Pengertian Dasar Manajemen
Pengertian Dasar Manajemen
management) adalah tingkatan paling tinggi dari manajemen yang biasanya terdiri atas
beberapa orang saja. Jangkauan perencanaan yang dibuat di sini bersifat strategis dan
meliputi kurun waktu rencana jangka panjang. 1.5 Perkembangan Ilmu Manajemen Jika
dilihat hakekatnya, sebenarnya proses manajemen atau kegiatan bermanajemen sudah
dilakukan orang sejak dahulu, yaitu sejak manusia mulai merasa perlu untuk membentuk
kelompok untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Namun sebagai
disiplin ilmu, manajemen belum cukup lama berkembang. Dapat dikatakan revolusi industri
merupakan tonggak awal perkembangan ilmu manajemen. Perubahan cara berproduksi
menjadi produksi masal menimbulkan pemikiran untuk mengelola usaha produksi tidak
dengan cara 'coba-coba' lagi. Dan masa-masa selanjutnya muncul banyak hal yang
mendorong perkembangan ilmu manajemen hingga mencapai kondisi seperti saat ini. Secara
kronologis, perkembangan ilmu manajemen dan sebab-sebab yang melatar belakanginya
dapat dikemukakan sebagai berikut : 1.5.1 Menajemen Ilmiah (Scientific Management)
Manajemen Ilmiah dipelopori oleh seorang Amerika bernama F.W. Taylor. Setelah revolusi
industri yang mengakibatkan perubahan struktur industri di Amerika timbul masalah
peningkatan produktivitas. Pada saat itu banyak orang melihat bahwa peningkatan
produktivitas suatu sistem produksi dapat dilakukan melalui peningkatan efisiensi tenaga
kerjanya. Pendapat Taylor bahwa persoalan manajemen dapat dipecahkan secara ilmiah
dimulai dengan penelitian yang dilakukan pada sebuah pabrik baja tempat Taylor bekerja.
Taylor mengembangkan teknik-teknik pengukuran waktu kerja untuk menganalisis suatu
pekerjaan. Dalam penelitian waktu kerja tersebut, Taylor memecah pekerjaan-pekerjaan yang
dilakukan seorang pekerja menjadi elemen-elemen kerja tertentu. Taylor kemudian
menetapkan kecepatan kerja yang terbaik yang harus dilakukan dan menetapkan juga metode
kerja yang terbaik yang harus dilakukan dan menetapkan juga metode yang terbaik
berdasarkan elemen-elemen kerja tersebut. Waktu pengerjaan yang menjadi standar tersebut
akhirnya membawa Taylor pada konsep pemberian upah kerja perangsang. Bonus akan
diberikan bagi pekerja yang bisa kerja melebihi standar kerja yang telah ditentukan. Dengan
cara ini Taylor mengharapkan produktivitas pekerja meningkat. Selain konsep upah
perangsang tersebut, Taylor juga mengemukakan pemikiran tentang pengaturan jam dan
frekuensi istirahat pekerja. Secara garis besar pendekatan Taylor dalam pemecahan masalahmasalah manajemen berorientasi pada pendekatan ilmiah yang memiliki pola sebagai
berikut : a. Identifikasi persoalan. b. Pengumpulan informasi persoalan melalui pengamatan.
c. Perumusan hipotesis awal. d. Pembuktian hipotesis. e. Pemecahan persoalan. Taylor-lah
yang memulai prinsip pemecahan masalah manajemen secara ilmiah sehingga aliran
manajemennya disebut manajemen ilmiah (scientific management). Pendapat-pendapat
Taylor ini banyak diikuti orang pada masa itu, terlebih-lebih setelah ia membukukan hasil
penelitiannya dalam buku Shop Management and The Principles of Scientific Management.
