Anda di halaman 1dari 14

Examination of the management of traumatic brain injury in

the developing and developed world: focus on resource


utilization, protocols, and practices that alter outcome
Odette A. Harris, M.D., M.P.H.,1Carl A. Bruce, M.D., F.R.C.S.,2
Marvin Reid, M.B., Ph.D.,3Randolph Cheeks, M.D.,4 Kirk Easley, M.S.,5
Monique C. Surles, B.S.,1Yi Pan, M.S.,5 Donnaha e Rho den-Salmo n, R.N.,2
Dwight Webster, M.D.,4and Ivor Crandon, M.D., F.R.C.S.2

1Department of Neurosurgery, Emory University School of Medicine, and


5Department of Biostatistics,Emory University School of Public Health, Atlanta,
Georgia; 2Division of Neurosurgery and 3Sickle Cell Unit, University Hospital of the
West Indies; and 4Department of Neurosurgery, Kingston Public Hospital, Kingston,
Jamaica
Objek. Kami telah mengevaluasi manajemen dan outcome dari cedera otak
traumatik (TBI) di negara maju (Amerika) dan negara berkembang (Jamaica)
Metode. Data prospektif diperoleh dariGrady Memorial Hospital (GMH)
Amerika Serikat dan dariHospital of the West Indies (UHWI) serta Kingston Public
Hospital (KPH) di Jamaica antara 1 September 2003 dan 30 September 2004.
Hasil.Sebanyak 1607 data pasien telah dikumpulkan.Grady Memorial
Hospitalmempunyai proporsi wanita yang lebih tinggi (p=0,003), dan usia pasien
adalah lebih tua di GMH (p=0,0009) berbanding pasien di KPH dan UHWI. Modus
tersering cedera adalah kecelakaan lalu lintas di KPH dan GMH (masing-masing 42
dan 66%) dan perkelahian di UHWI (37%).Grady Memorial Hospitalmerawat lebih
ramai pasien dengan cedera kepala berat (25,5%) berbanding KPH (18,5%) dan
UHWI (14,4%). Ct scan lebih banyak dilakukan (p<0,0001) dengan total pasien yang
dirawat di ruang rawat intensif lebih banyak (p<0,0001) di GMH. Secara statistic
tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada median hari rawatan di ruang rawat
intensif pada ketiga rumah sakit. Secara statistik didapatkan perbedaan total hari
pasien menerima bantuan ventilasi antara GMH, KPH dan UHWI (p=0,004).
Monitoring tekanan intracranial dilakukan pada 1 pasien di KPH, 6 pasien di UHWI
dan 91 GMH. Total kematian adalah sebanyak 174 namun tidak terdapat perbedaan

1 | Page

yang signifikan secara statistic pada angka mortalitas antara ketiga rumah sakit
(p=0,3). Lokasi rumah sakit tingkat berat TBI dihubungkan dengan penurunan resiko
kematian; pasien dengan TBI berat di GMH mempunyai penurunan resiko mortalitas
sebesar 53% (odd ratio=0,47, p=0,04). Pasien di GMH mempunyai rata-rata skor
GCS yang lebih rendah (p<0,0001) skor Functional Independence Measure selffeed(p=0,0003), locomotion (p=0,04) dan skor verbal (p<0,0001) yang lebih rendah.
Kesimpulan. Walaupun tersedianya teknologi yang lebih terkini dan dukungan
neurologi yang lebih agresif di GMH, angka mortalitas keseluruhan untuk TBI adalah
sama pada semua lokasi. Pasien yang telah teridentifikasi dengan TBI berat
mempunyai penurunan angka mortalitas jika dirawat di GMH berbanding pasien yang
dirawat di rumah sakit di negara berkembang.
Kata kunci: studi kohort, functional independence measure, skala outcome Glasgow,
cedera otak traumatic
Trauma merupakan suatu masalah kesehatan yang paling sering, yang
melibatkan jutaan manusia di seluruh dunia. Saat ini trauma menduduki ranking ke-9
sebagai pencetus masalah kesehatan global, dengan jumlah kematian sebesar lima
juta orang pertahun dan penyebab sekitar 15% dari total kematian setiap tahun.
Dianggarkan sekitar 1,9 juta penduduk Amerika mengalami trauma setiap tahun
dengan sekitar 1% dari total kecederaan

