Anda di halaman 1dari 3

EORI KONTROL SOSIAL

1. Bagaimana teori kontrol sosial menjelaskan perilaku kriminal?

Teori control social merupakan suatu teori tentang penyimpangan yang disebabkan oleh
kekosongan control atau pengendalian social. Teori ini dibangun atas pandangan yang mana pada
dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk tidak patuh pada hukum serta memiliki pula
dorongan untuk melawan hukum. Oleh sebab itu didalam teori ini menilai bahwa perilaku
menyimpang merupakan konsekuensi logis dari kegagalan dari seseorang untuk menaati hukum
yang ada.
Teori kontrol sosial membahas isu-isu tentang bagaimana masyarakat memelihara atau
menambahkan kontrol sosial dan cara memperoleh konformitas atau kegagalan meraihnya
dalam bentuk penyimpangan (Efrank E. Hagan, 2013: 236)
Travis HIrchi yang merupakan pelopor dari teori ini mengatakan bahwa Perilaku criminal
merupakan kegagalan kelompok-kelompok social konvensional seperti; keluarga, sekolah,
kawan sebaya untuk mengikat atau terikat dengan individu. (Yesmil Anwar Adang, 2013:102).
Dalam perkembangan teori control social yang dipelopori oleh Travis HIrchi, maka ada satu ahli
yang mengembangkan atas teori ini . ia mengajukan beberapa posisi teoritisnya, yaitu;
Bahwa berbagai bentuk pengingkaran terhadap aturan-aturan sosial adalah akibat dari
kegagalan mensosialisasikan individu warga masyarakat untuk bertindak conform terhadap
aturan atau tata tertib yang ada;
Penyimpangan dan bahkan kriminalitas atau prilaku kriminal, merupakan bukti kegagalan
kelompok-kelompok sosial konvensional untuk mengikat individu agar tetap conform, seperti:
keluarga, sekolah atau institusi pendidikan dan kelompok-kelompok dominan lainnya;
Setiap individu seharusnya belajar untuk conform dan tidak melakukan tindakan menyimpang
atau kriminal;
Kontrol internal lebih berpengaruh daripada kontrol eksternal. (J. Dwi Nurwanto & Bagong
Suyanto, 2010:116).
Studi Kasus.
Dalam menyikapi teori control social ini, tentu banyak sekali peristiwa-peristiwa yang terjadi
disekitar kita terkait dengan teori ini. Berikut merupakan satu contoh akibat dari control social
yang kurang;
Kasus wanita dibunuh pacarnya juga terjadi di Kampung Garedog RT1/5 Desa Rancabuaya
Kecamatan Jambe, Kabupaten Tangerang. Mayat Izzun Nahdiiyah (24), Mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah itu ditemukan di Jalan Ciangir, Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang, Sabtu
(7/4/2012).
Pelakunya adalah kekasihnya Muhammad Soleh alias Oleng (33). Soleh tega menggorok Izzun
hanya lantaran kecewa laptop yang dipinjamnya ditagih. Lebih tragis Izzun juga diperkosa
secara bergiliran sebelum dibunuh.
http://www.merdeka.com/peristiwa/pembunuhan-sadis-dalam-pacaran-bukti-kontrol-sosialkurang.html
Referensi:
Hagan, Frank E. 2013. Pengantar Kriminologi: Teori, Metode, dan Prilaku Kriminal . Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Adang,Yesmil Anwar. 2013. KRIMONOLOGI. Bandung. PT. Refika Aditama.