Pada dasarnya prinsip-prinsip dalam manajemen ilmiah yang dikembangkan Taylor adalah :
a. Pemakaian cara-cara ilmiah dalam pemecahan masalah-masalah manajemen sebagai ganti
cara coba-coba. b. Pemilihan pekerja secara ilmiah dengan tujuan penyesuaian kemampuan
pekerja & spesifikasi jabatan/pekerjaan. c. Pengembangan kerja sama yang baik antara
manajer dengan pekerja. Pemikiran-pemikiran mengenai manajemen ilmiah ini diperkaya
dengan pendapat-pendapat para ahli lainnya. Salah satu yang terkenal adalah pasangan
suami-istri Frank B. dan Lilian M. Gilbreth yang mengembangkan studi gerakan (motion
study) untuk perbaikan metode kerja. Dengan demikian dapat dilihat bahwa perkembangan
manajemen secara formal dimulai dari dunia industri. Namun demikian prinsip-prinsip yang
dikembangkan di sini dapat pula dipakai dalam bidang-bidang lain selain industri. Banyak
sumbangan positif yang diberikan oleh aliran manajemen ini, seperti pengukuran waktu kerja
dan konsep-konsep penetapan efisiensi, yang sampai saat ini masih digunakan. Selain
sumbangan positif yang diberikan aliran ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan
paling menonjol yang dirasakan adalah dalam masalah "memanusiakan pekerja". Manajemen
ilmiah dinilai memandang pekerja semata-mata hanya sebagai obyek kerja saja. Pendapat
yang menyatakan bahwa bonus untuk kelebihan kerja akan dapat mendorong produktivitas
kerja, ternyata tidak selamanya benar. Walaupun sudah diberikan bonus ternyata perbaikan
produktivitas yang dihasilkankan kurang memadai. Kenyataan inilah yang kemudian
mendorong pemikiran-pemikiran baru di kalangan ilmuwan manajemen. 1.5.2 Pendekatan
Hubungan Manusia (Human Relation Behavioral Approach) Masalah manusia yang tidak
dapat dijawab oleh pendekatan manajemen ilmiah menjadi pendorong bagi perkembangan
ilmu manajemen berikutnya. Bersamaan dengan itu berkembang pula ilmu psikologi industri,
yang dipelopori oleh Hugo Munsterberg, dan ilmu sosiologi yang ikut memberi pengaruh
pada ilmu manajemen. Ditinjau dari sudut hubungan antar manusia (human relations) praktek
manajemen dapat dilihat sebagai pola hubungan antara manajer (atasan) dengan bawahannya.
Kondisi efisiensi kerja yang rendah merupakan petunjuk adanya hubungan yang buruk antara
bawahan dan atasan. Atasan harus mengetahui faktor-faktor sosial dan faktor-faktor lain yang
dapat memotivasi bawahan agar ia dapat membina hubungan yang lebih baik dengan
bawahannya. Pelopor dari aliran manajemen ini adalah Elton Mayo. Mayo merumuskan
pendapatnya melalui serangkaian penelitian yang sangat dikenal, yaitu The Hawthorne
Experiments. Berdasarkan penelitian tersebut, Mayo yang dibantu juga oleh beberapa
temannya mengemukakan beberapa hasil temuannya, antara lain : a. Perangsang finansial
atau bonus yang tidak selamanya akan meningkatkan produktivitas pekerja. b. Perilaku
manajemen, dalam hal ini manajer atau pengawas, juga mempengaruhi produktivitas pekerja.
Perhatian pengawas pada bawahannya bisa memberi pengaruh baik pada produktivitas kerja.