dan kunjungan ke departemen

kegawatdaruratan. Cedera otak traumatikmenyebabkan sekitar 40% dari total


kematian akibat kecederaan akut. Dari total seluruh pasien yang hidup, sebanyak
200.000 orang pasien memerlukan perawatan di rumah sakit setiap tahun dan sering
kali mengakibatkan kecacatan yang permanen.Sebanyak 1,74 juta orang pasien
menderita TBI ringan. Biaya langsung TBI di Amerika Serikat dianggarkan bernilai $
4 milyar setiap tahun dengan biaya tidak langsung dianggarkan sepuluh kali lipat dari
angka tersebut. Biaya ini diperkirakan akan terus meningkat karena dunia sedang
mengalami perpindahan dari penyakit yang disebabkan infeksi ke penyakit-penyakit
akibat dari trauma. Hasilnya, trauma diperkirakan akan meningkat dari peringkat

2 | Page

sembilan penyebab beban penyakit global ke peringkat ketiga pada tahun 2020.
Masalah ini akan secara langsung akan memberatkan negara-negara yang lebih
miskin dan kurang berkembang. Oleh itu, dengan bedah neurologi, manajemen
trauma mempunyai potensi yang signifikan terhadap masalah penyakit dunia ini.
Walaupun pencegahan telah menjadi fokus utama dalam menangani insiden
TBI primer, usaha untuk mengatasi cedera sekunder masih tidak seragam. Strategi
terapi mutakhir di negara maju termasuk yang dilakukan oleh American Association
of the Neurological Surgeons, pedoman Eastern Organization for the Surgery of
Trauma Practice Management dan pedoman Advanced Trauma and Life
Support.Pedoman-pedoman ini walaupun disahkan dan efektif di negara maju,
mungkin tidak efektif di negara berkembang. Terdapat hipotesis mengapa hasil yang
sama tidak dapat dicapai walau dengan menggunakan strategi yang sama. Hipotesis
ini termasuklah kurangnya ketersediaan infrastruktur, kurangnya pelayanan
kegawatdaruratan medis, dan terbatasnya ketersediaan ICU di negara-negara
berkembang. Dengan keterbatasan sumber di negara-negara berkembang, adalah
penting strategi yang efektif untuk mencegah penggunaan dana yang tidak tepat. Hal
ini sangat memprihatinkan dalam pengelolaan TBI.Usaha yang signifikan telah pun
dilakukan untuk menstandarisasi terapi tanpa adanya data yang menunjukkan bahwa
usaha ini efektif dalam konteks negara berkembang.
Walaupun telah banyak penelitian dilakukan untuk mengkaji masalah ini,
namun penelitian-penelitian ini masih mempunyai keterbatasan.Beberapa penelitian
membandingkan secara langsung strategi manajemen di negara maju dan negara
berkembang.Variabel outcome yang diperiksa dalam penelitian-penelitian ini hanya
dikotomi (hidup vs kematian) yang tidak bermanfaat dalam menjawab beberapa
pertanyaan penting lainnya.Tidak ada satu pun penelitian yang memasukkan evaluasi
terhadap pasien dengan TBI ringan (kategori TBI dengan prevalensi yang lebih
sering).Disebabkan keterbatasan ini, tidak ada satu pun dari penelitian-penelitian ini
yang dapat digunakan untuk menjadi protokol yang spesifik terhadap sesuatu negara.

3 | Page

Penelitian ini bertujuan utuk mengevaluasi manajemen TBI dalam dua kohort
yang mewakili korban trauma di negara maju dan negara berkembang.Kami telah
dapat mengidentifikasi faktor yang sangat signifikan yang mempengaruhi hasil akhir
yang spesifik pada setiap komunitas.Dua kohort yang utama adalah pasien trauma
yang dirawat di GMH (bagian dari sistem Emory University Health Care) dan pasien
trauma yang dirawat di kepulauan Jamaica.Grady Memorial Hospital, pusat trauma
utama di tenggara Amerika Serikat, telah dipilih sebagai wakil dari negara
maju.Kohort Jamaica dipilih untuk mewakili negara berkembang yang terdiri dari dua
subkelompok yaitu UHWI dan KPH.Hanya dua rumah sakit ini yang mempunyai
terapi bedah neurologidi kepulauan ini dan dengan itu kedua kelompok ini mewakili
sebagian besar korban neurotrauma di kepulauan tersebut.Tujuan utama kami adalah
untuk memberi tambahan pada data yang telah sedia ada dalam membuat pedoman
yang spesifik untuk setiap negara (negara maju dan negara berkembang) berdasarkan
sumber ekonomi setiap komunitas.
Metode
Populasi Penelitian
Data demografi dan outcome diperoleh secara prospektif selama kurun waktu
27 bulan dari September 2003 hingga Desember 2005 terhadap semua pasien trauma
dengan TBI yang dirawat di GMH Atlanta, Georgia, dan UHWI dan KPH di Kingston
Jamaica. Data yang relavan untuk penelitian ini (data demografi dan outcome)
diperoleh untuk periode waktu 12 bulan dari September 2003 hingga September
2004.Data yang relavan dengan komponen neurofisiologi penelitian ini diambil dari
September 2003 hingga Desember 2005.
Kriteria inklusi pasien termasuklah: 1) dimasukkan ke rumah sakit GMH,
UHWI dan KPH dengan diagnosis TBI; 2) usia 12 tahun; dan 3) pasien dan/atau
keluarga/penjaga

telah

menandatangani

informed

consent.

Kriteria

ekslusi

termasuklah: 1) pasien dan/atau penjaga tidak bersedia untuk menandatangi informed


consent; 2) waktu observasi di rumah sakit 24 jam namun tidak dirawat inap; atau

4 | Page

3) usia <12 tahun. Semua pasien diterapi menggunakan pedoman American


Association of Neurological Surgeons untuk manajemen TBI.
Sebanyak 3678 pasien telah dievaluasi di GMH untuk diagnosis yang
berhubungan dengan trauma sepanjang periode penelitian.Dari seluruh jumlah ini,
ssebanyak 2280 orang pasien diobservasi dan dirawat dengan diagnosis terkait
trauma. Diagnosis TBI ditemukan pada 931 pasien (25,3% dari total evaluasi trauma
pusat rawatan gawat darurat). Sebanyak 240 pasien dikeluarkan dari penelitian karena
tidak dirawat untuk observasi lebih dari 24 jam.Data diambil dari sisa pasien yang
memenuhi kriteria inklusi pasien. Koleksi data yang lengkap diperoleh dari 691
pasien (30,3% dari total pasien yang dirawat karena trauma, 74% dari yang dirawat
akibat TBI). Pasien ini memenuhi kohort yang akan dievaluasi. Sebagai tambahan,
pemeriksaan neurofisiologi telah dilakukan terhadap 564 pasien (72,1%) yang
bersedia di periksa berulang untuk jangka waktu tertentu.
Sebanyak 5611 orang pasien dimasukkan ke UHWI dalam periode waktu
penelitian dengan diagnosis yang berkaitan dengan trauma. Sebanyak 134 pasien
memenuhi kriteria inklusi (2,4% dari total evaluasi trauma). Data yang lengkap
diperoleh dari 134 pasien (100%). Pasien ini memenuhi kohort yang akan dievaluasi.
Sebagai tambahan, pemeriksaan neurofisiologi telah dilakukan terhadap 101 pasien
(75,3%) yang bersedia di periksa berulang untuk jangka waktu tertentu. Data
pemeriksaan neurofisiologi untuk setiap lokasi penelitian akan ditampilkan secara
terpisah.
Variabel outcome
Faktor spesifik yang diteliti termasuk data demografi rutin (jenis kelamin, usia
dan MOI), lama waktu sehingga mendapat perhatian medis, lama waktu sehingga
terapi dimulai, tanda-tanda vital rutin, skor koma Glasgow (terutama skor motorik),
cedera sistemik yang berhubungan, lokasi dan tipe lesi, radiografi, intervensi bedah
dan/atau pemantauan TIK, terapi medis tambahan, lama tinggal di rumah sakit dan
penggunaan rehabilitasi.