Narwoko, J. Dwi & Bagong Suyanto. 2010. Sosiologi : Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
2. Bagaimana perbedaan pandangan makro sosiologi dan mikro sosiologi dalam melihat perilaku
kriminal?
Terkait dengan aliran sosiologi dalam menyikapi tentang kriminal. Aliran ini merupakan
pegembangan dari ajaran Enrico Ferri, ia mengatakan bahwa Setiap kejahatan adalah hasil
daru unsur-unsur yang terdapat dalam individu, masyarakat dan keadaan fisik (Yesmil Anwar
Adang, 2013:55). Dan ada dua pendekatan yaitu; makro dan mikro dalam melihat perilaku
kriminal pula.
Pendekatan mikro sosiologi berfokus kepada sistem informal. Sedangkan sosiologi
makro dalam melihat perlaku kejahatan menjelajahi sistem formal. Eksplorasi sistem formal
yang dilakukan oleh sosiologi makro dalam hal ini adalah melihat struktur masyarakat yang
lebih luas. struktur masyarakat, faktor ekonomi, komposisi etnis dan pola lain yang mencirikan
sebuah kelompok (Mueller, Laufer dan Grekul, 2009: 159). Sedangkan dalam menjelaskan
pendekatan makro, Pendekatan makro salah satunya teori disorganisasi sosial menjelaskan
bentuk daerah kejahatan tinggi yang disebabkan oleh industrialisasi yang pesat, peningkatan
imigrasi dan urbanisasi (Mueller, Laufer dan Grekul, 2009: 159). Teori ini juga dekat posisinya
dengan teori penyimpangan budaya karena ia menjelaskan bagaimana perbedaan budaya suatu
kelompok dan juga lingkungannya berontribusi menghasilkan konfilk yang pada akhirnya
berimplikasi pada peningkatan kerja kontrol sosial yang lebih kuat (Mueller, Laufer dan Grekul,
2009: 160).
Studi Kasus
Pada koteks Maraknya peredaran dan penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dan
mahasiswa khususnya di Jakarta relevan dengan pendekatan sosiologi makro. Teori disorganisasi
sosial yang tergolong ke dalam pendekatan makro menjelaskan bentuk daerah kejahatan tinggi
yang disebabkan oleh industrialisasi yang pesat, peningkatan imigrasi dan urbanisasi (Mueller,
Laufer dan Grekul, 2009: 159). Kenaikan angka penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dan
mahasiswa di Jakarta diakibatkan oleh pembangunan kota Jakarta yang melibatkan imigrasi
tanpa memperhatikan kekuatan regulasi sosial. Teori ini didasarkan kepada gagasan kontrol
sosial dan bagaimana kurang bekerjanya kontrol tersebut baik formal maupun informal akan
berkontribusi kepada kenakalan dan kejahatan (Mueller, Laufer dan Grekul, 2009: 159).
Referensi:
Mueller, Adler, Laufer dan Grekul. 2009. Criminology. Kanada: McGraw-Hill Companies.
Adang,Yesmil Anwar. 2013. KRIMONOLOGI. Bandung. PT. Refika Aditama.
3. Bagaimana kontrol sosial mempengaruhi perkembangan teori yang terkait dengan perilaku
kriminal?
Teori control social juga merupakan suatu teori kelanjutan dari beberapa teori yang menjelaskan
tentang perilaku criminal, dimana dalam membahas control social kita perlu tahu yentang
menenali Delinquency lalu dilanjutkan dengan teori control social dan teori

labeling. Purwandari menyatakan bahwa teman sebagai salah satu objek lekat anak yang dapat
mempengaruhi perilaku, dalam hal ini adalah penyalahgunaan napza, yang tergolong
bentuk delinquency (2007). Oleh sebab itu kita dapat menyimpukan bahwa Deliquency
merupakan perilaku yang menentang norma dan nilai atau bisa disebut sebagai kenakalan.
Pada dasarnya, teori kontrol sosial itu merupakan teori yang berusaha mencari jawaban mengapa
seseorang melakukan kejahatan. Disini terlihat berbeda dengan teori yang lainnya, dimana teori
kontrol tidak lagi mempertanyakan mengapa orang melakukan kejahatan tetapi berorientasi
kepada pertanyaan mengapa tidak semua orang melanggar hukum atau mengapa orang taat
kepada hukum. Dan apabila ditinjau dari akibatnya,Pemunculan teori kontrol sosial ini
disebabkan tiga ragam perkembangan dalam kriminologi. Pertama, adanya reaksi terhadap
orientasi labeling dan konflik yang kembali menyelidiki tingkah laku kriminal. kriminologi
baru atau new criminology dan hendak kembali kepada subjek semula, yaitu penjahat
(criminal). Kedua, munculnya studi tentang criminal justice dimana sebagai suatu ilmu baru
telah mempengaruhi kriminologi menjadi lebih pragmatis dan berorientasi pada sistem. Ketiga,
teori kontrol sosial telah dikaitkan dengan suatu teknik penelitian baru, khususnya bagi tingkah
laku anak/remaja, yakni selfreport survey. (Yesmil Anwar Adang, 2013102-103).
Studi Kasus
Penyalahgunaan Narkoba. Dimana hal ini terjadi merupakan akibat dari lingkungan dan
pergaulan sekitarnya. Individu dalam suatu lingkungan akan melihat dan juga menerapkan apa
yang dilihatnya. Apabila buruk maka individu itu akan mejadi buruk perilakunya, dan sebaliknya
apabila baik, maka akan baik juga perilakunya.
Referensi.
Adang,Yesmil Anwar. 2013. KRIMONOLOGI. Bandung. PT. Refika Aditama.
Purwandari, E. (2007). Orientasi nilai-nilai hidup: Proses pengambilan keputusan berhenti
mengkonsumsi NAPZA. Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 8, No. 2, Agustus 2007, 148 165.

Anda mungkin juga menyukai