digolongkan sebagai kawasan yang tidak efisien dalam penggunaan energi, maka
kawasan Asia sangat rentan oleh kenaikan harga minyak dunia.
The Global Development Finance (GDF) mencatat, selama tahun 2004, sekitar
74 persen atau US$ 143,7 miliar dari total arus modal yang mengalir ke negara
emerging market masuk ke Asia, termasuk ASEAN. Tingginya arus modal masuk ini
terutama disebabkan oleh beberapa faktor, seperti keterbukaan ekonomi, penerapan
kebijakan ekonomi yang market friendly dan prospek ekonomi yang dinilai baik.
Meskipun mendapat keuntungan dari masuknya modal (capital inflow) yang sebagian
besar di antaranya dalam bentuk Foreign Direct Investment (FDI), arus modal juga
telah meningkatkan kerentanan terhadap mata uang negara ASEAN. Berdasarkan
kepada teori ekonomi dan penelitian sebelumnya, terdapat dua bentuk hubungan
antara FDI dengan perdagangan antar negara iaitu sama ada (1) FDI merupakan
pengganti atau pelengkap kepada perdagangan antar negara, atau (2) FDI menjadi
penyebab kepada perdagangan antar negara atau sebaliknya. Karena FDI dianggap
sebagai satu pemicu pertumbuhan ekonomi khususnya melalui pertumbuhan sektor
ekspor dan import, menyediakan peluang pekerjaan, transfer teknologi dan
sebagainya Foreign direct investment semenjak masuknya ke negara ASEAN tahun
2002 disebabkan semakin menguatnya stabilitas ekonomi dan pasar baik di pasar
uang maupun pasar modal. Mengenai perkembangan perekonomian ASEAN-5 yang
terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Philipina semakin tumbuh
dan berkembang. Sedangkan perekonomian ASEAN-4 yang terdiri dari Kamboja,
Laos, Myamar dan Vietnam serta Brunei Darusalam semakin terbuka dan tumbuh.
Investasi Langsung Luar negeri (FDI) dan perkembangan perdagangan di dunia wujud
di negara-negara ASEAN, karena menarik FDI dari negara maju di samping
meningkatkan investasi dan perdagangan antar ASEAN.
Oleh karena itu Bank Sentral negara ASEAN menerapkan berbagai kebijakan
yang bersifat spesifik dan berjangka waktu relatif pendek, yang ditujukan untuk
memelihara kestabilan nilai tukar. Hal itu dimaksudkan agar dapat memberikan
peluang yang lebih besar untuk mencapai tujuan kebijakan ekonomi masing-masing
negara, yaitu pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Namun demikian, hal
ini bukan berarti ASEAN akan meninggalkan pendekatan kebijakan yang bersifat
terbuka dan berorientasi pasar. Tetapi ASEAN akan tetap mempertahankan kebijakan
ekonomi yang terbuka, dengan berupaya mencapai kebijakan arus modal yang stabil
dan lancar. Mata uang ASEAN saat ini sangat rentan karena faktor internal dan
eksternal. Secara internal, mengecilnya pasar valas menjadi faktor utama. Secara
eksternal, rentannya mata uang ASEAN disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
ketidakseimbangan dunia, kemungkinan naiknya suku bunga The Fed, dan
meningkatnya spekulasi dalam rangka mengantisipasi revaluasi yuan. Untuk
mengantisipasi tantangan tersebut, perekonomian ASEAN cenderung untuk
membatasi spekulasi yang berlebihan akibat meningkatnya arus modal yang kurang
terkendali. Upaya lain untuk mengurangi kerentanan eksternal di kawasan regional
adalah dengan membuat kesepakatan antara Bank Sentral negara-negara ASEAN.
Disamping itu Bank Indonesia memberikan langkah-langkah inisiatif bagi
ekonomi nasional (Indonesia) kedepananya, yang pertama di bidang moneter yang
terdiri dari 3 inisiatif yaitu memperdalam pasar keuangan domestik, memperkuat
efektivitas penerapan Inflation Targeting Framework (ITF) dan membangun perangkat
analisa kebijakan menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Kedua Inisiatif
di bidang sektor riil. Perbaikan daya saing daerah untuk menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015 adalah kunci bagi perbaikan daya saing nasional di era
tersebut (bank Indonesia 2008). Oleh karena itu, Bank Indonesia melihat pentingnya
untuk lebih mempertajam fungsi-fungsi advisory dan fasilitasi Kantor-Kantor BI
(KBI) di daerah serta pemanfaatnya sebagai pembentuk modal sosial di daerah
kerjanya. Oleh karena itu, program Reorientasi KBI perlu perkuat implementasinya
(Baharuddin, bank Indonesia 2008). Selain dari tu dalam memperdalam pasar
keuangan domestik untuk meningkatkan daya tahan dan stabilitas sistem keuangan
serta meminimalisir potensi gejolak dari pasar keuangan global, perlu adanya pasar
keuangan
domestik
yang
lebih
kuat,
dalam
dan
likuid.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.bunghatta.ac.id/artikel-223-dampak-ketidakpastian-globalisasi-ekonomiterhadap-pertumbuhan-ekonomi-asean.html