi salah satu bahan rujukan yang
bermanfaat untuk perbaikan mutu pelajaran.
d. bagi peneliti, sebagai referensi yang ingin meneliti lebih lanjut dalam
mengembangkan penelitian yang selanjutnya.
F. Definisi Istilah
1) PBL (Problem Based Learning)
Atau bisa disebut Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah metode
pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk
para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah,
dan memperoleh pengetahuan (Duch, 1995).
2) Problem Solving
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan
metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi
7
berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah
kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama
3) Karakter
Karakter adalah atribut atau ciri khusus yang membentuk dan
membedakan individu dengan kombinasi rumit antara mental serta nilai-nilai
etika yang membentuk seseorang, kelompok atau bangsa (Ikhwanuddin, 2014).
Nilai karakter yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah disiplin, rasa ingin
tahu, dan komunikatif. Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Rasa ingin tahu
merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
Komunikatif diartikan sebagai tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
A Kajian Teori
1
Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik yang artinya memelihara dan memberi
latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan. Sedangkan
di dalam kamus besar bahasa Indonesia edisi kedua pendidikan merupakan
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam arti
sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Dalam perkembangannya istilah pendidikan diartikan sebagai bimbingan atau
pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak,
dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan
masyarakat. Marimba mengatakan bahwa :
Pendidikan dapat juga diartikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh si pendidik (guru) terhadap perkembangan jasmani dan rohani si
terdidik (murid) menuju terbentuknya kepribadian yang utama
Sedangkan menurut Poerbakawatja dan Harahap menyatakan bahwa :
Pendidikan merupakan usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk
meningkatkan kedewasaan yang selalu diartikan sebagai kemampuan untuk
bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya.
Sedangkan didalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20
Tahun 2003 BAB I tentang ketentuan umum dikatakan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegiatan
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dari definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan
adalah usaha secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia
baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Selain untuk mengembangkan potensi
yang ada dalam diri siswa, baik itu melalui pendidikan formal, informal atau
nonformal yang tujuannya adalah untuk mencapai kedewasaan serta
mendapatkan pengetahuan dan juga sebagai bekal hidup dimasyarakat nanti.
Di dalam pendidikan sendiri ada tujuan yang ingin dicapai. Adapun
tujuan dari pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Bab II
pasal 3 dikatakan bahwa :
10
Hakikat Belajar
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses ini
merupakan proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas
dasar interaksi yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu.7 Arti belajar ialah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan
latihan. Ini berarti tujuan suatu kegiatan belajar ialah mencapai perubahan tingkah
laku, baik yang menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan, maupun aspek sikap.
Menurut Lyle E. Bourne, JR., Bruce R. Ekstrand belajar adalah
learning as a relatively permanent change in behaviour traceable to
experience and practice (belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap
yang diakibatkan oleh pengalaman dan latihan).9
Sedangkan menurut Morgan
dalam buku yang berjudul Introduction to Psychology (1978) mengemukakan
bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah
laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan
atau
pengalaman.10 .
Menurut Stronck dan Yussen (1994) mendefinisikan belajar sebagai perubahan
yang relatif permanen karena adanya pengalaman.11 . Menurut Hilgard dan
Brower mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui
aktivitas, praktek dan pengalaman.
Dari beberapa definisi yang telah disebutkan diatas dapat
diungkapkan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan
dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi
yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan
lingkungannya. Selain itu belajar merupakan proses perubahan tingkah laku
sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Dari beberapa definisi di atas maka kita akan dapatkan hal-hal pokok terkait
dengan masalah belajar, yaitu :
a. Belajar itu membawa perubahan
b. Perubahan itu pada pokoknya
kecakapan baru
c. Perubahan itu terjadi karena usaha.
11
adalah
didapatkannya
b. Tahap Pelaksanaan
1. Guru menjelaskan secara umum tentang masalah yang dipecahkan.
2. Guru meminta kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan
tentang tugas yang akan dilaksanakan.
3. Peserta didik dapat bekerja secara individual atau berkelompok.
4. Mungkin peserta didik dapat menemukan pemecahannya dan mungkin pula
tidak.
5. Kalau pemecahannya tidak ditemukan oleh peserta didik kemudian
didiskusikan mengapa pemecahannya tidak ditemui.
6. Pemecahan masalah dapat dilaksanakan dengan pikiran.
7. Data diusahakan mengumpulkan sebanyak-banyaknya untuk analisa sehingga
dijadikan fakta.
8. Membuat kesimpulan (Djamarah & Zain, 2010:67).
Tabel 2)
No
1.
2.
3.
4.
5.
KelemahanMetode Pemecahan
Masalah (Problem Solving)
Memerlukan waktu yang lama
KelemahanMetode Pemecahan
Masalah (Problem Solving)
Pemahaman KONSEP
Konsep adalah ide atau gagasan yang digeneralisasikan atau di
abstraksikan dari pengalaman.Konsep-konsep merupakan batu pembangun (Building
Block) berpikir. Adapun yang dimaksud konsep FISIKA adalah bangunan dari
hukum, teori dan sebagainya. Secara sederhana dari konsep kemudian tercipta
hukum dan teori serta rumus-rumus berkaitan dengan FISIKA. Pemahaman konsep
IPA (FISIKA) pada umumnya dimulai dengan obyek kemudian indera merespon
obyek secara berulang dan selanjutnya otak merekam dalam skema sehingga
terbentuk persepsi yang secara teratur dicocokkan dengan pengamatan.
Dalam penelitian ini yang di maksud dengan pemahaman konsep adalah
sejauh mana siswa memahami konsep-konsep dalam FISIKA. Pemahaman di sini
hanya sebatas translasi atau penerjemahan terhadap konsep-konsep FISIKA yang di
pelajari belum sampai kepada interpretasi atau pemberian arti dan penerapan dalam
kehidupan sehari-hari. Jadi, di sini hanya sebatas pengetahuan siswa tentang konsepkonsep yang ada di dalam pelajaran FISIKA.
16
Menurut Arends dalam Trianto (2009:93), karakteristik PBL adalah sebagai berikut:
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pada pembelajaran berdasarkan
masalah peserta didik mengajukan pertanyaan atau masalah seputar situasi
kehidupan nyata, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya
berbagai macam solusi untuk situasi itu.
2. Berfokus pada ketertarikan antar disiplin. Meskipun pembelajaran berdasarkan
masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu(IPA, matematika, dan
ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata
agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata
pelajaran.
3. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan
peserta didik melakukan penyelidikan autentik untuk mecari penyelesaian
nyata terhadap masalah nyata. Peserta didik
harus
menganalisis
dan
mendefinisikan
masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpul dan
menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat
inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Metode penyelidikan yang digunakan
bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.
4. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berdasarkan
masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya
nyata dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian
masalah yang mereka temukan. Karya nyata dan peragaan tersebut direncanakan
oleh siswa, dan didemonstrasikan kepada siswa yang lain.
5. Kolaborasi. Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja
sama satu dengan yang lainnya. Siswa bekerja berpasangan atau dalam
kelompok
kecil.
Bekerja
sama memberikan motivasi untuk secara
berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas untuk mengembangkan keterampilan
sosial dan keterampilan berpikir.
Karakteristik PBL menurut Riyanto (2012:290), adalah sebagai berikut:
1. Titik awal pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah masalah, dan
2. Model pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik dan menekankan pembelajaran mandiri.
Sedangkan menurut Daryanto (2014:29), terdapat lima karakteristik PBL, yaitu:
(1) permasalahan sebagai kajian
(2) permasalahan sebagai penjajakan pemahaman
(3) permasalahan sebagai contoh
(4) permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses
(5) permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat diketahui bahwa karakteristik PBL
adalah sebagai berikut:
(1) permasalahan merupakan titik awal pembelajaran,
(2) permasalahan yang dibahas adalah permasalahan yang ada di dunia nyata,
dan
(3) siswa menyelesaikan berbagai permasalahan secara kolaboratif.
17
2012:293),
mengidentifikasikan
langkah-langkah
PBL,
Peran Guru
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran,
menjelaskan
segala
hal
yang
akan
dibutuhkan, memotivasi siswa
terlibat
dalam
aktivitas
pemecahan masalah yang
dipilihnya
18
2. Mengorganisasi siswa
untuk belajar
3. Membimbing
penyelidikan
individual maupun
kelompok
4. Mengembangkan dan
menyajikan hasil
karya
5. Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Tabel 3)
8
Pendidikan Berkarakter
Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai- nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan. Nilai-nilai karakter dapat terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat (Asmani,2014: 35).
Menurut Marzuki (2014) pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan mana yang
benar dan mana yang salah kepada siswa. Pendidikan karakter menanamkan
kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik sehingga peserta didik menjadi
paham (domain kognitif), mampu merasakan (domain afektif), dan biasa melakukan
(domain perilaku). Jadi pendidikan karakter erat kaitannya dengan habit atau
kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan atau dilakukan.
Hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia
adalah pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa sendiri dan
bertujuan untuk membina kepribadian generasi muda. Penyelenggaraan pendidikan
karakter di sekolah harus berpijak pada nilai-nilai karakter dasar manusia.
Selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih tinggi sesuai kebutuhan,
kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri.
Tujuan pendidikan karakter berdasarkan Kerangka Acuan Pendidikan
Karakter tahun 2010 adalah penanaman nilai dalam diri siswa dan pembaruan tata
kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu. Tujuan jangka
panjang pendidikan karakter adalah mendasarkan diri pada tanggapan aktif
kontekstual individu atas impuls natural sosial yang diterimanya sehingga pada
19
akhirnya akan mempertajam visi hidup melalui proses pembentukan diri secara
terus-menerus.
Pendidikan karakter juga bertujuan meningkatkan mutu dan hasil pendidikan
yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter peserta didik secara utuh,
terpadu, serta seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan. Sudarmadi (2011)
menekankan agar guru berusaha menerapkan model-model pembelajaran yang dapat
mengembangkan karakter siswa termasuk dalam pembelajaran FISIKA. Sementara
itu, Ikhwanuddin (2014) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa pengintegrasian
nilai-nilai karakter dalam pembelajaran mampu memberikan sumbangan positif
dalam pembentukan karakter dan berdampak pada peningkatan prestasi akademik
secara lebih merata. Melalui pendidikan karakter, diharapkan siswa mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji, dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
G. Materi Fluida Statis
Apa yang kalian ketahui tentang fluida?
Fluida merupakan suatu himpunan yang berasal dari benda, seperti contoh; gas dan zat
cair adapun sifat yang dimiliki suatu benda yang dikatakan fluida adalah memiliki suatu
sifat tidak menolak pada perubahan bentuk, memiliki kemampuan untuk mengalir, dan
memiliki kemampuan untuk menempati suatu wadah atau ruang.
Jika kalian sudah paham tentang pengertian fluida, apa pengertian dari statis?
Statis merupakan nama sifat yang dimiliki oleh suatu objek atau benda jika berangsurangsur dalam keadaan diam.
Jika kalian perhatikan dari dua pengertian di atas, apa yang bisa kalian simpulkan
tentang pengertian fluida statis?
Untuk pengertian fluida statis adalah suatu zat atau objek yang mempunyai kedudukan
dalam keadaan diam atau tidak bergerak.
Bagaimana? Apakah sampai disini kalian dapat memahami tentang pengertian dasar
fluida statis?
Baiklah, setelah kalian paham, berikut komponen-komponen yang berkaitan dengan
hubungan fluida statis:
1.
Massa jenis
Massa jenis merupakan suatu ukuran kerapatan suatu benda, sehingga dapat
dikatakan, jika suatu benda mengalami massa jenis yang besar, maka benda
tersebut dapat dikatakan memiliki kerapatan yang besar pula, begitu juga
sebaliknya. Berikut persamaan / rumus dari massa jenis:
20
Tekanan
Tekanan (P) merupakan satuan ilmu fisika untuk menyatakan atau menyebutkan
hasil dari gaya (F) dengan Luas (A), satuan tekanan digunakan dalam mengukur
kekuatan dari suatu benda gas dan benda cair. Untuk lebih ringkasnya, tekanan
merupakan hasil bagi antara gaya (F) dan luas penampang(A).
Dengan asumsi , bahwa semakian besar gaya yang diberikan maka semakin besar
pula tekanannya, akan tetapi sebaliknya, jika luas penampang tersebut besar,
maka tekanan yang diberikan akan kecil.
Perhatikan persamaan berikut:
3.
Tekanan hidrostatis
Tekanan hidrostatis merupakan tekanan yang dihasilkan oleh suatu benda atau
objek yang mengalami gravitasi ketika didalam fluida. Oleh sebab itu bahwa
besarnya tekanan yang dihasilkan tergantung dari massa jenis fluida, percepatan
gravitasi bumi, dan ketinggian fluida atau zat cair tersebut.
Maka demikian, terkait dengan konsep tekanan hidrostatis yang saya jelaskan
diatas, telah diketahui bahwa persamaan tekanan hidrostatis adalah sebagai
berikut:
Tekanan mutlak
Tekanan mutlak merupakan tekanan dari keseluruhan total yang dialami benda
atau objek tersebut, sehingga mengaitkan dengan pengertian tersebut, dapat
dirumuskan bahwa:
Hukum Pascal
Hukum pascal yang berbunyi: "tekanan yang diberikan kepada fluida dalam
sebuah ruangan tertutup akan diteruskan sama besar kesegala arah".
Penerapan hukum pascal tersebut tertera, pada gambar dibawah ini:
22
23
24
25