c. Kelompok informal dalam lingkungan pekerja yang berfungsi sebagai lingkungan sosial
pekerja juga mempengaruhi produktivitas pekerja. Dalam perkembangannya, pendekatan
hubungan antar manusia (human relation) ini berkembang menjadi ilmu perilaku (behavior
science), dan pendekatannya dalam manajemen menjadi pendekatan perilaku. Pengikut aliran
ini memandang praktek-praktek manajemen sebagai rangkaian pola tingkah laku manusia
yang berperan di dalamnya. Berdasarkan pandangan tersebut, aliran manajemen ini tidak lagi
melihat manusia sebagai manusia rasional dan ekonomis (rational-economic-man) tetapi
melihat manusia sebagai makhluk sosial (social-man). Kebutuhan manusia tidak hanya
kebutuhan fisiologis saja (makan, rumah, pakaian) tetapi mencakup juga kebutuhankebutuhan lain seperti keinginan untuk diterima dan dihargai oleh orang lain yang harus
dipenuhi juga dalam bekerja. Dalam praktek manajemen, pendekatan perilaku banyak
memberikan perbaikan dari segi kemanusiaan. Penemuan-penemuan yang dihasilkan
pendekatan ini seperti tentang bagaimana munculnya motivasi orang, bagaimana kelompok
berperilaku, bagaimana hubungan antar individu terjadi dalam bekerja, menyebabkan makin
diperbaikinya cara-cara berhubungan antara atasan dengan bawahannya. Ini berarti gaya
manajer mengalami perubahan dan akibatnya terjadi pula perubahan pada pola pelatihan
manajemen (management training). Kelemahan-kelemahan ternyata juga ada dalam
pendekatan manajemen ini. Hasil-hasil penelitian dengan ilmu perilaku (behavioral science)
ini seringkali sulit diterapkan dengan praktis. Lebih dari itu tingkah laku manusia itu sendiri
sangat rumit, sehingga sangat sulit untuk dipelajari. 1.5.3 Penyelidikan Operasional
(Management Science) Perang Dunia II juga memberi pengaruh pada perkembangan ilmu
manajemen. Pada saat itu pihak sekutu tengah mengembangkan teknik-teknik optimasi
penyelidikan operasional (operations research) untuk menghadapi pasukan kapal selam
pihak Jerman. Ketika perang selesai ternyata teknik-teknik optimasi yang dikembangkan
tersebut dapat dipakai dalam dunia industri, bahkan selanjutnya terjadi pengembangan terusmenerus dalam teknik optimasi tersebut. Perkembangan inilah yang kemudian mempengaruhi
perkembangan ilmu manajemen. Penyelidikan operasional dikenal juga sebagai aliran
kuantitatif dalam manajemen. Berbeda dengan aliran-aliran sebelumnya, aliran ini
lagi oleh lapisan manajemen di bawahnya untuk kemudian dirumuskan lagi. Begitu
seterusnya sampai ke lapisan manajemen paling bawah sehingga memungkinkan
didapatkannya konsistensi tujuan akhir. Berbeda dengan pendekatan dari atas, maka
pendekatan dari bawah merupakan kebalikan dari pendekatan tersebut. Penetapan tujuan
dimulai dari individu-individu pada lapisan manajemen bawah. Kemudian dilakukan
pengkajian terhadap tujuan-tujuan tersebut pada lapisan manajemen di atasnya untuk
dirumuskan dalam suatu tujuan tertentu. Begitu seterusnya sampai akhirnya mencapai lapisan
manajemen puncak (top management), tujuan tersebut akhirnya terumuskan sebagai
kesepakatan bersama. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam tujuan ini berkenaan
dengan tingkatan dalam organisasi adalah tujuan memiliki hirarki atau tingkatan tertentu
pula. Pada tingkatan organisasi paling atas, dengan kata lain tingkat manajemen puncak,
tujuan bersifat sangat global. Makin ke bawah tingkatan tujuan tersebut makin terjabarkan
sehingga bersifat sangat spesifik dan operasional. Misalkan sebuah perusahaan bertujuan
meningkatkan jumlah keuntungan pada tahun produksi mendatang. Bagi bagian pemasaran,
tujuan tersebut dapat dirumuskan lagi dalam bentuk sasaran penjualan (misalkan dalam
rupiah) tahun mendatang yang harus dicapai. Pada tingkatan di bawahnya lagi tujuan tersebut
dijabarkan lagi dalam penentuan strategi promosi yang harus dilakukan. 2.3 Perencanaan
Perencanaan merupakan proses pemilihan informasi dan pembuatan asumsi-asumsi mengenai
keadaan di masa yang akan datang untuk merumuskan kegiatan-kegiatan yang perlu
dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Terdapat
berbagai bentuk rencana yang pada dasarnya dibedakan menjadi : 1. Kebijaksanaan
(policy),adalah rencana yang menerangkan keseluruhan batasan kegiatan secara umum dan
komprehensif yang menjadi pegangan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan. 2.
Prosedur,adalah rencana yang menerangkan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk
menjalankan suatu kegiatan. 3. Metode,adalah rencana yang menerangkan tindakan-tindakan
yang harus dilakukan untuk menjalankan suatu kegiatan. 4. Standard, yaitu suatu gambaran
pencapaian yang diharapkan dari kegiatan-kegiatan yang direncanakan. 5. Anggaran, yaitu
rencana mengenai penerimaan dan pengeluaran uang dalam suatu kegiatan. 6. Program,
adalah rencana komprehensif yang menyangkut pemakaian sumber daya secara integratif
termasuk jadwal pelaksanaan kegiatan-kegiatan. Di samping itu perencanaan juga dapat
dilihat dari sudut jangkauan waktu atau kurun (horizon) perencanaannya. Ada rencana yang
jangkauan waktunya panjang atau lebih dikenal lagi dengan sebutan rencana janka panjang
(strategis), misalkan rencana untuk 5 tahun mendatang. Di lain pihak ada rencana yag
jangkauan waktunya lebih pendek, misalkan rencana untuk satu tahun bahkan satu bulan
mendatang, yang disebut sebagai rencana operasional (taktis). Langkah-langkah yang perlu
dilakukan dalam menyusun perencanaan secara umum adalah sebagai berikut : 1.
Mendefinisikan persoalan yang direncanakan dengan jelas dan baik sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. 2. Mengumpulkan informasi-informasi yang berkenaan dengan
kegiatan-kegiatan yang mungkin akan terjadi dalam rangka pencapaian tujuan tersebut. 3.
Melakukan analisis terhadap informasi yang dapat dikumpulkan dan mengklasifikasikannya
atas kepentingannya. 4. Menetapkan batasan-batasan perencanaan. 5. Menetapkan alternatifalternatif rencana. 6. Memilih rencana yang akan dipakai dari alternatif-alternatif yang ada. 7.
Menyiapkan langkah-langkah pelaksanaan yang lebih rinci serta penjadwalan
pelaksanaannya. 8. Melakukan pemeriksaan ulang (review) terhadap rencana yang diusulkan
sebelum rencana dilaksanakan. 2.4 Staffing Staffing adalah proses manajemen yang
berkenaan dengan pengerahan (recruitment), penempatan, pelatihan, dan pengembangan
tenaga kerja dalam organisasi. Pada dasarnya prinsip dari tahapan proses manajemen ini
adalah menempatkan orang yang sesuai pada tempat yang sesuai dan pada saat yang tepat
(right people, right position, right time). Sebelum mencari orang untuk ditempatkan dalam
satu posisi tertentu maka terlebih dahulu ditetapkan struktur organisasi yang akan dipakai.
Masing-masing posisi pada organisasi tersebut kemudian harus dijelaskan lingkup tugas,
tanggung jawab, dan keahlian serta keterampilan yang diisyaratkan yang dikenal sebagai
uraian jabatan (job description) dan persyaratan jabatan (job requirement). Berdasarkan
kedua hal inilah baru dilakuan proses staffing tersebut. Langkah-langkah yang perlu
dilakukan dalam tahapan staffing ini pada dasarnya adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan
sumber daya manusia, yaitu tahapan penentuan akan kebutuhan tenaga kerja dalam suatu
organisasi dengan mempertimbangkan rencana organisasi seperti pengembangan yang akan
dilakukan di samping juga mempertimbangkan faktor luar seperti kondisi pasar tenaga kerja.
