Anda di halaman 1dari 43

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu
diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam UUD 1945 melalui pembangunan nasional yang berkesinambungan
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Keberhasilan pembangunan kesehatan
sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil
dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan dengan perencanaan
terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid.
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda
(double burden), yaitu beban masalah penyakit menular dan penyakit
degeneratif. Pemberantasan penyakit menular sangat sulit karena penyebaannya
tidak mengenal batas wilayah administrasi (Kepmenkes, 2013: 18).
Menurut Undang-undang Nomor 36 Tahun 2006 tentang kesehatan,
imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit
menular yang merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan
sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai
Millennium Developlent Goals (MDGs) khususnya untuk menurunkan angka
kematian pada anak (Kemenkes, 2013: 18). Imunisasi merupakan upaya

pencegahan yang telah berhasil menurunkan morbiditas (angka kesakitan) dan


mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada bayi dan anak (Maryunani,
2010: 208). Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan
pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit salah satunya penyakit campak
(Suyitno, 2005:7). Penyakit campak dikenal juga sebagai morbili atau measles,
merupakan penyakit yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus,
90 % anak yang tidak kebal akan terserang
1 penyakit campak (Direktorat Jenderal
PP & PL Depkes RI, 2008: 2)
Penyakit campak sebagai salah satu penyakit infeksi masih menjadi
masalah bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di negara berkembang lainnya.
Kematian akibat campak di dunia yang dilaporkan pada tahun 2002 mencapai
777.000 jiwa dan 202.000 jiwa diantaranya berasal dari ASEAN. Pada tahun
2005 di Asia Tenggara tercatat kematian anak akibat campak sebanyak 174.000
jiwa dengan 36.000 jiwa (20,68 %) berasal dari Indonesia dan setiap tahun
36.000 anak Indonesia meninggal oleh karena campak (Setiawan, 2008: i).
Menurut data WHO bersama UNICEF tahun 2006 2010 menyatakan
bahwa tujuan pogram pengendalian penyakit campak adalah mengurangi angka
kematian campak sebesar 90 % pada tahun 2010 dibanding tahun 2000
(Direktorat Jenderal PP & PL Depkes RI, 2008: i). Pada kenyataannya ancaman
campak masih mengintai jutaan anak di seluruh dunia, terutama mereka yang
belum pernah mendapatkan imunisasi campak di Indonesia, sedikitnya masih
terjadi 30.000 kematian anak karena campak, artinya setiap 20 menit satu anak

meninggal dunia karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi


(Direktorat Jenderal PP & PL Depkes RI, 2008: 2).
Secara spesifik program imunisasi di Indonesia memiliki target cakupan
imunisasi lengkap minimal 80 % secara merata pada bayi di seluruh desa atau
kelurahan pada tahun 2014. Pencegahan dapat dilakukan apabila orang tua tahu
bagaimana penyakit itu terjadi dan mampu mengambil langkah yang tepat untuk
melindungi anaknya (Kepmenkes, 2013:20). Dengan adanya penurunan cakupan
imunisasi pada saat sekarang ini, dapat memperburuk kondisi kesehatan ibu dan
anak pada khususnya, dimana anak yang memiliki status gizi buruk seringkali
terserang penyakit menular seperti campak yang sebenarnya dapat dicegah
dengan imunisasi (Depkes RI, 2007:1). Cakupan imunisasi harus dipertahankan
tinggi dan merata. Kegagalan untuk menjaga tingkat cakupan imunisasi yang
tinggi dan merata dapat menimbulkan letusan atau kejadian luar biasa (KLB)
PD3I. (Depkes RI, 2005:3)
Target Universal Child Immunization (UCI) tahun 2014 adalah 85 %.
Untuk Provinsi Sumatera Barat pencapaian imunisasi campak pada tahun 2013
adalah 75 %. (Dinkes Sumbar, 2013). Dan untuk Kota Solok pencapaian cakupan
campak tahun 2013 adalah 89,5 % dimana targetnya 90. Pencapaian imunisasi
campak bayi pada tahun 2014 adalah 89,7 % dibawah target UCI adalah 90 %
sedangkan pencapaian imunisasi campak pada bulan Januari 2015 pencapaian
imunisasi campak kota Solok adalah 4,8 % seharusnya 7,5 %. Untuk lebih
jelasnya pencapaian imunisasi campak di Kota Solok dari bulan Februari tahun
2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Pencapaian Imunisasi Campak Di Kota Solok
Bulan Januari sampai Februari tahun 2015
No
1

2
3

Puskesmas

Kelurahan

Tanjung Paku Kampung Jawa


Tanjung Paku
PPA
Koto Panjang
Tanah Garam Tanah garam
VI Suku
Sinapa Piliang
KTK
KTK
Aro IV Korong
Simpang Rumbio
IX Korong
Nan Balimo
Laing
Nan Balimo

Sasaran bulan Pencapaian


Januari Februari
21
13
20
5
19
14
7
2
38
31
21
20
5
4
8
2
10
4
25
16
6
6
4
3
25
4

Jumlah

207

133

%
62
25
74
29
82
95
80
25
40
64
100
75
16
64

(Sumber: Laporan Tahunan Seksi P2M Dinas Kota Solok, 2014)


Dari tabel 1.1 di atas dapat dilihat cakupan imunisasi campak terendah
pencapaiannya adalah Kelurahan Nan Balimo Wilayah kerja Puskesmas Nan
Balimo yaitu 16 % belum mencapai target Universal Child Immunization (UCI)
yaitu 85 %.
Upaya Dinas Kesehatan kota Solok tahun 2015 untuk menanggulangi
permasalahan tersebut dengan menerapkan kebijakan bahwa penyelenggaraan
imunisasi dasar dapat dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat,
dengan prinsip keterpaduan; mengupayakan pemerataan jangkauan pelayanan;
mengupayakan

kualitas

pelayanan;

mengupayakan

kesinambungan

penyelenggaraan melalui perencanaan program dan anggaran terpadu (Dinkes


Solok , 2015)
Berdasarkan informasi dari Kasi Dinas Kesehatan Kota Solok bahwa
imunisasi pada bayi dapat dilengkapi sampai usia batita (36 bulan) jadi jika
imunisasi pada bayi belum lengkap masa bayi dapat diberikan sampai usia anak
36 bulan (Laporan Tahunan Seksi P2M Dinas Kota Solok, 2015). Pencapaian
imunisasi per posyandu di kelurahan Nan Balimo wilayah kerja Puskesmas Nan
Balimo dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Pencapaian Imunisasi Campak Per Posyandu Di
Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo
Kota Solok Bulan Januari sampai April tahun 2015
No
1
2
3
4
5
6
7

