Anda di halaman 1dari 21

BAB II

KAJIAN TEORITIS
2.1 Hakekat Peran Pembinaan Kesejahteraan Keluarga ( PKK )
2.1.1 Pengertian Peran

Peranan berasal dari kata peran, berarti sesuatu yang menjadi bagian atau memegang
pimpinan yang terutama. Peranan menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh Soejono
Soekamto, sebagai berikut:
Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat, peran meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan
posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peran dalam arti ini merupakan
rangkaian
peraturan-peraturan
membimbing
seseorang
dalam
kehidupan
kemasyarakatan.
Peranan yang sebagai bentuk perilku seseorang akan menyebabkan seseorang dalam
melakukan tindakan menjadi terbatas sesuai dengan status dimana peranan itu difungsikan.
Peranan yang melekat pada diri seseorang, harus dibedakan dengan posisi atau pergaulan dalam
suatu masyarakat. Oleh karena itu (Soekamto : 1985.239) menyebutkan bahwa peranan meliputi
norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peran
dalam arti ini merupakan rangkaian aturan-aturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan. Peran juga diartikan suatu konsep perihal yang dapat dilakukan oleh individu
dalam suatu masyarakat sebagai organisasi.
Istilah peran kerap banyak diucapkan oleh banyak orang. Seiring kita mendengar kata
peran dikaitkan dengan posisi atau kedudukan seseorang. Atau peran dikaitkan dengan apa yang
dimainkan oleh seorang aktor dalam sebuah drama. Mungkin tak banyak orang tahu bahwa kata
peran atau role dalam bahasa inggris mungkin diambil dari drama turgy atau seni teater. Lebih

jelasnya kata peran atau role dalam kamus Oxford dictionary diartikan actors part ones task or
fungtion. Yang berarti aktor atau fungsi.
Menurut Biddle dan Thomas (2003:16), peran adalah serangkaian rumusan yang
membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Misalnya
dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa member anjuran, member
penilaian, memberi sangsi dan lain-lain.
Menurut Soekanto (1990:268) peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status).
Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia
menjalankan suatu peran.
2.1.2 HakekatPembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah gerakan yang tumbuh dari bawah
dengan wanita sebagai motor / penggeraknya untuk membangun keluarga sejahtera sebagai unit
atau kelompok terkecil dalam masyarakat (Pedoman Pelaksanaan Kesatuan Gerak PKK-KBKesehatan : 5 ). Pengertian ini secara lengkap telah termaktub dalam Buku Pintar PKK yang
bunyinya sebagai berikut :
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah gerakan pembangunan masyarakat
yang tumbuh dari bawah dengan wanita sebagai motor penggeraknya untuk membangun
keluarga sebagai unit atau kelompok terkjecil dalam masyarakat guna menumbuhkan,
menghimpun, mengarahkan, dan membina keluarga guna mewujudkan keluarga sejahtera.

2.1.3 Pengertian Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)


PKK merupakan singkatan dari Pembinaan Kesejahteraan Keluarga. Singkatan PKK
sepertinya

lebih

membudaya

dari pada

kepanjangannya.Gerakan

Pemberdayaan

dan

Kesejahteraan Keluarga selanjutnya di singkat PKK, adalah gerakan nasional dalam

pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah yang pengelolaanya dari, oleh dan untuk
masyarakat menuju terwudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, Berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesejahteraan dan
keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan. Tidak semua masyarakat khususnya ibiibu memahami pengertian Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Bagi anggota Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) tentu menyadari betul eksistensi gerakan ini yang bersifat
nasional. Namun, bagi ibu-ibu yang masih awam, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
tidak bedanya dengan arisan saja. Yakni, suatu kegiatan pertemuan ibu-ibu yang dilaksanakan
rutin setiap bulan dengan jamuan sekedarnya. Acarapun dikemas sedemikian rupa sehingga
terkesan santai dan kekeluargaan. Beruntung bila ibu ketua PKK-nya hadir dan memberikan
pembinaan kearah kesejahteraan keluarga. Kalau ketua PKK tidak hadir dan pengurus tidak siap,
jadilah pertemuan PKK menjadi acara ritual makan bersama. Lebih parah lagi bila pengurus
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) tidak paham hakekat Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) itu sendiri.
Pertemuan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) menjadi ajang kontes baju,
perhiasan, pamer tabungan, ngerumpi kian kemari yang tak berujung pangkal. Namun banyak
juga anggota Pembinaan Kesejahtaraan Keluarga (PKK) yang sungguh-sungguh telah
memerankan diri sebagai kader, tidak saja menjadi motor penggerak Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK), namun juga dapat dijadikan teladan bagi anggota, baik cara bertutur maupun
bersikap. Hanya saja perannya sebagai penggerak jangan kebablasan menjadi otoriter. Mentangmentang kader lalu mengatur segalanya (penentu pengambilan keputusan) tanpa mengindahkan
musyawarah untuk mencapai mufakat. Kader semacam inilah yang dapat mencemari citra PKK
menjadi buruk. Ujung-ujungnya anggota Pembinaan Kesejahteraan Keluarga menjadi enggan

datang pada saat pertemuan, apalagi ikut berperan aktif dalam berbagai kegiatan Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) lainnya, seperti posyandu, PMT, UPGK, dan lain-lain.
Kondisi demikian tentu tidak berlaku secara umum. Setidaknya menjadi wacana bagi kita
dalam memperingati Hari Kesatuan Gerak PKK yang jatuh pada tanggal 27 Desember untuk
segera intropeksi diri, mau dikemanakan (baca : eksistensi) PKK dimasa datang. Hingga masuk
era globalisasi yang menuntut peran ibu lebih maksimal dalam wadah PKK, masih banyak PR
besar yang harus segera dikerjakan. Bagaimana mengubah PKK dari paradigma lama ini menjadi
paradima baru dengan tetap berpegang pada pancasila dan UUD 1945, serta dasar hukum yang
mengatur PKK guna menyongsong gerakan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dimasa
depan.
Namun demikian sebelum mengenal konsep fungsi dan tujuan Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) sebagai bentuk pemberdayaan, maka perlu dipahami terlebih dahulu
pemberdayaan itu sendiri. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sebagai suatu bentuk
organisasi pemberdayaan kaum wanita tidak lepas dari kemampuan para kaum wanita untuk
berdaya. Dalam konteks ini pemberdayaan diartikan pembinaan atau pemberkuasaan
(empowerment) berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan), seperti yang
dikemukakan oleh Edi Suharto (2005:57-58) yang menjelaskan pemberdayaan menunjuk pada
kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan
atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan
(freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, mealinkan bebas dari
kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas adri kesakitan. Selanjutnya mereka dapat menjangkau
sumber-sumber produktif yang memungkinkan dapat meningkatkan pendapatnya dan
memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan. Yang terakhir, mereka dapat

berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi


mereka, atau yang didalamnya mereka terlibat, oleh karena itu konsep pemberdayaan dalam
rangka pembangunan kaum wanita merujuk pada bentuk partisipasi kaum wanita dalam proses
pembangunan, khususnya pembangunan pendidikan.
2.1.4Fungsi dan Tujuan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
Gerakan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga bertujuan memberdayakan kelurga untuk
meningkatkan kesejahteraan menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri,
kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan.
Berangkat dari pemahaman tentang konsep Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
sebagai bentuk pemberdayaan kaum wanita, dari batasan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
tersebut jelaslah bahwa fungsi dan tujuan gerakan PKK adalah mewujudkan keluarga sejahtera.
Yaitu, keluarga yang mampu menciptakan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara
kemajuan lahiriah dan batiniah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Mengapa keluarga sejahtera ini harus diupayakan, sebab keluarga adalah unit terkecil
dalam masyarakat yang mempunyai arti besar dalam proses pembangunan. Indonesia yang
merupakan negara kepulauan dengan wilayah terbentang dari Sabang sampai Merauke,
sebenarnya terbangun atas unit-unit keluarga kecil. Apabila masing-masing keluarga sudah dapat
mewujudkan tata kehidupan dan penghidupannya diliputi rasa saling pengertian, kekeluargaan
yang harmonis, tentu Indonesia akan menjadi negara yang aman, damai, tentram, dan sejahtera.
Jadi, kondisi keluarga dapat menjadi salah satu barometer bagi kesejahteraan masyarakat pada
umumnya.
Permasalahannya sekarang adalah bagaimana membudayakan Pembinaan Kesejahteraan

