Anda di halaman 1dari 32

REFERAT

PERAWATAN ENDODONTIK
SMF GIGI DAN MULUT

Disusun Oleh:
Frida Ramadhani S.Ked. / 11700383
Pembimbing :
Drg. Wahyu Synthia dewi, Sp.KG.

KEPANITERAAN KLINIK
FK UWKS DI RSUD KABUPATEN SIDOARJO
2016

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai kemudahan
kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas referat dengan judul perawatan endodontik.
Tugas referat ini berhasil penulis selesaikan karena dukungan dari berbagai pihak. Oleh
sebab itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih kepada :
Drg. Wahyu Synthia dewi, Sp.KG.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas referat

ini masih mengharapkan segala

masukan demi sempurnanya tulisan ini.


Akhirnya kami berharap semoga Tugas referat ini bermanfat bagi berbagai pihak yang
terkait.

Sidoarjo, 28 juni 2016

Penulis

DAFTAR ISI

Judul .......................................................................................................................................i
Kata Pengantar ..................................................................................................................... ii
Daftar Isi ........................................................................................................................... iii
BAB I

PENDAHULUAN ..............................................................................................1

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................12


1.
2.
3.
4.

BAB IV

Definisi........................................................................................................12
Tujuan perawatan endodontik ..................................................................13
Indikasi dan kontra indikasi ................................................................... 14
Jenis perawatan endodontik ....................................................................... 15

KESIMPULAN ...............................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 31

BAB I
PENDAHULUAN
3

A. Latar Belakang
Perawatan endodontik merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang
menyangkut perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan periapikal.
Tujuan perawatan endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat
diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga gigi dapat dipertahankan
selama mungkin didalam mulut. Hal ini berarti gigi tersebut tidak menimbulkan keluhan
dan dapat berfungsi baik. Perawatan endodontik terdiri dari perawatan non bedah yaitu
perawatan kaping pulpa, pulpotomi, mumifikasi, perawatan saluran akar dan perawatan
endodontik bedah.
Dalam setiap melakukan perawatan endodontik, prinsip prinsip perawatan
endodontik harus selalu diperhatikan, yaitu teknik asepsis, akses langsung saluran akar,
pembersihan dan pembentukan saluran akar, pengisian saluran akar, dan pembuatan
restorasi (penambalan, pembuatan onlay atau mahkota) yang benar, sehingga didapatkan
jaringan periodondal yang sehat.
Tujuan perawatan endodontik

adalah

mereduksi

atau

mengeliminasi

mikroorganisme dan produknya dari saluran akar sehingga gigi dapat dipertahankan
selama mungkin di dalam mulut. Walaupun instrumentasi dan teknik irigasi dilakukan,
namun mikroorganisme kemungkinan masih tertinggal di saluran akar terutama di dalam
tubuli dentin. Peneliti menyebutkan bahwa cleaning, shaping dan irigasi saluran akar
secara signifikan menurunkan atau mengeliminasi mikroorganisme dari saluran akar akan
tetapi, eliminasi mikroorganisme secara komplit tidak selalu dapat dicapai secara klinis,
oleh karena kompleksnya anatomi saluran akar dan keterbatasan instrumentasi dan irigasi
(Anusavine KJ.,1996).

Masuknya bakteri ke dalam pulpa sering disebabkan oleh proses kelanjutan dari
karies. Infeksi yang berlangsung terlalu lama memungkinkan bakteri mengadakan
penetrasi ke kamar pulpa dan saluran akar melalui tubulus dentin yang terbuka karena
proses karies tersebut. Bakteri yang biasa dapat bertahan dalam saluran akar adalah
golongan bakteri anaerob. Salah satunya yaitu Enterococcus faecalis merupakan bakteri
yang paling banyak ditemukan dalam saluran akar yang menyebabkan kegagalan
perawatan endodontik. Keberadaan bakteri ini dapat diketahui dari hasil kultur dan
metode polymerase chain reaction (PCR). Sundqvist menemukan sejumlah bakteri
anaerob seperti Entercoccus Faecalis, Streptococcus anginosus, Bacteroides gracilis dan
Fusobacterium nucleatum pada saluran akar yang gagal (Fisher K, Philip C.,2009).
Interaksi dan produksi toksin oleh bakteri akan menimbulkan inflamasi berlanjut dan
menyebabkan keluhan selama perawatan dilakukan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
5

Endodontik merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang menyangkut


diagnosis serta perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan
periapikal. Sedangkan Perawatan endodontik adalah suatu usaha menyelamatkan gigi
terhadap tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan dalam soket. Akhir-akhir ini
perawatan endodontik mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga perawatan
ini menjadi suatu alternatif sebelum dilakukan ekstraksi. Selama dekade terakhir,
perbaikan konsep, strategi, dan teknik dapat meningkatkan kesuksesan perawatan
endodontik. Pemahaman tentang anatomi sistem saluran akar memegang peranan penting
dalam kesuksesan dan kegagalan perawatan endodontik
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan perawatan
endodontik adalah
1.
2.
3.
4.

faktor patologi,
factor penderita,
faktor anatomi,
faktor perawatan dan kecelakaan prosedur perawatan
(Ingle, 1985; Cohen & Burn, 1994; Walton & Torabinejab, 1996)

B. Tujuan Perawatan Endodontik


Tujuan perawatan endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi yang sakit
agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya, ini berarti bahwa gigi
tersebut tanpa simptom, dapat berfungsi dan tidak ada tanda-tanda patologik yang lain.
Tujuan perawatan endodontik juga untuk membersihkan kavitas pulpa yang terinfeksi
dan kotoran toksik serta untuk membentuk saluran akar agar dapat menerima bahan
pengisi yang akan menutup seluruh sistem saluran akar dari jaringan periodontal dan dari
rongga mulut.
6

Tujuan perawatan saluran akar adalah reduksi mikroba di dalam sistem saluran
akar, agar terjadi proses penyembuhan melalui tindakan pembersihan dan pembentukan
saluran akar (cleaning and haping). Pembersihan di lakukan dengan mengeluarkan
jaringan pulpa vital dan nekrotik serta mereduksi mikroorganisme.
C. Indikasi dan Kontraindikasi Perawatan Endodontik
Dalam melakukan perawatan saluran akar, ada tiga faktor yang mempengaruhi
keputusan apakah perawatan saluran akar dilakukan atau tidak, yaitu :
1. Daya tahan tubuh pasien secara umum
2. Tingkat keterlibatan jaringan periapeks
3. Pencapaian daerah periapeks melalui saluran akar
Indikasi Perawatan Endodontik:
a. Karies yang luas.
b. Email yang tidak di dukung oleh dentin.
c. Gigi sulung dengan infeksi yang melewati kamar pulpa, baik pada gigi vital, nekrosis
sebagian maupun gigi sudah nonvital.
d. Saluran akar yang dapat dimasukkan instrumen.
e. Kelainan jaringan periapeks pada gambaran radiografi kurang dari sepertiga apeks.
f. Mahkota gigi masih bisa direstorasi dan berguna untuk keperluan prostetik (untuk pilar
restorasi jembatan).
g. Gigi tidak goyang dan periodonsium normal.
h. Foto rontgen menunjukan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga apikal, tidak ada
granuloma pada gigi sulung.
i. Kondisi pasien baik

j. Pasien ingin giginya di pertahankan dan bersedia untuk memelihara kesehatan gigi dan
mulutnya.
k. Keadaan ekonomi pasien memungkinkan.
Kontraindikasi Perawatan Endodontik :
a. Bila dijumpai kerusakan luas jaringan periapikal yang melibatkan lebih dari sepertiga
panjang akar.
b. Bila saluran akar gigi tanpa pulpa dengan daerah radiolusen terhalang oleh akar
berkurva/bengkok, akar berliku-liku, dentin sekunder, kanal yang mengapur atau
sebagian mengapur, gigi malposisi, atau suatu instrumen yang patah.
c. Bila apeks akar mengalami fraktur.
Pada umumnya kontraindikasi perawatan saluran akar bergantung pada :
a. Status pasien
b. Alasan dental
c. Alasan lokal
d. Gigi tidak dapat direstorasi lagi
e. Resorpsi akar lebih dari sepertiga apikal
f. Kondisi pasien buruk, mengidam penyakit kronis, seperti diabetes melitus, TBC, dan
lain-lain.
g. Terdapat belokan ujung dengan granuloma (kista) yang sukar di bersihkan atau sukar
dilakukan bedah endodonti.

D. Prosedur Perawatan Endodontik

Perawatan endodontik adalah suatu usaha menyelamatkan gigi terhadap tindakan


pencabutan agar gigi dapat bertahan dalam soket. Tujuan dari perawatan endodontik
adalah mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh
jaringan sekitarnya. Ini berarti gigi tersebut tanpa simtom, dapat berfungsi, dan tidak ada
tanda-tanda patologik yang lain.
Perawatan saluran akar terbagi atas tiga tahapan, tahap preparasi biomekanis
saluran akar yaitu suatu tahap pembersihan dan pembentukan saluran akar dengan
membuka jalan masuk menuju kamar pulpa dari korona, tahap sterilisasi yaitu dengan
irigasi dan disinfeksi saluran akar, dan tahap pengisian saluran akar.
Prosedur perawatan saluran akar gigi terbagi atas 3 tahapan umum yaitu:
1. Tahap diagnosis, yang meliputi penentuan penyakit dan perencanaan perawatan.
2. Tahap preparasi, pada tahap ini isi saluran akar dikeluarkan dan saluran akar
dipreparasi untuk menerima bahan pengisi.
3. Tahap pengisian, pada tahap terakhir ini saluran akar diisi dengan bahan yang dapat
menutupnya secara hermetik sampai batas dentin dan sementum.

E. Jenis perawatan endodontic

. PULP CAPPING

. PULPOTOMI

Endodontik konvensional

1.

PERAWATAN S.A

Endo Konvensional
a. Pulp capping

PULPEKTOMI
9

ENDOINTRAKANAL

Direk
Indirek

Pulp Capping didefinisikan sebagai aplikasi dari satu atau beberapa lapis
bahan pelindung di atas pulpa vital yang terbuka. Bahan yang biasa digunakan
untuk pulp capping ini adalah kalsium hidroksida karena dapat merangsang
pembentukan dentin sekunder secara efektif dibandingkan bahan lain. Tujuan pulp
capping adalah untuk menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan melindungi
pulpa sehingga jaringan pulpa dapat mempertahankan vitalitasnya. Dengan
demikian terbukanya jaringan pulpa dapat terhindarkan. Teknik pulp capping ini
ada dua yaitu direct pulp capping dan indirect pulp capping.
1) Direk
Direct Pulp Capping menunjukkan bahwa bahan diaplikasikan langsung
ke jaringan pulpa. Daerah yang terbuka tidak boleh terkontaminasi oleh saliva,
kalsium hidroksida dapat ditempatkan di dekat pulpa dan selapis semen zinc
okside eugenol dapat diletakkan di atas seluruh lantai pulpa dan biarkan
mengeras untuk menghindari tekanan pada daerah perforasi bila gigi di
restorasi. Pulpa diharapkan tetap bebas dari gejala patologis dan akan lebih
baik jika membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil maka pulpa
di sekitar daerah terbuka tersebut harus vital dan dapat terjadi proses
perbaikan.
Langkah-langkah Pulp Capping :
a) Siapkan peralatan dan bahan.
Gunakan kapas, bor, dan peralatan lain yang steril.
b) Isolasi gigi.
Selain menggunakan rubber dan isolasi gigi juga dapat
menggunakan kapas dan saliva ejector, jaga posisinya selama perawatan.
c) Preparasi kavitas