Posyandu
Anggrek II
Raflesia
Damar
Bogenvil
Anggrek I
Teratai Putih
Merah Sari
Jumlah

Jumlah sasaran
2
4
6
6
6
5
8
37

Pencapaian
2
4
5
6
6
5
8

%
100
100
80
100
100
100
100

36

(Sumber: Laporan bulanan Puskesmas Nan Balimo, tahun 2015)


Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah bayi yang telah diimunisasi
campak perposyandu di kelurahan Nan Balimo berjumlah 36 orang.
Penyakit campak mudah menulari anak-anak, bila anak terjangkit virus
campak, yang diserang adalah sistem kekebalan tubuhnya. Tingkat resiko paling

tinggi adalah bila menyerang anak di bawah 5 tahun, karena dapat


mengakibatkan komplikasi fatal berkaitan dengan radang paru-paru (pneumonia),
diare, radang telinga dan radang otak (Depkes, 2012:2)
Dari studi pendahuluan yang penulis lakukan di wilayah kerja Puskesmas
Nan Balimo pada tanggal 2 Januari 2014, berdasarkan hasil wawancara dengan 4
orang ibu bayi yang tinggal di Kelurahan Nan Balimo, 2 orang ibu mengatakan
tidak mengetahui manfaat dari imunisasi campak, 1 orang ibu lainnya
mengatakan bayinya demam setelah imunisasi campak. dan 1 orang ibu lainnya
mengatakan suaminya melarang bayinya untuk diimunisasi campak.
Perilaku sehat dapat terbentuk karena berbagai pengaruh atau rangsangan
yang berupa pengetahuan dan sikap, pengalaman, keyakinan, sosial budaya dan
sarana fisik. Pengaruh itu bersifat internal dan eksternal dan diklasifikasikan
menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan di antaranya faktor
predisposisi meliputi pengetahuan, sikap, nilai, persepsi dan keyakinan. Faktor
pemungkin (enabling) yaitu faktor-faktor yang mendukung atau memungkinkan
terwujudnya perilaku kesehatan meliputi dukungan keluarga dan ketersediaan
saran dan prasarana) (Niven, 2002:184).
Dalam pemberian imunisasi campak dipengaruhi persepsi ibu dan
dukungan keluarga. Persepsi ibu merupakan hal penting yang berkaitan dengan
pemberian imunisasi campak pada balita. Kurangnya pengetahuan, informasi dan
pemahaman terutama pada ibu dapat berdampak pada perbedaan persepsi tentang
imunisasi campak dan peningkatan frekuensi penderita campak. Hal ini dapat

disebabkan adanya pengaruh terhadap persepsi yaitu diantaranya persepsi dalam


hal belajar yang berbeda, kesiapan mental, kebutuhan dan motivasi, serta gaya
berpikir. Selain itu faktor dukungan keluarga tidak boleh imunisasi juga
mempengaruhi pelaksanaan imunisasi campak. Imunisasi campak sangat penting
bagi balita dalam upaya mencegah terjadinya penyakit campak. Perlu ditekankan
bahwa pemberian imunisasi campak pada balita tidak hanya akan mencegah
terjadinya penyakit campak, tetapi akan memberikan dampak yang lebih luas lagi
karena akan mencegah penularan penyakit campak yang lebih luas dengan
adanya peningkatan tingkat imunitas secara umum di masyarakat (Cristiana,
2012).
Imunisasi campak kadang dapat mengakibatkan efek samping.Ini adalah
tanda baik yang membuktikan bahwa vaksin betul-betul bekerja secara tepat.
Efek samping yang biasanya terjadi diantaranya anak mungkin panas, kadang
disertai dengan kemerahan 410 hari sesudah penyuntikan, rewel, kejang yang
ringan tapi tidak berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan (Cristiana,
2012).
B. Perumusan Masalah
Penyakit campak mudah menulari anak-anak, bila anak terjangkit virus
campak, yang diserang adalah sistem kekebalan tubuhnya. Tingkat resiko paling
tinggi adalah bila menyerang anak di bawah 5 tahun, karena dapat mengakibatkan
komplikasi fatal berkaitan dengan radang paru-paru (pneumonia), diare, radang

telinga dan radang otak. Penyakit campak dapat dicegah dengan imunisasi
campak dimana pemberian imunisasi campak dipengaruhi oleh perilaku ibu yang
meliputi beberapa faktor pengetahuan ibu, persepsi ibu dan dukungan keluarga.
Persepsi ibu merupakan hal penting yang berkaitan dengan pemberian imunisasi
campak pada balita. Kurangnya pengetahuan, informasi dan pemahaman terutama
pada ibu dapat berdampak pada perbedaan persepsi tentang imunisasi campak dan
peningkatan frekuensi penderita campak. Berdasarkan rumusan masalah dapat
diangkat judul penelitian ini tentang Bagaimana gambaran faktor faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan imunisasi campak pada ibu yang mempunyai anak
usia 12 bulan 36 bulan di Kelurahan Nan Balimo wilayah kerja Puskesmas Nan
Balimo Kota Solok tahun 2015?

C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi campak pada anak
usia 12 bulan 36 bulan di Kelurahan Nan Balimo wilayah kerja Puskesmas
Nan Balimo Kota Solok tahun 2015?
2. Bagaimana gambaran persepsi ibu dalam pemberian imunisasi campak pada
anak usia 12 bulan 36 bulan di Kelurahan Nan Balimo wilayah kerja
Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun 2015 ?
3. Bagaimana gambaran dukungan keluarga dalam memberikan imunisasi campak
pada anak usia 12 bulan 36 bulan di Kelurahan Nan Balimo wilayah kerja
Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun 2015 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan, persepsi dan dukungan keluarga
dalam pemberian imunisasi campak pada ibu yang mempunyai anak usia 12
bulan 36 bulan di Kelurahan Nan Balimo wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo
Kota Solok tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi campak pada anak
usia 12 bulan 36 bulan di Kelurahan Nan Balimo wilayah kerja
Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun 2015.
b. Diketahui gambaran persepsi ibu dalam pemberian imunisasi campak pada
anak usia 12 bulan 36 bulan di Kelurahan Nan Balimo wilayah kerja
Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun 2015
c. Diketahui gambaran dukungan keluarga dalam memberikan imunisasi
campak pada anak usia 12 bulan 36 bulan di Kelurahan Nan Balimo
wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk
mahasiswa yang akan meneliti dengan permasalahan yang sama.

10

2. Bagi Metodelogi
Sebagai sumber masukan dalam bidang ilmu terkait khususnya dan
dapat digunakan oleh pihak lain sebagai bahan perbandingan untuk peneliti
selanjutnya.

3. Bagi Puskesmas Nan Balimo


Merupakan salah satu masukan bagi petugas Puskesmas untuk
meningkatkan kerja sama dengan kader untuk menjaring bayi yang belum
mendapatkan imunisasi campak.

E. Ruang lingkup Penelitian


Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 3 sampai 10 Juni 2015 di
Kelurahan Nan Balimo wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok untuk
mengetahui Gambaran pengetahuan, persepsi dan dukungan keluarga dalam
pemberian imunisasi campak pada ibu yang mempunyai anak usia 12 bulan 36
bulan. Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan melakukan wawancara
berupa kuesioner. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki
anak usia 12 36 bulan telah mendapatkan imunisasi campak dari bulan Januari
sampai April 2015 dan tercatat pada register posyandu di Kelurahan Nan Balimo
wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun 2015 berjumlah 36

11

orang langsung dijadikan sampel (total sampling), dan penelitian ini


menggunakan metode penelitian deskriptif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan perlindungan
(kekebalan) di dalam tubuh bayi dan anak. Imunisasi adalah suatu cara untuk
meningkatkan kekebalan sesorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga
bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit
(Maryunani, 2010: 208).
2. Tujuan Imunisasi
a. Untuk mencegah

terjadi

penyakit

tertentu

pada

seseorang

dan

menghilangkan penyakit tertentu di dunia


b. Untuk melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat
berbahaya bagi bayi dan anak

12

c. Diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat


menurunkan angka morbidtas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan penyakit tertentu
d. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi)
aray bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada
imunisasi cacar (Maryunani, 2010: 209-210).
3. Vaksin Campak
Vaksin campak merupakan vaksin hidup yang dilemahkan setiap dosis
(0,5ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70
11
dan tidak lebih 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu eritromycin.
(Depkes RI, 2005: 14)
a. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak
b. Cara pemberian dan dosis
1) Sebelum disuntikan vaksin campak terlebih dahalu harus dilarutkan
dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut
2) Dosis pemberian 0,5 ml disuntikan secara subkutan pada lengan kiri atas,
pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan pada usia 6-7 tahun
c. Efek samping
Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan
selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
d. Kontraindikasi
Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang
diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, lymphoma.
(Depkes RI, 2005:14)
4. Kebijakan Program Imunisasi
Berdasarkan KEPMENKES RI tentang Pedoman Penyelenggaraan
Imunisasi, kebijakan pemerintah dalam program imunisasi yaitu :

13

a. Penyelenggaraan Imunisasi dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan


masyarakat, dengan mempertahankan prinsip keterpaduan antara pihak terkait.
b. Mengupayakan pemerataan jangkauan pelayanan imunisasi baik terhadap
sasaran masyarakat maupun sasaran wilayah.
c. Mengupayakan kualitas pelayanan yang bermutu.
d. Mengupayakan kesinambungan penyelenggaraan melalui perencanaan program
dan anggaran terpadu
e. Perhatian khusus diberikan untuk wilayah rawan sosial, rawan penyakit (KLB)
dan daerah-daerah sulit secara geografis.
B. Penyakit Campak
1. Pengertian Penyakit Campak
Penyakit campak adalah penyakit virus yang disebabkan oleh virus campak.
Penyebaran infeksi terjadi dengan perantara droplet, masa inkubasi 10-14 hari.
Penyakit campak sangat infeksius, dapat sejak awal masa prodomal sampai lebih
kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Masa prodromal berlangsung 2-4 hari yang
ditandai dengan demam yang diikuti dengan batuk (Suyitno, 2005:125).
Penyakit campak dapat menyerang semua anak-anak yang tidak kebal. Di
negara berkembang menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun sedangkan di
negara maju sering menyerang anak-anak prasekolah. Di daerah dengan kepadatan
penduduknya tinggi. Penyakit ini dapat bersifat endemic, sedangkan di daerah
dengan kepadatan penduduk yang rendah sering terjadi Kejadian Luar biasa (KLB)
(Suraatmaja, 1995:36)
Pada anak-anak dengan gizi baik, penyakit ini jarang menyebabkan
kematian. Sebaiknya pada anak-anak golongan gizi buruk, penyakit ini sering
menyebabkan kematian karena terjadi penyulit radang paru-paru. (Sudarajat
Suraatmaja, 1995:36)
2. Penyebab Campak

14

Penyakit campak adalah suatu penyakit akut dan sangat menular. Penyakit
ini disebabkan oleh infeksi virus campak. (Sudarajat Suraatmaja, 1995:35)
3. Penularan campak
Cara penularan campak adalah melalui droplet atau percikan lender saat
batuk (sekresi hidung), kontak langsung dengan cairan lender hidung dan mulut
dari orang yang terinfeksi (Sudarajat Suraatmaja, 1997:35)
Penyakit Campak sangat menular, masa penularan sudah terjadi sebelum
gejala yang khas berupa ruam-ruam pada kulit timbul sampai lebih kurang 7 hari
setelah timbulnya ruam-ruam pada kulit
4. Masa inkubasi campak
Rata-rata 10 hari, bervariasi 7-18 hari mulai terpapar sampai timbul
demam, pada umumnya 14 hari sampai timbul rash. (Sudarajat Suraatmaja,
1997:35)
5. Gambaran klinis campak
Gejala pertama yang timbul menyerupai penyakit influenza, seperti panas,
batuk, pilek serta peradangan pada mata (konjungtivitis) selama 3 7 hari.
Kemudian timbul ruam-ruam pada kulit mulai dari leher atau belakang telinga
yang selanjutnya menyebar keseluruh tubuh yang berlangsung selama 4 6 hari.
(Sudarajat Suraatmaja, 1997:35)
6. Pencegahan penyakit campak
Penyakit campak dapat dicegah dengan imunisasi campak di daerah
sekitar lokasi kejadian luar biasa (KLB), meningkatkan gizi penderita, mencegah
kontak dengan penderita (tidak keluar rumah, sekolah, bermain selama tujuh
hari), menutup hidung dan mulut saat penderita bersin (Dinas Kesehatan
Kabupaten Solok).
Menurut Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan
membagi perilaku manuasia itu ke dalam 3 domain, ranah atau kawasan yakni:
kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (tindakan)

15

C.