Keluarga (PKK) sesuai dengan eksistensinya. PKK dengan 10 program pokoknya, yakni
penghayatan dan pengamalan Pancasila, gotong royong, pangan, sandang, perumahan dan tata
laksana rumah tangga, pendidikan dan ketrampilan, kesehatan, mengembangkan kehidupan
berkoperasi, kelestarian lingkungan hidup, serta perencanaan yang sehat merupakan kekuatan
yang strategis. Tidak saja dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun juga dapat
menekan laju pertumbuhan penduduk dengan Keluarga Berencana, dan meningkatkan kesehatan
masyarakat. Melalui program pengembangan berkoperasi, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
dapat menanamkan dasar demokrasi ekonomi. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga juga
mengenalkan strategi untuk mengembangkan usaha guna meningkatkan taraf hidup. Yang lebih
mendasar lagi, upaya menyadarkan mayarakat akan perlunya pelestarian lingkungan hidup.
Intinya, bagaimana Pembinaan Kesejahtaraan Keluarga (PKK) melalui Pokja-Pokjanya dapat
berperan aktif dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk di dalamnya peran serta dalam
meningkatkan sektor pendidikan, khususnya pendidikan ketrampilan yang terkait dengan
pengembangan dalam hal ini pendidikan anak usia dini.
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang merupakan wadah kegiatan ibu-ibu,
tidak afdol bila kurang memperhatikan sektor pendidikan. Dalam kehidupan keluarga,
wanita adalah pengasuh serta pendidik yang utama dan pertama bagi putra-putrinya.
Sedang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, wanita adalah pelahir generasi
penerus ( Bulletin Nusa Indah, 2003 : 9 ).
Hal ini selaras dengan isi pidato Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada Hari Anak
Nasional Th 2006, sebagai berikut :
Anak-anak adalah amanah dari Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Dalam dirinya
melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak adalah tunas , potensi, dan
generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa. Anak mempunyai peranan strategis yang
menjamin kelangsungan bangsa di masa yang akan datang. Kita sebagai orang tua,
mengemban tugas mulia untuk memberikan curahan kasih sayang, mendidik dan
membesarkan anak-anak kita denga rasa tanggung jawab (Bulletin Khusus Warta Desa,
Juli 2006 ).

Namun, atas kesadaran sendiri sebagai warga negara yang memang mempunyai tanggung
jawab ikut berperan serta dalam pembangunan.Salah satu upaya untuk mewujudkan visi gerakan
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga adalah dengan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat akan terwujud bila ada upaya untuk memberdayakan keluarga. Sedang yang
dimaksudkan pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non-instruktif
guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan agar mampu mengidentifikasi masalah ,
merencanakan, dan mengambil keputusan untuk melakukan pemecahan dengan benar, tanpa atau
dengan bantuan pihak lain (Panduan Pemberdayaan Masyarakat, 1999 : 2). Pemberdayaan
keluarga ini penting karena akan menghasilkan kemandirian keluarga.
Gerakan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) merupakan gerakan nasional dalam
pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah, yang pengelolaannya dari, oleh, dan untuk
masyarakat. Pemberdayaan keluarga meliputi segala upaya bimbingan pembinaan dan
pemberdayaan agar keluarga dapat hidup sejahtera, maju dan mandiri. Tim penggerak PKK
adalah mitra kerja pemerintah dan organisasi kemasyarakatan, yang berfungsi, sebagai fasilitator,
perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak pada masing-masing jenjang demi
terlaksananya program PKK, Notoatmodjo (2003 : 24-28) tim penggerak Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah warga masyarakat baik laki-laki maupun perempuan,
perorangan, bersifat suka rela, tidak mewakili organisasi, golongan, partai politik, lembaga atau
instansi, dan berfungsi sebagai perencana pelaksana pengendali gerakan PKK.
Gerakan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dikelola oleh Tim Penggerak PKK
yang dibentuk di Pusat Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan. Hubungan kerja
antara Tim penggerak PKK Pusat dengan Daerah adalah bersifat Konsulatif dan koordinatif
dengan tetap memperhatikan hubungan hirarkis. Untuk mendekatkan jangkauan pembinaan

kepada keluarga-keluarga secara langsung, dibentuk kelompok-kelompok PKK RW. RT dan


kelompok Dasa Wisma.
2.1.5 Upaya Memaksimalkan Peran Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
Berdasarkan pada kenyataan tersebut, maka upaya memaksimalkan peran dalam
membangun keluarga sehat berketahanan paling tidak harus menyentuh tiga substansi yang
mendasar antara lain : (1) peningkatan pengetahuan dan keterampilan Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga melalui pendidikan dan pelatihan, orientasi, seminar dan sejenisnya yang dilakukan
oleh PKK dilevel yang lebih tinggi dengan memanfaatkan tenaga-tenaga yang ahli dibidangnya.
(2) meningkatkan sumber pendanaan untuk memperlancar kegiatan Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) baik melalui APBDes, APBD maupun APBN. Selain itu bila memungkinkan
dukungan dana dari para pengusaha atau donator lainnya juga sangat diperlukan terutama untuk
membiayai berbagai kegiatan ysng mengarahkan masa. (3) guna mengatasi keterbatasan waktu
dan tenaga, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga perlu mendidik secara professional tenaga
penyuluh yang khusus untuk membantu tugas-tugas konseling yang diemban oleh PKK. Bila
ketiga upaya tersebut dapat dilaksanakan, maka diyakini akan mampu memaksimalkan fungsi
dan peranannya akan lebih optimal. Terlebih kita sama-sama menyadari bahwa Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) memiliki andil yang sangat besar untuk ikut mewujudkan
keluarga yang sehat dan berketuhanan.

2.2 Hakekat penyelenggaraan


2.2.1 Pengertian Penyelenggaraan

Dalam kamus bahasa Indonesia kata penyelenggaraan sama artinya dengan pelaksanaan.
untuk mewujudkan suatu tujuan atau target, maka haruslah ada pelaksanaan yang merupakan
proses kegiatan yang berkesinambungan sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.

Sebagaimana yang dikemukakkan oleh Santoso Sastropoetro (1982:183) sebagai berikut:


Pelaksanaan diartikan sebagai suatu usaha atau kegiatan tertentu yang dilakukan untuk
mewujudkan rencana atau program dalam kenyataannya.

Sedangkan Pariata Westa, dkk menyatakan:


Implementasi atau pelaksanaan adalah aktivitas-aktivitas atau usaha-usaha yang
dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijakan yang telah dirumuskan dan
ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan atau alat-alat yang diperlukan, siapa
yang melaksanakan, dimana melaksanakannya, kapan waktu berakhirnya dan
bagaimana cara yang harus dilakukan.
Sedangkan, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh Poerwadarmita
(1986:553), mengemukakkan batasan mengenai pelaksanaan tersebut dengan terlebih dahulu
mengemukakkan pengertian pelaksanaan sebagai berikut:Pelaksana adalah orang yang
mengerjakan atau melakukan rencana yang telah disusun. Sedangkan pelaksanaan adalah
perihal (perbuatan, usaha) melaksanakan rancangan.

Berdasarkan batasan dikemukakkan oleh Poerwadarmita diatas, maka dapat dibedakan


antara pengertian pelaksanaan adalah perbuatan yang dilakukan oleh pelaksana. Jadi dengan
demikian kedua pengertian tersebut diatas mempunyai arti yang berbeda namun keduanya
berasal dari kata laksana.
2.2.2 Fungsi-fungsi Penyelenggaraan bagi Lembaga Satuan Paud Sejenis

Pelaksanaansebuah

kegiatan

harus

dilakukan

berdasarkan

prinsip-prinsip

manajemen/pengelolaan. Dimana pengelolaan/manajemen menurut beberapa ahli yaitu :


Manajemen adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses
pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi
pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar
efektif dan efisien.( Mulyani A.Nurhadi)
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam pengertian manajemen selalu
menyangkut adanya tiga hal yang merupakan unsur penting, yaitu: (a). usaha kerjasama, (b). oleh
dua orang atau lebih, dan (c) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pengertian
tersebut sudah menunjukkan adanya gerak, yaitu usaha kerjasama, personil yang melakukan,
yaitu dua orang atau lebih, dan untuk apa kegiatan dilakukan, yaitu untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Tiga unsur tersebut, yaitu gerak, orang, dan arah dari kegiatan, menunjukkan
bahwa manajemen terjadi dalam sebuah organisasi, bukan pada kerja tunggal yang dilakukan
oleh seorang individu.
Manajemen merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan dari, oleh dan
bagi manusia. Rangkaian kegiatan itu merupakan suatu proses pengelolaan dari suatu rangkaian
kegiatan pendidikan yang sifatnya kompleks dan unik yang berbeda dengan tujuan perusahaan
untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya ; tujuan kegiatan pendidikan ini tidak
terlepas dari tujuan pendidikan secara umum dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh
suatu bangsa.
Proses pengelolaan itu dilakukan bersama oleh sekelompok manusia yang tergabung
dalam suatu organisasi sehingga kegiatannya harus dijaga agar tercipta kondisi kerja yang
harmonis tanpa mengorbankan unsur-unsur manusia yang terlibat dalam kegiatan pendidikan itu.
Proses itu dilakukan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya, yang dalam hal ini meliputi tujuan yang bersifat umum (skala tujuan umum) dan

yang diemban oleh tiap-tiap organisasi pendidikan (skala tujuan khusus).Proses pengelolaan itu
dilakukan agar tujuannya dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2.2.3

Prinsip-prinsip Penyelenggaraan
Secara umum, ada lima fungsi manajemen yang sering orang menyebutnya POACE,

yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Dua fungsi yang pertama dikategorikan
sebagai kegiatan mental sedangkan dua berikutnya dikategorikan sebagai kegiatan fisik. Suatu
manajemen bisa dikatakan berhasil jika keempat fungsi di atas bisa dijalankan dengan baik.
Kelemahan pada salah satu fungsi manajemen akan mempengaruhi manajemen secara
keseluruhan dan mengakibatkan tidak tercapainya proses yang efektif dan efisien.

a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai
beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise E.
Boone dan David L. Kurtz (1984) bahwa:planning may be defined as the proses by which
manager set objective, asses the future, and develop course of action designed to accomplish
these objective.Sedangkan T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa : Perencanaan
(planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi,
kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.
Dalam perencanaan ada beberapa factor yang harus dipertimbangkan yaitu harus SMART
yaitu specific artinya perencanaan harus jelas dimaksud maupun ruang lingkupnya. Tidak terlalu
melebar\dan terlalu idealis. Measurable artinya program kerja atau rencana harus dapat diukur

tingkat keberhasilannya. Archivable artinya dapat dicapai. Jadi bukan angan-angan. Realistic
artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada. Tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sulit. Tapi tetap ada tantangan. Time artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan,
bulanan, triwulan, semesteran, atau tahunan.
b.Pengorganisasian(Organizing)
Pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada Sumber Daya Manusia (SDM)
dan sumber daya fisik lain yang dimiliki organisasi pendidikan untuk menjalankan rencana yang
telah ditetapkan serta menggapai tujuan pendidikan. Pengorganisasian merupakan proses
penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya
yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya. Dua aspek utama proses susunan struktur
organisasi

yaitu

departementalisasi

dan

pembagian

kerja.

Departementalisasi

adalah

pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja organisasi agar kegiatan-kegiatan sejenis saling


berhubungan dapat dikerjakan bersama. Hal ini akan tercermin pada struktur formal suatu
organisasi dan tampak atau ditunjukkan oleh bagan suatu organisasi. Pembagian kerja adalah
perincian tugas pekerjaan agar setiap individu pada organisasi bertanggungjawab dalam
melaksanakan sekumpulan kegiatan. Kedua aspek ini merupakan dasar proses pengorganisasian
suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif.
c. Pelaksanaan (Actuating)
Actuating menurut Tery berarti merangsanganggota-anggota kelompok melaksanakan
tugas-tugas dengan antusias dan kemauan yang baik. Tugas menggerakkan dilakukan oleh
pemimpin.Oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah mempunyai perananpenting dalam
menggerakkan personal sekolah melaksanakan program kerjanya.Menurut Keith Davis, actuating
adalah kemampuan membujukorang-orang mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan

penuhsemangat.
Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan
pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan kerja sama. Semua
pengurus PKK yang terlibat di dalam penyelenggaraan SPS Menara Laut harus dioptimalkan
demi untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi, pelaksanaan kerja harus sejalan
dengan rencana kerja yang telah disusun kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu
dilakukan penysuaian. Setiap anggota PKK yang terlibat didalamnya harus bekerja sesuai dengan
tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing untuk mencapai visi, misi dan
program kerja organisasi yang telah ditetapkan.
d. Pengawasan (Controling)
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi
manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa
yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dan tujuan yang
telah digariskan semula. Controlling (pengawasan) ialah proses pengamatan daripada
pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang
dilakukan berjalan sesuai rencana yang ditetapkan (Ulbert Silalahi,2000). Pengawasan
manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar prestasi dengan sasaran
perencanaan, merancang sistem umpan balik informasi, membandingkan prestasi aktual dengan
standar yang telah ditetapkan itu, menentukan apakah terdapat penyimpangan dan mengukur
signifikan tersebut dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa
semua sumber daya perusahaan yang sedang digunakan sedapat mungkin secara lebih efisien dan
efektif guna mencapai sasaran perusahaan (Bedjo Siswanto,1991). Pengawasan (controlling)
dapat diartikan sebagai proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang yang sudah dilaksanakan,

menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan rencana semula. (M. Manullang,1998)
e. Evaluasi (Evaluating)
Evaluasi program adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk melihat lebih dekat dan
seksama sebuah program. Hal ini melibatkan metode penelitian dan sifatnya lebih detail. Tujuan
evaluasi ini adalah untuk melihat berapa banyak perubahan yang dapat dilakukan oleh anggota
PKK dalam penyelenggaraan SPS Menara Laut Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone
Bolango terhadap outcomes peserta didik secara luas, seperti penggunaan sarana dan prasarana
yang ada, kegiatan evaluasi biasanya meliputi pengukuran pada saat program dan akhir program
dan jika memungkinkan mengontrol dan membandingkan antara kelompok yang satu dengan
yang lainuntuk membantu melihat seberapa besar perubahan dan pencapaian outcomes sebagai
hasil akhir dari kegiatan yang sudah diprogramkan oleh anggota PKK sesuai dengan apa yang
diharapkan.
2.3.Hakekat Satuan Paud Sejenis
2.3.1. Pengertian Satuan Paud Sejenis
Satuan Paud Sejenis (SPS) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan PNF yang
penyelenggaraannya bisa diintegrasikan dengan berbagai program layanan anak usia dini
lainnya. Waktu pembelajaran bebas ( misalnya 1 minggu bisa 2 kali atau 3 kali). Jenis PAUD
lainnya yaitu :

1. POS PAUD
PAUD yang terintegrasi dengan kegiatan Posyandu.
2. SPS TPQ

PAUD yang terintegrasi dengan pembelajaran Al-Quran.


3. SPS Minggu
PAUD yang terintegrasi dengan dengan kegiatan kerohanian umat Kristen
4. TAAM
PAUD yang terintegrasi dengan pengajaran agama islam untuk anak usia dini ( Taman
Asuh Anak Muslim).
Satuan Paud Sejenis merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan,
social emosional, bahasa, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui
oleh anak usia dini.
2.3.2. Ciri-ciri Satuan Paud Sejenis
SatuanPaud Sejenis (SPS) adalah lembaga yang menyelenggarakan pendidikan di luar
Taman Kanak-Kanak, Kelompok Bermain, dan Taman Penitipan Anak. Berfungsi memberikan
pendidikan sejak dini & membantu meletakkan dasar ke arah pengembangan sikap, perilaku,
perasaan, kecerdasan, sosial & fisik yg diperlukan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Termasuk dalam lembaga
pendidikan Satuan Paud Sejenis (SPS) adalah sebagai berikut:
1. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah wahana kesejahteraan ibu dan

anak

yang

berfungsi sebagai tempat pelayanan terpadu mencakup aspek perawatan kesehatan dan
gizi, terutama bagi ibu hamil dan balita.
2. Bina Keluarga Balita (BKB) bertujuan memberikan pengetahuan dan ketrampilan
kepada orang tua dan anggota keluarga lainnya tentang cara mendidik anak, mengasuh
serta memantau pertumbuhan dan perkembangan balita.

3. Pos PAUD adalah program layanan pendidikan yang diintegrasikan dengan program
Bina Keluarga Balita (BKB dan Posyandu).
4. Taman Pendidikan Al Quran, lembaga yang bertujuan memberikan pendidikan baca
tulis Al Quran serta pendidikan agama lainnya.
5. Taman Pendidikan Anak Soleh.
6. Sekolah Minggu, sekolah yang dilaksanakan pada hari Minggu yang memberikan
pendidikan Kristiani.
7. Bina Iman.
2.3.4 Tujuan Penyelenggaraan Satuan Paud Sejenis
Tujuan dari penyelenggaraan Satuan Paud Sejenis ada dua yaitu :
1. Tujuan Umum
Kegiatan Pendidikan bertujuan mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai
persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2. Tujuan Khusus
Kegiatan Pendidikan secara khusus bertujuan agar :
a. Anak mampu melakukan ibadah, mengenal mengenal dan percaya akan ciptaan
Tuhan dan mencintai sesama.
b. Anak mampu mengelola keterampilan tubuh termasuk gerakan-gerakan yang
mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus, dan grakan kasar, serta menerima
rangsangan sensorik (pancaindera).
c. Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat
berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berfikir dan belajar.
d. Anak mampu berfikir logis, kritis, member alasan, memecahkan masalah dan

menemukan hubungan sebab akibat.


e. Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan social, peranan masyarakat, dan
menghargai keragaman social dan budaya, serta mampu mengembangkan konsep diri,
sikap positif trhadap belajar, control diri dan rasa memiliki.
f. Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, birama, berbagai bunyi, bertepuk
tangan, serta menghargai hasik karya yang kreatif.
2.3.5 Perkembangan Satuan Paud Sejenis Bagi Masyarakat
Satuan Paud Sejenis diperuntukan bagi masyarakat yang belum siap mengikutsertakan
anaknyadalam layanan PAUD yang lebih intensif, baik karena alasan kerepotan mengantar,
biaya, maupun factor lainnya.Kenyataan bahwa masih banyak anak usia dini yang belum
mendapatkan pelayanan pendidikan tak dapat dipungkiri, terlebih bagi masyarakat kelas bawah
yang merupakan sebagian besar penduduk Indonesia yang berada di pedesaan. Hal itu
disebabkan antara lain kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini
masih sangat redah.

Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi dan kesehatan untuk

peningkatan kualitas anak, nampaknya jauh lebih baik daripada kesadaran akan pentingnya
pendidikan. Hasil penelitian Meneg Pemberdayaan Perempuan tahun 2001 di wilayah Jakarta
dan sekitarnya seperti yang dilansir oleh Yayasan Kita dan Buah Hati (Jalal, 2002: 13)
menyebutkan bahwa pada umumnya masyarakat memandang belum perlu pendidikan diberikan
kepada anak usia dini. Hal ini sangat wajar mengingat bahwa pemahaman masyarakat terhadap
pentingnya PAUD masih sangat rendah serta pada umumnya mereka berpandangan bahwa
pendidikan identik dengan sekolah, sehingga bagi anak usia dini pendidikan dipandang belum
perlu.

Lebih jauh Hadis (2002: 25) mengemukakan ada beberapa faktor yang menjadikan
penyebab masih rendahnya kesadaran masyarakat di bidang pendidikan anak usia dini seperti:
ketidaktahuan, kemiskinan, kurang berpendidikan, gagasan orangtua tentang perkembangan anak
yang masih sangat tradisional, kurang mau berubah, masih sangat konkret dalam berpikir,
motivasi yang rendah karena kebutuhan yang masih sangat mendasar (untuk survival), serta
masih sangat dipengaruhi oleh budaya setempat yang sempit.Rendahnya tingkat partisipasi anak
mengikuti pendidikan prasekolah dapat juga dipengaruhi oleh beberapa hal lainnya seperti: (1)
Masih terbatas dan tidak meratanya lembaga layanan PAUD yang ada di masyarakat terutama di
pedesaan. Sebagai contoh pertumbuhan TK, KB/RA, dan TPA di perkotaan lebih pesat
dibandingkan di pedesaan; (2) Rendahnya dukungan pemerintah dalam penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini. Fakta menunjukkan (Rosadi, 2002) dari 41.317 buah TK di seluruh
Indonesia, 41.092 buah (99.46%) didirikan oleh pihak swasta sedangkan pemerintah hanya
mendirikan 225 buah (0.54%). Jumlah TK tersebut tidaklah berimbang dengan jumlah anak yang
seharusnya mengikuti pendidikan dini.
Memang berhasilnya PAUD merupakan tanggung jawab pemerintah bersama masyarakat
terutama keluarga yang merupakan penanggungjawab utama dalam optimalisasi tumbuh
kembang anak. Peran pemerintah adalah memfasilitasi masyarakat agar mereka dapat
mengoptimalkan tumbuh kembang anak.Upaya pemerintah untuk memfasilitasi masyarakat
antara lain melalui standarisasi kurikulum guna membantu masyarakat

mengontrol

penyelenggaraan pendidikan agar tidak merugikan peserta didik maupun masyarakat,


peningkatan kemampuan profesi dan akademik bagi tenaga kependidikan, peningkatan fungsi
keluarga sebagai basis pendidikan anak, serta pengembangan manajemen pembelajaran yang
mencakup pengembangan metodologi pembelajaran, pengembangan sarana dan bahan belajar

termasuk bacaan anak, pengembangan permainan dan alat permainan serta pengembangan
evaluasi tumbuh kembang anak.
Tidak terlayani pada lembaga formal (TK/RA) maka dibentuklah Direktorat PAUD di
lingkungan Depdiknas. Kehadiran direktorat ini terutama untuk memberikan layanan, bimbingan
dan atau bantuan teknis edukatif yang tepat terhadap semua layanan anak usia dini (di luar TK
dan RA) yang ada di masyarakat.Masyarakat itu sendiri juga Dalam rangka memberikan
perhatian secara khusus terhadap anak usia dini yang perlu meningkatkan peran sertanya secara
aktif dalam pelaksanaan, pembinaan, dan pelembagaan pembinaan anak. Untuk itu pemerintah
perlu memberdayakan peranserta masyarakat sebagai upaya menumbuhkan dan mengembangkan
kemampuan masyarakat, dengan cara mengembangkan segala potensi yang dimiliki agar
masyarakat memiliki kemampuan sendiri dalam menentukan pilihan dan mengambil keputusan.
Dalam kondisi seperti ini, sinergi antara pemerintah dengan masyarakat sangat diperlukan. Perlu
pula diingat bahwa kebanyakan program PAUD masih berjalan sendiri-sendiri, tidak ada sinergi
antar program yang ada di masyarakat.
Sinergi berbagai unsur yang berkepentingan dalam pembinaan anak merupakan kunci
keberhasilan upaya pembinaan anak. Pemerintah harus memperluas jaringan kemitraan. Jaringan
kemitraan merupakan kunci efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan program pendidikan,
dimana selama ini tumpang tindih program termasuk pembinaannya, merupakan kesalahan
sebagai akibat tidak berjalannya jaringan kemitraan termasuk koordinasi sebagai salah satu
komponennya. Di samping itu adanya jaringan kemitraan yang luas di setiap tingkatan institusi
masyarakat, mulai dari pusat sampai grass-root, merupakan jawaban atas keberlangsungan suatu
program di masyarakat.Program yang mempunyai jaringan kemitraan memiliki ciri-ciri antara
lain tingginya komitmen semua unsur yang terlibat dan tingginya rasa memiliki masyarakat

terhadap program yang ada. Kedua ciri ini merupakan komponen terpenting untuk menjamin
keberlangsungan suatu program yang pada gilirannya mengarah pada pelembagaan program di
masyarakat. Perluasan jaringan kemitraan agar efektif hendaknya diarahkan pada penciptaan
situasi kondusif yang menumbuh kembangkan komitmen semua unsur dan kepemilikan oleh
masyarakat.

2.3.6 Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Satuan Paud Sejenis


Pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan dalam bentuk Satuan Paud Sejenis
diselenggarakan atas prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Prinsip dalam penyelenggaraan kegiatan pada lembaga Satuan Paud Sejenis berpegang
padaprinsip

perkembangan

Pendidikan

Anak

Usia

Dini

a.Berorientasi pada kebutuhan anak.


b. Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain.
c.Merangsang munculnya kreativitas & inovasi.
d.Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar.
e.Mengembangkan kecakapan hidup anak.
f. Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan sekitar
g.Dilaksanakan secara bertahap dengan mengacu pada prinsip perkembangan anak.
h.Rangsangan

pendidikan

mencakup

semua

aspek

perkembangan.

Prinsip perkembangan anak:


a. Anak akan belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi dan merasakan
aman serta nyaman di lingkungannya.

b. Anak belajar terus menerus mulai dari membangun pemahaman tentang sesuatu,
mengeksplorasi lingkungan, menemukan kembali sustu konsep hingga akhirnya
mampu membuat sesuatu yang berharga.
c. Anak belajar melalui interaksi sosial baik dengan orang dewasa atau dengan anak
lain dilingkungannya
d.Minat dan ketekunan anak akan memotivasi belajarnya.
e Perkembangan dan gaya belajar anak seharusnya dipertimbangkan sebagai perbedaan
individu.
f. Anak belajar dari yang sederhana ke komplek, dari yang konkret ke abstrak.
2.3.7 Kendala Dalam Penyelenggaraan Satuan Paud Sejenis
Berbagai upaya dalam penyelenggaraan Satuan Paud Sejenis tidak terlepas dari peran
aktif masyarakat serta kemampuan penyelenggara dalam penyelenggaraan Satuan Paud Sejenis,
namun demikian berbagai kendala dalam pengelolaan selalu terjadi. Ada beberapa hal yang
menjadi kendala dalam penyelenggaraan Satuan Paud Sejenis, yaitu sebagai berikut :
1. Kesadaran masyarakat, orang tua, dan keluarga terhadap pentingnya layanan Satuan Paud
Sejenis masih sangat rendah.
2. Terbatasnya layanan SPS ( Satuan Paud Sejenis ).
3. Keterbatsan jumlah pendidik yang kompoten
4. Terbatasnya dukungan pemerintah
5. Layanan Satuan Paud Sejenis belum sepenuhnya terkoordinasi dan terintegrasi dengan
aspek kebutuhan, pengasuhan dan perawatan yang baik.
6. Biaya

Anda mungkin juga menyukai