10

Tembus permukaan oklusal pada tempat karies sampai kedalaman


1,5 mm (yaitu kira-kira 0,5 mm ke dalam dentin. Pertahankan bor pada
kedalaman kavitas dan dengan hentakan intermitten gerakan bor melalui
fisur pada permukaan oklusal.
d) Ekskavasi karies yang dalam
Dengan perlahan-lahan buang karies dengan ekskavator, mulamula dengan menghilangkan karies tepi kemudian berlanjut ke arah pulpa.
Jika pulpa vital dan bagian yang terbuka tidak lebih besar diameternya
dari ujung jarum maka dapat dilakukan pulp capping.
e) Berikan kalsium hidroksida
Keringkan kavitas dengan cotton pellet lalu tutup bagian kavitas
yang dalam termasuk pulpa yang terbuka dengan pasta kalsium
hidroksida.
2) Indirek
Istilah ini digunakan untuk menunjukan penempatan bahan adhesif di atas
sisa dentin karies. Tekniknya meliputi pembuangan semua jaringan karies dari
tepi kavitas dengan bor bundar kecepatan rendah. Lalu lakukan ekskavasi
sampai dasar pulpa, hilangkan dentin lunak sebanyak mungkin tanpa
membuka kamar pulpa. Basis pelindung pulpa yang biasa dipakai yaitu zinc
okside eugenol atau dapat juga dipakai kalsium hidroksida yang diletakan di
dasar kavitas. Apabila pulpa tidak lagi mendapat iritasi dari lesi karies
diharapkan jaringan pulpa akan bereaksi secara fisiologis terhadap lapisan
pelindung dengan membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil
jaringan pulpa harus vital dan bebas dari inflamasi. Biasanya atap kamar pulpa
akan terbuka saat dilakukan ekskavasi. Apabila hal ini terjadi maka tindakan

11

selanjutnya adalah dilakukan direct pulp capping atau tindakan yang lebih
radikal lagi yaitu amputasi pulpa (pulpotomi).
b. Pulpotomi
Pulpotomi disebut juga pengangkatan sebagian jaringan pulpa, kemudian
diikuti oleh penempatan obat di atas orifis yang akan menstimulasikan perbaikan
atau memumifikasikan sisa jaringan pulpa vital di akar gigi. Biasanya jaringan
pulpa di bagian korona yang cedera atau mengalami infeksi dibuang untuk
mempertahankan vitalitas jaringan pulpa dalam saluran akar. Pulpotomi dapat
dipilih sebagai perawatan pada kasus yang melibatkan kerusakan pulpa yang
cukup serius namun belum saatnya gigi tersebut untuk dicabut.
1) Pulpotomi Vital
Langkah-langkah perawatan pulpotomi pada gigi yang masih vital:
1. Siapkan instrumen dan bahan. Pemberian anestesi lokal untuk mengurangi
rasa sakit saat perawatan
2. Isolasi gigi.
Pasang rubber dam, jika rubber dam tidak bisa digunakan isolasi dengan
kapas dan saliva ejector dan jaga keberadaannya selama perawatan.
3. Preparasi kavitas.
Perluas bagian oklusal dari kavitas sepanjang seluruh permukaan oklusal
untuk memberikan jalan masuk yang mudah ke kamar pulpa.
4. Ekskavasi karies yang dalam.
5. Buang atap pulpa.
Dengan menggunakan bor fisur steril dengan handpiece berkecepatan
rendah. Masukkan ke dalam bagian yang terbuka dan gerakan ke mesial dan
distal seperlunya untuk membuang atap kamar pulpa.
6. Buang pulpa bagian korona.
Hilangkan pulpa bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor
bundar kecepatan rendah.
7. Cuci dan keringkan kamar pulpa.

12

Semprot kamar pulpa dengan air atau saline steril, syringe disposible dan
jarum steril. Penyemprotan akan mencuci debris dan sisa-sisa pulpa dari
kamar pulpa. Keringkan dan kontrol perdarahan dengan kapas steril.
8. Celupkan kapas kecil dalam larutan asam hidroklorida atau formokresol,
buang kelebihannya dengan menyerapkan pada kapas dan tempatkan dalam
kamar pulpa, menutupi pulpa bagian akar selama 4 sampai dengan 5 menit.
9. Berikan bahan antiseptik.
Siapkan pasta antiseptik dengan mencampur eugenol dan formokresol
dalam bagian yang sama dengan zinc oxide. Keluarkan kapas yang
mengandung formokresol dan berikan pasta secukupnya untuk menutupi
pulpa di bagian akar. Serap pasta dengan kapas basah secara perlahan dalam
tempatnya. Dressing antiseptik digunakan bila ada sisa-sisa infeksi.
10. Restorasi gigi.
Tempatkan semen dasar yang cepat mengeras sebelum menambal
dengan amalgam atau penuhi dengan semen sebelum preparasi gigi untuk
mahkota stainless steel.
2) Pulpotomi Non Vital
Prinsip dasar perawatan endodontik gigi pulpa non vital adalah untuk
mencegah sepsis dengan cara membuang jaringan pulpa non vital,
menghilangkan proses infeksi dari pulpa dan jaringan periapikal, memfiksasi
bakteri yang tersisa di saluran akar. Perawatan endodontik untuk pulpa non
vital yaitu perawatan pulpotomi mortal (pulpotomi devital). Pulpotomi mortal
adalah teknik perawatan endodontik dengan cara mengamputasi pulpa
nekrotik di kamar pulpa kemudian dilakukan sterilisasi dan penutupan saluran
akar.
Langkah-langkah perawatan pulpotomi devital :
Kunjungan pertama :
1) Siapkan instrumen dan bahan.
2) Isolasi gigi dengan rubber dam.
13

3) Preparasi kavitas.
4) Ekskavasi karies yang dalam.
5) Buang atap kamar pulpa dengan bor fisur steril dengan handpiece
kecepatan rendah.
6) Buang pulpa di bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor
bundar.
7) Cuci dan keringkan pulpa dengan air atau saline steril, syringe disposible
dan jarum steril.
8) Letakkan arsen atau euparal pada bagian terdalam dari kavitas.
9) Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
10) Bila memakai arsen instruksikan pasien untuk kembali 1 sampai dengan 3
hari, sedangkan jika memakai euparal instruksikan pasien untuk kembali
setelah 1 minggu
Kunjungan kedua :
1) Isolasi gigi dengan rubber dam.
2) Buang tambalan sementara.
Lihat apakah pulpa masih vital atau sudah non vital. Bila masih vital
lakukan lagi perawatan seperti pada kunjungan pertama, bila pulpa sudah
non vital lakukan perawatan selanjutnya.
3) Berikan bahan antiseptik.
4) Tekan pasta antiseptik dengan kuat ke dalam saluran akar dengan cotton
pellet.
5) Aplikasi semen zinc oxide eugenol.
6) Restorasi gigi dengan tambalan permanen.
c. Perawatan Saluran Akar
Perawatan saluran akar yaitu pembersihan dan pembentukan saluran akar,
merupakan salah satu fase dalam perawatan endodontik yang paling penting.
Langkah pertama dalam preparasi saluran akar yaitu membuat jalan masuk ke
kamar pulpa untuk menghasilkan penetrasi garis lurus ke orifis saluran akar.
Langkah selanjutnya yaitu eksplorasi saluran akar, ekstirpasi jaringan pulpa yang
masih tertinggal dan debridement jaringan nekrotik kemudian diikuti dengan
instrumensasi.
14

Tehnik preparasi saluran akar


Preparasi saluran akar bertujuan untuk :
a. Membersihkan rongga pulpa dan saluran akar dari sisa jaringan pulpa,
kotoran, dentin yang lunak atau terinfeksi
b. Menghilangkan obstruksi
c. Melebarkan saluran akar sehingga meninggikan daya kerja antibiotik, obatobatan pada bagian yang terinfeksi.
d. Menghaluskan dinding saluran akar sedemikian rupa sehingga pengisian
saluran akar yang akan dilakukan menjadi lebih baik.
Namun sebelumnya, personil dental harus mengenal alat-alat atau
instrument yang masing-masing dibuat untuk tujuan tertentu.
Sesuai fungsinya alat-alat endodonsi adalah sebagai berikut:
1. Alat persiapan awal:Paket peralatan dasar,bur,rubber dam
2. Alat untuk preparasi saluran akar
a. Mencari Orifice:Jarum miller
b. Hand instrument:Jarum ekstirpasi,reamer,file

Gambar 4. File instrument

c. Alat saluran akar dengan bantuan listrik:handpiece


d. Alat pengukuran saluran akar elektronik
e. Alat pengukur, jangka dan penggaris
f. Alat untuk mengeluarkan alat endodonti yang patah dan pasak
3. Alat pengisian saluran akar
15

a. Kondensasi lateral dan vertikal


b. Pemadatan termokemis
c. Suntikan gutta percha termoplastis
d. Kondenser endodonti endotec
e. File saluran akar spiral
4. Peralatan untuk menyimpan dan sterilisasi alat
Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka diperlukan juga untuk mengikuti suatu
konsep perawatan PSA sebagai berikut:
1. Pemakaian isolator karet (rubber dam) dan desinfeksi pada gigi yang
dipreparasi.
Isolator karet merupakan satu-satunya usaha perlindungan yang pasti
terhadap kontaminasi bakteri dari ludah dan tertelannya alat saluran akar yang
tidak sengaja. Semua tindakan endodontik harus dilakukan dengan
menggunakan isolator karet. Pada beberapa kasus, pertama perlu mengganti
dinding kavitas yang hilang dengan amalgam atau menyemen suatu ban baja
anti karat untuk mencegah penjepit isolator karet terlepas dari gigi.

Gambar 2. Rubber dam

2. Pembuangan semua karies dengan bur tajam dalam putaran rendah.


Jaringan lunak harus ditangani dengan lemah lembut dan semua trauma
harus dihindari. Bur yang tajam dengan putaran rendah dapat memberikan hasil
yang baik karena akan dapat mempreparasi saluran akar tanpa menimbulkan
panas berlebihan yang dapat menimbulkan trauma pada gigi.
16

3. Penggunaan instrumen yang steril.


Begitu isolator karet dipasang, gigi dan isolator harus diseka secara
cermat dengan kapas yang dibasahi dengan antiseptik yang cepat menguap dan
tidak mengotori. Alat-alat/instrumen pertama-tama harus dibersihkan dari debris
tanpa memandang cara yang digunakan untuk sterilisasi. Alat-alat saluran akar
dan alat-alat lain disterilisasi dengan autoklaf, tetapi proses ini menyebabkan
instrumen baja karbon menjadi berkarat.
4. Pelebaran semua kanal utama dalam panjang dan penampang yang tepat
Instrumen jangan sampai dimasukkan saluran akar melebihi foramen
apikal. Pertimbangan masak dapat membantu mencegah komplikasi ini, tetapi
stop instrumen lebih dapat dipercaya bagi pemula dan dokter gigi lama yang
berpengalaman. Untuk mencegah agar instrumen tidak melampaui foramen,
suatu stop mekanis atau diskusi karet atau plastik dapat dipasang di atas
instrumen dan disesuaikan kurang dari panjang gigi dari apeks ke permukaan
insisal atau oklusal. Dalam setiap hal, radiograf harus diteliti secara hati-hati,
dan operator harus mempunyai gambaran ukuran panjang dan garis bentuk
saluran sebelum melewatkan instrumen saluran akar ke dalam gigi.
5. Membuang semua debris (debridement) dan menghindari tersorongnya debris ke
apikal.
Merupakan suatu dasar pembedahan bahwa luka yang terinfeksi harus
dibersihkan terlebih dahulu secara mekanis. Demikian juga halnya bahwa
saluran akar yang terinfeksi harus dibersihkan terlebih dahulu dari debris.
Jaringan yang sudah didevitalisasi mendorong pertumbuhan bakteri, sedang
jaringan sehat menahan pertumbuhan tersebut. Bila ahli bedah pada awalnya
membersihkan luka dari kotoran, maka dokter gigi juga harus mengambil semua
bahan nekrotik di dalam saluran akar secepat mungkin.
6. Secara intensif dan sesering mungkin melakukan irigasi saluran akar dengan
cairan desinfektan. Bila perlu, bahan antibakterial dimasukkan ke dalam saluran
akar.
Hal ini tentunya untuk mengeliminasi seluruh bakteri saluran akar yang
dapat berkembang biak pada saluran akar tersebut.Selian itu, cairan irigasi juga

17

berfungsi sebagai pelumas dan pelunak jaringan pulpa serta mengurangi resiko
patahnya instrumen sehingga mempermudah preparasi saluran akar.
7. Kavitas harus ditutup dengan baik, tidak boleh dibiarkan terbuka
Kavitas yang dibiarkan terbuka akan menyebabkan bakteri masuk
kembali sehingga sterilisasi yang dilakukan percuma.
8. Saluran akar harus diisi penuh dengan bahan pengisi saluran akar yang yang
bervolume stabil, tidak diresorpsi dan bersifat biokompatible.
Setiap bahan yang digunakan pada tubuh manusia tentunya harus
biokompatibel agartidak menimbulkan iritas iatau penyakit lainnya. Bahan
pengisi saluran akar yang biasa digunakan dan sudah diuji biokompatibilitas
adalah gutta percha. Selain itu, bahan pengisi saluran akar harus lah bervolume
stabil dan idak diresorpsi agar tidak terbentuk celah pada tumpatan.

Gambar 3. Guttta Percha

9. Ditambal bahan restorasi sehingga celah/kebocoran sekecil mungkin.


Dalam endodontik, dikenal istilah hermetis yang artinya tumpatan pada
saluran akar tidak memiliki celah atau penuh. Keadaan hermetis harus dicapai
dalam suatu PSA agar tidak terdapat celah yang mungkin akan mengakibatkan
karies sekunder.
10. Bila menemui kasus seperti kista atau abses,drainase harus dilakukan.
Jika dijumpai infeksi luas dan pembengkakan, dokter bedah biasanya
membuat suatu insisi untuk mengadakan drainase. Jika dijumpai suatu abses
alveolar akut dengan banyak edema, drainase harus segera dilakukan, baik melalui
saluran akarmaupun insisi, ataupun dengan keduanya. Perluasan dan keadaan
pembengkakan menentukan pilihan pada tiap kasus. Drainase melalui saluran akar
lebih baik karena memungkinkan keluarnya nanah dan gas yang tertahan. Untuk
menentukan apakah gas disebabkan oleh mikroorganisme dalam saluran akar.
18

Trefinasi sebagai cara mengurangi rasa sakit telah digunakan sekali-kali.


Dengan trefinasi dimaksudkan pembuatan suatu jalan lintasan suatu bedah pada
daerah apeks gigi, biasanya dibuat dengan bur atau bur khusus. Maksud trefinasi
adalah mendapatkan suatu salura untuk keluarnya nanah dan darah, meringankan
tekanan cairan atau gas yang tertimbun pada tulang-rahang.
Preparasi saluran akar dapat dilakukan secara manual dengan beberapa teknik
yaitu :
1) Teknik konvensional
Teknik konvensional merupakan teknik preparasi biomekanikal untuk
melebarkan saluran akar sampai foramen apikal dengan menggunakan
instrumen tertentu secara mekanis. Alat yang digunakan adalah jarum
ektirpasi, reamer dan file.
Prinsip preparasi konvensional :
1. Preparasi harus mengikuti garis lurus
2. Instrumen yang halus lebih dahulu digunakan daripada yang kasar
3. Menggunakan instrumen yang kecil dahulu baru kemudian ukuran yang
4.
5.
6.
7.

besar
Reamer hanya dipakai -1/2 putaran dalam satu gerakan
Menggunakan file dengan gerakan tarikan
Menggunakaan reamer dan file dengan stoper karet
Instrumen dengan pegangan pendek digunakan untuk gigi posterior atas
atau bawah dan gigi anterior bawah serta instrumen dengan pegangan

panjang untuk gigi anterior atas


8. Instrumen tidak boleh dipaksakan bila tersangkut
9. Semua pekerjaan dengan memakai instrumen dilakukan dalam keadaan
akar yang basah
Teknik konvensional ini memerlukan waktu perawatan yang lama
dan merupakan prosedur yang kurang efisien terutama untuk saluran akar
yang bengkok.

19

Gambar 2 : tehnik perawatan saluran akar


2) Teknik Step-back
Teknik step-back disebut juga preparasi serial. Teknik pertama sekali
diperkenalkan oleh Clem pad tahun 1969. Teknik step-back ini menghasilkan
bentuk corong yang lebih halus dari apeks ke korona. Tujuannya untuk
menjaga agar preparasi apikal tetap kecil dan melebar ke korona sepanjang
saluran akar. Selain itu, preparasi apeks harus tetap atau tidak bergeser dari
posisi saluran akar sebelumnya. Teknik Step-back menggunakan alat yaitu
file-K setelah akses lurus dan ekstirpasi dilakukan. Preparasi Step-back terdiri
dari tahap yaitu preparasi apeks dan preparasi koronal.
a) Preparasi apeks
Preparasi apeks merupakan tahap berikutnya setelah dicapai akses
yang lurus. Kemudian dilakukan ekstirpasi dengan jarum ekstirpasi, dan
20

panjang kerja ditentukan dahulu. File-K dengan ukuran yang sesuai


dimasukkan perlahan sampai panjang kerja. File-K dikenakan pada
dinding dentin dengan tekanan lateral kemudian ditarik. Prosedur ini di
ulangi sampai semua dinding di instumensasi dan dilakukan dengan hatihati mengikuti arah saluran. Pengikisan sirkumferensial dilakukan sampai
ujung apekal file yang kecil ini terasa bebas dalam saluran pada panjang
kerja.
b) Preparasi korona
Setelah preparasi apeks, peraparasi saluran akar sebaiknya
dilakukan dengan memperpendek panjang kerja 1,0 mm setiap kali
kenaikan satu nomor alat dengan gerakan mengikis ke lateral. Preparasi
koronal dimulai dengan file satu nomor diatas FAU kemudian rekapitulasi
dengan FAU sampai panjang kerja.
Keuntungan preparasi step-back yaitu lebih efektif dalam
membersihkan saluran akar dibanding dengan konvensional dan lebih
mudah melakukan pengisian saluran akar dengan metode kondensasi
lateral.
3) Teknik Step-Down
Teknik dilakukan pada daerah saluran akar dekat mahkota sebelum
preparasi pada 1/3 apikal dilakukan. Teknik ini digunakan untuk
mempreparasi saluran akar gigi molar yang bengkok. Alat yang digunakan
pada teknik preparasi step-down ini selain file adalah bur Gates-Glidden.
Keuntungan step down :
a) Memberikan jalan masuk yang lebih baik ke arah apikal
b) Menghilangkan hambatan ke arah preparasi apikal yang disebabkan oleh
kalifikasi, dentikel.
c) Pembersihan debris pulpa
d) Memperlancar proses irigasi
21

4) Teknik Crown-down pressureless


Merupakan variasi dari teknik step-down, teknik ini bertujuan untuk
menghilangkan masalah ekstruksi yang berhubungan dengan preparasi saluran
konvensional dengan tetap membuat saluran yang melebar dengan potongan
melintang tersempit pada penyempitan apikal. Teknik ini dilakukan setelah
atap pulpa dibersihkan dengan bur bulat.
5) Teknik Balanced force
Teknik ini digunakan pada saluran akar yang bengkok dan alat
dimasukkan ke dalam saluran akar tanpa dibengkokanterlebih dahulu. Alat ini
sangat efisien untuk memotng dentin.
d. Pulpektomi
Pulpektomi adalah pengangkatan seluruh jaringan pulpa. Pulpektomi
merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami kerusakan
yang bersifat irreversibel atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras
yang luas. Meskipun perawatan ini memakan waktu yang lama dan lebih
sukar daripada pulp capping atau pulpotomi namun lebih disukai karena hasil
perawatannya dapat diprediksi dengan baik. Jika seluruh jaringan pulpa dan
kotoran diangkat serta saluran akar diisi dengan baik akan diperoleh hasil
perawatan yang baik pula.
Indikasi perawatan pulpektomi adalah gigi yang dapat direstorasi, anak
dengan keadaan trauma pada gigi insisif sulung dengan kondisi patologis pada
anak usia 4-4,5 tahun, tidak ada gambaran patologis dengan resorpsi akar
tidak lebih dari dua pertiga atau tiga perempat.
gambar 3 : tehnik pulpektomi

22

1) Pulpektomi Vital
Langkah-langkah perawatan pulpektomi vital :
a) Pembuatan foto Rontgen.
Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta keadaan
jaringan sekitar gigi yang akan dirawat. Pemberian anestesi lokal
untuk menghilangkan rasa sakit pada saat perawatan.
b) Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari
kontaminasi bakteri dan saliva.
c) Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa
dibuang dengan menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas
dengan bor fisur steril.
d) Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan
ekskavatar atau bor bundar kecepatan rendah.
23

e) Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa


dikendalikan dengan menekankan cotton pellet steril yang telah dibasahi
larutan saline atau akuades selama 3 sampai dengan 5 menit.
f) Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah
terlepas kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril.
Jaringan pulpa di saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum
ekstirpasi dan headstrom file.
g) Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan
kotoran dan darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper
point

steril

yang telah dibasahi dengan

formokresol kemudian

diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit.


h) Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal
dengan menggunakan jarum lentulo.
i) Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian.
j) Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng
oksida eugenol atau seng fosfat.
k) Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.

2) Pulpektomi Non Vital

24

Perawatan endodontik untuk pulpa non vital adalah pulpektomi


mortal (pulpektomi devital). Pulpektomi mortal adalah pengambilan semua
jaringan pulpa nekrotik dari kamar pulpa dan saluran akar gigi yang non
vital, kemudian mengisinya dengan bahan pengisi. Walaupun anatomi akar
gigi sulung pada beberapa kasus menyulitkan untuk dilakukan prosedur
pulpektomi, namun perawatan ini merupakan salah satu cara yang baik
untuk mempertahankan gigi sulung dalam lengkung rahang.
Langkah-langkah perawatan pulpektomi non vital :
Kunjungan pertama :
a) Lakukan foto rontgen.
b) Isolasi gigi dengan rubber dam.
c) Buang semua jaringan karies dengan ekskavator, selesaikan preparasi
dan desinfeksi kavitas.
d) Buka atap kamar pulpa selebar mungkin.
e) Jaringan pulpa dibuang dengan ekskavator sampai muara saluran akar
terlihat.
f) Irigasi kamar pulpa dengan air hangat untuk melarutkan dan
membersihkan debris.
g) Letakkan cotton pellet yang dibasahi trikresol formalin pada kamar
pulpa.
h) Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
i) Instruksikan pasien untuk kembali 2 hari kemudian.
Kunjungan kedua :
a) Isolasi gigi dengan rubber dam.
b) Buang tambalan sementara.
c) Jaringan pulpa dari saluran akar di ekstirpasi, lakukan reaming, filling,
dan irigasi.
25

d) Berikan Beechwood creosote.


e) Celupkan cotton pellet dalam

beechwood

creosote,

buang

kelebihannya, lalu letakkan dalam kamar pulpa.


f) Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
g) Instruksikan pasien untuk kembali 3 sampai dengan 4 hari kemudian.
Kunjungan ketiga :
a) Isolasi gigi dengan rubber dam.
b) Buang tambalan sementara.
c) Keringkan kamar pulpa, dengan cotton pellet yang berfungsi sebagai
stopper masukkan pasta sambil ditekan dari saluran akar sampai apeks.
d) Letakkan semen zinc fosfat.
e) Restorasi gigi dengan tambalan permanen.

1) Endointrakanal
Endo intrakanal adalah pengangkatan seluruh jaringan pulpa yang
sudah mati seluruhnya. Endo intrakanal merupakan perawatan untuk jaringan
pulpa yang telah mengalami kerusakan yang bersifat irreversibel atau untuk
gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas. Jika seluruh jaringan pulpa
dan kotoran diangkat serta saluran akar diisi dengan baik akan diperoleh hasil
perawatan yang baik pula. Tahapan perawatan endo intrakal sama dengan
perawatan pulpektomi, perbedaan perawatannya adalah pada pemakaian
anastesi, pada perawatan endo intrakanal tidak memerlukan anastesi karena
gigi dalam kondisi non vital.
Indikasi endo intrakanal :
a) Nekrosis pulpa totalis
b) Perawatan ulang
26

c) Kelainan periapikal
Kontraindikasi endo intrakanal :
a) OH jelek
b) Tidak mempunyai nilai estetik / fungsional
c) Fraktur dengan arah vertikal
d) Mengganggu pertumbuhan gigi tetangga
e) Resorbsi interna / eksterna meliputi setengah akar
Langkah-langkah perawatan endo intrakanal :
1. Pembuatan foto Rontgen.
Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta keadaan jaringan
sekitar gigi yang akan dirawat.
2. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari
kontaminasi bakteri dan saliva.
3. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang
dengan menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur
steril.
4. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar
atau bor bundar kecepatan rendah.
5. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas
kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa
di saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan
headstrom file.
6. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran
dan darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang
telah dibasahi dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran
akar selama 5 menit.
7. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal
dengan menggunakan jarum lentulo.
8. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian.
9. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida
eugenol atau seng fosfat.
10. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.
27

F. Kesalahan-Kesalahan dalam Perawatan Endodontik


Ada beberapa kesalahan-kesalah dalam perawatan endodontik yaitu:
1. Tidak mengikuti perencanaan perawatan. Suatu tahap perawatan harus diselesaikan
sebelum mulai dengan tahap berikutnya. Sebagai contoh kesalahan yang akan
menyebabkan waktu terbuang adalah jika telah dimulai mengisi saluran akar,
sedangkan pelebaran dan pembersihannya belum selesai. Seperti tahap-tahap lain
dalam perawatan kedokteran gigi, disini tidak dijumpai alternatif lain dalam
pendekatan prosedur perawatannya.
2. Tidak menyediakan waktu yang cukup. Kesalahan yang paling banyak
menimbulkan problema, adalah jika operator tidak menyediakan waktu yang cukup
untuk menyelesaikan suatu tahap perawatan yang telah direncanakan. Dalam
perawatan endodontik setiap informasi baru yang tidak disangka sebelumnya, seperti
adanya saluran akar tambahan, dan saluran akar yang sangat bengkok, dapat
memperpanjang waktu perawatan. Asumsi bahwa waktu yang direncanakan akan
cukup adalah tidak bijaksana. Kecuali jika telah diperhitungkan pula kemungkinan
ditemukannya hal-hal seperti diatas sebagai sesuatu yang wajar. Jika waktu kurang,
diperlukan rencana kunjungan tambahan untuk menyelesaikan perawatan. Jika tidak
pekerjaan akan terburu-buru yang mungkin akan mengakibatkan kesalahan. Usaha
untuk menyelesaikan suatu tahap yang waktunya tidak cukup dapat mengakibatkan
perforasi, patahnya instrumen pada waktu melebarkan saluran akar, atau dapat pula
terjadi kesalahan lainnya. Sebaiknya disediakan waktu yang lebih banyak daripada
yang telah diperkirakan.
3. Tidak membuang seluruh jaringan pulpa. Pembersihan gigi vital yang tidak
sempurna akan mengakibatkan tertinggalnya jaringan dalam saluran akar. Jika
pembersihan dilanjutkan pada kunjungan berikutnya, mungkin akan timbul kesukaran
28

untuk mendapatkan anastesi yang dalam bagi sisa jaringan tersebut. Karena itu
seluruh jaringan pulpa harus diangkat dari setiap saluran akar pada kunjungan
pertama yang dijadwalkan untuk pembersihan saluran akar.
4. Membiarkan gigi terbuka. Pembukaan kamar pulpa gigi dengan abses alveolar akut
adalah cara yang efektif untuk drainase dan meredakan rasa sakit. Keadaan ini adalah
satu-satunya indikasi untuk membiarkan gigi terbuka. Kesalahan yang sering terjadi
adalah jika gigi dengan pulpitis dibiarkan terbuka. Meskipun tindakan ini mungkin
dapat meredakan rasa sakit, tetapi umumnya malah mengakibatkan rasa sakit yang
lebih parah dalam waktu 1-2 hari.
5. Tidak ada catatan yang akurat. Karena perawatan endodontik harus dan
membutuhkan pengukuran panjang kerja yang tepat, diameter pelebaran, patokan
tumpuan pengukuran, dan sebagainya, maka diperlukan catatan yang akurat. Tahap
yang telah diselesaikan pada tiap kunjungan, juga ukuran dan panjang alat yang
digunakan terakhir harus dicatatat. Jika hal ini tidak dilakukan, maka akan membuang
waktu untuk memeriksa dan menentukannya kembali.

BAB III
KESIMPULAN
Endodontik merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang menyangkut
diagnosis serta perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan
periapikal. Sedangkan Perawatan endodontik adalah suatu usaha menyelamatkan gigi
terhadap tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan dalam soket. Akhir-akhir ini
29

perawatan endodontik mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga perawatan


ini menjadi suatu alternatif sebelum dilakukan ekstraksi. Selama dekade terakhir,
perbaikan konsep, strategi, dan teknik dapat meningkatkan kesuksesan perawatan
endodontik. Pemahaman tentang anatomi sistem saluran akar memegang peranan penting
dalam kesuksesan dan kegagalan perawatan endodontik.
Tujuan perawatan endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi yang sakit
agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya, ini berarti bahwa gigi
tersebut tanpa simptom, dapat berfungsi dan tidak ada tanda-tanda patologik yang lain.
Indikasi Perawatan Endodontik: Karies yang luas, Email yang tidak di dukung
oleh dentin, Gigi sulung dengan infeksi yang melewati kamar pulpa, baik pada gigi vital,
nekrosis sebagian maupun gigi sudah nonvital, Saluran akar yang dapat dimasukkan
instrument, Kelainan jaringan periapeks pada gambaran radiografi kurang dari sepertiga
apeks, Mahkota gigi masih bisa direstorasi dan berguna untuk keperluan prostetik (untuk
pilar restorasi jembatan), Gigi tidak goyang dan periodonsium normal, Foto rontgen
menunjukan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga apikal, tidak ada granuloma pada gigi
sulung, Kondisi pasien baik, Pasien ingin giginya di pertahankan dan bersedia untuk
memelihara kesehatan gigi dan mulutnya, Keadaan ekonomi pasien memungkinkan.
Kontraindikasi Perawatan Endodontik: Bila dijumpai kerusakan luas jaringan
Direk
. PULP CAPPING
periapikal yang melibatkan lebih dari sepertiga panjang akar, Bila saluran akar gigiIndirek
tanpa
pulpa dengan daerah radiolusen terhalang oleh akar. berkurva/bengkok,
akar berliku-liku,
PULPOTOMI

Endodontik konvensional

dentin sekunder, kanal yang mengapur atau sebagian mengapur, gigi malposisi, atau suatu
S.A
instrumen yang patah. Bila apeks akar mengalamiPERAWATAN
fraktur.

PULPEKTOMI
30

ENDOINTRAKANAL

Tabel 1. Jenis-jenis perawatan endodontik

DAFTAR PUSTAKA

Bakar A. Kedokteran gigi klinis. Yogyakarta : Quntum S : 2012, hal 46


Bence R. Endodontik klinik. Jakarta : Sundoro E.H : 2005, hal 80-81
Harty, F. J. 1992. Endodonti klinis. Jakarta: Hipokrates

Juwono L. Perawatan pulpa gigi (endodonti) ed 2. Jakarta : Tarigan R, hal 93-7


Perawatan endodontik / saraf gigi. Avaiable at : http://www.Holisticcaredentalclinnical.
Mardewi, S. K.S.A. 2003. Endodontologi, Kumpulan naskah. Cetakan I. Jakarta : Hafizh.
31

Sisthaningsih E, Suprastiwi E. Perawatan ulang saluran akar akibat lepasnya restorasi : Dep.
Ilmu Konservasi Gigi FKG UI
Soraya C. Perawatan endodontik ulang pada gigi insisivus sentral atas kanan : Cakradonya
Dental Journal ; 2009 : 1
Suryo S. Ilmu endodontik dalam praktek ed 11. Jakarta : Abyono R,
Tarigan, Rasinta. 2004. Perawatan pulpa gigi (endodonti). Jakarta: EGC.

32

Anda mungkin juga menyukai