Konsep Perilaku
Perilaku merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang berasal
dari luar atau dari dalam dirinya, sedangkan respon ini dapat bersifat pasif (tanpa
tindakan, berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan)
sehingga mempunyai pengaruh besar terhadap status kesehatan individu maupun
masyarakat (Notoatmodjo, 2012: 134)
Perilaku merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti :
pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan reaksi.
Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa
yang dikerjakan oleh organisme, baik yang dapat diamati secara langsung
maupun tidak langsung. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu
aktivitas dari manusia itu sendiri. (Notoatmodjo, 2012: 133)
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan (Notoatmodjo 2012: 134)
Klasifikasi perilaku kesehatan menurut Becker (1979) dalam
(Notoatmodjo 2012: 135-136) adalah:
a. Perilaku hidup sehat
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya
b. Perilaku sakit
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala
penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.
c. Perilaku peran sakit

16

Dari segi sosiologi, orang sakit mempunyai peran yang mencakut hak-hak
orang sakit dan kewajiban sebagai orang sakit. Hak dan kewajiban ini harus
diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain.
Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda
disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua yakni:
a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan, yang bersifat givenatau bawaan misalnya tingkat kecerdasan,
tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya
b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya.
Menurut Lawrence Green (1980), sebagaimana dikutip Notoatmodjo
(2014: 76) bahwa perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor,
yaitu faktor predisposisi, faktor pemudah, dan faktor pemerkuat. Faktor
predisposisi meliputi penyuluhan, ekonomi (pendapatan), hubungan social
(lingkungan, sosial, budaya), pengalaman pengetahuan, sikap, nilai, umur,
kebiasaan, kepercayaan, tradisi, dan persepsi. Faktor pemungkin (enabling) yaitu
faktor-faktor yang mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku
kesehatan meliputi dukungan keluarga dan ketersediaan saran dan prasarana).
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2014:27) pengetahuan merupakan hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

17

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau


kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku
seseorang. Pengetahuan didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan
yakni tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Tingkat Pengetahuan
1) Tahu (Know)
Tahu (know) ialah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya
termasuk mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh karena
tahu itu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang itu tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain menyebutkan, mengarahkan, mendefenisikan, dan menyatakan.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan ya untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan
meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
3) Analisis (Analysis)

18

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu


objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
meggambarkan

(membuat

bagan),

membedakan,

memisahkan

dan

mengelompokkan.

4) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengeluarkan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata (sebenarnya).
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjuk kepada. suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan formulasi baru dari
formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
bedasarkan suatu kriteria yang ditemukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2014:27-28)
2. Dukungan Keluarga
a. Pengertian Keluarga

19

Menurut Bailon dan Maglaya (1989 dalam Harnilawati, 2010:3), keluarga


adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah,
perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan
yang lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya.
Keluarga

terdiri dari dua atau lebih individu yang bekerja sama

dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan emosi dan keluarga adalah unit
yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka dan memperlihatkan
pembagian kerja menurut jenis kelamin (Potter & Perry, 2005). Menurut UU
No.10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari suami-istri atau suami-istri dan anak-anaknya, atau ayah dan anaknya,
atau ibu dan anaknya. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat
dekat hubungannya dengan seseorang. Keluarga lebih dekat hubungannya
dengan anak dibandingkan dengan masyarakat luas (Potter & Perry, 2005).
b. Pengertian Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga didefinisikan sebagai informasi verbal atau non
verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh
orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungannya atau yang
berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional
dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang
merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena

20

diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya


(Potter & Perry, 2005).
Dukungan keluarga adalah proses yang terjadi sepanjang hidup,
dimana sumber dan jenis dukungan keluarga berpengaruh terhadap tahap
lingkaran kehidupan keluarga. Menurut Stuart dan Sundeen (1995 dalam
Potter & Perry 2005), ada tiga dimensi interaksi dalam dukungan keluarga
yaitu timbal balik (kebiasaan dan frekuensi hubungan timbal balik),
nasihat/umpan

balik

(kuantitas/kualitas

komunikasi)

dan

keterlibatan

emosional (meningkatkan intimasi dan kepercayaan) di dalam hubungan


sosial.
c. Tugas dan Fungsi Keluarga
Beberapa fungsi keluarga menurut Friedman (1998 dalam Harnilawati ,
2010:9) yaitu:
1) Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian): Untuk stabilitas
kepribadian keluarga dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota
keluarganya termasuk dalam mendapatkan kesehatan yang layak.
2) Fungsi sosialisasi: Untuk sosialisasi primer yang bertujuan membuat
anggota keluarga menjadi anggota masyarakat yang produktif.
3) Fungsi
reproduktif:
Menjaga
kelangsungan
generasi

dan

keberlangsungan hidup anggota keluarga.


4) Fungsi ekonomis: Mengadakan sumber-sumber ekonomi yang memadai
dan pengalokasian secara efektif.
5) Fungsi-fungsi perawatan kesehatan: Untuk pengadaan, perawatan dan
penyedia kebutuhankebutuhan fisik hingga kebutuhan akan perawatan
kesehatan bagi anggota keluarga.