2. Pengerahan tenaga kerja (recruitment), yang dapat berasal dari pasar tenaga kerja maupun
berasal dari promosi dalam organisasi itu sendiri. 3. Seleksi, yaitu proses pemilihan tenaga
kerja yang sesuai dengan posisi yang akan diisi dari sekumpulan orang yang didapat dari
proses pengerahan tenaga kerja. 4. Pelatihan (training), setelah didapatkan orang yang sesuai
untuk satu posisi tertentu, maka langkah berikutnya adalah melakukan pelatihan bagi orang
tersebut sehingga memenuhi kualifikasi persyaratan jabatannya. 5. Penilaian kinerja
(performance appraisal) setiap tenaga kerja yang ada untuk melihat kemungkinan promosi,
mutasi, atau bahkan mungkin pemberian hukuman, setelah jangka waktu tertentu (secara
berkala). 2.5 PENGATURAN (Directing) Pengaturan (directing) adalah usaha untuk
memobilisasi sumber-sumber daya yang dimiliki oleh organisasi agar dapat bergerak dalam
satu kesatuan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Dalam tahapan proses ini terkandung
usaha-usaha bagaimana memotivasi orang agar dapat bekerja dengan baik, bagaimana proses
kepemimpinan yang memungkinkan pencapaian tujuan serta dapat memberikan suasana
hubungan kerja yang baik, dan bagaimana mengkoordinasi orang-orang dan kegiatankegiatan dalam suatu organisasi. Pada dasarnya dalam bekerja orang memiliki motivasi yang
berbeda-beda. Apabila motivasi ini dapat dikenali dan kemudian dirangsang dengan tepat
maka bisa diharapkan orang tersebut akan memiliki kinerja yang baik. Proses kepemimpinan
yang baik harus memperhatikan aspek motivasi tersebut. Aspek lain yang sangat penting
dalam pengaturan adalah koordinasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
koordinasi antara lain adalah sebagai berikut : 1. Rentang kendali (span of control) yaitu
banyaknya orang yang masih dapat dikendalikan oleh seseorang secara efektif. Pada dasarnya
makin banyak bawahan yang harus dikendalikan maka koordinasi yang semakin sulit. namun
harus pula diingat bahwa jenis pekerjaan dan tingkat manajemen juga mempengaruhi
kemampuan tersebut. 2. Hirarki organisasi sesedikit mungkin sehingga perintah atau
informasi jangan sampai terlambat atau menyimpang. 3. Adanya kesatuan komando. 2.6
PENGAWASAN (Supervising) Pengawasan (supervising) didefinisikan sebagai interaksi
langsung antar individu-individu dalam suatu organisasi untuk mencapai kinerja serta tujuan
organisasi tersebut. Berkenaan dengan tahapan proses ini perlu dikenal adanya suatu kondisi
tertentu dalam organisasi yaitu fenomena kelompok formal dan informal dalam suatu
organisasi. Kelompok formal adalah kelompok yang dapat dilihat pada struktur organisasi
resmi yang dibentuk oleh manajemen untuk melaksanakan suatu tugas atau kegiatan tertentu.
Namun demikian dapat timbul suatu kelompok informal yang berbeda dengan kelompok
formal. Kelompok ini bisa membentuk struktur yang kuat dengan pemimpin sendiri serta
mungkin aturan-aturan sendiri pula. Kelompok informal ini bisa mendukung organisasi tetapi
juga bisa menghambat organisasi. Tahapan pengawsan ini harus bisa mengatasi kemungkinan
hambatan dari kelompok informal ini. Bagaimana menjaga hubungan antar individu dan juga
antar kelompok formal-informal harus dilakukan dengan baik. 2.7 Pengendalian
Pengendalian adalah proses penetapan apa yang telah dicapai, yaitu proses evaluasi kinerja,
dan jika diperlukan dilakukan perbaikan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Kegiatan ini sangat erat kaitannya dengan kegiatan perencanaan sebab pada kegiatan
pengendalian inilah dilihat apakah yag direncanakan tersebut dapat dicapai atau tidak. Proses
pengendalian tersebut dapat diterangkan sebagai berikut : 1. Sebagai langkah pertama
dilakukan pengukuran terhadap kinerja yang telah ditampilkan dalam selang waktu
pengendalian tertentu. 2. Kemudian hasil yang dicapai tersebut dibandingkan dengan
standard yang telah ditetapkan dalam rencana untuk menentukan penyimpanganpenyimpangan yang terjadi. 3. Apabila penyimpangan-penyimpangan yang terjadi masih
berada dalam batasan-batasan yang diijinkan dalam rencana maka proses manajemen terus
dilakukan, jika tidak maka harus dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap rencana yang telah
dibuat sehingga proses manajemen berulang kembali. 3. DAFTAR PUSTAKA Stoner, James
A.F. dan C. Wankel, Management, 3rd ed., Englewood Cliffs : Prentice Hall International,
1986. Sukarno K., Dasar-dasar Manajemen, Penerbit Miswar, 1985. Terry, George R. dan
S.G. Franklin, Principles of Management, 8rd ed,, Homewood : Richard Irwin, Inc., 1982.
Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef