Hidroponik NFT PDF
Hidroponik NFT PDF
Pada sistem NFT, air atau nutrien dialirkan dalam wadah penanaman
(biasanya berupa talang). Wadah penanaman dibuat miring agar nutrien dapat
mengalir. Nutrien yang telah melewati wadah penanaman, ditampung dalam bak
atau tangki dan kemudian dipompa untuk dialirkan kembali. Tinggi nutrien hanya
3 mm, tidak boleh lebih dari itu karena air yang terlalu tinggi akan menyebabkan
oksigen terlarut sedikit (Lingga, 2009).
Salah satu prinsip dasar NFT ialah ketebalan air di dalam hanya beberapa
millimeter saja (biasanya 3 mm). Dengan demikian, banyak akar bertumpuk di
atas aliran air dan rapat sehingga bila tanaman tumbuh subur, akarnya tebal mirip
bantal putih. Ketebalan lapisan air tergantung kecepatan air yang masuk dan
kemiringan talang (Untung, 2000).
Adapun keuntungan dan kelemahan tipe NFT sebagai berikut:
Beberapa keuntungan pemakain NFT, antara lain:
1. Dapat memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman
2. Kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik dan mudah
3. Keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang
dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan jenis
tanaman
4. Tanaman dapat diusahakan beberapa kali dengan periode tanam yang
pendek
Kelemahan tipe NFT adalah:
1. Investasi dan biaya perawatan yang mahal
2. Sangat tergantung terhadap energi listrik
3. Penyakit tanaman akan dengan cepat menular ke tanaman lain
(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Sistem fertigasi ialah satu kaedah pemberian larutan baja kepada zon akar
yang diperlukan oleh pokok secara berkesan, tanpa pembaziran dan pencemaran
alam sekitar. Sistem fertigasi sangat sesuai bagi tanaman sayur berbuah seperti
tomat, timun jepun, cili merah, terung, melon, cili, sayur, strawberi dan pokok
hiasan. Umumnya, tanaman ini untuk kebanyakan tanaman bernilai tinggi di
pasaran. Sistem fertigasi bertujuan untuk mengelakkan tanaman daripada
serangan penyakit akar yang disebabkan oleh serangga ulat seperti pythium,
fusarium, rhizoton dan penyakit layu (Anonim, 2010).
Teknologi fertigasi merupakan teknologi baru dalam budidaya sayuran
yang bernilai tinggi seperti tomat, cabai, semangka dan melon. Fertigasi
merupakan singkatan dari fertilizer (pemupukan) dan irrigation (pengairan).
Pemupukan adalah pemberian bahan yang dimaksudkan untuk menambah hara
tanaman pada tanah. Sedangkan irigasi adalah pemberian air pada tanah untuk
keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanamtanaman. Jadi, fertigasi merupakan suatu sistem pemupukan dan pengairan yang
diberikan secara bersamaan.
a. Fertigasi konvensional (metode penyiraman)
Fertigasi konvensional (metode penyiraman) adalah metode
pemberian air terhadap permukaan media dalam bentuk percikan seperti
hujan biasa. Pemberian nutrisi dan air dalam jumlah kecil tapi sering,
sangat mudah diatur dengan menggunakan penyiraman, cukup membantu
dalam banyak keadaan seperti, tanaman berakar pendek, persemaian baru,
pengendalian temperatur tanah pada tanaman tertentu seperti sawi dan
pengendalian kelembaban pada tanaman tertentu (Hansen et al, 1992).
Kelas
Sub kelas
: Asteridae
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae
Genus
: Lactuca
Spesies
: Lactuca sativa
serta
mengakibatkan
terbentuknya
dan
menyebabkan
krop
yang
rasa
longgar
biasa ditanam di dataran rendah terbatas. Jenis selada yang banyak diusahakan di
dataran rendah ialah selada daun. Jenis ini begitu toleran terhadap dataran rendah
sampai di daerah yang sepanas dan serendah Jakarta pun masih subur dan bagus
pertumbuhannya (Nazaruddin, 1999).
Tabel 1. Kandungan zat gizi dalam 100 gr selada
zat gizi
selada
protein (g)
1,2
lemak (g)
0,2
karbohidrat (g)
2,9
Ca (mg)
22,0
P (mg)
25,0
Fe (mg)
0,5
Vitamin A (mg)
162,0
Vitamin B (mg)
0,0
Vitamin C (mg)
8,0
Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1979
Tanaman
selada
ditanam
dengan
jarak
tanam
rapat
untuk
Brokoli
Brussel sprout
Lama di
persemaian
2 minggu
3-4 minggu
Cabai besar
Horenzo
Kailan
Melon
Pakcoi
Paprika
Seledri
40-45 hari
14 hari
10-18 hari
12-14 hari
3-4 minggu
2-3 minggu
2-3 minggu
Jenis tanaman
Jumlah daun
Masa tanam
3-4 helai
4-5 helai
65 HST
90-105 HST
4-5 helai
3-4 helai
3-5 helai
4 helai
3-5 helai
4-5 helai
4 helai
Sawi
3 minggu
Selada
10-18 hari
Timun jepang
10-14 hari
Tomat
3 minggu
Terung jepang
22-26 hari
HST = hari setelah tanam
(Untung, 2000)
4-5 helai
2 bulan
4 helai
45-55 HST
2-3 helai
38-40 HST
3-4 helai
75-85 HST (panen I)
5 helai
90 HST (panen I)
MST = minggu setelah tanam
Pupuk Growmore
Growmore adalah pupuk daun lengkap dalam bentuk kristal berwarna biru,
sangat mudah larut dalam air. Dapat diserap dengan mudah oleh tanaman baik itu
melalui penyemprotan daun maupun disiram ke dalam tanah. Mengandung hara
lengkap dengan konsentrasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.
Semua produk Growmore dianjurkan dipakai pada tanaman :
a. Tanaman hias, bunga potong, anggrek.
b. Semangka, melon, jeruk, apel, mangga, durian, kopi, coklat, lada
c. Padi, palawija (jagung, kedele, kacang-kacangan).
d. Sayuran (tomat, kentang, kubis, bawang, cabe, broccoli).
e. Lapangan golf, tanaman hidroponik.
f. Pembibitan tanaman perkebunan dan kehutanan.
Tabel 3. Kandungan unsur hara makro dan mikro dalam pupuk Growmore
Unsur hara
Total Nitrogen (N)
Ammoniacal Nitrogen
Nitrate Nitrogen
Urea Nitrogen
Available Phosphoric Acid (P2O5)
Soluble Potash (K2O)
Calcium (Ca)
Magnesium (Mg)
Chelated Magnesium
Sulfur (S), Combined
Boron (B)
Copper (Cu)
Chelated Copper
Iron (Fe)
Chelated Iron
Manganese (Mn)
Chelated Manganese
Molybdenum (Mo)
Zinc (Zn)
Chelated Zinc
Sumber : PT. Kalatham Coorporation
Komposisi
10 %
8.5 %
0.5 %
1.0 %
55 %
10 %
0.05 %
0.10 %
0.10 %
0.20 %
0.02 %
0.05 %
0.05 %
0.10 %
0.10 %
0.05 %
0.05 %
0.0005 %
0.05 %
0.05 %
(Anonim, 2010).
Kebutuhan air tanaman (crop water requirement) adalah jumlah air yang
dibutuhkan oleh tanaman untuk pemakaian konsumtif (evapotranspirasi) agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik (Doorenbos and Pruitt, 1984). Sosrodarsono
dan Takeda (1993), menyatakan bahwa salah satu perhitungan evapotranspirasi
tanaman adalah metoda Blaney and Cridle yang telah dimodifikasi seperti berikut
............................................................. (1)
......................................................................... (2)
............................................................ (3)
dimana: U
Kc
Kt
= Koefisien suhu
............................................... (4)
dimana : t
.................................................................(5)
dimana : t
xi
pH
cF
EC
Brokoli
6.0-6.8
30-35
3.0-3.5
Kubis
6.5-7.0
25-30
2.5-3.0
Cabai
6.0-6.5
18-22
1.8-2.2
Kubis Bunga
6.5-7.0
15-20
1.5-2.0
Seledri
6.0-6.5
25-30
2.5-3.0
Mentimun
5.5-6.0
10-25
1.0-2.5
Terung Jepang
5.8-6.2
25-35
2.5-3.5
Bawang Daun
6.5-7.0
20-30
2.0-3.0
Lettuce
6.0-6.5
20-30
2.0-3.0
Lettuce Head
6.0-6.5
9-16
0.9-1.6
Bawang Merah
6.0-7.0
20-30
2.0-3.0
Pakcoi
6.5-7.0
15-20
1.5-2.0
Bayam
6.0-7.0
14-18
1.4-1.8
Jagung Manis
6.0-6.5
16-25
1.6-2.5
Tomat
5.5-6.5
20-50
2.0-5.0
Zucchini
6.0-6.5
12-15
1.2-1.5
Kacang-kacangan
5.5-6.2
20-40
2.0-4.0
Sumber : Practical Hydroponik & Greenhouse, issue 37,1997 dalam Untung,2000.
konduktivitas
listrik
(EC)
ditentukan
juga
dengan
......................................................... (7)
dimana: Cu
n
xi
(Sapei, 2003).
pH Larutan
Derajat keasaman (pH) berkisar dari 0 hingga 14. Di angka 7, pH dianggap
netral karena muatan listrik kation H+ seimbangdengan muatan listrik anion OH+.
Semakin kecil angka pH, semakin asam kondisi larutan. Semakin besar angka pH,
semakin alkalis (basa) kondisi larutan. Kisaran pH yang disukai tanaman 5,5-6,5.
Di kisaran tersebut, daya larut unsur-unsur hara dalam kondisi optimal (Karsono,
dkk 2002).
Air untuk NFT perlu di cek derajat keasamannya (pH). Tinggi rendahnya
angka pH sangat mempengaruhi daya larut unsur-unsur hara sehingga mudah
diserap oleh akar. Kisaran pH larutan hara untuk tanaman selada adalah 6,0 6,5
(Untung, 2000).
......................................................... (8)
dimana: Cu
n
xi
Produktivitas Tanaman
Produktivitas tanaman diukur dengan menghitung rataan berat tanaman
dalam setiap talang setiap satu kali produksi untuk masing-masing kemiringan 6%
dan 9%.
Larutan Nutrisi
Dalam sistem hidroponik pemberian nutrien sangat penting karena dalam
medianya tidak terkandung zat hara yang dibutuhkan tanaman. Berbeda dengan
penanaman di tanah. Tanah sendiri telah mengandung zat hara sehingga
pemupukan hanya bersifat tambahan. Jadi, pemberian nutrien untun tanaman
hidroponikharus sesuai jumlah dan macamnya serta diberikan secara kontinu
(Prihmantoro, 1999).
Menurut Untung (2000) bahwa bahan baku pupuk harus mempunyai daya
larut yang bagus sekali, tidak ada endapan bila bahan dilarutkan dalam air. Hartus
(2002) menyatakan bahwa larutan nutrisi harus memenuhi persyaratan :
1. Mengandung 14 unsur hara essensial.
2. Konsentrasi dan dosis nutrisi tepat untuk setiap jenis tanaman.
3. pH larutan tepat dan volume yang disiramkan sesuai dengan tahap
pertumbuhan (kebutuhan tanaman).
Disebut essensial karena mutlak diperlukan. Unsur hara essensial dapat
dikelompokkan menjadi hara makro dan hara mikro. Unsur hara makro
merupakan unsur hara essensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak.
Sementara unsur hara mikro merupakan unsur hara essensial yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah sedikit. Tanpa kehadiran unsur hara makro dan mikro yang
cukup maka tanaman akan memperlihatkan gejala defisiensi atau kahat dan
bentuknya berubah dari biasanya atau disebut malformasi (Sutiyoso, 2004).
Larutan nutrisi sebagai sumber pasokan air dan mineral nutrisi merupakan
faktor penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman hidroponik sehingga
harus tepat dari segi jumlah, komposisi ion nutrisi dan suhu. Larutan nutrisi ini
dibagi dua, yaitu unsur makro (C,H,O,N,P,S,K,Ca, dan Mg) dan mikro
(B,Cl,Cu,Fe,Mn, Mo, dan Zn). Pada umumnya kualitas larutan nutrisi ini
diketahui dengan mengukur electrical conductivity (EC) larutan tersebut (Tim
Karya Tani Mandiri, 2010).
Selain EC dan konsentrasi larutan nutrisi, suhu dan pH merupakan
komponen yang sering dikontrol untuk dipertahankan pada tingkat tertentu untuk
optimalisasi tanaman. Suhu dan pH larutan nutrisi dikontrol dengan tujuan agar
perubahan yang terjadioleh penyerapan air dan ion nutrisi tanaman (terutama
dalam
hidroponik
dengan
sistem
yang
tertutup)
dapat
dipertahankan
(Susila, 2006).
Suhu yang terlalu rendah dan terlalu tinggi pada larutan nutrisi dapat
menyebabkan berkurangnya penyerapan air dan ion nutrisi, untuk tanaman
sayuran suhu optimal antara 5-15oC dan tanaman buah antara 15-25oC. Beberapa
tanaman sayuran dan buah dipertahankan mempunyai tingkat pH dan EC tertentu
yang optimal (Lingga, 2000).