21

Sedangkan beberapa tugas dari sebuah keluarga menurut Friedman, (1998)


dalam Harnilawati , 2010:9) adalah:
1) Mengenal masalah, keluarga dituntut mampu mengenali masalah
kesehatan yang terjadi dikeluarga.
2) Mampu mengambil keputusan yang tepat bila menemukan masalah pada
keluarga tersebut.
3) Merawat anggota keluarga.
4) Memelihara lingkungan.
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
Menurut tugas dan fungsi keluarga diatas, keluarga merupakan faktor
penting dalam pemberian atau penerimaan sebuah layanan kesehatan,
terutama bagi anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
d. Jenis Dukungan Keluarga
Menurut Friedman (1998 dalam Harnilawati , 2010:9), menyatakan
bahwa keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya.
Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu
siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Terdapat empat
dimensi dari dukungan keluarga yaitu:
1) Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian orang-orang yang bersangkutan kepada anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan, misalnya umpan balik dan penegasan
dari anggota keluarga. Keluarga merupakan tempat yang aman untuk
istirahat serta pemulihan penguasaan emosi.
2) Dukungan informasi, Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan
disseminator (penyebar) informasi tentang dunia (Friedman, 1998).
apabila individu tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi

22

maka dukungan ini diberikan dengan cara memberi informasi, nasehat,


dan petunjuk tentang cara penyelesaian masalah. Keluarga juga
merupakan penyebar informasi yang dapat diwujudkan dengan
pemberian dukungan semangat, serta pengawasan terhadap pola
kegiatan sehari-hari.
3) Dukungan instrumental,

Keluarga

merupakan

sebuah

sumber

pertolongan praktis dan kongkrit (Friedman, 1998). dukungan ini


bersifat nyata dan bentuk materi bertujuan untuk meringankan beban
bagi individu yang membentuk dan keluarga dapat memenuhinya,
sehingga keluarga merupakan sumber pertolongan yang praktis dan
konkrit yang mencakup dukungan atau bantuan seperti uang, peralatan,
waktu, serta modifikasi lingkungan.
4) Dukungan penghargaan, keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan
umpan balik, membimbing dan mempengaruhi pemecahan masalah dan
sebagai sumber dan validator identitas anggota (Cohen, 1999). terjadi
lewat ungkapan hormat atau positif untuk pasien, misalnya: pujian atau
reward terhadap tindakan atau upaya penyampaian pesan ataupun
masalah, keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik seperti
dorongan bagi anggota keluarga.
e. Sumber dan Manfaat Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang oleh
keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses diadakan untuk keluarga
(dukungan bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan

23

bantuan jika diperlukan). Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga


internal, seperti dukungan dari suami istri atau dukungan dari saudara kandung
atau dukungan sosial keluarga eksternal.

3. Persepsi
Setiap orang merasakan, menginterprestasikan dan memahami kejadian
secara berbeda. Persepsi adalah pandangan pribadi atas apa yang terjadi.
Persepsi terbentuk oleh apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan dalam
persepsi antar individu yang berinteraksi dapat menjadi kendala dalam
komunikasi.
a. Pengertian
Persepsi

adalah

proses

pengorganisasian,

penginterprestasian

terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga


merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated
dalam diri individu (Sunaryo, 2004: 93).
Persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan dan
perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui atau
mengartikan setelah panca inderanya mendapat rangsang (Sunaryo, 2004:
94).
b. Macam-macam Persepsi
1) External Perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang
yang datang dari luar diri individu.

24

2) Self-Perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang


berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah
dirinya sendiri (Sunaryo, 2004: 94).
c. Gangguan Persepsi
1) Pengertian
Dispersepsi merupakan kesalahan atau gangguan terhadap persepsi
(Sunaryo, 2004: 94).
2) Penyebab
Gangguan

otak

karena

kerusakan

otak,

keracunan,

obat

halusinogenik, gangguan jiwa, seperti emosi tertentu yang dapat


mengakibatkan ilusi, psikosis yang dapat menimbulkan halusinasi dan
pengaruh lingkungan sosio-budaya yang berbeda menimbulkan persepsi
berbeda atau orang yang berasal dari sosio-budaya yang berbeda (Sunaryo,
2004: 94)
3) Proses Terjadinya Persepsi
Pertama terjadinya persepsi adalah karena adanya objek atau stimulus
yang merangsang untuk ditangkap oleh panca indera (objek tersebut menjadi
perhatian panca indera), kemudian stimulus atau objek perhatian tadi dibawa
ke otak. Dari otak terjadi adanya kesan atau jawaban adanya stimulus,
berupa kesan atau respon dibalikkan ke indera kembali berupa pengalaman
hasil pengolahan otak.

25

Proses terjadinya persepsi ini perlu fenomena dan yang terpenting


fenomena dari persepsi ini adalah perhatian atau attention. Pengertian
perhatian itu sendiri adalah suatu konsep yang diberikan pada proses
persepsi yang menseleksi input-input tertentu untuk diikut sertakan dalam
suatu pengalaman yang kita sadari atau kenal dalam suatu waktu tertentu.
4) Teori Tentang Persepsi
Persepsi

itu

dalam

stabilitasnya

berbeda

dalam

ukuran,

kecemerlangan, warna, stabilitas gerak. Persepsi bisa terjadi dengan


sendirinya. Setiap manusia atau individu dalam persepsi selalu ada. Ada 4
hal yang berpengaruh terhadap persepsi, persepsi dalam belajar yang
berbeda:
a) Persiapan mental (SET)
b) Kebutuhan dan motivasi (Need and Motivation)
c) Persepsi gaya berpikir yang berbeda (cognitif style)
5) Bentuk-Bentuk Persepsi
a) Persepsi bentuk (yang dipersepsi bentuk objek
b) Persepsi kedalaman, ada mono dan bi atau disebut Monocular Cues
dan Binocular Cues
c) Persepsi gerak, Persepsi gerak ini terjadi dari gerak nyata dan gerak
maya
d) Persepsi terhadap diri sendiri (introspeksi dan persepsi terhadap orang
lain/ ekstropeksi).
e) Persepsi dengan berbagai jenis yang berhubungan dengan sensoris
dan motoris.
f) Persepsi yang dilihat dari konstansinya (Widyatun, 2004).
6) Health belief model

26

Health belief model (Model Kepercayaan Kesehatan) adalah suatu


model psikologis yang mencoba untuk menjelaskan dan meramalkan perilaku
kesehatan. Dilaksanakan dengan memusatkan pada sikap dan kepercayaan
individu. Model Kepercayaan Kesehatan adalah realistis. mengenali fakta
bahwa kadang-kadang kurang untuk berubah suatu perilaku kesehatan bukan
cukup untuk benar-benar membuat seseorang melakukan itu, dan menyertakan
dua lebih unsur-unsur ke dalam penilaian nya tentang suatu penyakit.
HBM yang pertama dikembangkan 1950, Model ini dikembangkan
oleh empat ahli psikologis-Hochbaum, Kegelas, Leventhal Rosenstock untuk
memprediksikan

perilaku

kesehatan

preventif

individual.

Model

ini

selanjutnya diubah oleh Becker dan Maiman untuk memasukkan perilaku


peran sakit dan mematuhi program medical. Kesiapan tergantung pada
beberapa faktor. Dua faktor yang pertama memperhatikan seberapa luas
individu merasa rentan terhadap penyakit tertentu. Ini mencakup apakah
mereka merasa rentan untuk menderita sakit dan pikiran-pikiran mereka
tentang seberapa berat sakit tersebut: (Neil Niven, 2002: 185)
a)

Kerentanan, yaitu keyakinan seorang individu tentang apakah ia

b)

mungkin menderita sakit.


Keseriusan, yaitu derajat dimana individu merasakan akibat dari
menderita sakit menjadi parah.
Bersama-sama kedua faktor ini terdiri dari apa yang diketahui
sebagai ancaman yang dirasakan dari suatu penyakit, kadang-kadang
diketahui sebagai kerentanan. Dalam faktor selanjutnya ditekankan

27

dengan pro dan kontra tentang melakukan beberapa tindakan untuk


melawan penyakit. apa yang akan ditingkatkan? Apa yang harus saya
bayar?
c)

Manfaat, Ini merujuk pada potensial ditingkatkan dari program


tindakan tertentu yang akan mengurangi ancaman kesehatan.

d)

Hambatan, yaitu adanya keputusan untuk bertindak akan


mempunyai sejumlah akibat tertentu. Disini mungkin ada derajat
distres fisik, psikologis atau finansial yang berhubungan dengan
bentuk tindakan apapun.

e)

Petunjuk tindakan, dimana petunjuk merupakan stimuli yang


menyebabkan perilaku kesehatan yang tepat. Petunjuk-petunjuk dapat
baik internal (persepsi status jasmani), ataupun eksternal (stimuli dari
lingkungan seperti media massa).

f)

Berbagai faktor, mencakup faktor demografis, etnik, sosial, dan


personality yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan.
Becker et al (1977) mencakup tujuh faktor dalam perbaikan mereka
terhadap model, yaitu predisposisi, atau motivasi, terhadap individu untuk ikut
dalam praktik yang berhubungan dengan kesehatan. Becker et al (1977)
menyatakan bahwa model keyakinan kesehatan adalah alat yang bermanfaat
dalam memprediksi derajat dimana individu berkemungkinan memainkan
peran aktif dalam perawatan kesehatan mereka dan orang lain. Mereka
memberikan suatu contoh model dalam tindakan upaya untuk memperkirakan

28

apakah ibu dari anak yang gemuk akan menepati jadwal perjanjian klinis
mereka (Neil Niven, 2002: 186).

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

29

Perilaku kesehatan adalah suatu aktivitas dilakukan oleh individu yang


menyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit. (Kasl dan Cobb
(1966); Niel Niven (2002:184). Perilaku sehat dapat terbentuk karena berbagai
pengaruh atau rangsangan yagn berupa pengetahuan dan sikap, pengalaman,
keyakinan, sosial budaya dan sarana fisik. Pengaruh itu bersifat internal dan
eksternal dan diklasifikasikan menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
kesehatan di antaranya faktor predisposisi meliputi pengetahuan, sikap, nilai,
persepsi dan keyakinan (Niven, 2002:184).
Kerangka konsep dari proposal karya tulis ilmiah yang akan digunakan
nantinya dapat digambarkan seperti dibawah ini:
Input

Proses

Output

Status imunisasi
campak

B. Definisi Operasional
No
1

Variabel

Defenisi operasional

Pengetahuan Suatu konsep yang


ibu
dimiliki atau yang
diketahui oleh ibu
bayi tentang
imunisasi campak

30

Cara Ukur
Wawancara

Alat Ukur
Kuesioner

Skala
Ukur

Hasil Ukur

Ordinal Tinggi bila


> mean
Rendah bila
< mean

30

meliputi pengertian,
jenis imunisasi,
manfaat, lokasi
penyuntikan, efek
samping imunisasi
dan dampak jika
anak tidak
diimunisasi
2

Persepsi

Dukungan
Keluarga

Pemahaman
responden tentang
pemberian imunisasi
campak pada baynya

Wawancara

Suatu dukungan dari


keluarga responden
yang
memberikan
pengaruh
dalam
memberikan
imunisasi
campak
pada bayinya

Wawancara

Kuesioner

Kurang baik
< mean
Kuesioner

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Ordina Baik bila >


l
mean

Ordinal Baik bila >


mean
Kurang
Baik <
mean

31

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran


pengetahuan, persepsi dan dukungan keluarga dalam pemberian imunisasi campak
pada ibu yang mempunyai anak usia 12 bulan 36 bulan di Kelurahan Nan
Balimo wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun 2015.

B. Lokasi dan Waktu Pengumpulan data


Pengumpulan data telah dilakukan di Kelurahan Nan Balimo wilayah kerja
Puskesmas Nan Balimo Kota Solok pada tanggal 3 sampai 10 Juni 2015.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti. (Notoatmodjo, 2012: 79).
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu yang memiliki anak
usia 12 36 bulan telah mendapatkan imunisasi campak pada bulan Januari
sampai April 2015 dan tercatat pada register posyandu di Kelurahan Nan Balimo
wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok berjumlah 36 orang.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai objek yang akan
32
diteliti yang dianggap mewakili dari seluruh populasi (Notoadmodjo, 2012:79).
Teknik pengambilan sampel adalah total sampling semua populasi langsung
dijadikan sampel yang berjumlah 36 orang.

32

Kriteria Sampel adalah :


a. Kriteria Inklusi
1) Bersedia menjadi responden
2) Dapat berkomunikasi dengan baik
3) Berada dilokasi saat penelitian
b. Kriteria Ekslusi
1) Jika responden tidak bisa ditemui dalam 2 kali kunjungan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuesioner melalui wawancara langsung dengan responden yang
memuat pertanyaan untuk mengenali informasi tentang variabel,

langkah

pertama peneliti datang ke Puskesmas Nan Balimo menanyakan alamat ibu balita
yang telah mendapatkan imunisasi campak ke puskesmas dan minta izin pada
Kepala Puskesmas untuk mengunjungi rumah responden kemudian setelah
diizinkan peneliti datang ke rumah responden mulai tanggal 3 sampai 10 Juni,
sebelum

melakukan

penelitian

peneliti

memperkenalkan

diri

dan

memberitahukan tujuan dari pengumbulan data kepada responden dimana tidak


akan merugikan responden. Responden yang ada diwawancarai satu persatu,
sebelum responden diminta untuk mengisi lembar persetujuan menjadi responden
dengan menandatangani informed consent terlebih dahulu, pada hari pertama
peneliti mewawancarai 4 orang responden dan hari ke dua 5 orang responden

33

hari ke tiga 4 orang, ke empat 5 orang, kelima 5 orang, ke enam 5 orang, ke tujuh
dan ke delapan 4 orang rata-rata waktu dalam wawancara adalah 10 menit.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, pengolahan data dilakukan secara manual dengan
menggunakan langkah-langkah berikut :
a. Editing (Pengolahan data)
Melakukan pengecekan terhadap isian kuesioner apakah jawaban yang sudah
dibuat sudah lengkap, jelas dan jawaban sudah relevan dengan pertanyaan.
b. Coding (Pengkodean)
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk
angka atau bilangan. Untuk variabel pengetahuan jawaban betul diberi kode 1,
dan jawaban salah diberi kode 0 dan pertanyaan dukungan keluarga jawaban
ya diberi kode 1 dan tidak diberi kode 0 serta untuk pernyataan persepsi
digunakan dengan standar Likert, dimana nilai pernyataan positif untuk sangat
setuju kode 4, setuju 3, tidak setuju 2 dan sangat tidak setuju 1 sedangkan nilai
pernyataan negatif untuk sangat tidak setuju 4, tidak setuju kode 3, setuju
kode 2, sangat setuju kode 1.

c. Processing
Setelah semua kuisioner diisi dengan benar serta sudah melewati pengkodean
maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data sudah dientri

34

dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan cara mengentri data dari
kuesioner ke paket program komputer.
d. Cleaning (Pembersihan data)
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah ada
kesalahan atau tidak
2. Analisis Data
Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel
atau analisa yang dilakukan tiap variabel dari hasil penelitian (Notoatmodjo,
2005). Pada setiap variabel dilakukan pengelompokan data dan analisa data
dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
Data dikelompokan sesuai dengan variabel
a. Variabel pengetahuan, dukungan keluarga dan persepsi dicari nilai rata-rata
dengan menggunakan rumus yaitu :
(Mean) X = Xi
n
Keterangan :

X : Nilai rata-rata
: Jumlah alternatife / Jumlah Rata-rata
Xi : Nilai yang di observasi
n

: sample (Budiman : 2012: 52)

Untuk variabel pengetahuan


Tinggi

: Bila hasil yang didapat nilai mean

Rendah

: Bila hasil yang didapat nilai < mean

35

Untuk variabel dukungan keluarga


Baik

: Bila hasil yang didapat nilai mean

Kurang Baik

: Bila hasil yang didapat nilai < mean

Untuk variabel Persepsi


Baik

: Bila hasil yang didapat nilai mean

Kurang Baik

: Bila hasil yang didapat nilai < mean

b. Kemudian data numerik diubah menjadi data kategorik dan disajikan dalam tabel
distribusi frekuensi
D. Pertimbangan Etik
Untuk menjamin bahwa responden yang menjad subjek penelitian tidak
mendapat paksaan dan atas dasar suka rela, maka sebelum penelitian dilakukan
responden untuk menandatangani informed consent (terlampir) demi terjaminnya
kerahasiaan data yang dilakukan.
Responden sebagai subjek penelitian berhak menolak untuk dijadikan
responden apapun alasannya, bahkan mengundurkan diri setelah menandatangani
persetujuan, peneliti berkewajiban menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan
kuesioner penelitian, setelah pengumpulan data, seluruh data yang dikumpulkan
dijamin kerahasiaannya dan jika selesai dimusnahkan.

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

36

A. Gambaran Umum Penelitian


Puskesmas Nan Balimo terletak di Kelurahan Nan Balimo Kecamatan
Tanjung Harapan Kota Solok. Wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo meliputi
kelurahan Nan Balimo dan Laing. Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Nan
Balimo adalah:
1. Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Tanjung Paku
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kampung Jawa
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Nagari Saok Laweh
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kampung Jawa
Wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo berpenduduk 9.157 jiwa dan 959
KK. Puskesmas Nan Balimo mempunyai 3 Puskesmas Pembantu, 2 Pusat
Kesehatan Kelurahan, 7 Posyandu di Kelurahan nan Balimo dan 2 posyandu di
kelurahan Laing yang terdiri 4 kader setiap posyandu dan 1 orang tenaga
kesehatan. Puskesmas Nan Balimo juga difasilitasi kendaraan bermotor roda 4
sebanyak 2 unit dan kendaraan bermotor roda 2 sebanyak 8 unit.

B. Karakteristik Responden
1. Pendidikan Responden

37

Menurut Hasbullah (2007:53) Pendidikan responden dikelompokan


menjadi pendidikan dasar (SD dan SLTP), pendidikan menengah (SMU, SMK/
sederajat) dan pendidikan tinggi (perguruan tinggi). distibusi frekuensi
responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

37

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pendidikan Di Kelurahan Nan
Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok
Tahun 2015
No
1

Pendidikan
Pendidikan Dasar

F
13

%
36,1

Pendidikan Menengah

16

44,4

Pendidikan tinggi
Jumlah

7
36

19,5
100

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa kurang dari sebagian (44,4 %)


responden berpendidikan menengah.
2. Pekerjaan Responden
Pekerjaan responden terdiri dari ibu rumah tangga (tidak bekerja),
PNS dan wiraswasta. Untuk lebih jelasnya tabel berikut memperlihatkan
distibusi frekuensi pekerjaan responden.

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan Di Kelurahan Nan Balimo
Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok
Tahun 2015
No
1
2
3

Pekerjaan
Tidak bekerja /IRT
PNS
Wiraswasta
Jumlah

F
30
5
1
36

%
83,3
13,9
2,8
100

38

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar (83,3 %) responden tidak
bekerja / IRT.
C. Analisa Univariat
1. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Imunisasi Campak
Nilai rata- rata untuk variabel pengetahuan adalah 7 dengan nilai terendah
4 dan nilai tertinggi 10. Apabila nilai responden 7 dikategorikan pengetahuan
tinggi dan bila < 7 dikategorikan pengetahuan rendah. Distribusi tingkat
pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Tentang
Imunisasi Campak Di Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja
Puskesmas Nan Balimo Kota Solok
Tahun 2015
No
1
2

Pengetahuan
Rendah
Tinggi

F
14
22

%
38,9
61,1

Jumlah

36

100

Dari tabel 5 dapat dilihat lebih dari sebagian (61,1 %) responden


mempunyai pengetahuan tinggi tentang imunisasi campak.
Menurut Notoatmodjo (2014:27) pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku

39

seseorang. Pengetahuan didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni


tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Kenyataan di lapangan dari hasil data yang dikumpulkan menunjukan
bahwa responden yang mempunyai pengetahuan tinggi ini disebabkan karena
responden sering terpapar dengan informasi tentang imunisasi campak baik
melalui penyuluhan kesehatan maupun melalui informasi-informasi lain dari
petugas kesehatan dan televisi tapi, hal ini disebabkan juga kelancaran
transportasi ke tempat pelayanan kesehatan sehingga pada waktu penyuluhan
responden bisa mengikutinya. Masih ada responden yang mempunyai
pengetahuan rendah ini disebabkan karena sebagian kecil (36,1 %) responden
berpendidikan dasar dimana tingkat pemahaman responden masih berada pada
tingkat menerima dan juga disebabkan ibu tidak mengikuti penyuluhan yang
dilakukan petugas kesehatan tentang imunisasi campak dan juga disebabkan
sebagian kecil ibu bekerja di luar rumah sehingga ibu tidak memiliki waktu
untuk mengikuti penyuluhan dan tidak bisa membawa anaknya untuk diimunisasi
campak.

2. Dukungan Keluarga Responden


Nilai rata- rata untuk variabel dukungan keluarga adalah 8 dengan nilai
terendah 3 dan nilai tertinggi 12. Apabila nilai responden 8 dikategorikan
dukungan baik dan bila < 8 dikategorikan dukungan kurang baik. Distribusi
dukungan keluarga responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

40

Tabel 6
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Dukungan Keluarga Di
Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo
Kota Solok Tahun 2015
No
1
2

Dukungan Keluarga
Kurang Baik
Baik

F
13
23

%
36,1
63,9

Jumlah

36

100

Dari tabel 6 dapat dilihat lebih dari sebagian (63,9 %) responden


mempunyai dukungan keluarga baik.
Dukungan keluarga didefinisikan sebagai informasi verbal atau non
verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orangorang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungannya atau yang berupa
kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional dan
berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa
memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan,
mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya (Potter & Perry,
2005).
Kenyataan di lapangan ditemukan bahwa responden mempunyai
dukungan keluarga baik dalam pemberian imunisasi campak hal ini disebabkan
karena keluarga dilibatkan dalam penyuluhan tentang manfaat imunisasi campak
bagi bayi sehingga keluarga selalu memotivasi responden dalam melengkapi
imunisasi bayi dan juga keluarga mengingatkan responden untuk melengkapi
imunisasi bayi sebelum usia 1 tahun, dan sebagian kecil responden mempunyai
dukungan keluarga kurang baik, hal ini disebabkan karena keluarga kurang paham

41

akan pentingnya imunisasi campak bagi bayinya dan juga disebabkan karena
keluarga responden sibuk bekerja sehingga kurang memperhatikan imunisasi
bayinya serta juga disebabkan keluarga tidak mendapatkan penyuluhan mengenai
pentingnya imunisasi bagi bayinya.
3. Persepsi Responden
Nilai rata- rata untuk variabel persepsi adalah 30 dengan nilai terendah 24
dan nilai tertinggi 36. Apabila nilai responden 30 dikategorikan dukungan baik
dan bila < 30 dikategorikan dukungan kurang baik. Distribusi dukungan keluarga
responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Persepsi Di Kelurahan Nan
Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo
Kota Solok Tahun 2015
No
1
2

Persepsi
Kurang Baik
Baik

F
15
21

%
417
58,3

Jumlah

36

100

Tabel 7 dapat dilihat lebih dari sebagian (58,3 %) responden mempunyai


persepsi tentang imunisasi campak baik.
Menurut Sunaryo (2004:93) persepsi adalah proses pengorganisasian,
penginterprestasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu
sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated
dalam diri individu. Persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau
hubungan dan perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui
atau mengartikan setelah panca inderanya mendapat rangsang.

42

Kenyataan di lapangan ditemukan bahwa responden mempunyai persepsi


baik terhadap imunisasi campak disebabkan karena responden sudah mengetahui
manfaat imunisasi campak bagi kesehatan bayinya dimana imunisasi campak tidak
menyebabkan bayinya demam setelah diimunisasi sehingga sebagian besar
responden memberikan imunisasi campak pada bayinya, dan sebagian kecil
responden mempunyai persepsi kurang baik tentang imunisasi campak, hal ini
disebabkan karena responden sibuk bekerja sehingga jarang mengikuti penyuluhan
yang dilakukan petugas kesehatan dan juga disebabkan responden beranggapan
imunisasi campak dapat menyebabkan anaknya sakit dan juga responden
menyatakan penyakit

campak tidak berbahaya bagi bayinya serta responden

beranggapan jika usia bayi telah lewat satu tahun tidak perlu diberikan imunisasi
campak.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dapat
1.

ditarik kesimpulan:
Lebih dari sebagian (61,1 %) responden mempunyai pengetahuan tinggi di Kelurahan
Nan Balimo wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun 2015

43

2.

Lebih dari sebagian (63,9 %) responden mempunyai dukungan keluarga baik di

3.

Kelurahan Nan Balimo wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun 2015
Lebih dari sebagian (58,3 %) responden mempunyai persepsi baik di Kelurahan Nan
Balimo wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun 2015
B. Saran
1. Bagi Petugas Puskesmas Nan Balimo
a. Perlunya mempertahankan dan meningkatkan frekuensi penyuluhan secara
berkala setiap kegiatan Posyandu kepada ibu hamil dan ibu bayi serta
keluarga tentang manfaat imunisasi

diwilayahnya guna meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman tentang imunisasi campak serta dampak bila


bayi tidak diberi imunisasi campak.
b. Diharapkan petugas kesehatan untuk melakukan sweeping imunisasi ke
44
rumah pada bayi yang belum mendapatkan imunisasi campak
2. Bagi peneliti lain
Diharapkan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut
dengan variabel yang beda, dan lokasi yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai