Anda di halaman 1dari 10

RESUME

BIMBINGAN DAN KONSELING


Pengertian BK, Tujuan BK, dan Arah Pelayanan BK

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Anggota :
Kenny Rahayu (14129078)
Roza Anggraini (14129268)
Rendy Anggraini (14129264)

14 BKT 09

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS V UPP IV BUKITTINGGI
2016

PENGERTIAN BK, TUJUAN BK, DAN ARAH PELAYANAN BK

A. PENGERTIAN BIMBINGAN KONSELING


Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata yaitu bimbingan
(terjemahan dari kata guidance) dan konseling (diambil dari kata counseling). Dalam
praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan.
Keduanya merupakan bagian yang integral (Tohirin, 2011: 15).
1. Pengertian Bimbingan
a) Pengertian Bimbingan Secara Etimologi
Menurut Winkel dalam Tohirin (2011: 15-16) istilah bimbingan merupakan terjemahan
dari kata guidance. Kata guidanceyang kata dasarnya guidememiliki beberapa arti :
a) Menunjukkan jalan (showing the way),
b) Memimpin (leading),
c) Memberikan petunjuk (giving instruction),
d) Mengatur (regulating),
e) Mengarahkan (governing), dan
f)

Memberi nasihat (giving advice).

b) Pengertian Bimbingan Secara Terminologi


a.

Miller (1961) dalam Surya (1988), menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan
terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk
melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk
madrasah), keluarga, dan masyarakat (Tohirin, 2011: 16-17).

b. Surya (1988) mengutip pendapat Crow & Crow (1960) menyatakan bahwa bimbingan adalah
bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki pribadi
baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap usia untuk
menolongnya mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan
memikul bebannya sendiri (Tohirin, 2011: 17).

c.

Menurut Stoops mengemukakan bimbingan adalah suatu proses terus menerus dalam hal
membantu individu dalam perkembangannya untuk mencapai kemampuansecara maksimal
dalam mengarahkan manfaat yang sebesar besarnya bagi dirinya maupun masyarakatnya.
(kutipan Djumhur dan M. Surya 1975).

d. Djumhur dan M. Surya memberikan batasan tentang bimbingan, yaitu suatu proses pemberian
bantuan terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang di
hadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya sendiri (self understanding),
kemampuan untuk menerima dirinya sendiri (self accaptance), kemampuan untuk mengarahkan
diri sendiri (self direction) dan kemampuan untuk merealisir diri sendiri (realization), sesuai
dengan potensi dan kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan.
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa BIMBINGAN berarti : bantuan yang diberikan
oleh pembimbing kepada individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan
mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan dalam
suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku

2. Pengertian Konseling
1) Pengertian Konseling Secara Etimologi
Istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris counseling di dalam kamus artinya
dikaitkan dengan kata counsel memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel),
anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan arti di atas, konseling
secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran
(Tohirin, 2011: 21-22).

2) Pengertian Konseling Secara Terminologi


a.

Mortensen (1964) menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan antarpribadi d


mana orang yang satu membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan
menemukan masalahnya (Tohirin, 2011: 22).

b. James Adam mengemukakan bahwa konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua
orang individu di mana seorang Counselor membantu Counsele supaya ia lebih baik memahami

dirinya dalam hubungan dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan waktu yang
akan datang. (kutipan Djumhur dan M. Surya (1975) .
c.

Rogers (1982) mengemukakan bahwa konseling adalah serangkaian kegiatan hubungan


langsung antar individu, dengan tujuan memberika bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan
tingkah lakunya.

d. Mortensen dan Schmuller dalam bukunya berjudul Guidance in todays school (1964)
mengemukakan konseling adalah suatu proses hubungan seseorang dengan seseorang di mana
yang seseorang di bantu oleh yang lainnya untuk meningkatan pengertian dan kemampuan dalam
menghadapi masalahnya.
e.

Wren dalam bukunya yang berjudul student person al work in college, berpendapat bahwa
konseling adalah pertalian pribadi yang dinamis antara dua orang yang berusaha memecahkan
masalah dengan mempertimbangkan bersama sama, sehingga akhirnya orang yang lebih muda
atau orang yang mempunyai kesulitan yang lebih banyak di antara keduanya di bantu oleh orang
lain untuk memecahkan masalahnya berdasarkan penentuan diri sendiri.

f.

Williamson dan Foley dalam bukunya Counseling and Diciplinemengemukakan bahwa


konseling adalah suatu situasi pertemuan langsung di mana yang seorang terlibat dalam situasi
itu karena latihan dan keterampilan yang dimilikinya atau karena mendapat kepercayaan dari
yang lain, berusaha menolong yang kedua dalam menghadapi, menjelaskan, memecahkan, dan
menanggulangi masalah penyesuaian diri.

g. Sedangkan menurut American Personnel and Guidance Association (APGA) mendefinisikan


konseling sebagai suatu hubungan antara seorang yang terlatih secara profesional dan individu
yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau
pengambilan keputusan (Tohirin, 2011: 23).
Kesimpulan yang dapat diambil mengenai pengertian KONSELING adalah kontak atau
hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien,
yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan normanorma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien (siswa).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Bimbingan dan
Konseling (BK) adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing
(konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik

antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan
masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.

B. TUJUAN BK
Bimbingan

dan

konseling

merupakan

pelayanan

bantuan

untuk

siswa

baik

individu/kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial,
belajar, karier; melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma
yang berlaku. Tujuan bimbingan dan konseling, yaitu untuk membantu memandirikan siswa
dalam mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal.
Sudrajat (2008) menyatakan bahwa pelayanan BK di sekolah diarahkan pada
ketercapaian tujuan pendidikan dan tujuan pelaksanaan konseling. Sebagai salah satu lembaga
pendidikan, sekolah membutuhkan pelayanan BK dalam penyelenggaraan dan peningkatan
kondisi kehidupan di sekolah demi tercapainya tujuan pendidikan yang berjalan seiring dengan
visi profesi konseling, yaitu terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui
tersedianya pelayanan bantuan dalam memberikan dukungan perkembangan dan pengentasan
masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri, dan bahagia.
Kemudian Winkle (2005:32) mengemukakan bahwa tujuan pelayanan BK yaitu supaya
orang-perorangan atau kelompok orang yang dilayani menjadi mampu menghadapi tugas
perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas mewujudkan kesadaran dan kebebasan itu dalam
membuat pilihan-pilihan secara bijaksana serta mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri
secara memadai.
Secara Umum, Ada 5 tujuan yang akan di capai siswa dengan usaha bimbingan dan
konseling di sekolah:
1. Untuk mengenal diri sendiri dan lingkungannya.
Dengan mengenal diri sendiri dan lingkungannya, diharapkan siswa dapat melihat
hubungan dan kemungkinan yang tersedia serta memperkirakan apa yang dapat mereka capai
sesuai dengan diri mereka sendiri. Dengan kata lain mereka mampu untuk mengenal kelebihan
dan kekurangan mereka.

2. Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
Maksudnya mereka dapat menerima keterbatasan yang mereka miliki, dengan mengenal
keterbatasan diharapkan mereka mampu menerima apa yang ada atau apa adanya yang terdapat
pada diri mereka secara positif dan dinamis.
3. Untuk dapat mengambil keputusan sendiri tentang berbagai hal.
Kenyataan menunjukan bahwa seseorang yang dapat menentukan sendiri dari suatu hal
tanpa dipaksa oleh pihak lain, akan memberikan kepuasan tersendirimbagi dirinya sendiri.
4. Untuk dapat mengarahkan diri sendiri.
Sejalan dengan tujuan sebelumnya, bimbingan dan konseling menginginkan agar pada
akhirnya siswa mampu mengarahkan diri mereka sendiri yang di dasarkan pada keputusan yang
mereka ambil sesuai dengan apa yang ada pada diri mereka.
5. Untuk dapat mewujudkan diri sendiri.
Dengan pengenalan diri dan lingkungan, mengambil keputusan sendiri, dan dengan
mengarahkan diri sendiri, akirnya di harapkan siswa dapat mewujudkan dirinya sendiri.
Secara khusus, bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat
mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial (afektif), belajar
(akademik/kognitif), dan karier (psikomotorik).
1. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait aspek pribadi-sosial siswa adalah:
1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya,
sekolah/madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan
memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
3) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait
dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
4) Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
5) Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat.
6) Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak
melecehkan martabat dan harga dirinya.

7) Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas dan
kewajibannya.
8) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk
hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silahturahmi dengan sesama manusia.
9) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri
sendiri) maupun dengan orang lain.
2. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait aspek belajar (akademik) siswa adalah:
1) Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan
yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
2) Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin
dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua
kegiatan belajar yang diprogramkan.
3) Memiliki motifasi yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
4) Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku,
menggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
5) Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat
jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran
tertentu,

dan

berusaha

memperoleh

informasi

tentang

berbagai

hal

dalam

rangka

mengembangkan wawasan yang lebih luas.


6) Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
3. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait aspek karier siswa (kebanyakan bagi siswa
SMA) adalah:
1) Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat, dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
2) Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karier yang menunjang kematangan
kompetensi karier.
3) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan
apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya dan sesuai dengan norma agama.
4) Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan
keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita kariernya masa depan.

5) Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri
pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan,
prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
6) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional
untuk memperoleh peran-peran yang sesuai minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial
ekonomi.
7) Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier. Apabila seorang siswa
bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada
kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karier keguruan tersebut.
8) Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu
karier amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap
orang perlu memahami kemampuan dan minatnya dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan
apakan ia berminat terhadap pekerjaan tersebut.

C. ARAH PELAYANAN BK
a. Pelayanan Dasar
Pelayanan mengarah kepada terpenuhinya kebutuhan siswa yang paling elementer, yaitu
kebutuhan makan dan minum, udara segar, dan kesehatan, serta kebutuhan hubungan sosioemosional. Orang tua, guru dan orang-orang yang dekat (significant persons) memiliki peranan
paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan dasar siswa. Dalam hal ini, Guru BK atau
Konselor pada umumnya berperan secara tidak langsung dan mendorong para significant persons
berperan optimal dalam memenuhi kebutuhan paling elementer siswa.

b. Pelayanan Pengembangan
Pelayanan untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan tahap-tahap dan
tugas-tugas perkembangannya. Dengan pelayanan pengembangan yang cukup baik siswa akan
dapat menjalani kehidupan dan perkembangan dirinya dengan wajar, tanpa beban yang
memberatkan, memperoleh penyaluran bagi pengembangan potensi yang dimiliki secara optimal,
serta menatap masa depan dengan cerah. Upaya pendidikan pada umumnya merupakan
pelaksanaan pelayanan pengem-bangan bagi peserta didik. Pada satuan-satuan pendidikan, para

pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran dominan dalam penyelenggaraan


pengembangan terhadap siswa. Dalam hal ini, pelayanan BK yang dilaksanakan oleh Guru BK
atau Konselor selalu diarahkan dan mengacu kepada tahap dan tugas perkembangan siswa.

c.

Pelayanan Teraputik,
Pelayanan untuk menangani pemasalahan yang diakibatkan oleh gangguan terhadap
pelayanan dasar dan pelayanan pengembangan, serta pelayanan pemi natan. Permasalahan
tersebut dapat terkait dengan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kehidupan keluarga, kegiatan
belajar, karir. Dalam upaya menangani permasalahan peserta didik, Guru BK atau Konselor
memiliki peran dominan. Peran pelayanan teraputik oleh Guru BK atau Konselor dapat
menjangkau aspek-aspek pelayanan dasar, pelayanan pengem-bangan, dan pelayanan peminatan.

d. Pelayanan Arah Peminatan/Lintas Minat/ Pendalaman Minat Studi Siswa


Pelayanan yang secara khusus tertuju kepada peminatan/lintas minat/pendalaman minat
peserta didik sesuai dengan konstruk dan isi kurikulum yang ada. Arah peminatan/lintas
minat/pendalaman minat ini terkait dengan bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir
dengan menggunakan segenap perangkat (jenis layanan dan kegiatan pendukung) yang ada
dalam pelayanan BK. Pelayanan peminatan/lintas minat/pendalaman minat peserta didik ini
terkait pula dengan aspek-aspek pelayanan pengembangan tersebut di atas.

e.

Pelayanan Diperluas
Pelayanan dengan sasaran di luar diri siswa pada satuan pendidikan, seperti personil
satuan pendidikan, orang tua, dan warga masyarakat lainnya yang semuanya itu terkait dengan
kehidupan satuan pendidikan dengan arah pokok terselenggaranya dan suskesnya tugas utama
satuan pendidikan, proses pembelajaran, optimalisasi pengembangan potensi siswa. Pelayanan
diperluas ini dapat terkait secara langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan pelayanan
dasar, pengembangan peminatan, dan pelayanan teraputik tersebut di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Hikmawati, Fenti. 2011. Bimbingan Konseling. Jakarta : Rajawali Pers.


Syahril, Riska Ahmad. 1987. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Padang: Angkasa
Raya.
Syamsu, Yusuf dan Ahmad Juntika. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Rosdakarya.
Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Integrasi). Jakarta : PT Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai