Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NAMA
NPM
: 260110150100
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM
ASISTEN LABORATORIUM
: 1. Yulina Saragih
2. Femmi Anwar
I.
Tujuan
Melakukan pemeriksaan parameter spesifik ekstrak dengan :
1. Menentukan kadar flavonoid total ekstrak sebagai kuersetin dengan
metode kolorimetri aluminium klorida.
2. Melihat adanya kandungan kuersetin dalam ekstrak dengan metode
KLT.
II.
Prinsip
1. Parameter spesifik
Parameter spesifik termasuk senyawa identitas ekstrak, senyawa terlarut
dalam pelarut tertentu, penetapan kadar fenolat total, penetapan kadar
flavonoid total dan penetapan kadar chemical marker (Saifudin, et al.,
2011).
2. Flavonoid
Zat aktif yang terdapat pada tumbuhan yang mempunyai struktur kimia
C6-C3-C6 yang tiap bagian C6 merupakan rantai alifatik (Rompas, et
al., 2014).
3. Metode Kolorimetri Aluminium Klorida
Prinsip dari metode ini yaitu terjadinya pembentukan kompleks antara
aluminium klorida dengan gugus keto pada atom C-4 dan gugus hidroksi
pada atom C-3 atau C-5 yang bertetangga golongan flavon dan flavonol
(Azizah, et al., 2014).
4. Spektrofotometri
Pengukuran absorpsi energi cahaya oleh molekul pada suatu panjang
gelombang tertentu untuk tujuan analisa kualitatif dan kuantitatif
(Rohman, 2007).
5. KLT
Reaksi
Teori Dasar
Flavonoid memilki beberapa aktivitas seperti antioksidan, antibakteri,
antivirus, anti radang, anti alergi dan yang terakhir adalah berupa anti kanker.
Efek antioksidan ini ada disebabkan oleh adanya penangkapan radikal bebas
melewati atom hidrogen dan gugus hidroksil pada flavonoid. Ada beberapa
penyakit yang telah diketahui, contohnya adalah antisklerosis, kanker dan
penurunan kekebalan tubu/daya tahan tubuh telah diketahui disebabkan oleh
radikal bebas yang ada di dalam tubuh manusia (Miller, 1996).
Flavonoid merupakan derivat dari senyawa fenol. Secara umum, flavonoid
merupakan senyawa dengan 15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi
C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh tiga karbon yang
dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Gugus hidroksil (-OH) hampir
selalu terdapat dalam flavonoid, khususnya pada cincin B di posisi 3 dan 4,
cincin A pada posisi 5 dan 7, atau cincin C pada posisi 3. Gugus hidroksil ini
merupakan tempat menempelnya berbagai gula yang dapat meningkatkan
kelarutan flavonoid dalam air. Sebagian besar flavonoid disimpan dalam
vakuola tengah, walaupun disintesis di luar vakuola (Salisbury, 1995).
6. Penangas Air
2. Gelas Ukur
7. Pipet
3. Kuvet
8. Pipet Mikro
4. Labu Ukur
9. Spektrofotometri UV-Vis
5. Magnetic Stirer
5.2. Bahan
VI.
1. Aluminium Klorida
5. Kertas Saring
2. Aquades
6. Lar. Kuersetin
7. N-Butanol
4. Kalium Asetat
8. Plat KLT
Data Pengamatan
6.1 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak
No.
Prosedur
Hasil
1.
Diambil 1 gr ekstrak
2.
95%
3.
Prosedur
Hasil
3.
spektrofotometer U3V-Vis.
Prosedur
Hasil
Didapatkan sampel
0,5ml
2.
Didapatkan campuran
sampel
3.
sampel 0,3628
Didapatkan
F= 18,347 %
106
Prosedur
1.
Hasil
2.
Eluen telah
mengembang, fase gerak
naik
3.
Didapatkan nilai Rf
dengan Rf standar
sampel : 0,9375
Perhitungan
-
M =
1000
1 = 90.15
1000
9
Konsentrasi
(ppm)
gr = 0,49 gram
Absorbansi
20
0,8954
40
0,1832
60
0,2573
80
0,4461
100
0,4839
100%
F = 18,347%
-
Perhitungan nilai Rf
Rf baku =
7,5
8
Rf sampel =
VII.
= 0,9375
7,5
8
= 0,9375
Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan kadar flavonoid total ekstrak
sebagai kuersetin dan penentuan kadar kuersetin. Flavonoid merupakan salah
satu dari kandungan metabolit sekunder yang senyawa tersebut hampir
terkandung di semua tumbuhan. Flavonoid juga merupakan metabolit sekunder
yang memiliki banyak khasiat atau fungsi yaitu sebagai antioksidan yang dapat
menangkap atau mengikat radikal bebas yang ada pada lingkungan karena
mengandung gugus hidroksil yang mampu menjadi donor hidrogen pada radikal
bebas. Kuersetin merupakan flavonoid yang dapat ditemui di dalam berbagai
buah, sayur dan daun. Senyawa ini juga dapat digunakan sebagai bahan
tambahan di dalam suplemen minuman ataupun makanan.
Dalam hal ini, ekstrak yang digunakan ialah ekstrak Guazumae folium atau
ektstrak daun jati belanda. Pertama, dibuat terlebih dahulu larutan uji ekstrak.
Lalu dibuat baku kuersetin dalam berbagai konsentrasi. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan grafik yang nantinya akan ditentukan persamaan regresi.
Persamaan regresi dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi. Prinsip
percobaan ini adalah Hukum Lambert Beer di mana Absorbansi berbanding
rendah
panjang
gelombang
yang
dibutuhkan.
Pengukuran
2.
3.
4.
5.
200 rpm selama 3 jam lalu ditambah etanol lagi, diaduk selama 3 jam agar
didapatkan pelarutan yang berlangsung secara sempurna.
Prosedur selanjutnya adalah pembuatan kurva baku dengan menggunakan
kuersetin yang dibuat dengan berbagai pengenceran
dengan penambahan
sehingga
dapat
memenuhi
hukum
Lambert-Beer.
Pada
spektrofotometri ada 2 sinar, yaitu sinar UV dan sinar Visible, untuk sinar UV
memiliki panjang gelombang 200-400 nm sedangkan untuk sinar Visible
memiliki panjang gelombang 400-800 nm. Kemampuan menyerap cahaya dari
suatu gugus kromofor dapat meningkat apabila gugus kromofor tersebut terikat
pada gugus auksokrom. Energi yang timbul saat terjadi eksitasi elektron
merupakan dasar pengukuran dari uji spektrofotometri, Warna yang tampak
pada suatu senyawa merupakan warna komplementer dari cahaya yang diserap
oleh senyawa tersebut. Sebagai contoh, warna kuning terbentuk ketika terjadi
suatu senyawa menyerap cahaya pada rentang panjang gelombang 420-430 nm.
Panjang gelombang 420-430 nm sendiri akan tampak sebagai warna ungu nila.
Dilakukan proses penentuan kurva baku dan dilihat absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer. Absorbansi ini dilakukan dengan adanya
larutan blanko yang isinya hanyalah reagen-reagen yang digunakan tanpa
sampel. Larutan ini digunakan sebagai pengkalibrasi alat tersebut. Hasil dari
absorbansi tiap konsentrasi adalah:
Konsentrasi
(ppm)
Absorbansi
20
0,8954
40
0,1832
60
0,2573
80
0,4461
100
0,4839
F1 =
0.000001
100%
Keterangan:
F1 = Jumlah Flavonoid dengan metode Aluminium Klorida
C = Kesetaraan Kuersetin (g/ml)
V = Volume total ekstrak etanol (ml)
F = Faktor Pengenceran
m = Berat Sampel
Dari semua nilai yang ada dan dimasukkan ke dalam rumus:
F=
100%
F = 18,347%
Maka didapatkan kadar flavonoid dalam ekstrak adalah sebesar 18,347%.
Jika dilihat kesesuaian kadar flavonoid di dalam ekstrak jati belanda adalah
tidak kurang dari 3.2%, maka dari hasil yang didapat, ekstrak yang dibuat
memenuhi persyaratan kadar flavonoid yang sesuai.
Prosedur yang terakhir adalah pengujian kualitatif kandungan kuersetin di
dalam ekstrak dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis. Kromatografi
lapis tipis merupakan metode pemisahan yang digunakan untuk memisahkan
suatu senyawa dari yang awalnya senyawa campuran menjadi komponen
tunggal yang diinginkan. Pada metode ini biasanya terdapat 2 fase, yaitu fase
gerak dan fase diam. Fase gerak yaitu fase yang membawa sampel untuk
melewati fase diamnya, sedangkan fase diamnya berinteraksi dengan sampel
berdasarkan sifat polaritas atau like dissolve like. Fase gerak yang digunakan
yaitu n-butanol, asam asetat dan air, sedangkan untuk fase diam adalah silika
gel. Awalnya fase gerak perlu dikembangkan di dalam chamber hingga
mencapai titik jenuh, pada saat sudah mencapai titik jenuh biasanya diikuti
dengan suasana/suhu di dalam chamber tersebut lebih hangat dari sebelumya.
Proses penjenuhan dilakukan agar proses eluidasi berjalan maksimal. Silika gel
yang sudah ditotolkan sampel dan blanko dimasukkan ke dalam chamber
hingga eluennya naik pada batas di silika gel tersebut.
Hasil yang sesuai adalah apabila titik atau spot yang diamati antar blanko
dan sampel berada pada posisi yang sama, tetapi pada proses ini terbilang gagal
karena tidak teramati spot yang ada pada silika. Hal tersebut bisa saja terjadi
karena penjenuhan yang kurang lama, yang harusnya 3 jam untuk melakukan
penjenuhan tetapi hanya 1 jam saja untuk melakukan proses penjenuhan, hal
tersebut merupakan salah satu yang bisa menyebabkan tidak teramatinya spot
dari yang ada di silika gel tersebut.
Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak
bergeraknya senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis tipis. Saat
membandingkan dua sampel yang berbeda di bawah kondisi kromatografi yang
sama, nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi
dengan adsorbent polar dari plat kromatografi lapis tipis. Nilai Rf dapat
dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa. Bila identifikasi nilai Rf
memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki
karakteristik yang sama atau mirip. Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda,
senyawa tersebut dapat dikatakan merupakan senyawa yang berbeda. Fase diam
pada percobaan ini yaitu silika gel dan fase gerak pada percobaan ini adalah nbutanol, asam asetat, dan air (4:1:5). Namun hasil yang didapatkan yaitu tidak
dapat dilihat titik sampel sehingga nilai Rf tidak dapat dihitung. Hal ini bisa
disebabkan karena pada larutan eluen kurang jenuh sehingga tidak dapat
menggerakkan senyawa flavonoid dalam ekstrak dan hasilnya tidak dapat
dilihat saat diamati dengan sinar UV.
VIII.
Kesimpulan
1. Dapat menentukan kadar flavonoid total ekstrak sebagai kuersetin dengan
metode kolorimetri aluminium klorida sebesar 18.347%
2. Dapat melihat adanya kandungan kuersetin di dalam ekstrak dengan
metode KLT.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, D.N., E. Kumolowati, dan F. Faramayuda. 2014. Penetapan Kadar
Flavonoid Metode AlCl3 pada Ekstrak Metanol Kulit Buah Kakao (Theobroma
cacao L.). Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi. 2 (2): 45-49.
Darusman, L.K. 2002. Diktat Kimia Analitik. Bogor: Jurusan Kimia, FMIPA IPB.
Gunawan, I. W. G., W. S. Rita, dan I. K. P. Suteja. 2016. Identifikasi dan Uji
Aktivitas Senyawa Flavonoid Dari Ekstrak Daun Trembesi (Albiza saman
(Jacq.) Merr) Sebagai Antibakteri Eschericia coli. Jurnal Kimia. 10 (1): 141148.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: ITB.
Harini, W. B., R. Dwiastuti, dan W. Wijayanti. 2012. Aplikasi Metode
Spektrofotometri Visibel Untuk Mengukur Kadar Curcuminad Pada Rimpang
Kunyit (Curcuma domestica). Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan
Teknologi. 31-36.
Lisdawati, V. D. 2008. Karakterisasi Daun Miata, Daun Sirih Secara Fisikokimia
Dari Ramuan Lokal Antimalaria Daerah Sulawesi Utara. Media Litbang
Kesehatan. 18 (4): 213-225.
Markham, 1988 Markham, K.R. 1988. Cara mengidentifikasi Flavonoid. Bandung:
ITB.
Miller, A. L. 1996. Antioxidant Flavonoid: Structure, Function and Clinical Usage.
Alternative Medicine Review. 1(2): 103-111.
Normansyah, A., N. P. Ariantari, dan K. W. Astuti. 2013. Profil Kandungan Kimia
Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Michelia champaca L. Dengan Kromatografi
Lapis Tipis dan Pereaksi Pendeteksi. Jurnal Farmasi Udayana. 2(3) 153-157.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rompas, R. A., H. J. Edy, dan A. Yudistira. 2012. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid
Dalam Daun Lamun (Syringidum isoetifolium). Pharmacon: 59-63.
Saifudin, A., V. Rahayu, dan H. Y. Taruna. 2011. Standarisasi Bahan Obat Alam.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Salisbury, F.B., C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung: ITB.
Taiz, L. dan E. Zeiger. 2008.Plant Physiology 5th Ed.