Anda di halaman 1dari 16

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Hidroponik NFT


Hidroponik NFT adalah pengerjaan atau pengelolaan air yang digunakan
sebagai media tumbuh tanaman dan juga sebagai tempat akar tanaman menyerap
unsur hara yang diperlukan dimana budidaya tanamannya dilakukan tanpa
menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Hidroponik NFT juga termasuk
bercocok tanam dalam air dimana unsur hara telah dilarutkan didalamnya
(Haris, 1994).
Dalam sistem hidroponik NFT, air dialirkan ke deretan akar tanaman
secara dangkal. Akar tanaman berada di lapisan dangkal yang mengandung nutrisi
sesuai dengan kebutuhan tanaman. Perakaran dapat berkembang di dalam nutrisi
dan sebagian lainnya berkembang di atas permukaan larutan. Aliran air sangat
dangkal, jadi bagian atas perakaran berkembang di atas air yang meskipun lembab
tetap berada di udara. Di sekeliling perakaran itu terdapat selapis larutan nutrisi.
Dari sinilah muncul istilah NFT, yang didefenisikan sebagai metode budidaya
tanaman dimana akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan
tersirkulasi, yang memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi dan oksigen
(Chadirin, 2002).
Kata film pada hidroponik NFT menunjukkan aliran tipis. Dengan
demikian, hidroponik ini hanya menggunakan aliran air (nutrien) sebagai
medianya. Keunggulan sistem hidroponik ini antara lain air yang diperlukan tidak
banyak, kadar oksigen terlarut dalam larutan hara cukup tinggi, air sebagai media
mudah didapat dengan harga murah, pH larutan mudah diatur dan ringan sehingga
dapat disangga dengan talang (Sutiyoso, 2004).

Pada sistem NFT, air atau nutrien dialirkan dalam wadah penanaman
(biasanya berupa talang). Wadah penanaman dibuat miring agar nutrien dapat
mengalir. Nutrien yang telah melewati wadah penanaman, ditampung dalam bak
atau tangki dan kemudian dipompa untuk dialirkan kembali. Tinggi nutrien hanya
3 mm, tidak boleh lebih dari itu karena air yang terlalu tinggi akan menyebabkan
oksigen terlarut sedikit (Lingga, 2009).
Salah satu prinsip dasar NFT ialah ketebalan air di dalam hanya beberapa
millimeter saja (biasanya 3 mm). Dengan demikian, banyak akar bertumpuk di
atas aliran air dan rapat sehingga bila tanaman tumbuh subur, akarnya tebal mirip
bantal putih. Ketebalan lapisan air tergantung kecepatan air yang masuk dan
kemiringan talang (Untung, 2000).
Adapun keuntungan dan kelemahan tipe NFT sebagai berikut:
Beberapa keuntungan pemakain NFT, antara lain:
1. Dapat memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman
2. Kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik dan mudah
3. Keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang
dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan jenis
tanaman
4. Tanaman dapat diusahakan beberapa kali dengan periode tanam yang
pendek
Kelemahan tipe NFT adalah:
1. Investasi dan biaya perawatan yang mahal
2. Sangat tergantung terhadap energi listrik
3. Penyakit tanaman akan dengan cepat menular ke tanaman lain
(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Pemberian nutrisi pada sistem pertanian hidroponik NFT berbeda dengan


pemberian nutrisi pada sistem pertanian biasa. Pada sistem hidroponik NFT,
makanan yang berupa campuran garam-garam pupuk dilarutkan dan diberikan
secara teratur, sedangkan bercocok tanam di tanah, pemberian pupuk
untuk tanaman hanya sekedar tambahan karena tanah sendiri pada dasarnya secara
alami telah mengandung garam-garam pupuk. Pada hidroponik NFT, media tanam
tidak berfungsi sebagai tanah. Media tanam hanya berguna sebagai penopang akar
tanaman serta meneruskan air larutan mineral yang berlebihan sehingga
harus porus dan steril (Untung, 2000).
Pada teknik NFT, tanaman di tegakkan di talang berbentuk segi empat
yang biasa digunakan untuk talang rumah. Supaya tanaman dapat berdiri tegak, di
dalam talang harus dipasangi styrofoam dengan ketebalan 1 cm, lebar dasar talang
10 cm, dan panjang 1 m. Styrofoam tersebut dilubangi dengan diameter 1,5 cm.
jarak antar lubang 15-20 cm untuk sayuran daun dan 30-40 cm untuk sayuran
buah (Karsono, dkk 2002).
Sistem Fertigasi
Sistem fertigasi sangat sesuai bagi tanaman sayur berbuah saperti tomat,
timun jepun, cili merah, terung, melon, cili sayur strawberi dan juga pokok hiasan.
Umumnya tanaman ini untuk kebanyakan tanaman bernilai tinggi dipasaran.
Tanaman Sistem fertigasi bertujuan untuk mengelakkan tanaman daripada
serangan penyakit akar yang disebabkan oleh serangga kulat saperti pythium,
fusarium, rhizoton dan juga penyakit layu bacteria yang berpunca daripada tanah
(Anonim, 2010).

Sistem fertigasi ialah satu kaedah pemberian larutan baja kepada zon akar
yang diperlukan oleh pokok secara berkesan, tanpa pembaziran dan pencemaran
alam sekitar. Sistem fertigasi sangat sesuai bagi tanaman sayur berbuah seperti
tomat, timun jepun, cili merah, terung, melon, cili, sayur, strawberi dan pokok
hiasan. Umumnya, tanaman ini untuk kebanyakan tanaman bernilai tinggi di
pasaran. Sistem fertigasi bertujuan untuk mengelakkan tanaman daripada
serangan penyakit akar yang disebabkan oleh serangga ulat seperti pythium,
fusarium, rhizoton dan penyakit layu (Anonim, 2010).
Teknologi fertigasi merupakan teknologi baru dalam budidaya sayuran
yang bernilai tinggi seperti tomat, cabai, semangka dan melon. Fertigasi
merupakan singkatan dari fertilizer (pemupukan) dan irrigation (pengairan).
Pemupukan adalah pemberian bahan yang dimaksudkan untuk menambah hara
tanaman pada tanah. Sedangkan irigasi adalah pemberian air pada tanah untuk
keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanamtanaman. Jadi, fertigasi merupakan suatu sistem pemupukan dan pengairan yang
diberikan secara bersamaan.
a. Fertigasi konvensional (metode penyiraman)
Fertigasi konvensional (metode penyiraman) adalah metode
pemberian air terhadap permukaan media dalam bentuk percikan seperti
hujan biasa. Pemberian nutrisi dan air dalam jumlah kecil tapi sering,
sangat mudah diatur dengan menggunakan penyiraman, cukup membantu
dalam banyak keadaan seperti, tanaman berakar pendek, persemaian baru,
pengendalian temperatur tanah pada tanaman tertentu seperti sawi dan
pengendalian kelembaban pada tanaman tertentu (Hansen et al, 1992).

b. Fertigasi NFT (nutrient film technique)


Pada sistem NFT, sebagian akar tanaman terendam dalam air yang
mengandung nutrisi dan sebagian lagi berada di atas permukaan air. Air
bersikulasi selama 24 jam terus-menerus. Lapisan air sangat tipis, sekitar 3
mm sehingga seperti film. Tanaman diletakkan dalam talang berbentuk
segi empat. Talang disusun miring dengan sudut kemiringan 1-5%
sehingga larutan nutrisi mengalir dari bagian atas ke bawah mengikuti
gaya gravitasi (Untung, 2000).
c. Fertigasi metode sub irigasi (ebb & flow)
Teknologi ini sering disebut flood and drain. Prinsip kerja dari ebb
and flow adalah mengisi kemasan dengan media, misalnya arang
sekamkemudian menempatkannya di instalasi. Selama lima menit,
kemasan yang berisi media tersebut akan dikucuri larutan. Kemudian
secara gravitasi, larutan dalam kemasan akan turun kembali ke dalam
tandon yang berada dibawahnya. Setelah 10 menit, pompa menyala lagi
dan terjadi kembali siklus seperti di atas (Karsono, dkk 2002).
Gambaran Umum Tanaman Selada
Tanaman selada (Lactuca sativa) merupakan salah satu tanaman yang
mempunyai arti penting dalam perekonomian masyarakat. Hal ini dikarenakan
nilai jual sayuran selada cukup menjanjikan. Sejalan dengan semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi yang terkandung
dalam tanaman selada. Tanaman selada memiliki fungsi sebagai zat pembangun
tubuh, dengan kandungan zat gizi dan vitamin yang cukup banyak dan baik bagi
kesehatan masyarakat (Harjono, 2001).

Adapun klasifikasi botani untuk selada adalah sebagai berikut:


Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)

Sub kelas

: Asteridae

Ordo

: Asterales

Famili

: Asteraceae

Genus

: Lactuca

Spesies

: Lactuca sativa

(Haryanto dkk, 1996).


Suhu ideal untuk produksi selada berkualitas tinggi. Suhu optimumnya
adalah 20oC (siang) dan 10oC (malam). Suhu yang lebih tinggi dari 30oC biasanya
menghambat
pahit

pertumbuhan, merangsang bolting

serta

mengakibatkan

terbentuknya

dan

menyebabkan

krop

yang

rasa

longgar

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).


Tanaman selada dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran
tinggi (pegunungan). Adapun syarat penting agar selada tumbuh dengan baik
adalah tanah mengandung pasir dan lumpur (subur), suhu udara 15-20 derajat, dan
derajat kemasaman tanah (pH) 5-6,5. Waktu tanam selada yang baik adalah pada
akhir musim hujan (Maret-April). Tapi selada dapat pula ditanam pada musim
kemarau, akan tetapi jika pola penyiramannya dilakukan secara teratur
(Pracaya, 2002).
Selada (Lactuca sativa) memiliki penampilan yang menarik. Ada yang
berwarna hijau segar dan ada juga yang berwarna merah. Daun selada yang agak
keriting ini sering dijadikan penghias hidangan. Sayangnya jenis selada yang

biasa ditanam di dataran rendah terbatas. Jenis selada yang banyak diusahakan di
dataran rendah ialah selada daun. Jenis ini begitu toleran terhadap dataran rendah
sampai di daerah yang sepanas dan serendah Jakarta pun masih subur dan bagus
pertumbuhannya (Nazaruddin, 1999).
Tabel 1. Kandungan zat gizi dalam 100 gr selada
zat gizi
selada
protein (g)
1,2
lemak (g)
0,2
karbohidrat (g)
2,9
Ca (mg)
22,0
P (mg)
25,0
Fe (mg)
0,5
Vitamin A (mg)
162,0
Vitamin B (mg)
0,0
Vitamin C (mg)
8,0
Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1979
Tanaman

selada

ditanam

dengan

jarak

tanam

rapat

untuk

memaksimumkan penggunaan ruangan yang tersedia dan umumnya rata-rata 20


cm antar tanaman. Tanaman selada mempunyai umur panen rata-rata sekitar 3560 hari setelah tanam. Selada ditanam secara hidroponik mempunyai umur panen
yang lebih singkat sekitar 28-50 hari (Haryanto, dkk 1996).
Tabel 2. Lama perawatan bibit di polibag

Brokoli
Brussel sprout

Lama di
persemaian
2 minggu
3-4 minggu

Cabai besar
Horenzo
Kailan
Melon
Pakcoi
Paprika
Seledri

40-45 hari
14 hari
10-18 hari
12-14 hari
3-4 minggu
2-3 minggu
2-3 minggu

Jenis tanaman

Jumlah daun

Masa tanam

3-4 helai
4-5 helai

65 HST
90-105 HST

4-5 helai
3-4 helai
3-5 helai
4 helai
3-5 helai
4-5 helai
4 helai

85-90 HST (panen I)


35-50 HST
52-56 HST
75-90 HST
2 bulan
20 MST
6-8 MST

Sawi
3 minggu
Selada
10-18 hari
Timun jepang
10-14 hari
Tomat
3 minggu
Terung jepang
22-26 hari
HST = hari setelah tanam
(Untung, 2000)

4-5 helai
2 bulan
4 helai
45-55 HST
2-3 helai
38-40 HST
3-4 helai
75-85 HST (panen I)
5 helai
90 HST (panen I)
MST = minggu setelah tanam

Pupuk Growmore
Growmore adalah pupuk daun lengkap dalam bentuk kristal berwarna biru,
sangat mudah larut dalam air. Dapat diserap dengan mudah oleh tanaman baik itu
melalui penyemprotan daun maupun disiram ke dalam tanah. Mengandung hara
lengkap dengan konsentrasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.
Semua produk Growmore dianjurkan dipakai pada tanaman :
a. Tanaman hias, bunga potong, anggrek.
b. Semangka, melon, jeruk, apel, mangga, durian, kopi, coklat, lada
c. Padi, palawija (jagung, kedele, kacang-kacangan).
d. Sayuran (tomat, kentang, kubis, bawang, cabe, broccoli).
e. Lapangan golf, tanaman hidroponik.
f. Pembibitan tanaman perkebunan dan kehutanan.

Tabel 3. Kandungan unsur hara makro dan mikro dalam pupuk Growmore
Unsur hara
Total Nitrogen (N)
Ammoniacal Nitrogen
Nitrate Nitrogen
Urea Nitrogen
Available Phosphoric Acid (P2O5)
Soluble Potash (K2O)
Calcium (Ca)
Magnesium (Mg)
Chelated Magnesium
Sulfur (S), Combined
Boron (B)
Copper (Cu)
Chelated Copper
Iron (Fe)
Chelated Iron
Manganese (Mn)
Chelated Manganese
Molybdenum (Mo)
Zinc (Zn)
Chelated Zinc
Sumber : PT. Kalatham Coorporation

Komposisi
10 %
8.5 %
0.5 %
1.0 %
55 %
10 %
0.05 %
0.10 %
0.10 %
0.20 %
0.02 %
0.05 %
0.05 %
0.10 %
0.10 %
0.05 %
0.05 %
0.0005 %
0.05 %
0.05 %

(Anonim, 2010).

Formula ini sangat baik untuk merangsang perakaran pada pembibitan,


setek (cutting) atau waktu pemindahan pembibitan ke lapangan, meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit, dapat merangsang pembungaan
dan pembuahan.

Kebutuhan Air Tanaman Teoritis

Kebutuhan air tanaman (crop water requirement) adalah jumlah air yang
dibutuhkan oleh tanaman untuk pemakaian konsumtif (evapotranspirasi) agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik (Doorenbos and Pruitt, 1984). Sosrodarsono
dan Takeda (1993), menyatakan bahwa salah satu perhitungan evapotranspirasi
tanaman adalah metoda Blaney and Cridle yang telah dimodifikasi seperti berikut

............................................................. (1)
......................................................................... (2)
............................................................ (3)

dimana: U

= Evapotranspirasi tanaman (mm/hari)

= Persentase jam siang Lintang Utara (%)

Kc

= Koefisien tanaman (selada)

= Suhu rata-rata bulanan (oC)

Kt

= Koefisien suhu

Menurut Guslim (1997) bahwa suhu rata-rata bulanan diperoleh dari


perhitungan suhu rata-rata harian selama satu bulan, dengan rumus :

............................................... (4)
dimana : t

= Suhu rata-rata harian (oC)

t07.00 = Suhu pada pukul 07.00 (oC)


t13.30 = Suhu pada pukul 13.30 (oC)
t17.30 = Suhu pada pukul 17.30 (oC)

.................................................................(5)
dimana : t

= Total jumlah suhu rata-rata selama satu bulan (oC)

Keseragaman Air Irigasi (Fertigasi)


Sapei (2003) menyatakan bahwa nilai CU (Coefficient Uniformity)
haruslah lebih besar dari 80%. Nilai CU yang rendah dapat dijadikan indikator
bahwa banyak kehilangan air dan nilai efektifitas yang rendah. Keseragaman air
irigasi (uniformity of water application) merupakan salah satu faktor penentu
efisiensi irigasi yang dihitung dengan persamaan koefisien keseragaman air irigasi
(CU) dengan rumus :
......................................................... (6)
dimana: Cu
n

= Koefisien fertigasi (%)


= Jumlah outlet
= Nilai rata-rata dari debit air pada tiap outlet (ml/s)

xi

= Volume pemakaian air pada tiap talang ke-i (ml/s)


= Jumlah dari deviasi absolute dari rata-rata pengukuran
(ml/s)

Konduktifitas Listrik (EC)


Dalam sistem hidroponik, untuk mengukur kepekatan pupuk digunakan
istilah EC (Electro Conductivity) dengan satuan mmhos/cm (satuan daya
penghantar listrik) atau mS/cm. Selain EC, kadang-kadang juga digunakan istilah
cF (conductivity factor). Namun istilah cF jarang digunakan (Karsono, dkk 2002)

Angka EC sangat penting di dalam hidroponik sistem NFT karena


berdasarkan angka inilah produktivitas tanaman bisa dipacu. Untuk tanaman
kecil/belum dewasa, angka EC berkisar antara 1-1,5. Setelah dewasa atau
menjelang berbunga/berbuah, EC bisa ditingkatkan sampai 2,5-4, kecuali untuk
tomat yang EC nya bisa sampai 7. Pada umumnya, angka EC lebih dari 4 akan
menimbulkan toksisitas pada tanaman (Untung, 2000).
Kualitas larutan pupuk sangat menentukan keberhasilan hidroponik NFT,
sedangkan kualitas pupuk tergantung pada konsentrasinya. Kalau konsentrasi
tidak cocok dengan jenis atau umur tanaman maka produksinya kelak pasti
meengecewakan. Konsentrasi pupuk NFT perlu diketahui karena seluruh
kebutuhan makanan untuk tanaman disuplai dari larutan ini (Untung, 2000).
Tabel 4. Nilai pH, cF dan EC untuk beberapa jenis tanaman sayuran
Tanaman

pH

cF

EC

Brokoli

6.0-6.8

30-35

3.0-3.5

Kubis

6.5-7.0

25-30

2.5-3.0

Cabai

6.0-6.5

18-22

1.8-2.2

Kubis Bunga

6.5-7.0

15-20

1.5-2.0

Seledri

6.0-6.5

25-30

2.5-3.0

Mentimun

5.5-6.0

10-25

1.0-2.5

Terung Jepang

5.8-6.2

25-35

2.5-3.5

Bawang Daun

6.5-7.0

20-30

2.0-3.0

Lettuce

6.0-6.5

20-30

2.0-3.0

Lettuce Head

6.0-6.5

9-16

0.9-1.6

Bawang Merah

6.0-7.0

20-30

2.0-3.0

Pakcoi

6.5-7.0

15-20

1.5-2.0

Bayam

6.0-7.0

14-18

1.4-1.8

Jagung Manis

6.0-6.5

16-25

1.6-2.5

Tomat

5.5-6.5

20-50

2.0-5.0

Zucchini

6.0-6.5

12-15

1.2-1.5

Kacang-kacangan
5.5-6.2
20-40
2.0-4.0
Sumber : Practical Hydroponik & Greenhouse, issue 37,1997 dalam Untung,2000.

Keseragaman Konduktivitas Listrik


Keseragaman

konduktivitas

listrik

(EC)

ditentukan

juga

dengan

menggunakan persamaan (5). Dengan menyesuaikan variabel yang akan dihitung :

......................................................... (7)
dimana: Cu
n

= Koefisien keseragaman konduktifitas listrik (%)


= Jumlah outlet
= Nilai rata-rata dari konduktifitas listrik pada tiap
outlet (mmho/cm)

xi

= konduktifitas listrik pada tiap talang ke-i


= Jumlah dari deviasi absolut dari rata-rata pengukuran
(mmho/cm)

(Sapei, 2003).
pH Larutan
Derajat keasaman (pH) berkisar dari 0 hingga 14. Di angka 7, pH dianggap
netral karena muatan listrik kation H+ seimbangdengan muatan listrik anion OH+.
Semakin kecil angka pH, semakin asam kondisi larutan. Semakin besar angka pH,
semakin alkalis (basa) kondisi larutan. Kisaran pH yang disukai tanaman 5,5-6,5.
Di kisaran tersebut, daya larut unsur-unsur hara dalam kondisi optimal (Karsono,
dkk 2002).
Air untuk NFT perlu di cek derajat keasamannya (pH). Tinggi rendahnya
angka pH sangat mempengaruhi daya larut unsur-unsur hara sehingga mudah
diserap oleh akar. Kisaran pH larutan hara untuk tanaman selada adalah 6,0 6,5
(Untung, 2000).

Angka pH diukur dengan kertas lakmus, kertas pH, maupun pH meter.


Kertas lakmus hanya dapat mengetahui ait tersebut asam atau basa, tetapi angka
pH-nya tidak terlihat. Penggunaan pH meter dapat untuk mengetahui tingkat
keasaman/kebasaan air hingga ke angka pH. Alat ini bekerja berdasarkan prinsip
elektronik (Untung, 2000).
pH: menentukan kemampuan daya larut unsur hara dalam larutan nutrisi menjadi
bentuk siap diserap oleh akar tanaman.
Keseragaman pH Larutan
Keseragaman pH larutan ditentukan juga dengan menggunakan persamaan
(5). Dengan menyesuaikan variabel yang akan dihitung :

......................................................... (8)
dimana: Cu
n

= Koefisien keseragaman pH larutan (%)


= Jumlah outlet
= Nilai rata-rata dari pH larutan pada tiap
outlet

xi

= pH larutan pada tiap talang ke-i


= Jumlah dari deviasi absolut dari rata-rata pH larutan

Produktivitas Tanaman
Produktivitas tanaman diukur dengan menghitung rataan berat tanaman
dalam setiap talang setiap satu kali produksi untuk masing-masing kemiringan 6%
dan 9%.

Larutan Nutrisi
Dalam sistem hidroponik pemberian nutrien sangat penting karena dalam
medianya tidak terkandung zat hara yang dibutuhkan tanaman. Berbeda dengan
penanaman di tanah. Tanah sendiri telah mengandung zat hara sehingga
pemupukan hanya bersifat tambahan. Jadi, pemberian nutrien untun tanaman
hidroponikharus sesuai jumlah dan macamnya serta diberikan secara kontinu
(Prihmantoro, 1999).
Menurut Untung (2000) bahwa bahan baku pupuk harus mempunyai daya
larut yang bagus sekali, tidak ada endapan bila bahan dilarutkan dalam air. Hartus
(2002) menyatakan bahwa larutan nutrisi harus memenuhi persyaratan :
1. Mengandung 14 unsur hara essensial.
2. Konsentrasi dan dosis nutrisi tepat untuk setiap jenis tanaman.
3. pH larutan tepat dan volume yang disiramkan sesuai dengan tahap
pertumbuhan (kebutuhan tanaman).
Disebut essensial karena mutlak diperlukan. Unsur hara essensial dapat
dikelompokkan menjadi hara makro dan hara mikro. Unsur hara makro
merupakan unsur hara essensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak.
Sementara unsur hara mikro merupakan unsur hara essensial yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah sedikit. Tanpa kehadiran unsur hara makro dan mikro yang
cukup maka tanaman akan memperlihatkan gejala defisiensi atau kahat dan
bentuknya berubah dari biasanya atau disebut malformasi (Sutiyoso, 2004).
Larutan nutrisi sebagai sumber pasokan air dan mineral nutrisi merupakan
faktor penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman hidroponik sehingga
harus tepat dari segi jumlah, komposisi ion nutrisi dan suhu. Larutan nutrisi ini

dibagi dua, yaitu unsur makro (C,H,O,N,P,S,K,Ca, dan Mg) dan mikro
(B,Cl,Cu,Fe,Mn, Mo, dan Zn). Pada umumnya kualitas larutan nutrisi ini
diketahui dengan mengukur electrical conductivity (EC) larutan tersebut (Tim
Karya Tani Mandiri, 2010).
Selain EC dan konsentrasi larutan nutrisi, suhu dan pH merupakan
komponen yang sering dikontrol untuk dipertahankan pada tingkat tertentu untuk
optimalisasi tanaman. Suhu dan pH larutan nutrisi dikontrol dengan tujuan agar
perubahan yang terjadioleh penyerapan air dan ion nutrisi tanaman (terutama
dalam

hidroponik

dengan

sistem

yang

tertutup)

dapat

dipertahankan

(Susila, 2006).
Suhu yang terlalu rendah dan terlalu tinggi pada larutan nutrisi dapat
menyebabkan berkurangnya penyerapan air dan ion nutrisi, untuk tanaman
sayuran suhu optimal antara 5-15oC dan tanaman buah antara 15-25oC. Beberapa
tanaman sayuran dan buah dipertahankan mempunyai tingkat pH dan EC tertentu
yang optimal (Lingga, 2000).

Anda mungkin juga menyukai