5 | Page

Variabel outcome primer yang dievaluasi adalah resiko kematian.Variabel


outcome sekunder yang dievaluasi termasuk status neurologi pada saat pulang atau
status pada saat kembali bekerja. Skor GOS dan status fungsional (skor FIM)
merupakan variable outcome sekunder yang diukur dalam interval waktu yang
berulang , yaitu ketika keluar dari rumah sakit, sebulan kemudiannya dan diulang
setelah tiga dan enam bulan kemudian. Kami juga mengevaluasi kelainan kognitif
yang diukur menggunakan pemeriksaan neurofisiologi.
Data yang diambil dari GMH didapatkan dari GMH Trauma Registry yang
sesuai dengan kriteria American College of Surgeon dan dimasukkan ke dalam
NTRACS. Data yang diperoleh di UHWI dan KPH diambil menggunakan cara yang
sama seperti yang digunakan di GMH (database NTRACS).
Tujuan dari penelitian ini adalah agar pasien dapat kembali ke rumah sakit
untuk menjalani follow up. Sekiranya pasien tidak dapat kembali ke rumah sakit,
dicatat algoritme spesifik pada manajemen TBI.Algoritme ini termasuk biaya
transportasi, usaha untuk mewawancara pasien di rumah dengan kondisi yang aman
atau terakhir evaluasi melalui telepon.Hanya data pasien dengan data pengukuran
seluruh outcome yang digunakan untuk dianalisis.
Analisis Data
Karateristik dan variable outcome dasar antara ketiga rumah sakit di
bandingkan dengan menggunakan uji chi kuadrat, uji chi kuadrat Pearson, dan
analisis varian.Uji Kruskal-Wallis telah digunakan untuk mengetahui median hari
untuk lama rawatan di ICU, penggunaan ventilasi, total hari dirawat di rumah sakit
dan waktu hingga kematian di antara ketiga rumah sakit.Angka kematian antara
ketiga rumah sakit dibandingkan secara terpisah untuk pasien dengan cedera kepala
ringan, sedang dan berat.OR yang disesuaikan menurut umur diperkirakan dengan
menggunakan regresi logistic untuk membandingkan angka mortalitas antara GMH
terhadap KPH dan UHWI.Skor FIM dan GOS diringkaskan dengan menggunakan

6 | Page

nilai rata-rata dan nilai CI 95% untuk setiap lokasi.Perbandingan skor FIM dan GOS
institusi dilakukan dengan menggunakan analisis varian satu arah.
Taksiran angka mortalitas TBI per 1000 pasien didapatkan dari NTDB untuk
tahun 2003. Dihitung rasio angka mortalitas per 1000 pasien yang didapatkan di
GMH terhadap taksiran angka mortalitas TBI, atau SMR; nilai SMR 1,0
mengindikasikan bahwa angka mortalitas yang didapatkan dan yang diperkirakan
adalah sama. CI 95% untuk SMR dihitung dengan menganggap bahwa angka
kematian yang didapatkan mempunyai suatu distribusi Poisson.
Hasil
Data diperoleh dari 1607 psien dengan TBI.Kohort yang dievaluasi pada
setiap lokasi adalah sebanyak 691 pasien di GMH, 782 di KPH dan 134 di UHWI
(Gbr.1). Perempuan lebih banyak dirawat di GMH berbanding di lokasi lain
(p=0,003). 74% pasien di GMH adalah laki-laki, 81% di KPH dan 81% di UHWI.
Pasien pada kohort di GMH secara signifikan adalah lebih banyak dengan usia yang
lebih tua (rata-rata 38,3 tahun) atau UHWI (rata-rata 34,6 tahun; p=0,0009). MOI
adalah sama pada ketiga-tiga lokasi. MOI teratas pada semua lokasi adalah MVA,
penyerangan dan jatuh, dengan nilai penyerangan sama atau melebihi MVA di
Jamaica (Tabel 1). Dari seluruh cedera, 5% merupakan trauma tembus di GMH, 12%
di KPH dan 19% di UHWI. GMH mempunyai jumlah pasien TBI berat yang lebih
banyak (25,5%) dibandingkan dengan KPH (18,5%) dan UHWI (14,4%; p=0,003;
Tabel 2)

7 | Page

CT scan kepala digunakan dengan lebih sering di GMH (94,6% dari seluruh
waktu) dibandingkan dengan 20,3% di KPH dan 67,9% di UHWI (p<0,0001; Tabel2).
Pemantauan tekanan intracranial dilakukan sekali sepanjang waktu penelitian di KPH
(0,1%), pada 91 pasien di GMH (13,2%)dan 6 pasien (4,5%) di UHWI (p<0,0001,
Tabel 2). Grady MemorialHospital memiliki jumlah pasien yang lebih ramai yang
dirawat di ICU (65.6%) (p< 0.0001; Tabel 2), dibandingkan 3.3% di KPH dan
13.0% di UHWI. Median lama dirawat di ICU bagi GMH adalah selama 4 hari, 7 hari
di KPH dan 6,5 di UHWI (p=0,7, Tabel 2). Prosedur operasi neurologi dilakukan
pada 8,5% pasien kohort GMH, in 6,8% pasien KPH dan 14,9% pasien UHWI (Tabel
3).

