Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Supartono, M.S.
Dr. Nur Kusuma Dewi, M. Si.
Disusun Oleh :
Haryanti
0402514029
0402514042
0402514049
Ardiyana Pratono
0402514077
Yunita Wulansari
0402514079
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul UPAYA PENANGANAN LIMBAH BATIK
DENGAN BIOREMEDIASI MENGGUNAKAN Polyporus rubidus.
Adapun maksud penyusunan makalah ini adalah dalam rangka untuk memenuhi
tugas individu mata kuliah Bioteknologi. Di samping itu juga untuk menambah
pengetahuan dan wawasan tentang pemanfaatan kajian bioteknologi lingkungan dalam
upaya penanganan masalah pencemaran lingkungan, khususnya mengenai pemanfaatan
mikroba khususnya jamur dalam upaya penanganan zat pencemar.
Penyusun menyadari bahwa terselesainya makalah ini tidak semata-mata dari
jerih payah penyusun sendiri, melainkan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu sepantasnyalah penyusun mengucapkan terima kasih, terutama
kepada :
1
Prof. Dr. Supartono, M.S dan Dr. Nur Kusuma Dewi, M.Si yang merupakan dosen
dan masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, sangat
diharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar makalah ini menjadi lebih
baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.
Semarang,
Desember 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1
2
3
4
1
3
3
3
BAB I
PENDAHULUAN
penampungan
yang
kemudian
dilakukan
pengendapan
untuk
mengendapkan zat-zat yang berbahaya, sehingga kualitas air sesuai dengan baku
mutu dan aman bagi lingkungan. Namun proses kimia dan fisik pengendapan
menghasilkan sludge lumpur yang kemudian menjadi masalah baru dalam
penanganannya. Disisi lain membangun sebuah instalasi pengolahan limbah pun
memerlukan biaya yang tidak sedikit dan perawatan juga memerlukan perawatan
yang sangat tinggi. Proses sedimentasi zat pencemar tersebut pun masih
menyisakan masalah, yaitu proses adsorbsi zat pewarna tekstil yang tidak begitu
maksimal. Secara fisik sudah terlihat aman, namun jika dilihat kandungannya
masih tidak layak untuk kemudian disalurkan di sungai.
Bioteknologi lingkungan adalah bioteknologi yang penggunaannya banyak
melibatkan mikroorganisme untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup
manusia dan alam sekitarnya. Bioteknologi lingkungan diharapkan dapat menjadi
solusi atas berbagai masalah lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia.
Penerapan bioteknologi menjadi alternatif yang sangat bijak dan ekonomis. Selain
tidak menimbulkan masalah baru dan aman terhadap lingkungan juga relatif tidak
memerlukan biaya yang tinggi.
Salah satu penanganan yang ditawarkan adalah dengan menggunakan
penggunaan jamur lapuk putih jenis Polyporus rubidus. Telah dilaporkan bahwa
Polyporus rubidus mampu mendegradasi zat pencemar dan zat warna sebesar
80% (Dayaram & Debjani, 2008). Proses pengendapan fisik dan kimia yang
kemudian dilanjutkan dengan biodegradasi dengan menggunakan Polyporus
rubidus diharapkan mampu mengatasi permasalahan pencemaran limbah batik di
Pekalongan.
Dalam makalah ini akan dibahas upaya penanganan limbah batik atau
bioremediasi zat pencemar dengan Polyporus rubidus.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja pemanfaatan bioteknologi di bidang lingkungan?
2. Bagaimana karakteristik limbah batik?
3. Bagaimana upaya bioremediasi limbah batik di Pekalongan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pemanfaatan bioteknologi di bidang lingkungan.
2 Untuk mengetahui karakteristik limbah batik.
3 Untuk mengetahui upaya bioremediasi limbah batik dengan Polyporus
rubidus.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi ilmiah dalam
upaya pengembangan pembelajaran bioteknologi lingkungan, khususnya
bioremediasi
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Mahasiswa
Memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa, sehingga mampu
mengaplikasikan ilmu pengolahan limbah batik dan dapat sebagai referensi dalam
menambah wawasan dan meningkatkan penerapan ilmu di masyarakat.
2. Bagi Pemilik Industri Batik
Memberikan sumbangan ilmiah sebagai pedoman industri dalam
mengaplikasikan pengolahan limbah cair pewarna batik.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang
pengolahan limbah cair pewarna batik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah Batik
2.1.1 Definisi Limbah
Definisi limbah menurut Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo. PP
85/1999, adalah sisa atau buangan dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia.
Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negatif terhadap
masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Air limbah industri maupun rumah
tangga (domestik) apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak
negatif bagi kesehatan.
Berdasarkan sifatnya limbah dapat dibedakan menjadi :
a. Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur,
bubur yang berasal dari sisa kegiatan dan atau proses pengolahan. Contohnya:
limbah dari pabrik tapioka yang berupa onggok, limbah dari pabrik gula
berupa bagase, limbah dari pabrik pengalengan jamur, limbah dari industri
pengolahan unggas, dan lain-lain. Limbah padat dapat di bagi 2 yaitu:
1) Dapat didegradasi, contohnya sampah bahan organik, onggok.
2) Tidak dapat didegradasi contoh plastik, kaca, tekstil, potongan logam.
b. Limbah cair adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang berwujud
cair. Contohnya antara lain : Limbah dari pabrik tahu dan tempe yang banyak
mengandung protein, limbah dari industri pengolahan susu, dan limbah
deterjen pencucian.
c. Limbah gas/asap adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang
berwujud gas/asap. Contohnya : limbah dari pabrik semen
2.1.2
Limbah Batik
Limbah batik merupakan limbah yang berasal dari pengolahan pembuatan
batik. Limbah batik biasanya berupa limbah cair yang banyak mengandung zat
pencemar seperti logam-logam berat dan zat pewarna tekstil yang sangat sulit
terurai.
Batik adalah suatu cara penerapan corak diatas kain melalui proses celup,
rintang warna, dengan mala sebagai medium perintangnya (Indonesia Indah
Batik, 2006).
Tahap tahap pembuatan batik:
1. Persiapan
2. Pemolaan
3. Pemalaman
4. Pewarnaan Celup
5. Pelorodan (penghilangan lilin batik)
6. Pekerjaan akhir (finishing)
Karakteristik utama dari limbah industri tekstil batik adalah tingginya
kandungan zat warna sintetik, yang apabila dibuang ke lingkungan tentunya akan
membahayakan ekosistem perairan. Zat warna ini memiliki struktur kimia yang
berupa gugus kromofor dan terbuat dari beraneka bahan sintetis, yang
membuatnya resisten terhadap degradasi saat nantinya sudah memasuki perairan.
Meningkatnya kekeruhan air karena adanya polusi zat warna, nantinya akan
menghalangi masuknya cahaya matahari ke dasar perairan dan mengganggu
keseimbangan proses fotosintesis, ditambah lagi adanya efek mutagenik dan
karsinogen dari zat warna tersebut, membuatnya menjadi masalah yang serius.
Limbah cair industri tekstil dapat diamati dengan mudah, karena limbah
cairnya memiliki warna yang pekat. Warna ini berasal dari sisa-sisa zat warna
yang merupakan suatu senyawa kompleks aromatik yang biasanya sukar untuk
diuraikan oleh mikroba. Beberapa penelitian mengenai perombakan zat warna dari
limbah cair industri tekstil secara anerobik dilaporkan telah berhasil mengurangi
warna, khususnya zat warna azo ini umumnya resistan untuk dioksidasi oleh
mikoorganisme aerobik.
Jenis yang paling banyak digunakan saat ini adalah zat warna reaktif dan zat
warna dispersi. Hal ini disebabkan produksi bahan tekstil dewasa ini adalah serat
sintetik seperti serat polamida, poliester dan poliakrilat.Bahan tekstil sintetik ini,
terutama serat poliester, kebanyakan hanya dapat dicelup dengan zat warna
dispersi. Demikian juga untuk zat warna reaktif yang dapat mewarnai bahan kapas
dengan baik. (Oktavia, 2011)
2.2 Bioteknologi Lingkungan
Bioteknologi lingkungan merupakan salah satu pemanfaatan bioteknologi
yang penggunaannya banyak melibatkan mikroorganisme untuk meningkatkan
kualitas lingkungan hidup manusia dan alam sekitarnya. Peningkatan kualitas
lingkungan tersebut meliputi pencegahan terhadap masuknya berbagai polutan
agar lingkungan tidak terpolusi; membersihkan lingkungan yang terkontaminasi
oleh polutan; dan memberdayakan sumber daya alam yang masih memiliki nilai
tambah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Essensi kajian
bioteknologi lingkungan sesungguhnya untuk meningkatkan kesejahteraan taraf
kehidupan manusia melalui pemberdayaan lingkungan melalui mekanisme
tertentu.
Bioteknologi
menjanjikan
lingkungan
mengenai
analisis
dalam
biologi
dampak
merupakan
lingkungan
kajian
(AMDAL)
yang
untuk
10
merupakan
pengembangan
dari
bidang
bioteknologi
11
Saat
bioremediasi
terjadi,
enzim-enzim
yang
diproduksi
oleh
tersebut,
yang
disebut
biotransformasi.
Pada
banyak
kasus,
12
13
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengolahan Limbah Batik
Pengolahan limbah cair batik adalah bagaimana menghilangkan
atau menurunkan unsur-unsur dan senyawa pencemar dari limbah tekstil
untuk mendapatkan effluent dari pengolahan yang mempunyai kualitas
yang dapat diterima oleh badan air penerima buangan tanpa gangguan
fisik, kimia dan biologis. Ada tiga cara pengolahan air limbah batik akan
dilakukan dengan memnggabungkan metode fiika, kimia dan biologi.
1. Pengolahan limbah cair batik secara fisik
Pada
pengolahan
ini
bertujuan
untuk
menyisihkan
atau
14
15
16
karbon
aktif
dapat
kemampuan karbon aktif menyerap (adsorb) gas-gas dan uap-uap dari gas
dan dapat mengurangi zat-zat dari liquida. Arang aktif adalah arang yang
telah mengalami perubahan sifat fisika dan kimia karena telah melalui
proses aktivasi sehingga daya serap dan luas permukaannya meningkat.
Arang aktif yang berasal dari kulit kakao memiliki potensi sebagai
adsorben (Maryanto, dkk., 2009).
Adapun mekanisme penyerapan adalah sebagai berikut:
1. Molekul adsorbat berpindah menuju lapisan terluar dari adsorben.
2. Karbon aktif dalam kesatuan kelompok mempunyai luas permukaan pori
yang besar sehingga dapat mengadakan penyerapan terhadap adsorbat.
3. Sebagian adsorbat ada yang teradsorpsi di permukaan luar, tetapi sebagian
besar teradsorpsi di dalam pori-pori adsorben dengan cara difusi.
4. Bila kapasitas adsorpsi masih sangat besar, sebagian besar molekul adsorbat
akan teradsorpsi dan terikat di permukaan. Tetapi bila permukaan pori
adsorben sudah jenuh dengan adsorbat maka akan terjadi dua kemungkinan,
yaitu :
a. Terbentuk lapisan adsorpsi kedua, ketiga dan seterusnya.
b. Tidak terbentuk lapisan adsorpsi kedua, ketiga dan seterusnya sehingga
adsorbat yang belum teradsorpsi akan terus berdifusi keluar pori
Pada beberapa penelitian membuktikan efektivitas penyerapan
adsorbsi arang aktif pada logam-logam berat. Namun pada zat warna
beberapa penelitian arang aktif kurang begitu efektif, sehingga dibutuhkan
perlakuan lain untuk menghilangkan zat pewarna berbaha yang masih
terdapat dalam air limbah.
17
Pada
18
Dan enzim laccase yang dihasilkan oleh jamur Polyporus rubidus juga
mampu mengdegradasi limbah cair industri tekstil. Jamur Polyporus
rubidus merupakan jamur yang paling efektif digunakan untuk
mendegradasi zat warna dan zat pencemar lain yang ada di limbah.
Jamur lapuk putih mampu menghasilkan enzim lignolitik
ekstraseluler yaitu laccase, mangan peroksidase (MnP) dan lignin
peroksidase (LiP) yang berperan penting dalam mendegradasi lignin,
selulosa dan hemiselulosa.
Ketiga enzim
ini
bertanggung
jawab
dan
fenoksi. LiP
adalah
enzim
satu
Dengan
adanya
mediator
seperti
2,2-azinobis(3-
laccase
mampu
spesifikasi
substrat
yang
rendah
sehingga
mampu
19
sedikit
organisme
yang
mampu
yang
MnP
mengoksidasi Mn
2+
menjadi
3+
Mn
yang
pemecahan
cincin
Eter
peroksida
selanjutnya
radikal alifatik.
20
Gambar
3.1. Mekanisme degradasi lignin oleh enzim MnP
3.3 Pengolahan Limbah Batik Sederhana
Limbah cair hasil dari proses pewarnaan batik tulis maupun batik cap harus
diolah secara benar agar tidak mencemari lingkungan. Berikut merupakan
gambaran untuk pengolahan limbah batik cair secara sederhana:
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
1. Pemanfaatan bioteknologi dalam memecahkan masalah pencemaran limbah
batik di Pekalongan menjadi lebih efektif dengan penggunaan biodegradasi
Jamur Polyporus rubidus.
2. Pemanfaatan Jamur Polyporus
21
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, D. 2013. Peruraian Biodegradasi Bahan Pencemar. Di akses di
http://sriastutiturnip.blogspot.co.id/2013/04/peruraianbiodegradasibahan-pencemar.html Tanggal 24 Oktober 2015
Chanif, I., Syamsuuddin D., da Luqman Q.A. 2015. Uji Potensi Jamur Pelapuk
Putih dalam Bioremediasi Insektisida Karbofuran. Jurnal HPT 3 (2): 8390.
Dayaram, P & Debjani, D.. 2008. Decolorisation of synthetic dyes and textile
wastewater using Polyporus rubidus. Journal Environment Biology. 29
(6) 831-836
Hakala, T.K. 2007. Caracterization 0f The Lignin-Modifying Enzymes of The Selective
White-Rot Fungus Physisporinus Rivulosus . Disertasi. Department of Applied
Chemistry and Microbiology. University of Helsinki.
Hardiani, H., Teddy K., dan Susi S. 2011. Bioremediasi Logam Timbal (Pb) dalam
Tanah Terkontaminasi Limbah Sludge Industri Kertas Proses Deinking.
Jurnal Selulosa 1 (1): 31-41.
Kristianti, R.A., Tony H., Tadashi O., Yasuhiro T., dan Kazuhiro M. 2011.
Bioremediation of Crude Oil by White Rot Fungi Polyporus sp. S133.
Journal Microbiology Biotechnology (21) 9: 995-1000.
Kuhad, R.C. & Ajay S. 2013. Biotechnology for Environmental Management and
Resource Recovery. London: Springer New Delhi Heidelberg New York
Dordrecht London
Maryanto, D., Mulasari, S. A., dan Suryani, D., 2009, Penurunan Kadar
Emisi Gas Buang Karbon Monoksida (CO) dengan Penambahan
Arang Aktif pada Kendaraan Bermotor Di Yogyakarta: KES MAS,
Di akses di
http:// www.penganten.com/Carbon%20Actif/proposal
%20active%20carbo%20. Tanggal 24 Oktober 2015
Mubarak, A.S. & Juni, T. 2009. Peringatan Dini Pencemaran Logam Berat dan
Pestisida Berdasarkan Rasio Seks Anakan Daphnia sp. Jurnal
Perikanan. 11(2):201-205
Oktavia, D. 2011. Pengolahan Limbah Industri Tekstil. Di akses di
https://dwioktavia.wordpress.com/2011/04/14/pengolahan-limbahindustri-tekstil/ Tanggal 24 Oktober 2015
Rahim, I., Tutik K., Laode A., dan Burhanuddin R. 2015. Potensi Jamur Pelapuk
Putih dalam Mendekomposisi Limbah Kulit Kakao. Prosiding. Seminar
Nasional Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan. Makassar, 29 Januari
2015.
Reddy, C dan Zacharia M. 2001. Bioremediation Potential Of White Rot Fungi.
New York: Cambridge Press.
22
Risal,
M.
2012.
Bioteknologi
Lingkungan.
Di
akses
di
http://www.artikelbagus.com/2012/01/bioteknologi-lingkungan.html
Tanggal 24 Oktober 2015
Rosyida, V.T., Cici D., dan Satriyo K.W. 2013. Pretreatment Ampas Tebu (Bagas)
Menggunakan Empat Jamur Pelapuk Putih dan Karakteristik
Pertumbuhannya. Makalah. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan
Kimia V. UNS Surakarta, 6 April 2013.
Sastrawidana, I. D. K. 2009. Isolasi bakteri dari Lumpur Limbah Tekstil dan
Aplikasinya untuk Pengolahan Limbah Tekstil Menggunakan System
Kombinasi Anaerob-Aerob. Disertasi. Institut Pertanian Bogor.
Surtikanti, H.K. 2011. Toksikologi Lingkungan dan Metode Uji Hayati. Bandung.
Rizqi Press.
Tamarjaya, F. 2014. Adsorpsi Emisi Gas CO, NO, dan NOx menggunakan Karbon
Aktif dari Limbah Buah Kakao. Skripsi. Makassar: Universitas
Hassanudin.
Tony, H., Sanro T., dan Muhamad A. 2011. Indentification of Metabolites from
Phenanthrene Oxidation by Phenoloxidases and Dioxygenases of
Polyporus sp. S133. Journal Microbiology Biotechnology (21) 3: 299304.
23