8 | Page

Terdapat 174 kematian terjadi sepanjang periode penelitian; 83 pasien


meninggal dunia di GMH, 82 orang di KPH dan 9 orang di UHWI. Tidak terdapat
perbedaan statistik yang signifikan pada angka kematian keseluruhan antara lokasi
penelitian (p=0,3). Perkiraan angka mortalitas akibat TBI dari NTDB untuk tahun
2003 adalah sebesar 134 kematian per 1000 pasien.Angka mortalitas yang diobservasi
di GMH adalah sebesar 120 kematian per 1000 pasien. Rasio angka kematian
terhadap perkiraan angka kematian atau SMR, adalah sebesar 0,90 (95% CI 0.74
1.07), yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistic
pada anka mortalitas di GMH jika dibandingan dengan NTDB (rata-rata nasional).

Odd mortalitas rumah sakit pada pasien di GMH dengan cedera kepala berat
adalah 53% lebih rendah berbanding pasien yang dirawat di KPH atau UHWI (ageadjusted OR = 0.47, 95% CI 0.230.96; Tabel 4).

9 | Page

Perbedaan dalam outcome fungsional diperoleh dengan menggunakan GOS


dan FIM.Subjek di GMH mempunyai skor GOS yang secara signifikan lebih rendah
(4.0 vs 4.4 di UHWI dan 4.4 di KPH; p < 0.0001; Gbr. 2).Kuartil ke-25 dan ke-75
skor GOS pasien di GMH adalah masing-masing 3 dan 5. Pasien di GMH juga
memiliki rata-rata skor FIMyang lebih rendah (3.3 vs 3.5 di KPH and 3.6 di UHWI; p
= 0.0003), skor pergerakan (3.3 vs 3.5 di KPH and 3.4 di UHWI; p = 0.04) dan skor
verbal (2.9 vs 3.5 di KPH and 3.6 di UHWI;p < 0.0001; Gbr. 3). Rehabilitasi
digunakan pada 9,6% pasien di GMH. Rehabilitasi tidak dilakukan pada kohort
Jamaica.
Diskusi
Dalam manajemen TBI, standarisasi strategi pengobatan dengan penekanan
pada lingkungan kurang sumber daya, yang merupakan isu yang kompleks
melibatkan kedua-dua outcome keseluruhannya (yang diukur sebagai skor GOS dan
FIM).Penekanan juga diberikan pada penggunaan sumber daya rumah sakit.Hal ini

10 | P a g e

adalah sulit, yakni untuk mengevaluasi strategi pengobatan yang berbeda dalam uji
klinis kontrol acak diketahui bahwa strategi-strategi ini sudah bagus dibuat dan
evaluasinya pada kondisi tertentu dapat memenuhi kriteria review institusional.
Penelitian observasi lebih tepat

karena memiliki kemampuan unik untuk

menggambarkan sifat dinamik dan hubungan berbagai faktor yang berkaitan dengan
trauma. Sebagai tambahan, telah ditunjukkan secara berulang-ulang dalam literature
bahwa efek terapi dalam penelitian observasional adalah sama dan valid jika
dibandingkan dengan data yang diperoleh dari uji klinis acak terkontrol. Dengan
menggunakan design penelitian ini, banyak penelitian lain yang dilakukan untuk
secara khusus memeriksa negara yang berbeda dengan strategi manajemen TBI yang
berbeda dalam usaha untuk membandingkan outcome dari TBI. Penelitia-penelitian
ini, walaupun berkongsi kesimpulan yang sama, tidak mempunyai keterbatasan yang
signifikan 1) beberapa secara langsung membandingkan strategi manajemen awal
negara berkembang ; 2)variable outcome yang diperiksa merupakan suatu dichotomus
(kematian vs kehidupan); oleh itu tidak membenarkan evaluasi yang menyeluruh ;
dan 3) tidak ada pada penelitian memasukkan evaluasi pasien dengan TBI ringan
(kasus TB yang merupaka prevalensi).

11 | P a g e

Penelitian kami bertujuan untuk mengatasi keterbatasan ini.Kohort yang


dipilih secara seksama mewakili kedua pusat trauma dan pelayanan trauma serta
pelayanan neurooperatif di negara berkembang.Kami juga telah memeriksa outcome
pada semua pasien yang didiagnosis TBI, tanpa melihat derajat keparahannya. Design
studi ini yaitu studi kohort dapat juga meminimalisisi dari terjadinya bias.
Terdapat perbedaan yang signifikan untuk ketersediaan sunber daya pada
ketiga-tiga lokasi.Kami mendapatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara lokasi dalam penggunaan CT, operasi intervensi dan frekuensi dilakukannya
pemantauan ICP.Sebagai tambahan, terdapat perbedaan yang signifikan dalam
penggunaka ICU dan lama rawat inap di rumah sakit.Tanpa melihat perbedaanya,
data berkaitan degan outcome primer yang diinginkan (resiko mortalitas) di mana
hasilnya konsisten dengan penelitian sebelumnya.Secara statistic tidak ditemukan
perbedaan yang signifikan dalam angka mortalitas antara lokasi. Salah satu isu yang
dibangkitkan adalah sama ada angka kematian di rumah sakit di Amerika Serikat
dapat mewakili negara. Suau evaluasi yang menyeluruh NTDB untuk periode waktu
di mana penelitian ini dilakukan yang mana diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan pada angka motalitas antara NTDB dan GMH (SMR = 0.904, 95% CI
0.741.07). Database nasional tidak ada di Jamaica untuk membuat perbandingan
yang sama; namun, karena KPH dan UHWI adalah satu-satunya rumah sakit di
kepulauan ketika penelitian ini dilakukan.

Suatu analisis multivariable telah dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang


berkaitan dengan mortalitas pada kohort (Tabel 4).Usia pasien diketahui sangat

12 | P a g e

berhubungan dengan mortalitas yang lebih tinggi di mana pasien yang lebih lanjut
usianya mempunyai resiko kematian yang lebih besar. Lokasi TBI juga diketahui
dapat memprediksi resiko mortalitas jika dikaitkan dengan derajat beratnya
cedera.Pasien dengan TBI berat memiliki resiko kematian yang lebih rendah jika
dirawat di GMH berbanding pasien yang dirawat di rumah sakit negara
berkembang.Data-data ini sangat menarik karena GMH merawat lebih ramai pasien
dengan cedera kepala berat. Maka walaupun pasien dengan cedera kepala ringan
sedang atau berat dilihat tidak mengalami perubahan dalam angka mortalitas
walaupun menggunakan strategi yang berbeda, namun data menunjukkan bahwa
pasien dengan cedera kepala berat lebih bagus dirawat di GMH. (Tabel 5)

Kami juga memeriksa beberapa outcome sekunder.Oleh karena tidak ada


perbedaan dalam angka mortalitas sebagai outcome di dalam kohort keseluruhannya,
maka terdapat ketertarikan dalam outcome fungsional, mungkin efek dari perbedaan
strategi terapi dapat ditemukan pada impak fungsional jangka panjang.Kami telah
memeriksa skor GOS dan FIM serta parameter psikologi.Pasien di GMH mempunyai
rata-rata skor GOS, FIM, locomotion dan skor verbal yang lebih rendah.Namun, data
awal ini tidak dapat menjelaskan pokok permasalahan.Walaupun nilai-nilai yang
didapatkan secara statistic adalah signifikan, namun implikasi klinisnya masih balum
jelas; bagaimana perbedaan fraksional dalam nilai-nilai parameter ini (FIM dan GOS)
bermakna secara klinis? Maka dengan itu, data morbiditas keseluruhan yang
berkaitan dengan populasi ini tetap menjadi suatu keterbatasan dalam penelitian ini

13 | P a g e

yang perlu dilakukan evaluasi data neuropsikologikal yang lebih detail (akan
dilaporkan secara terpisah). Evaluasi ini akan menjadi fokus pada penelitian kedua
dari kohort ini.
Kesimpulan
Walaupun sudah tersedia teknologi mutakhir dan adanya dukungan neurologi
yang agresif, angka mortalitas keseluruhan TBI adalah sama untuk ketiga-tiga lokasi
penelitian. Lokasi rumah sakit dan tingkat berat TBI dihubungkan dengan penurunan
resiko mortalitas.Pasien di GMH dengan TBI berat mempunyai penurunan resiko
mortalitas sebesar 53% jika dibandingkan dengan pasien yang berada di
Jamaica.Walaupun tersedia manajemen khusus untuk pasien dengan TBI berat,
namun masih diperlukan metode yang lebih baik untuk populasi major (dengan
tingkat keparahan ringan atau sedang berat). Fokus ke depan adalah perlu terutama
evaluasi dampak fungsi neuropsikologi dari cedera ini.

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai