Anda di halaman 1dari 82

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang Undang
No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud drajat
kesehatan masyarakat yang setinggi tinggi nya sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomi. Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional untuk
mewujudkan semua rakyat sehat adalah menerapkan pembangunan nasional
berwawasan kesehatan, yang berarti setiap upaya program harus mempunyai
konstribusi positif terhadapterbentuknya lingkungan yang sehat dan prilaku
sehat. Sebagai acuan pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep
paradigma sehat, yaitu membangun kesehatan yang memberikan prioritas
utama pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan
pencegahan (rehabilitatif) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Salah satu penyakit yang dapat di rehabilitasi adalah hipertensi.
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko terbesar penyebab
morbiditas dan mortalitas pada penyakit kardiovaskular (Kearney dkk..,2005).
sejak tahun 1999 hingga 2009,angka kematian akibat hipertensi meningkat
sebanyak 17,1% (Go dkk.,2014) dengan angka kematian akibat komplikasi
hipertensi mencapai 9,4 juta pertahunnya ( WHO, 2013).
Hipertensi ini pada dasarnya memiliki sifat yang cenderung tidak
stabil dan sulit untuk di kontrol.Penanganan dapat menimbulkan kerusakan
organ jika digunakan dalam jangka waktu lama.Penggunaan pengobatan
komplementer dan alternatif semakin meningkat tajam, karena merupakan
layanan kesehatan yang mudah diperleh dan terjangkau masyarakat. Tujuan
Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi teh hijau
terhadap penurunan tekanan darah dan kolesterol.Desain penelitian ini adalah
1

quasi experiment design with pre post test control group terhadap pasien
pasien hipertensi dipandaan. Pengambilan sample dilakukan dengan teknik
purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan tekanan
sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah diberi teh hijau. Sedangkan kadar
kolesterol sebelum dan sesudah diberi teh hijau tidak terdapat perbedaan
secara bermakna. Terapi teh hijau dapat menjadi pengobatan alternatif untuk
menurunkan tekanan darah dan kolesterol ( Jurnal Keperawatan Soedirman ),
volume7, No 1, Maret 2012.
Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat
menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal, yaitu melebihi 140 /
90 mmHg. Hipertensi sering disebut sebagai silent killer (pembuluh
siluman), karena seringkali penderita hipertensi bertahun tahun tanpa
merasakan sesuai gangguan atau gejala konsumsi dan komposisi lemak dalam
diet dapat menyebabkan terjadinya obesitas dan penyakit tertentu seperti
penyakit kardiovaskuler ( termasuk hipertensi )dan kanker. Hipertensi ini pada
dasarnya memiliki sifat yang cenderung tidak stabil dan sulit untuk di kontrol,
baik dengan tindakan pengobatan maupun dengan tindakan tindakan medis
lainnya. Lebih parahnya jika kondisi hipertensi ini tidak terkontrol, maka
dapat mengakibatkan terjadinya infark jantung, gagal jantung, gagal ginjal,
stroke ( Barasi, 2007).
Penangan hipertensi secara garis besar menurut Lewis (2000) dibagi
menjadi dua jenis yaitu farmakologis dan nonfarmakologis. Penanganan
farmakologis dengan cara menurunkan berat badan, menciptakan keadaan
rileks dengan terapi rileksasi seperti meditasi, yoga atau hipnotis yang dapat
mengontrol sistem saraf sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
Penanganan farmakologis dapat menimbulkan kerusakan organ jika
digunakan dalam jangka waktu lama.penggunaan pengobatan komplementer
dan alternatif dalam 20 tahun terakhir semakin meningkat tajam, alasannya
tentu karena CAM merupakan layanan kesehatan yang mudah diperoleh dan
terjangkau oleh masyrakat luas, selain karena dukungan ilmiah dengan
pembuktian pembuktian secara empiris.

Pemerintah memberi respon sangat baik terhadap pengobatan


tradisonal seperti diatur melalui SK Menteri Kesehatan no 1076 tahun 2003
tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional. ( Hermanto, 2007 ).Hasil
studi pendahuluan yang di lakukan di UPT Pelayanan Sosial Lansia Pasuruan
menurut poliklinik ditemukan 33 Lansia yang menderita hipertensi.
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah arteri
diatas normal yang diakibatkan oleh gangguan mekanisme regulasi tekanan
darah.JNC dan WHO menyatakan batas tekanan darah < 130/85 mmHg, dan >
140/90 dinyatakan hipertensi,sedangkan JNC 7 menyatakan bahwa batas
tekanana darah < 120/80 mmHg, 120-139/ 80-89 mmHg disebut prehipertensi
dan > 130/89 mmHg disebut hipertensi (Sukendro, 2012).
Sedangkan untuk provinsi yang berada disekitar banten seperti jawa
barat sebesar 29,4% ( RISKESDAS 2007). Pola makan diketahui sebagai
salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi, yang termasuk kedalam pola
makan yaitu asupan natrium.Asupan natrium yang tinggi berhubungan erat
dengan kejadian hipertensi.Hal ini di dukung oleh penelitian bahwa responden
yang mengkonsumsi natrium tinggi perharinya memiliki peluang yang lebih
besar mengalami hipertensi.
Selain dari asupan natrium yang tinggi, kebiasaan minum alkohol
juga diketahui sebagai penyebab terjadinya hipertensi. Hal tersebut didapatkan
berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dengan meningkatnya
frekuensi kebiasaan minum kopi berhubungan dengan hipertensi ( Tanjung,
2009).
Menurut Djajuli 2009 Kelompok intervensi didapatkan bahwa rata
rata tekanan darah sistolik lansia hipertensi sebelum dilakukan intervensi
adalah 166 mmHg. Tekanan darah sistolik terendah adalah 140 mmHg dan
tertinggi 220 mmHg. Kelompk kontrol didapatkan bahwa rata rata tekanan
darah sistolik pada pasien hipertensi 163,5 mmHg. Tekanan darah sistolik
terendah pada kelompok kontrol adalah 140 mmHg dan tertinggi 200
mmHg.Hasil Penelitian ini menunjukan terdapat perbedaan tekanan sistolik
sebelum dan sesudah di beri teh hijau pada kelompok intervensi, hal ini di

buktikan hasil analisis dengan p value 0,001. Tekanan darah diastolik juga
terdapat perbedaan sebelum dan sesudah di beri teh hijau pada kelompok
intervensi dengan p value 0,001. Sedngkan kadar LDL sebelum dan sesudah
diberi teh hijau pada kelompok intervensi tidak terdapat perbedaan dengan
hasil nilain p 0,247. Pada kelompok responden yang diberikan 600 800 ml
green tea selama 2 minggu dapat menurunkan tekanan darah sistolik 7.1
mmHg dan tekanan darah diatolik 7.8 mmHg.
Teh hijau mempunyai kandungan polifenol yang tinggi. Polifenol teh
(katekin dan theaflavin) merupakan antioksidan yang mampu melindungi
oksidasi LDL kolesterol oleh radikal bebas ( Noni, (2007) sebagaimana
dikutip dalam jurnal Soedirman Volume 7 No. 1, (2012)). Polyphenol yang
terkandung dalam teh hijau sebagai antioksidan membantu kerja enzim
superoxideb dismulate yang dapat menyingkirkan radikal bebas, sehingga
akan dapat menyebabkan penurunan LDL, mencegah tekanan darah tinggi,
dan mengurangi resiko kanker. Teh hijau megandung antioksidan 6x lebih
potensial di banding teh hitam (Syah, 2006 sebagaimana dikutip dalam jurnal
Soedirman Volume 7 No. 1, (2012)).
Jumlah kasus hipertensi di indonesia bisa dikatakan cukup
tinggi.Menurut data riset kesehatan dasar (riskesdas) kementrian kesehatan RI,
angka kejadian hipertensi pada tahun 2011 sebanyak 17,3%, tahun 2012
meningkat menjadi 17,5% dan pada tahun 2013 terjadi peningkatan yang
sangat disignifikan yaitu mencapai 21,0%.hal ini menunjukan kasus hipertensi
di indonesia terus meningkat etiap tahunnya.dari 33 provinsi di indonesia
terdapat 8 provini yang kasus hipertensi melebihi rata rata yaitu: Sulawesi
selata (27%), sumatera barat (27%), jawa barat (26%), jawa timur (25%),
sumatera utara (24%),sumatera selatan (24%), riau (23%), dan kalimantan
timur (22%).
Berdasarkan Data Dines Kesehatan Kabupaten Cianjur Penyakit
Hipertensi Primer (essential) berjumlah 28.945 dan 14,61 %. Hipertensiyang
ada di Puskesmas Rawat Jalan Hipertensi Primer (essential) berjumlah 32.704

dan 6,22% tahun 2013.pola penyakit penderita Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
umur> 45 75 tahunkabupaten cianjur hipertensi esencial (primer)
berjumlah304dan 8,20% tahun 2013.Pola penderita Rawat Jalan di Puskesmas
semua golongan umurhipertensi

Primer berjumlah 32.704 dan 6,22 % tahun

2013.
Berdasarkan data dari puskesmas sukaluyu dari bulan januari mei
didapatkan hasil dengan penderita hipertensi sebanyak 40 orang dewasa, dan
penderita hipertensi pada lansia sebanyak 60 orang , jadi total penderita di
puskesmas sukaluyu sekitar 100 orang penderita hipertensii.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah peneliti tertarik untuk
mengaplikasikan Tindakan Pemberian Teh Hijau Tujuannya Untuk Penurunan
Tekanan Darah Tinggi , maka dari itu penulis tertarik untuk menyusun Asuhan
Keperawatan tentang APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TEH HIJAU
TERHADAP PENURUNAN

TEKANAN

DARAH

PADA ASUHAN

KEPERAWATAN NY. M DENGAN HIPERTENSI DI DESA SUKALUYU.

B. Rumusan masalah
Bagaimanakah Aplikasi Tindakan Pemberian Teh hijau Terhadap
Penurunan Tekanan Darah

Pada Asuhan Keperawatan Ny. M dengan

Hipertensi di Desa Sukaluyu.?

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengaplikasikan tindakan pemberian teh hijau terhadap
penurunan tekanan darah pada asuhan keperawatan Ny. M dengan
hipertensi di desa Sukaluyu.

2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian karya tulis ini adalah agar
peneliti mampu :
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada lansia dengan
hipertensi
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada lansia
dengan hipertensi
c. Penulis mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada lansia
dengan hipertensi
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada lansia drngan
hipertensi
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada lansia dengan hipertensi
f. Penulis mampu mengaplikasikan tindakan pemberian teh hijau
terhadap penurunan tekanan darah

D. Manfaan penelitian
1. Bagi penulis
a. Menembah wawasan dan pengetahuan, pengalaman dan meningkatkan
keterampilan dalam memberikan Asuhan keperawatan Gerontik
b. Meningkatkan keterampilan dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien dengan hiprtensi
2. Profesi keperawatan
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di
Rumah sakit upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan Gerontik
khusus nya pada kasus hipertensi
3. Bagi institusi
Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selnjutnya
terutama yang berkaitan dengan hubungan penyakit hipertensi
4. Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan dan utuk meningkatkan ilmu pengetahuan
penulis dan sebagai sarana dalam menerapkan teori yang telah di peroleh
selama mengikuti kuliah dan mengklasifikasikannya di lapangan dalam
bentuk penelitian

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang
mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain
(Nugroho Wahyudi, 2008).

Aging process (proses penuaan) dalam perjalanan hidup manusia


merupakan suatau hal yang wajar, dan ini akan di alami oleh semua orang
yang di karuniai umur panjang , hanya cepat dan lambat nya proses
tersebut bergantung pada masing masing individu. Secara teori
perkembangan manusia yang di mulai dari masa bayi, anak, remaja,
dewasa, tua dan akhirnya akan masuk pada fase usia lanjutdengan umur
diatas 60 tahun. Pada usia ini terjadilah proses penuaan secara alamiah.
Perlu persiapan untuk menyambut hal tersebut agar nantinya tidak
menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi bahkan psikologis.
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri /mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (constantinides, 1994
dalam Nugroho. W, 2010).
Jadi, Proses menua merupakan proses yang terus menerus
(berkelanjutan) secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai
udzur / tua. Pada usia lansia ini biasanya seseorang akan mengalami
kehilangan jaringan otot, susunan syaraf dan jaringan lain sehingga tubuh
akan mati sedikit demi sedikit.

2. Batasan-batasan lansia
8
a. Menurut WHO
1) Usia pertengahan ( midle age ) kelompok usia 45 59 tahun.
2) Usia lanjut ( elderly ) antara 60 70 tahun.
3) Usia lanjut tua (old ) antara 75 90 tahun.
4) Usia sangat tua ( very old ) diatas 90 tahun
b. Menurut undang undang RI No 13 tahun 2009
Tentang kesejahteraan lanjut usia: bahwa usia lanjut adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
1) Menurut Dep. Kes RI
Usia lanjut digolongkan menjadi 3 golongan yaitu :
a) Kelompok lansia dini (55- 64 tahun )
b) Kelompok lansia pertengahan (65 tahun keatas )
c) Kelompok lansia dengan resiko tinggi (70 tahun keatas)
c. Menurut Bernice Neu Gardon (2010)

1) Lansia muda, yaitu pada orang yang berumur antara 55 75 tahun


2) Lansia tua, yaitu orang berumur lebih dari 75 tahun
d. Menurut Levinson (2008)
1) Lansia peralihan awal, antara 50 55 tahun
2) Lansia peralihan menengah, antara 55 60 tahun
3) Lansia peralihan akhir, antara 60 65 tahun.
3. Teori lansia
a. Teori Biologi
1) Teori genetic dan mutasi (Somatik Mutatie Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang terprogramoleh molekul-molekul atau
DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
2) Teori radikal bebas
Tidak setabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi
bahan

organik

yang

menyebabkan

sel-sel

tidak

dapat

regenerasi.Penurunan sistem limfosit T dan B mengakibatkan


gangguan pada keseimbangan regulasi system imun (Corwin,
2011).Sel normal yang telah menua dianggap benda asing,
sehingga sistem bereaksi untuk membentuk antibody yang
menghancurkan sel tersebut.Selain itu atripu tymus juga turut
sistem imunitas tubuh, akibatnya tubuh tidak mampu melawan
organisme pathogen yang masuk kedalam tubuh.Teori meyakini
menua

terjadi

berhubungan

dengan

peningkatan

produk

autoantibodi.
3) Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh.Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan
lingkungan internal, dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
dipakai.
4) Teori telomer
Dalam pembelahan sel, DNA membelah denga satu arah. Setiap
pembelaan akan menyebabkan panjang ujung telomere berkurang
panjangnya saat memutuskan duplikat kromosom, makin sering sel
membelah, makin cepat telomer itu memendek dan akhirnya tidak
mampu membelah lagi.

10

5) Teori apoptosis
Teori ini disebut juga teori bunuh diri (Comnit Suitalic) sel jika
lingkungannya berubah, secara fisiologis program bunuh diri ini
diperlukan pada perkembangan persarapan dan juga diperlukan
untuk merusak sistem program prolifirasi sel tumor. Pada teori ini
lingkumgan yang berubah, termasuk didalamnya oleh karna stres
dan hormon tubuh yang berkurang konsentrasinya akan memacu
apoptosis diberbagai organ tubuh.

b. Teori Kejiwaan Sosial


1) Aktifitas atau kegiatan (Activity theory)
Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut bnyak kegiatan social.
2) Keperibadian lanjut (Continuity theory)
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi tipe personality yang
dimilikinya.
3) Teori pembebasan (Disengagement theory)
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsurangsur melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri
dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi
lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas.
c. Teori Lingkungan
1) Exposure theory: Paparan sinar matahari dapat mengakibatkat
percepatan proses penuaan.
2) Radiasi theory: Radiasi sinar y, sinar xdan ultrafiolet dari alat-alat
medis memudahkan sel mengalami denaturasi protein dan mutasi
DNA.
3) Polution theory: Udara, air dan tanah yang tercemar polusi
mengandung

subtansi

kimia,

yang

mempengaruhi

epigenetik yang dpat mempercepat proses penuaan.

kondisi

11

4) Stress theory: Stres fisik maupun psikis meningkatkan kadar


kortisol dalam darah. Kondisi stres yang terus menerus dapat
mempercepat proses penuaan.

4. Tipe-tipe Lansia
Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di
rumah sendiri daripada tinggal bersama anaknya. Menurut Nugroho W
(2010) adalah:
a. Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan
diri dengan perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi
panutan.
b. Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan,
mempunyai kegiatan.
c. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses
penuaan yang menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik
jasmani, kehilangan kekuasaan, jabatan, teman.
d. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.
e. Tipe Bingung: Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian,
mengasingkan diri, minder, pasif, dan kaget.
5. Perubahan yang terjadi pada lansia
a. Perubahan fisik
1) Sel
Jumlah lebih sedikit, ukuran lebih besar, mekanisme perbaikan
sel terganggu, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal,
darah dan hati.
a) Sistem persyarafan
Lambat dalam respon dan waktu untk bereaksi mengecilnya
syaraf panca indra, kurang sensitif, terhadap sentuhan,
hubungan persyarafan menurun.

12

b) Sestem pendengaran
Presbiakusis / gangguan pendengaran, hilang kemampuan
pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara
atau nada yang tinggi dan tidak jelas, sulit mengerti kata kata,
terjadi pengumpulan seruman dapat mengeras.
c) Sistem penglihatan
Spingter pupil timbul sclerosis, hilang responsterhadaop sinar,
kornea lebih berbentuk sferis (bola) kekeruhan pada lensa,
hilangnya daya akomodasi, menurunnya daya membedakan
warna biru dan hijau pada skala, menurunnya lapang pandang,
menurunnya elastisitas dinding aorta,katub jantung menebal
dan

menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah

menurun 1 % pertahun, kehilangan elastistas pembuluh darah,


tekanan darah meningkat.
d) Sistem Pengaturan suhu tubuh
Temperatur tubuh menurun secara fisiologis, keerbatasan reflek
mengigit dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.
e) Sistem Respirasi
Menurunnya kekuatan otot pernafasan dan aktivitas dari siliasilia paru paru kehilangan elastisitas, alveoli ukurannya
melebar, menurunnya O2 pada arteri menjadi 75 mmHg,
menurunnya batuk.

B. Konsep Hipertensi

1. Pengertian
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya (Sustrani, 2010).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO
(World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal

13

adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia
dan jenis kelamin (Marliani, 2011),.
Jadi, Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di
atas 90 mmHg.Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
2. Etiologi
Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan
lanjut usia adalah terjadinya perubahan perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi
karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan
menjadi dua.Yang pertama hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya.Yang kedua hipertensi sekunder, disebabkan kelainan ginjal
dan kelainan kelenjar tiroid.Yang banyak terjadi adalah hipertensi primer,
sekitar 92-94% dari kasus hipertensi. Dengan kata lain, sebagian besar
hipertensi tidak dapat dipastikan penyebabnya (Marliani, 2007).
3. Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri,
tetapi lebih sering dijumpai terkait dengan penyakit lain, misalnya
obesitas, dan diabetes melitus.Berdasarkan penyebabnya, hipertpensi dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Gunawan, 2011).
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui
dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menunjuk stress sebagai

14

tuduhan utama, setelah itu banyak faktor lain yang mempengaruhi,


dan para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga
penderita hipertensi (genetik) dengan resiko untuk juga menderita
penyakit ini. Faktor- faktor lain yang dapat dimasukkan dalam daftar
penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan,dan faktor yang
meningkatkan resikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol, dan
merokok.
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Gunawan,
2011).Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab spesifiknya sudah
diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit jantung, diabetes,
ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan.
Garam dapur akan memperburuk hipertensi, tapi bukan faktor
penyebab.
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen.Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh

darah,

dimana

dengan

dilepaskannya

noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti


kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi.Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

15

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.Medulla


adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons

vasokonstriktor

pembuluh

darah.Vasokonstriksi

yang

mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan


rennin.Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan

volume

intra

vaskuler.Semua

faktor

ini

cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi.


Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Rohaendi, 2008).
5. Klasifikasi Hipertensi
a. Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organization)
dalam Rohaendi (2008):
1) Tekanan darah normal, yakni tekanan sistolik kurang atau sama
dengan 140 mmHg dan tekanan diastoliknya kurang atau sama
dengan 90 mmHg.
2) Tekanan darah borderline (perbatasan), yakni tekanan sistolik 140159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90-94 mmHg
3) Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni sistolik 1ebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih besar atau
sama dengan 95mmHg.

16

b.

Menurut Salma Elsanti (2009), klasifikasi penyakit hipertensi terdiri

dari:
1) Tekanan sistolik:
a) < 119 mmHg : Normal
b) 120-139 mmHg : Pra hipertensi
c) 140-159 mmHg : Hipertensi derajat 1
d) > 160 mmHg : hipertensi derajat 2
2) Tekanan diastolik
a) < 79 mmHg : Normal
b) 80-89 mmHg : pra hipertensi
c) 90-99 mmHg : hipertensi derajat 1
d) >100mmHg : hipertensi derajat 2
3) Stadium 1: Hipertensi ringan (140-159 mmHg 90-99 mmHg)
4) Stadium 2: Hipertensi sedang (160-179 mmHg 100-109 mmHg)
5) Stadium 3: Hipertensi berat (180-209 mmHg 110-119 mmHg)
6. Gejala Hipertensi
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak
memiliki gejala khusus.Menurut

Sutanto (2009), gejala-gejala yang

mudah diamati antara lain yaitu :


a. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala
b. Sering gelisah
c. Wajah merah
d. Tengkuk terasa pegal
e. Mudah marah
f. Telinga berdengung
g. Sukar tidur
h. Sesak napas
i. Rasa berat ditengkuk
j. Mudah lelah
k. Mata berkunang-kunang
l. Mimisan ( keluar darah dari hidung).
7. Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Hipertensi
Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi
hipertensi yang dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain:
a. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dikontrol:
1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan
wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler
sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause
dilindungi

oleh

hormon

estrogen

yang

berperan

dalam

17

meningkatkan kadarHigh Density Lipoprotein (HDL). Kadar


kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan
estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada
usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan
sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana
hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan
umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada
wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasil
lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita
sekitar 56,5%. (Anggraini dkk, 2009).
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada
usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah
umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita.Hal
ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause
(Marliani, 2007).

2) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan
darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan
darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi
pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan
pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis
obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada
kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada
wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause
Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang
berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan

18

arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat


dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini
dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya
penyesuaian diri.
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi
lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi
yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60
tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan
darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan
kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan
enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan
risiko hipertensi
3) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu

akan

menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi.


Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler
dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu
dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali
lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.

Selain itu

didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat


hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi
jika orang tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007).
Menurut Rohaendi (2008), mengatakan bahwa Tekanan
darah tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah
seorang dari orang tua anda ada yang mengidap tekanan darah
tinggi, maka anda akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk
mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai
tekanan darah tingi maka peluang anda untuk terkena penyakit ini
akan meningkat menjadi 60%.

19

b. Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol:


1) Obesitas
Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut
asupan kalori sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi
karena

kurangnya

aktivitas.

Itu

sebabnya

berat

badan

meningkat.Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia.Kelompok


lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti
artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau
tidak, dapatdilakukan dengan mengukur berat badan dengan tinggi
badan, yang kemudian disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
Berat Badan (kg)
IMT = -----------------------------------------------Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama
tekanan darah sistolik.Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada
orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang
berat badannya normal.Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar
20-30% memiliki berat badan lebih.
Obesitas beresiko terhadap munculnya berbagai penyakit
jantung dan pembuluh darah.Disebut obesitas apabila melebihi Body
Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT).BMI untuk
orang Indonesia adalah 25.BMI memberikan gambaran tentang
resiko kesehatan yang berhubungan dengan berat badan.Marliani
juga mengemukakan bahwa penderita hipertensi sebagian besar
mempunyai berat badan berlebih, tetapi tidak menutup kemungkinan
orang yang berat badanya normal (tidak obesitas) dapat menderita
hipertensi.Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita
hipertensi yang obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan berat
badannya normal. (Marliani,2007).

20

2) Kurang olahraga
Olahraga

banyak

dihubungkan

dengan

pengelolaan

penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat


menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah
(untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi
terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat
karena adanya kondisi tertentu.
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah
tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk.Orangorang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih
cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa
semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri.Latihan fisik
berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat
bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah.Bagi
penderita tekanan darah tinggi, jantung atau masalah pada peredaran
darah, sebaiknya tidak menggunakan beban waktu jalan. Riset di
Oregon Health Science kelompok laki-laki dengan wanita yang
kurang aktivitas fisik dengan kelompok yang beraktifitas fisik dapat
menurunkan

sekitar

6,5%

kolesterol

LDL

(Low

Density

Lipoprotein) faktor penting penyebab pergeseran arteri (Rohaendi,


2008).
3) Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah.Perokok
berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi
maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami
ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas
S Bowman dari Brigmans and Womens Hospital, Massachussetts
terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi,
51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5%
subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang

21

merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan


dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini
yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan
kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).
4) Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization
(WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat
mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar yodium yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4
gram yodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang
berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat.Untuk menormalkannya cairan intraseluler
ditarik

ke

luar,

sehingga

volume

cairan

ekstraseluler

meningkat.Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut


menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak
kepada timbulnya hipertensi.(Wolff, 2008).

5) Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat
merusak jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah.
Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor
resiko hipertensi (Marliani, 2007).
6) Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir
kopi mengandung 75 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir
tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
7) Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui
aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan
darah

secara

intermiten

(tidak

menentu).

Stress

yang

22

berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap


tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian
di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di
pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang
dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Rohaendi,
2003). Menurut Anggraini dkk, (2009) menagatakan Stress akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress
ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi,
dan karakteristik personal
8. Komplikasi Hipertensi
Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi membiarkan
jantung bekerja lebih keras dan membiarkan proses perusakan dinding
pembuluh darah berlangsung dengan lebih cepat. Hipertensi meningkatkan
resiko penyakit jantung dua kali dan meningkatkan resiko stroke delapan
kalindibanding dengan orang yang tidak mengalami hipertensi.
Selain itu hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung,
gangguan pada ginjal dan kebutaan.Penelitian juga menunjukkan bahwa
hipertensi dapat mengecilkan volume otak, sehingga mengakibatkan
penurunan fungsi kognitif dan intelektual.Yang paling parah adalah efek
jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak.
a. Penyakit jantung koroner dan arteri
Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh
akan semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal.
Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengeras
ini.
b. Payah jantung
Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana
jantung tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan
tubuh.Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau system
listrik jantung.

23

c. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke,
karena tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh
darah yang sudah lemah menjadi pecah.Bila hal ini terjadi pada
pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang dapat
berakibat kematian.Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari
gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit.
d. Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah
yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran
tubuh.Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih
sedikit cairan dan membuangnya kembali kedarah.Gagal ginjal dapat
terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru.
e. Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di
mata, sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.

9. Pencegahan Hipertensi
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil
tindakan pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain
menurut bukunya (Gunawan, 2001),dengan cara sebagai berikut:
a. Mengurangi konsumsi garam.
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam
dapur untuk diet setiap hari.
b. Menghindari kegemukan (obesitas).
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b)
normal atau tidak berlebihan.Batasan kegemukan adalah jika berat
badan lebih 10% dari berat badan normal.
c. Membatasi konsumsi lemak.

24

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah


tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat
mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh
darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan
menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan
demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung
memperparah hipertensi.
d. Olahraga teratur.
Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau
menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi.Olahraga yang
dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh
(latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik
sepeda.Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan
seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan
dapat menimbulkan hipertensi.
e. Makan banyak buah dan sayuran segar.
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral.
Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu
menurunkan tekanan darah.
f. Tidak merokok dan minum alkohol.
g. Latihan relaksasi atau meditasi.
Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau
ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan
mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai,
indah, dan menyenangkan.Relaksasi dapat pula dilakukan dengan
mendengarkan musik, atau bernyanyi.
h. Berusaha membina hidup yang positif.
Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan,
tuntutan atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban
stress (ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau
besar sehingga melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan

25

sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi.
Agar terhindar dari efek negative tersebut, orang harus berusaha
membina hidup yang positif. Beberapa cara untuk membina hidup
yang positif adalah sebagai berikut:
1) Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah
2) Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau waktu
untuk kegiatan santai.
3) Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain
menyelesaikan bagiannya.
4) Sekali-sekali mengalah, belajar berdamai.
5) Cobalah menolong orang lain.
6) Menghilangkan perasaan iri dan dengki.

C.Konsep Asuhan Keperawatan Pada Hipertensi


Proses keperawatan adalah metode sistematik dimana secara langsung
perawat bersama klien secara bersama untuk menentukan masalah keperawatan
sehingga membutuhkan asuhan keperawatan, membuat perencanaan dan
rencana implementasi, serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan (Gaffar,
La Ode Jumadu, 2013 ; 54).
Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yaitu : pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses
keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data/informasi tentang
pasien yang dibutuhkan, dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan
diagnosa keperawatan (Gaffar, 2014 ; 57). Dibawah ini pengkajian yang
dilakukan pada penyakit asma, yaitu sebagai berikut :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi yang
sistematik tentang pasien (Allen, 2013 ; 22).
1) Pengumpulan data

26

Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat,


tanggal masuk RS, nomor rekam medik, ruangan, diagnosa medis,
tanggal pengkajian.
2) Identitas penanggung jawab
Meliputi : nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan
dengan pasien.
b. Riwayat Kesehatan
Merupakan pengembangan dari keluhan utama secara terperinci
dengan menggunakan PQRST
P : Provokative/palliative adalah faktor pencetus terjadinya penyakit,
Q

apa saja yang dapat mengurangi dan memperberat gejala.


: Quality/quantity adalah bagaimana gejala dirasakan.

: Region adalah daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan.

: Severity scale/skala adalah derajat keganasan atau keparahan

keluhan dirasakan.
: Time adalah waktu dimana keluhan dirasakan.

Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al


(2011) adalah :
a.

Aktivitas istirahat
Gejala

: Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya


hidup

Tanda

- Frekuensi jantung meningkat


- Perubahan trauma jantung (takipnea)

b.

Sirkulasi
Gejala

: Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung


koroner /katup dan penyakit screbiovakuolar, episode
palpitasi, perpirasi.

Tanda

:-

Kenaikan

TD (pengukuran

serial

dan

kenaikan

TD diperlukan untuk menaikkan diagnosis


-

Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan

regimen otak)
Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis
Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan
sangat kuat

27

Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia


Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini)
S4 (pengerasan vertikel kiri / hipertrofi vertical kiri).

c.

Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria
atau jarah kronis (dapat mengidentifikasi kerusakan
serebral)faktor-faktor inulhfel, hubungan keuangan yang
berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda

: Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu


perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empeti
otot muka tegang (khususnya sekitar mata) gerakkan
fisik cepat, pernafasan mengelam peningkatan pola
bicara.

d.

Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu

e.

Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol, mual,
muntah, perubahan berat badan (meningkatkan/menurun)
riwayat pengguna diuretik.
Tanda

: -

f.

Berat badan normal atau obesitas


Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)
Kongestiva
Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).

Neurosensori
Gejala

: - Keluhan pening/pusing
-

Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat


bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam)

Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh


Gangguan penglihatan
Episode epistaksis

28

Tanda

: - Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi


bicara, efek, proses fikir atau memori.

g.

Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala

h.

: -

Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)

Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi


Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi

sebelumnya
Nyeri abdomen / massa

Pernapasan
Gejala
Tanda

: -

Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja

Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum

: -

Distres respirasi

i.

Bunyi nafas tambahan


Sianosis

Keamanan
Gejala

: -

Gangguan koordinas / cara berjalan

Tanda
j.

: -

Hipotesia pastural
Frekuensi jantung meningkat

- Perubahan trauma jantung (takipnea)


Pembelajaran/Penyebab
Gejala :

Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis,


penyakit jantung, DM

k.

Lingkungan tempat tinggal


1. Kebersihan dan kerapian ruangan
: ________________________________________________
2. Penerangan
: _______________________________________________
3. Sirkulasi darah
: ____________________________________________________
4. Keadaan kamar mandi dan WC
: _______________________________________________
5. Pembuangan air kotor
: _______________________________________________
6. Sumber air minum
: _______________________________________________
7. Pembuangan sampah
: _______________________________________________

29

8.

Sumber pencemaran
: _______________________________________________
9. Penataan halaman ( kalau ada )
: _______________________________________________
10. Privasi
: _______________________________________________
11. Resiko injuri
: ________________________________________________

2. MASALAH KESEHATAN KRONIS


No

A.

Keluhan kesehatan atau gejala yang

Selalu

Sering

Jarang

dirasakan klien dalam waktu 3 bulan

(3)

(2)

(1)

per

terakhir berkaitan dengan fungsi-fungsi


Fungsi penglihatan
Penglihatan kabur
Mata berair
Nyeri pada mata

B.

Fungsi pendengaran
Pendengaran berkurang
Telinga berdenging

C.

Fungsi paru ( pernapasan )


Batuk lama disertai keringat malam
Sesak napas
Berdahak atau sputum

D.

Fungsi jantung
Jantung berdebar-debar
Cepat lelah
Nyeri dada

E.

Fungsi pencernaan

Mual/muntah
F. 13. Nyeri ulu hati
Makan dan minum banyak ( berlebihan )
Perubahan kebiasaan buang air besar
( mencret atau sembelit )

30

G.

Fungsi pendengaran
Nyeri kaki saat berjalan
Nyeri pinggang atau tulang belakang
Nyeri persendiaan/bengkak

H.

Fungsi persarafan
Lumpuh/kelemahan pada kaki atau tangan
Kehilangan rasa
Gemetar/tremor
Nyeri/pegal pada daerah tengkuk

I.

Fungsi saluran perkemihan


Buang air kecil banyak
Sering buang air kecil pada malam hari

25. Tidak mampu mengotrol pengeluaran air

kemih
( ngompol )
Jumlah
Analisis hasil
Skor :< 25

: tidak ada masalah kesehatan kronis s.d masalah kesehatan kronis

ringan
Skor : 26-50

: masalah kesehatan kronis sedang

Skor :> 51

: masalah kesehatan kronis berat


:

3. FUNGSI KOGNITIF
Pengkajian fungsi kognitif dilakukan dalam rangka mengkaji kemampuaan
klien berdasarkan daya orientasi terhadap waktu, orang, tempat, serta daya
ingat.
Petunjuk : isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan respons klien :
No

Item pertanyaan

Benar

Salah

31

1.

Jam berapa sekarang ?

2.

Jawab :
Tahun berapa sekarang ?

3.

Jawab :
Kapan bapak/ibu lahir ?

4.

Jawab :
Barapa umur bapak/ibu sekarang ?

5.

Jawab :
Dimana alamat bapak/ibu sekarang ?

6.

Jawab :
Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama bapak/ibu

sekarang ?

7.

Jawab :
siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama bapak/ibu ?

8.

jawab :
tahun berapa hari kemerdekaan Indonesia ?

9.

jawab :
siapa nama presiden Indonesia sekarang ?

10

jawab :
Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1

Jawab :
JUMLAH BENAR
Analisa Hasil
Skor benar : 8-10 : Tidak ada gangguan
Skor benar : 0-7 : Ada gangguan
: ..
4. PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN
KATZ INDEK

Termasuk / kategori yang manakah klien ?


A. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB,BAK), menggunakan pakaian,
B.
C.
D.
E.
F.

pergi toilet, perpindahan dan mandi


Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas
Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi yang lain
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu fungsi yang lain
Mandiri, kecuali mandiri berpakaian, ke toilet, berpindahan dan satu
fungsi yang lain

32

G. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas


Keterangan :
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang
lain. Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi, meskipun ia anggap mampu
5. STATUS FUNGSIONAL
Modifikasi indeks kemandiriaan katz
Pengkajian status fungsional didasarkan pada kemandirian klienn
dalam, menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. Kemandirian berarti tanpa
pengawasan, pengarahan, atau bantuan orang lain. Pengkajian ini didasarkan
pada kondisi actual klien dan bukan pada kemampuan , artinya jika klien
menolak untuk melakukan suatu fungsi, dianggap sebagai tidak melakukan
fungdi meskipun ia sebenarnya mampu.
No

Aktivitas

1.

Mandi dikamar mandi (manggosok, membersikan,

2.
3.
4.

dan mengeringkan badan)


Menyiapkan pakaian, membuka dan mengenakannya
Memakan makanan yang telah disiapkan

Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri

(menyisir rambut, mencuci rambut, menggosok gigi,

5.

mencukur kumis)
Buang air besar

6.
7.

mengeringkan daerah bokong)


Dapat mengontrol pengeluaran feses (tinja)

Buang air kecil dikamar mandi (membersikan dan

8.
9.

membersikan daerah kemaluan)


Dapat mengontrol pengeluaran air kemih

Berjalan dilingkungan tempat tinggal atau keluar

10

ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat


Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan

di

WC

(membersikan

dan

.
yang di anut
11. Melakukan pekerjaan rumah, seperti : merapikan

tempat tidur, mencuci pakaian, memasak, dan

Mandiri

Tergantung

( nilai 1 )

(0)

33

12

membersikan ruangan.
Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan

.
13

keluarga
Mengelolah keuangan (menyimpan dan menggunakan

.
14

uang sendiri)
Menggunakan sarana transportasi umum untuk

.
15

berpergian
menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan

.
16

aturan (takaran obat dan waktu minum obat tepat)


Merencanakan dan mengambil keputusan untuk

kepentingan keluarga dalam hal penggunaan uang,


aktivitas social yang dilakukan dan kebutuhan akan

17

pelayanan kesehatan
Melakukan aktivitas di waktu luang (kegiatan

keagamaan, social, rekreasi, oloaraga,dan menyalurka


hobi).
JUMLAH POIN MANDIRI

Analisa hasil :
Point : 13-17 : Mandiri
Point : 0-12 : Ketergantungan
:
6. STATUS PSIKOLOGIS
( SKALA DEPRESI GERIATIK YESAVAGE, 1983 )
Analisa hasil :

No

Tergantung

nilai 1

Normal

nilai 0

Apakah bapak/ ibu dalam satu mingguterakhir.

1.
2.

Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani


Banyak meninggalkan kesenangan/ minat dan aktifitas anda?

3.
4.
5.
6.

Merasa bahwa kehidupan anda hampa?


Sering merasa bosan?
Penuh pengharapan akan masa depan?
Mempunyai semangat yang baik setiap waktu?

34

7.
8.
9.
10.
11.

Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat diungkapkan?


Merasa bahagia disebagian besar waktu?
Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda?
Sering kali merasa tidak berdaya?
Sering merasa gelisah dan gugup?

12.

Memilih tinggal di rumah daripada pergi melakukan sesuatu

13.
14.

yang bermanfaat?
Sering kali merasa khawatir akan masa depan?
Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat

15.

dibandingkan orang lain?


Berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang?

16.
17.
18.

Sering kali merasa merana?


Merasa kurang bahagia?
Sangat khawatir terhadap masa lalu?

19.

Merasa bahwa hidup ini sangat

20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
No

menggairahkan?
Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru?
Merasa dalam keadaan penuh semangat?
Berpikir bahwa keadaaan anda tidak ada harapan?
Berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik dari pada anda?
Sering kali menjadi kesal dengan hal yang sepele?
Sering kali merasa ingin menangis?
Merasa sulit untuk berkonsentrasi?
Menikmati tidur?
Apakah bapak / ibu dalam satu minggu

.
28.
29.
30.

terakhir :
Memilih menghindar dari perkumpulan social?
Mudah mengambil keputusan?
Mempunyai pikiran yang jernih?
JUMLAH ITEM YANG TERGANGGU
Nilai : 0 - 5 : Normal
Nilai : 6 - 15: Depresi Ringan Sampai Sedang
Nilai :16 - 30: Depresi Berat
: ..

7. PENGKAJIAN KESEIMBANGAN UNTUK KLIEN LANSIA

35

Ket :- Beri nilai Nol (0) jika klien tidak menunjukan kondisi dibawah
- Beri nilai satu (1) jika klien menunjukan kondisi dbawah
- Kursi harus yang keras tanpa lengan
Komponen
Utama Dalam

Langka langkah

Bergerak
Perubahan posisi

(Mata Terbuka)

atau gerakan

keseimbangan

Bangun

Nila

Kriteria

dari

kursi

Tidak bangun dari tempat duduk


dengan

spontan,

tetapi

mendorong tubuhnya ke atas


dengan tangan atau bergerak ke
depan kursi telebih dahulu, tidak

Duduk ke kursi
Menahan
dorongan pada

stabil saat berdiri pertama kali.


Menjatuhkan diri ke kursi tidak

duduk di tengah kursi


Pemeriksa mendorong sternum
(perlahan-lahan

sternum

sebanyak

kali), klien menggerakan kaki,


memegang

objek

untuk

dukungan, kaki tidak menyentuh


sisi sisinya.

Kriteria sama dengan kriteria

Bangun dari kursi


Duduk ke kursi

Menahan

untuk mata terbuka


Kriteria sama dengan kriteria

(Mata Tertutup)

dorongan

pada

sternum
(Mata Terbuka)
Perputaran leher
(posisi
duduk/berdiri)

untuk mata terbuka


Kriteria sama dengan kriteria
untuk mata terbuka

Menggerakan kaki, memegang


obyek untuk dukungan, kaki
tidak menyentuh sisi

sisinya,

keluhan vertigo, pusing atau

36

Gerakan

menggapai

keadaan tidak stabil


Tidak mampu untuk menggapai
sesuatu dengan bahu fleksi max,

sesuatu

sementara berdiri pada ujung

ujung jari kaki tidak stabil,

Membungkuk

memegang

sesuatu

dukungan
Tidak mampu
untuk

untuk

membungkuk

mengambil

obyek

obyek kecil untuk bias berdiri,


memerlukan
Gaya

usaha

usaha

multiple untuk bangun


berjalan Minta klien untuk Ragu

ragu,
tersandung,

atau gerakan

berjalan ke tempat
yang ditentukan
Ketinggian langkah
kaki (saat berjalan)
Kontinuitas langkah
kaki

(diobservasi

dari samping klien)

memegang objek untuk dukungan


Kaki tidak naik dari lantai secara
konsisten

(menggeser

atau

menyeret kaki), mengangkat kaki


terlalu tinggi (<5cm)
Setelah langkah langkah awal,
langkah menjadi tidak konsisten,
memulai mengangkat satu kaki

Kesimetrisan

sementara

langkah
(diobsevasi

dari

satu

kaki

sebelah

menyentuh tanah.

Tidak berjalan pada garis lurus


samping klien)
Penyimpangan jalur
bergelombang dari sisi ke sisi
pada saat berjalan
(diobsevasi
belakang klien)
Berbalik

dari
Tidak berjalan pada garis lurus,
bergelombang dari sisi ke sisi

37

Berhenti sebelum berbalik, jalan


sempoyongan,
memegang

bergoyang,
obyek

untuk

dukungan.
Nilai :

Ket : 0 5

: Risiko Jatuh Rendah

6 10

: Risiko Jatuh sedang

11 15

: Risiko Jatuh Tinggi

8. Analisa Data
Analisa data adalah kegiatan mengubah data hasil penelitian menjadi informasi
yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan dalam suatu penelitian.
9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status
atau

masalah

kesehatan

aktual

atau

potensial.

Tujuannya

adalah

mengidentifikasi : pertama, adanya masalah aktual berdasarkan respon pasien


terhadap masalah atau penyakit ; kedua, faktor-faktor yang berkonstribusi atau
penyebab adanya maslah ; ketiga, kemampuan pasien mencegah atau
menghilangkan masalah ( Gaffar, 2014 ; 61).
Pada hipertensi dapat ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.

38

c. Nyeri akut : sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral


d. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan
berlebihan
10. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat
perencanaan intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan.Tujuan
perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah
masalah keperawatan pasien. Tahapan perencanaan keperawatan adalah
penentuan proiritas diagnosa keperawatan, penepatan tujuan dan sasaran,
penempatan kriteriaevaluasi dan merumuskan intervensi keperawatan (Gaffar,
2014 ; 63).

No
1

Diagnosa

Tujuan dan

Keperawatan
Kriteria Hasil
Nyeri akut b.d NOC :
peningkatan
tekanan
vaskuler

1. Pain Level,
2. Pain control,
3. Comfort level

Kriteria Hasil :

Definisi:

yang 1. Mampu
mengontrol

menyenangkan

nyeri

dan pengalaman

penyebab

emosional yang

nyeri, mampu

muncul

menggunakan

secara
atau

potensial
atau

menggambarkan
adanya

tehnik
nonfarmakolo

kerusakan
jaringan

(tahu

gi

untuk

mengurangi
nyeri, mencari

Rasional
Mandiri :

1. Mempertaha
nkan

tirah

selama

fase

akut

tidak

aktual

Mandiri :

baring

celebral
Sensori

Intervensi

1. Meminimalkan
stimulasi/meni
ngkatkan
relaksasi
2. Tindakan yang

2. Berikan

menurunkan

tindakan

tekanan

nonfarmakol

vaskular

ogi

serebral efektif

untuk

mengurangi

dalam

sakit kepala

menghilangka
n sakit kepala
dan
komplikasinya
3. Aktivitas yang

39

kerusakan

bantuan)
2.
Melaporkan
3. Hilangkan
Studi
bahwa nyeri
atau

(Asosiasi
Nyeri

meningkatkan
vasokonstriksi
menyebabkan

Internasional):

berkurang

minimalkan

sakit

kepala

serangan

dengan

aktivitas

pada

adanya

menggunakan

vasokontriksi

peningkatan

manajemen

yang

dapat

tekanan

meningkatka

vaskular

mendadak

atau

pelan
intensitasnya

nyeri
ringan 3. Mampu

dari
sampai

berat

mengenali

yang

dapat

nyeri

diantisipasi

intensitas,

dengan

akhir

yang

dapat
dan 4.

diprediksi
dengan
kurang

(skala,

durasi
dari

bulan.

tanda nyeri)
Menyatakan

indikasi

setelah

nyaman
nyeri

karakteristik :

dalam rentang

1. Laporan

normal

secara verbal
atau
verbal
2. Fakta

non
dari

observasi
3.

Posisi
antalgic
untuk
menghindari

nyeri
4. Gerakan

4. Berikan obat
sesuai

rasa

sakit

kepala

frekuensi dan

berkurang
5. Tanda
vital

Batasan

(analgesik)

serebral
4. Mengontrol
nyeri

dan

menurunkan
rangsangan
saraf simpatis

40

melindungi
5. Tingkah laku
berhati-hati
6. Muka topeng
7. Gangguan
tidur

(mata

sayu, tampak
capek,

sulit

atau gerakan
kacau,
menyeringai)
8. Terfokus
pada

diri

sendiri
9. Fokus
menyempit
(penurunan
persepsi
waktu,
kerusakan
proses
berpikir,
penurunan
interaksi
dengan orang
dan
lingkungan)
10. Tingkah laku
distraksi,
contoh
:jalan-jalan,
menemui
orang

lain

41

dan/atau
aktivitas,
aktivitas
berulangulang)
11. Respon
autonom
(seperti
diaphoresis,
perubahan
tekanan
darah,
perubahan
nafas,
dan

nadi
dilatasi

pupil)
12. Perubahan
autonomic
dalam tonus
otot
(mungkin
dalam
rentang dari
lemah

ke

kaku)
13. Tingkah
laku
ekspresif
(contoh
gelisah,
merintih,
menangis,

42

waspada,
iritabel,nafas
panjang/
berkeluh
kesah)
14. Perubahan
dalam nafsu
makan

dan

minum
Faktor

yang

berhubungan :
Agen
(biologi,
2

injuri
kimia,

fisik, psikologis)
Resiko
tinggi NOC :
terhadap
penurunan

1. Cardiac
Pumpeffective

Mandiri :
1. Pantau TD

hipertrofi/rigidit
as

ventrikuler,

iskemia
miokard

1. Perbandingan
dari

ness
curah jantung
2. Circulation
b/d peningkatan
Status
afterload,
3. Vital
Sign
vasokonstriksi,

Mandiri :
tekanan

memberi
gambaran yang
lebih lengkap

Status

tentang
2. Auskultasi
tonus jantung
dan

bunyi

nafas

keterlibatan/
bidang
masalah
vaskuler
2. Dapat
mengidentifika
si

3. Berikan

kongesti

paru sekunder

lingkungan

terhadap

yang tenang,

terjadinya atau

43

nyaman,

gagal jantung

kurang
aktivitas/keri

kronik
3. Dapat
menurunkan

butan

rangsangan
yang
menimbulkan
4. Berikan

stress,

tindakan

membuat efek

nonfarmakol
ogi

dengan

minuman
herbal

tenang
sehingga
menurunkan

teh

hijau

TD
4. Teh

hijau

mempunyai
kandungan
polifenol yang
tinggi.
Polifenol

teh

(katekin

dan

theaflavin)
merupakan
antioksidan
kuat

yang

mampu
melindungi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
dengan
dokter dalam
pemberian

oksidasi LDLkolestrol oleh


radikah bebas
sehingga akan
dapat
menyebabkan

44

terapi

penurunan
LDL,

dan

mencegah
tekanan darah
tinggi

Kolaborasi :
1.

Karena

efek

samping

obat

tersebut

maka

penting

untuk

menggunakan obat
dalam

jumlah

sedikit.
3

Resiko

jatuh Noc :

dengan

Mandiri :
Mandiri :
1.kaji keadaan
1.resiko
jatuh
1.
agar
dapat
lingkungan klien
klien berkurang
pengetahuan

gangguan

Dengan

kesimbangan

hasil :

jatuh,posisikan

tubuh

1.klien

sendi yang sakit

mengetahui

dengan bantal

berhubungan

kriteria

faktor

resiko

penyebab cedera

1
1.

jatuh Mandiri :
1. Kaji respon
klien berkurang
2.

resiko

klien
4

Intoleransi
aktivitas

NOC :
b/d 1. Energy

kelemahan,
ketidakseimban
gan suplai dan

terhadap

Mandiri :

aktivitas

1. Membantu
dalam

conservation
2. Activity
tolerance

mengkaji
2. Perhatikan

respon

45

kebutuhan

3. Self

oksigen.
Ketidakcukupan
secara

fisiologis
psikologis untuk
meneruskan atau
menyelesaikan
diminta
aktifitas

Kriteria Hasil :
1. Berpartisipasi
dalam
aktivitas fisik

maupun

aktifitas

ADLs

Definisi:
energu

Care

tekanan darah,

hari.

sehari

Batasan

(ADLs) secara

karakteristik :

mandiri

secara verbal

dari
20x/menit
diatas
frekuensi

hari

tentang

aktivitas
2. Bila

ada

merupakan
indikator dari
kelebihan kerja
yang berkaitan
dengan tingkat
aktivitas

teknik
penghematan
energi

3. Teknik
menghemat
energi
penggunaan
energi,

juga

membantu
keseimbangan

oksigen

atau
kelemahan.
b. Respon
abnormal dari
tekanan darah
nadi

terhadap
aktifitas
c. Perubahan
yang

menunjukkan
aritmia

terhadap stres

lebih

suplai

dan kebutuhan

kelelahan

EKG

nadi

antara

adanya

atau

fisiologis

istirahat
tanpa disertai 3. Instruksikan
peningkatan
pada
klien

nadi dan RR
yang 2. Mampu
atau
melakukan
sehari
aktivitas

a. melaporkan

frekuensi

atau

46

iskemia
d. Adanya
dyspneu
atauketidakny
amanansaat
beraktivitas.
Faktor

factor

yang
berhubungan :
a. Tirah Baring
atau
imobilisasi
b. Kelemahan
menyeluruh
c. Ketidakseimb
angan antara
suplei
oksigen
dengan
kebutuhan
d. Gaya hidup
yang
dipertahankan

11. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan
oleh perawat dan pasien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan
implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah
dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan
tekhnikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi
keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Gaffar, 2014 ; 66).

47

Beberapa

faktor

yang

mempengaruhi

perencanaan

asuhan

keperawatan antara lain fasilitas peralatan yang dibutuhkan, kerjasama antar


perawat, dan kerjasama dengan tim kesehatan lain yang terkait.
12. Evaluasi
Fase terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan. Hal-hal yang dievaluasi adalah
keakuratan, kelengkapan dan kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah
pasien, serta pencapaian tujuan, serta ketepatan intervensi keperawatan.
Akhirnya penggunaan proses keperawatan secara tepat pada praktek
keperawatan akan memberi keuntungan pada pasien dan perawat (Gaffar,
2014 ;67).
Terdapat dua tipe dokumentasi evaluasi yaitu evaluasi formatif yang
menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan
respon segera, dan evaluasi sumatif yang merupakan rekapitulasi dari hasil
observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu.
Evaluasi sumatif dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
SOAP, sebagai berikut :
S: Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O: Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A: Analisa ulang atas data subjek dan objek untuk menyimpilkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang
kontradiksi dengan masalah yang ada.
P: Perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
pasien.
Modifikasi rencana dan tindakan mengikuti perubahan keadaan pasien.
Pada tekhnik ini catatan perkembangan dapat menggunakan bentuk
SOAPIER, yaitu sebagai berikut :
S
: Data Subjektif
O
: Data Objektif
A
: Data subjektif dan objektif dinilai dan dianalisa, apakah
berkembang ke arah perbaikan atau kemunduran. Hasil analisis
dapat menguraikan sampai dimana masalah yang ada dapat diatasi

48

atau adakah perkembangan masalah baru yang menimbulkan


P

diagnosa keperawatan baru.


: Perencanaan
Rencana penanganan pasien berdasarkan pada hasil analisis yang
berisimelanjutkan rencana sebelumnya apabila keadaan atau
masalah belum teratasi dan membuat rencana baru bila rencana

I
E

awal tidak efektif.


: Implementasi
Tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana.
: Evaluasi
Penilaian sejauh mana rencana tindakan dan implementasi telah
dilaksanakan dan sejauh mana masalah pasien dapat teratasi.
: Reassesment
Bila hasil evaluasi menunjukkan masalah belum teratasi,
pengkajian ulang perlu dilakukan kembali melalui proses
pengumpulan data subjektif dan objektif dan proses analisisnya.

D. Intervensi Fokus Pemberian Teh Hijau


1. Pengertian Teh Hijau
Teh merupakan salah satu bahan minuman yang terkenal di dunia
setelah air.Bahan minuman ini diperoleh dari hasil pengolahan daun teh
yang tumbuh di daerah dataran tinggi.
Berdasarkan hasil dan proses pengolahannya, teh dikelompokkan
dalam tiga jenis, yaitu teh hijau (tidak difermentasi), teh oolong
(semifermentasi), dan teh hitam (fermentasi penuh).
Teh hijau dibuat melalui metode inaktivasi enzim polifenol
oksidasenya di dalam daun teh segar. Metode ini dapat dilakukan melaui
pemanasan (udara panas) dan penguapan (steam/uap air). Kedua proses
tersebut berguna untuk mencegah terjadinya oksidasi enzimatis katekin.

49

Gambar 1.1
Teh Hijau
2. Kandungan Kimia pada Daun Teh
Daun teh sebagai bahan utama dalam pembuatan minuman (teh)
tentu mengandung berbagai jenis senyawa kimia di dalamnya.Vakuola
dalam sel daun teh mengandung zat-zat yang larut dalam air, seperti
katekin, kafein, aneka asam amino, dan berbagai gula.Dalam sitoplasma
terdapat enzim pengoksida, yaitu polifenol oksidase, klorofil, dan
karoten.Presentase kandungan katekin dan kafein menunjukkan tingkat
mutu seduhan dari pucuk daun teh yang digunakan.Gambaran mengenai
komposisi pucuk daun teh disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1.1
Komposisi Pucuk Daun Teh (% berat kering)
Bagian Sel

Senyawa
Total
Larut Dalam Air
Selulosa
24.0
0.0
Dinding Sel
Lignin
6.5
2.3
Protein
17.0
0.0
Protoplasma
Lemak
8.0
0.0
Tepung
0.5
0.0
Polifenol / Katekin
22.0
22.0
Kafein
4.0
4.0
Vakuola
Asam Amino
7.0
7.0
Asam Gula
3.0
3.0
Asam Organik
3.0
3.0
Abu / Mineral
5.0
4.0
Jumlah
100.0
45.3
Bahan-bahan kimia dalam daun teh dapat dibagi menjadi empat
kelompok besar, yaitu substansi fenol, substansi bukan fenol, substansi
penyebab

aroma,

dan

enzim.Keempat

kelompok

tersebut

yang

menimbulkan berbagai macam sifat yang dapat kita temukan pada teh.
3. Manfaat Teh Hijau
a. Konsumsi teh Harian membantu mengurangi risiko terkena tekanan
darah tinggi dan penyakit serius lainnya. Seperti disebutkan

50

sebelumnya, minuman ini memiliki kualitas penyembuhan beberapa


bahwa Cina kuno telah menemukan berabad-abad yang lalu. Hal ini
dapat menyembuhkan atau mencegah hampir semua jenis kondisi,
terutama hipertensi dan jantung terkait lainnya penyakit.
b. Ini alternatif yang sehat jauh lebih terjangkau dan efektif daripada
minum obat. Banyak orang mengambil obat-obatan untuk mencegah
risiko hipertensi, tetapi apa yang tidak mereka sadari adalah bahwa
minum teh adalah sama efektifnya. Kalau saja orang lebih menyadari
kekuatan dari minuman ini luar biasa, maka mereka akan mampu
menyimpan sejumlah besar uang untuk biaya obat.
c. Ini juga merupakan obat alami sehingga Anda tidak akan mengalami
apapun efek samping seperti beberapa obat-obatan. Teh secara alami
buatan sehingga tidak akan ada hasil apapun negatif dari
mengkonsumsi itu
d. Teh tidak mengandung racun atau bahan kimia berbahaya bagi tubuh.
Minuman secara alami diproses dan difermentasi dari teh daun
sehingga

Anda

selalu

dijamin

kesehatan

setiap

kali

Anda

meminumnya. Namun, mungkin ada beberapa merek berkualitas


rendah yang menggunakan senyawa yang berpotensi berbahaya dalam
manufaktur, jadi pastikan untuk mendapatkan teh Anda dari toko
terpercaya.
e. Terlepas dari semua anti-hipertensi yang kualitas, minum teh setiap
hari juga membawa manfaat kesehatan lainnya. Ini telah dikenal untuk
melawan penuaan dan membuat kulit halus untuk peminum nya.

51

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian
Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus (case study), yaitu
sebuah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian kualitatif
yaitu suatu pendekatan penelitian yang menggunakan data berupa kalimat
tertulis atau lisan, perilaku, fenomena, peristiwa-peristiwa dan pengetahuan
atau objek studi. Pendekatan ini menitikberatkan pada pemahaman,
pemikiran dan persepsi peneliti.

52

Studi kasus didefinisikan sebagai fenomena khusus yang


dihadirkan dalam suatu kontek yang terbatas (bounded text), meski batasbatas antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas.
Menurut Krik dan Miler (2010 : 21), penelitian kualitatif adalah
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fandumental
bergantung pada pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun
dalam peristilahannya.
Menurut Danzin dan Lincoln (2009 : 120), penelitian kualitatif
adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan melibatkan
berbagai metode yang ada.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trigulasi (gabungan),
analisa data bersifat induktif kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.
Tujuan pendekatan ini adalah untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna.Makna data adalah yang
sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak.
Penelitian kualitatif memeliki beberapa ciri-ciri yang membedakannya
denganpenelitian jenis lainnya.Menurut Bogdan dan Biklen mengajukan ada
56
5 ciri, yaitu.
1. Latar ilmiah, dilakukan pada kondisi yang alami, (sebagai lawannya
adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah
instrumen kunci.
2. Peneliti kulalitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul
berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menentukan angka.
3. Peneliti lebih menekankan pada proses dari pada produk atau out come
4. Peneliti kualitatif melakukan analisa data secara induktif
5. Peneliti kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang diamati)
Sedangkan jenis penelitian yang menggunkan metode deskriptif
adalah penelitian yang dilakukan dengan memberikan gambaran yang detail
mengenai gejala atau fenomena.

53

Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk


mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yangada
dalam

interaksi

manusia

(Catherine

Marshal,

2009).

Poerwandari

(2007)mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif menghasilkan dan


mengolah datayang sifatnya deskriptif, seperti transkip wawancara, catatan
lapangan,gambar, foto, rekaman video, dan lain sebagainya.
Definisi

diatas

menunjukkan

beberapa

kata

kunci

dalam

penelitiankualitatif, yaitu: proses, pemahaman, kompleksitas, interaksi, dan


manusia. Proses dalam melakukan penelitian merupakan penekanan dalam
penelitian kualitatif oleh karena itu dalam melaksanakan penelitian, peneliti
lebihberfokus pada proses dari pada hasil akhir.Proses yang dilakukan dalam
penelitian ini memerlukan waktu dan kondisiyang berubah-ubah maka
definisi penelitian ini akan berdampak pada desainpenelitian dan cara-cara
dalam melaksanakannnya yang juga berubah-ubah atau bersifat fleksibel.

Sasaran

penelitian

kualitatif

utama

ialah

manusia

karena

manusialahsumber masalah, artefak, peninggalan-peninggalan peradaban


kuno dan lainsebagainya.Intinya sasaran penelitian kualitatif ialah manusia
dengan segala kebudayaan dan kegiatannya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kp.Bojong sari RT/RW 01/03
DesaSukaluyuKec.SukaluyuKab.Cianjur.Waktu dimulai dari pengajuan judul
tanggal 16 Mei 2016.
C. Setting Penelitian
1. Letak Puskesmas Sukaluyu Desa Sukamulya Kecamatan Sukaluyu
Kabupaten Cianjur.
Puskesmas Sukaluyu beralamat di Jalan Bojongsari Kp. Gempol Desa
Sukamulya Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur 43284
2.
dan prasarana yang dimiliki Puskesmas Sukaluyu

Sarana

54

Puskesmas Sukaluyu sarana dan prasarana antara lain :


a. 1 Poned
b. 6 Pustu
c. 2 Polindes
d. 1 Poskesdes
e. 1 Pusling
f. 16 Motor
g. 1 Ambulance
3.

Jumlah

kunjungan di Puskesmas Sukaluyu


Kunjungan di Puskesmas Sukaluyu bulan Januari sampai Mei 2016, yaitu :
a. 4967 orang di ruang BP
b. 522 orang di ruang KIA
c. 1485 orang di ruang MTBS
4.
Jumlah
keluarga yang mendapat perawatan dari Puskesmas Sukaluyu
Keluarga yang mendapatkan asuhan keperawatan dari perawat Puskesmas
Sukaluyu pada bulan Januari sampai Mei 2016, yaitu :
a. Kasus maternal risti/rawat kesehatan berjumlah 15 keluarga
b. Kasus anak risti/ rawat kesehatan berjumlah 12 keluarga
c. Kasus masalah gizi berjumlah 12 keluarga
d. Kasus penyakit menular berjumlah 14 keluarga
e. Kasus usia lanjut risti/rawan kesehatan berjumlah 12 keluarga
f. Kasus penyakit tidak menular berjumlah 17 keluarga
5. Jumlah perawat di Puskesmas Sukaluyu berjumlah 8 orang, 1 orang
perawat bertugas sebagai koordinator perawat, koordinator program SP 3,
siskohatkes, 1 orang perawat bertugas sebagai penanggung jawab PUSTU
Sindangraja, program perkesmas, kesehatan mata. 1 orang perawat
bertugas sebagai penanggung jawab PUSTU Selajambe, program kesling,
kesehatan kerja. 1 orang perawat bertugas sebagai penanggung jawab
PUSTU Babakansari, program kesehatan jiwa. 1 orang perawat bertugas
sebagai program TB, program imunisasi. 1 orang perawat bertugas sebagai
penanggung jawab PUSTU Panyusuhan, program kusta. 1 orang perawat
bertugas sebagai penanggung jawab PUSTU Mekarjaya, program ISPA
dan diare. Dan 1 orang perawat bertugas sebagai pelaksana BP.
D. Subjek Penelitian Partisipan
Subjek penelitian ini adalah seorang yang terkena penyakit
Hipertensi di Kp.Bojong sari RT/RW 01/03 Desa Sukaluyu Kec. Sukaluyu

55

Kab. Cianjur.. Berikut identitas subjektif akan dijelaskan dalam pembahasan


dan analisa data.
E. Metode Pengumpulan Data
Tekhnik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti
untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian .pada penelitian kali ini
peneliti memilih jenis penelitian kualitatif maka data yang diperoleh haruslah
mendalam, jelas dan spesifik.
Selanjutnya di jelaskan oleh Sugiono (2009 : 225) bahwa
pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil observasi, wawamcara,
dokumentasi dan gabungan/ triagulasi. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan tekhnik pengumpulan data dengan cara observasi, dokumentasi
dan wawancara :
1. Observasi
Observasi menurut kusumah (2006 :25) adalah pengamat yang
di lakukan dengan sengaja dan sistematis terhadap aktivitas individu atau
obyek lain yang diselidiki. Adapun jenis-jenis observasi tersebut
diantaranya yaitu observasi terstruktur, observasi tak struktur, observasi
partisipan dan observasi non partisipan.
Dalam penelitian ini, sesuai dengan objek penelitian maka
peneliti memilih observasi partisipan.Observasi partisipan yaitu suatu
teknik pengamatan dimana peneliti ikut ambil bagian dalam kegiatan yang
dilakukan oleh obyek yang diselidiki. Observasi ini dilakukan dengan
mengamati dan mencatat langsung terhadap objek penelitian, yaitu
dengan mengamati kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama dirawat
sehingga peneliti dapat menentukan informan yang akan diteliti.
2. Wawancara
Dalam tekhnik pengumpulan menggunakan wawancara hampir
sama dengan kuisioner. Wawancara itu sendiri dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur dan wawancara
mendalam (in-depenth intervew).
Namun disini peneliti memilih wawancara mendalam, ini
bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang komplek, yang sebagian
besar berisi pendapat, sikap dan pengalaman pribadi. Sulistyo-Basuki

56

(2006 : 173). Sebelum dilangsungkan wawancara mendalam, peneliti


menjelaskan atau memberikan sekilas gambaran dan latar belakang secara
ringkas dan jelas mengenai topik penelitian. Peneliti haris memperhatikan
cara-cara yang benar dalam melakukan wawancara, diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Pewawancara hendaknya menghindari kata yang memiiki arti ganda,
taksa, ataupun yang bersifat ambiguitas.
b. Pewawanacara menghindari pertanyaan panjang yang mengandung
banyak pertanyaan khusus. Pernyataan yang panjang hendaknya di
pecah menjadi beberapa pertanyaan baru.
c. Pewawancara hendaknya mengajukan pertanyaan konkrit dengan
acuan waktu dan tempat yang jelas.
d. Pewawancara seyogyanya mengajukan pertanyaan dalam rangka
pengalaman konkrit si responden
e. Pewawancara sebaiknya menyebutkan semua alternatif yang ada sama
sekali tidak menyebutkan alternatif
f. Dalam wawancara mengenai hal yang dapat membuat responden
marah, malu canggunag, gunakan kata atau kalimat yang dapat
memperhalus.
3. Studi pustaka
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari
buku-buku referensi, laporan-laporan, majalah-majalah, jurnal-jurnal dan
media lainnya yang berkaitan dengan obyek penelitian.
4. Dokumentasi
Dokumentasi menurut sugiyono, (2009:240) merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu.dokumen yang digunakan peneliti disini berupa foto,
gambar, serta data-data anggota keluraga. Hasil penelitian observasi dan
wawancara akan semakin sah dan dapat di percaya apabila didukung oleh
foto-foto
F. Metode Uji Keabsahan Data (uji trigulasi sumber)

Teknik pengujian keabsahan data dalam penelitian ini meliputi uji


creadibility

(validas

internal),

uji

tranferability

(validitas

eksternal),

dependability (reliabilitas), dan uji comfirmability (obyektiviitas). Dalam hal

57

ini, karena peneliti yang digunakan adalah studi kasus data tunggal, maka
peneliti hanya menguji validitas dan reliabilitasnya dengan tiga uji yaitu:
1. Uji kreadibitas (Validitas internal)
Kreadibitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain

dilakukan dengan

perpanjangan pengamatan,

peningkatan ketekunan, trigulasi, analisis kasus negatif dan member


check.
a. Perpanjangan pengamatan
Dalam penelitian ini perpanjangan sampai dengan beberapa
kali, yaitu wawancara dilakukan lebih dari sekali.Wawancara tidak
hanya dilakukan dengan subjek, tetapi juga dilakukan dengan
beberapa informan (signifikant other).Hal ini juga dilakukan beberapa
kali.Hal ini dikarenakan beberapa subjek yang sangat tidak stabil,
sehingga perlu wawancara mendalam yang pelaksanaan nya tidak
cukup hanya sekali.
Begitu juga pada tahap observasi.Observasi yang diulang
sebanyak 5 kali, melalui observasi intens.Artinya obsevasi dilakukan
dengan waktu yang cukup dalam satu harinya.Baik itu saat pagi hari,
siang hari atau pun malam hari.
b. Peningkatan ketekunan
Pengkajian kreadibitas berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan berkeseimbangan.Peneliti membaca seluruh catatan
hasil penelitian secara lebih cermat, sehingga diketahui kesalahan dan
kekurangannya. Hal ini dilakukan dengan memberikan deskriptif data
yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
c. Triangulasi
Hal ini dengan triangunasi teknik, triangunasi waktu dan
triangulasi sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara
menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu
wawancara, observasi dan dokumentasi pada sumber data primer.
Tringulasi waktu artinya pengumpulan data dilakukan pada berbagai
kesempatan, yaitu pagi, siang dan sore hari. Sedangkan tringulasi
sumber dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama melalui
sumber data yang berbada, yaitu selain yaituu pasien sebagai

58

responden dan keluarga pasien sebagai respondend. Dalam penelitian


ini mendapatkan informasi bahwa responden tersebut adalah pasien
lansia di Kp.Bojongsari rt 01 rw 03 Desa Sukaluyu Kecamatan
Sukaluyu kabupaten Cianjur, dengan lansia umur 63 tahun.
Tabel 3.2
Data triangulasi kepada pasien dan keluarga pasien
No Pertanyaan
1
Apakah
mengalami
2

pasien
sering Ny.M

ibu
nyeri

Keluarga pasien
Tn.A mengatakan

nyeri mengatakan ya memang benar

kepala dan pusing ?


Apakah
Ibu

sering
rutin Ny.

M Tn.A mengatakan

mengkonsumsi obat tekanan mengatakan


darah ?

sudah

benar

tidak ibu sudah tidak

mengkonsumsi
secara

memang

mengkonsumsi

rutin obat

penurunan

obat penurunan tekanan darah


3

Apakah

sebelumnya

tekanan darah
ibu Ny.M

Tn.A mengatakan

pernah menggunakan obat mengatakan

bahwa ibu pernah

tradisional

mencoba minum

untuk pernah

menurunkan

tekanan menggunakan

darah ?

obat

obat tradisional tetapi

tradisional
belum

seperti

pernah

mentimun,air

menggunakan the

kelapa,
belum

tetapi hijau
pernah

menggunakan
4

Apa

yang

ibu

the hija
rasakan Ny.M

Tn.A mengatakan

setelah rutin mengkonsumsi mengatakan


the hijau selama 5 hari

nyeri

pada siang hari

kepala ibu sudah jarang

59

berkurang dan mengeluh


pusing

ketika kepala

berjalan hilang

nyeri
dan

pusing

Kesimpulan pada data diatas menunjukan pertanyaan yang


diajukan oleh peneliti bahwa yang dikatakan dan di jawab oleh Ny.M
dan

Tn.A

memang

benar

dan

sama

kebenarannya

bahwa

menggunakan the hijau dapat menurunkan nyeri kepala dari skala 5


menjadi 1selama 5 hari rutin mengkonsumsi the hijau.
d. Menggunakan bahan referensi
Dalam penelitian ini, untuk mendukung dan membuktikan
data yang telah ditemukan oleh peneliti, kami akan memberikan data
dokumetasi berupa foto-foto hasil observasi.
2. Uji Transferability (Validitas Eksternal)
Uji transferability menunjukan derajat ketepatan atau dapat
diterapkan hasil penelitian ke populasi diamana sampel tersebut diambil.
Nilai transper ini berkenaan dengan

pertanyaan, hingga mana hasil

penelitian dapat diterapkan atau digunkan dalam situasi lain.


Agar orang lain dapat memahami hasil penelitian ini untuk
selanjutnya dapat diterapkan, maka pembuatan laporan ini akan dibuat
secara rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.
3. Uji Dependability (Reliabilitas)
Dependability disebut juga reliabititas. Suatu penelitian yang
reliable adalah apabila orang lain dapat mengulangi atau mereplikasi
proses penelitian tersebut. Dalam hal ini, uji dependability in i dilakukan
dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Hal ini
dapat dilakukan dengan membuat

jejak aktivitas lapangan atau

fieldnote yang akan dilampirkan pada halaman belakang laporan yang


isinya meliputi bagaimana peneliti mulai menentukan fokus, memasuki
lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan
uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan.

G. Metode analisa

60

Memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari subjek


penelitian atau situasi.Ditemukan berbagai domain.Kemudian peneliti
mentapkan domain tertentu sebagai pijakan untuk penelitian selanjtnya.
H. Etika penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti juga menyesuaikan diri serta menjaga
kerahasiaan pasien, dan membaca kebiasaan dan kebudayaan, kemudian untuk
sementara menerima seluruh nilai sosial yang ada dalam masyarakat latar
penelitiannya dan meninggalkan budaya sendiri.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Informasi Umum Partisipan
Pada bab ini penulis akan menuliskan laporan kasus asuhan
keperawatan yang dilakukan pada Ny.M selama lima hari mulai tanggal 15
Juni 2016 sampai dengan tanggal 19 Juni 2016 di Desa Sukaluyu Rt 01 Rw 03

61

Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur. Laporan kasus yang akan di


kemukakan pada bab ini adalah pada proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
B. Hasil Penelitian
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 15 juni sampai dengan 19 juni
2016 di rumah Ny.M di Desa Sukaluyu Rt 01 Rw03 Desa Sukaluyu
Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur. Pengkajian dilakukan pada
tanggal 15 Juni 2016 jam: 13.00, data diperoleh dengan metode
wawancara, dari data pengkajian diperoleh identitas klien yang bernama
Ny.Mariah, jenis kelamin perempuan, umur 63tahun, pendidikan SD,
agama islam, suku bangsa Indonesia, alamat di kp. Bojongsari rt 01 rw 03
desa sukaluyu, pekerjaan sekarang sebagai ibu rumah tangga, dan
pekerjaan sebelumnya petani, sumber pendapatan dari pemberian anak dan
hasil dari sawah, menurutnya kecukupan pendapatannya cukup, Ny.M
tinggal bersama suami yang bernama Tn Sambas dan keluarga yang dekat
atau penting bernama dessy, hubungannya dengan Ny.M yaitu cucunya,
alamat Kp.bojongsari RT 01 RW 03 desa sukaluyu, Ny.M mempunyai satu
saudara kandung Ny. M anak pertama dari dua bersaudara, dan
mempunyai anak 5, hobi menonton mengaji, bepergian ketempat sanak
family, riwayat kematian dalam 1 tahun terakhir tidak ada, diagnose medis
yaitu Hipertensi.
Ny.M mengeluh nyeri kepala, nyeri yang dirasakan pada siang
hari nyeri dikarenakan kecapean, timbulnya bertahap, mengalami nyeri
karena darah tinggi sejak 6 bulan, upaya mengatasi pergi ke klinik
pengobatan, mengonsumsi obat dari
66 resep dokter, dan tidak mengonsumsi
obat-obat tradisional, riwayat kesehatan masa lalu Ny.M pernah menderita
penyakit reumatik , riwayat imunisasi lengkap, tidak alergi obat, tidak ada
riwayat kecelakaan, tidak ada riwayat dirawat di rumah sakit dan tidak
pernah pemakaian obat. Persepsi tentang penyakitnya yang sangat
dipikirkan pada saat ini yaitu kesehatan, harapan setelah menjalani
pembinaan ingin terus sehat, dan tidak pernah masuk panti. System nilai

62

kepercayaan dengan aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan pergi ke


madrasah untuk mengikuti pengajian setiap hari kamis, dan percaya
dengan jika hidup pasti akan mati.
Pola kebiasaan setiap hari yang dilakukan oleh Ny.Mseperti :
a. Nutrisi
makan sebanyak 2x sehari, jenis makan nasi dan lauk pauk, kebiasaan
sebelum makan yaitu berdoa, tidak mempunyai alergi makanan, ada
makanan pantangan yaitu mengurangi sedikit makanan yang beriodium
dan tidak ada keluhan yang berhubungan dengan makan.
b. Eliminasi
Berkemih sebanyak 4-6x sehari, warna kuning jernih dan tidak ada
keluhan yang berhubungan dengan BAK, defekasi sebanyak 1x sehari
pada pagi hari, warna kuning, bau nya khas, konsistensi padat, tidak ada
keluhan yang berhubungan dengan BAB, dan tidak memakai laksatif
atau pencahar
c. Personal hygiene
Mandi sebanyak 2x sehari dengan memakan sabun, hygiene oral
sebanyak 2x sehari dengan menggunakan sikat gigi dan pasta gigi, cuci
rambut 1x seminggu dengan menggunkan shampoo, gunting kuku
seminggu 2x.
d. Istirahat dan tidur
Tidur malam dari pukul 21.00-03.00 selama 6 jam, tidur siang pukul
13.00-15.00 selama 2 jam, dan tidak ada keluhan yang berhubungan
dengan tidur.
e. Aktvitas dan latihan
Bisa mengenakan pakaian, bisa mandi sendiri, keluhan dalam
beraktivitas yaitu nyeri punggung
f. Kebiasaan mempengaruh kesehatan
Tidak pernah merokok, minuman keras, dan tidak ada ketergantungan
obat.
g. Kebiasaan mengisi waktu luang
Tidak pernah olah raga, suka mengaji, menonton tv dan suka memasak
Kronologis kegiatan sehari-hari yang dilakukan Ny.Myaitu :
Dimulai dari bangun tidur jam 03.00 WIB, menyiapkan makan
sahur jam 03.20 WIB, solat subuh 05.00 WIB, cuci piring jam 06.00 WIB,
nyuci baju jam 08.00 WIB, beres-beres rumah jam 10.00 WIB, istirahat

63

11.00 WIB, solat dzuhur jam 12.15 WIB, tadarus di mesjid jam 12.20
13.00 tidur siang jam 13.00-15.00 WIB, solat ashar jam 15.15 WIB,
memasak 16.00, menyiapkan untuk buka puasa jam 17.20, buka puasa
17.45 WIB, solat magrib jam 18.15 WIB, solat isya 19.00 WIB, solat
teraweh di mesjid dari jam 19.00- 20.00 WIB, tidur jam 21.00 WIB.
Pemeriksaan fisik dengan obervasi, pengukuran, auskultasi,
perkusi, dan palpasi data pengkajian yang diperoleh keadaan umum klien
tampak baik, kesadaran umum composmentis, penampilan umum klien
tampak baik, tekanan darah 160/100 mmHg, respirasi 23x/menit, nadi 90
x/menit, bb 65kg tinggi badan 155cm, suhu 36,5 c. selanjutnya
pemeriksaan (head to toe) sebagai berikut:
a. Kepala
Pada saat saya melakukan pemeriksaan kepala bentuk kepala simetris,
kulit kepala bersih, tidak terdapat ketombe, tidak ada benjolan, tidak ada
lesi, tidak terdapat nyeri tekan, jenis rambut ikal dan warna rambut putih.
b. Mata
Pada saat saya melakukan pemeriksaan pada mata bentuk mata simetris,
refleks pupil terhadap cahaya, bila cahaya didekatkan mengecil bila
dijauhkan dari cahaya pupil membesar, konjungtiva berwarna merah
muda, penglihatan normal dibuktikan dengan klien membaca papan nama
perawat dengan jarak kurang lebih 1 meter.
c. Hidung
Pada saat saya melakukan pemeriksaan

hidung

bentuk

hidung

simetris,tidak ada polip, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat kotoran
pada hidung, penciuman baik dibuktikan dengan mengetes penciuman
dengan menggunakan kayu putih tanpa klien melihat dan klien dapat
menebak dengan tepat bau kayu putih.
d. Telinga
Pada saat saya melakukan pemeriksaan telinga bentuk telinga tampak
simetris, keadaan bersih, fungsi pendengaran baik dibuktikan dengan
melakukan tes pendengaran klien dapat menjawab pertanyaan perawat
tanpa ada pertanyaan ulang.
e. Mulut dan tenggorokan
Pada saat saya melakukan pemeriksaan mulut dan tenggorokan, tampak
mulut simetris, mukosa mulut lembab, tidak terdapat stomatitis, lidah

64

bersih, tidak terdapat caries gigi, gigi lengkap, tidak ada nyeri tekan dan
fungsi pengecapan baik dibuktikan dengan melakukan tes pengecapan
dengan menggunakan minuman manis klien dapat menebak rasa minuman
dengan benar.
f. Leher
Pada saat saya melakukan pemeriksaan leher tidak terdapat pembesaran
kelenjar tyroid tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak terjadi
peninggian jugular venous pressure (JVP)dan tidak terdapat nyeri tekan.
g. Dada
Pada saat saya melakukan pemeriksaan dada tampak bentuk dada simetris,
kembang kempis dada bersamaan, tidak nampak menggunakan alat bantu
penafasan, frekuensi nafas 23x/menit, pada saat dilakukan auskultasi suara
nafas normal, tidak adasuara tambahan.
h. Abdomen
Pada saat saya melakukan pemeriksaan abdomen, tampak bentuk abdomen
simetris, bentuk datar, tidak terdapat nyeri tekan, ketika di ketuk abdomen
timpani, ketika didengarkan bising usus 8x/menit.
i. Kulit
Warna kulit normal, kelembapan kulit kering dan keriput, turgor kulit
kurang baik, tidak ada edema.
j. Tangan (ekstremitas atas)
Pada saat saya melakukan pemeriksaan pada tangan bentuk tangan
simetris, jari-jari tangan lengkap, kuku bersih dan tidak panjang, tidak ada
edema, tidak ada nyeri tekan, lengan dapat bergerak bebas, reflek bisep +/
+, refleks trisep +/+, kekuatan otot 5 (0-5).
k. Kaki (ekstremitas bawah)
Pada saat saya melakukan pemeriksaan kaki bentuk kaki klien tampak
simetris, jari-jari kaki lengkap, kuku bersih dan tidak panjang, tidak ada
edema, reflek patela +/+, refleks babinski +/+, terdapat nyeri pada kaki
kanannya, kekuatan otot 3 (0-5).
Selanjutnya pengkajian lingkungan tempat tinggal dengan
menggunakan metode wawancara data yang diperoleh kebersihan dan
kerapihan bersih dan rapi, penerangan cukup terang, sirkuasi darah
normal, keadaan kamar mandi cukup bersih, ada pembuangan air kotor,

65

sumber air dari sumur, dan pembuangan sampah dibakar, penataan


halaman baik, tidak ada privasi, dan tidak ada resiko injuri.
Masalah kesehatan kronis keluhan kesehatan atau gejala yang
dirasakan klien dalam waktu 3 bulan terakhir berkaitan dengan fungsifungsi seperti:
a. Fungsi penglihatan
Penglihatan kabur tidak pernah, mata berair jarang, nyeri pada mata
tidak pernah.
b. Fungsi pendengaran
Pendengaran berkurang tidak pernah, telinga berdenging tidak pernah
c. Fungsi paru
Batuk lama disertai keringat malam tidak pernah, sesak napas tidak
pernah, berdahak atau sputum tidak pernah.
d. Fungsi jantung
Jantung berdebar-debar tidak pernah, cepat lelah jarang, nyeri dada
tidak pernah.
e. Fungsi pencernaan
Mual atau muntah tidak pernah
f. Nyeri ulu hati
Makan dan minum banyak (berlebihan) tidak pernah, perubahan
kebiasaan buang air besar (mencret atau sembelit) tidak pernah.
g. Fungsi neuromuscular
Nyeri lutut saat berjalan sering, nyeri dada dan sering menjalar ke
punggung, nyeri persendiaan sering.
h. Fungsi persarafan
Lumpuh/kehilangan pada kaki atau tangan tidak pernah, kehilangan
rasa tidak pernah, gemetar/tremor tidak pernah, sering nyeri pada
bagian kepala.
i. Fungsi saluran perkemihan
Buang air kecil banyak sering, sering buang air kecil pada malam hari
sering, tidak mampu mengontrol pengeluaran air kemih (ngompol)
sering.Dari analisis hasil skore 23 yaitu tidak ada masalah kesehatan
kronis.
Pengkajian fungsi kognitif dilakukan dalam rangka mengkaji
kemampuan klien berdasarkan daya orientasi terhadap waktu, orang,
tempat, serta daya ingat sebagai berikut :
Dimulai dari pertanyaan jam berapa sekarang? Ny.M
menjawab jam 15.00 ini menunjukan benar, tahun berapa sekarang?

66

2016 menunjukan benar, kapan ibu lahir ?menjawab tidak tahu


menunjukan salah, berapa umur ibu ? 63 tahun menunjukan benar,
dimana alamat ibu sekarang ?di kp bojongsari rt 01 rw 03 desa
sukaluyu menunjukan benar, berapa jumlah anggota keluarga yang
tinggal bersama ibu sekarang ? 1 orang menunjukan benar, siapa nama
anggota keluarga yang tinggal bersama ibu ?dessy menunjukan benar,
tahun berapa lahir kemerdekaan? 1945 menunjukan benar, siapa nama
presiden Indonesia sekarang? Jokowi menunjukan benar, coba hitung
terbalik dari angka 20 ke 20 19, 18, 17, 16, 15, 14, 13, 12, 11, 10, 9, 8,
7, 6, 5, 4, 3, 2, 1 menunjukan benar. Jadi analisi hasil skor benar 9
tidak ada gangguan
Pengkajian status fungsional didasarkan pada kemandirian
klien

dalam,

menjalankan

aktivitas

kehidupan

sehari-hari.

Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan


orang lain. Pengkajian ini didasarkan pada kondisi actual klien dan
bukan pada kemampuan , artinya jika klien menolak untuk melakukan
suatu fungsi, dianggap sebagai tidak melakukan fungdi meskipun ia
sebenarnya mampu, sebagai berikut :
Mandi dikamar mandi (manggosok, membersikan, dan
mengeringkan badan) dengan nilai 1, menyiapkan pakaian, membuka
dan mengenakannya dengan nilai 1, memakan makanan yang telah
disiapkan dengan nilai 1, memelihara kebersihan diri untuk
penampilan diri (menyisir rambut, mencuci rambut, menggosok gigi,
mencukur kumis) dengan nilai 1, buang air besar di WC (membersikan
dan mengeringkan daerah bokong) dengan nilai 1, dapat mengontrol
pengeluaran feses (tinja) dengan nilai 1, buang air kecil dikamar mandi
(membersikan dan membersikan daerah kemaluan) dengan nilai 1,
dapat mengontrol pengeluaran air kemih dengan nilai 1, berjalan
dilingkungan tempat tinggal atau keluar ruangan tanpa alat bantu,
seperti tongkat dengan nilai 1, menjalankan ibadah sesuai agama dan
kepercayaan yang di anut dengan nilai 1, melakukan pekerjaan rumah,
seperti : merapikan tempat tidur, mencuci pakaian, memasak, dan

67

membersikan ruangan, dengan nilai 1, berbelanja untuk kebutuhan


sendiri atau kebutuhan keluarga dengan nilai 1, mengelolah keuangan
(menyimpan dan menggunakan uang sendiri) dengan nilai 1,
menggunakan sarana transportasi umum untuk berpergian dengan nilai
1, menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan (takaran
obat dan waktu minum obat tepat) dengan nilai 1, merencanakan dan
mengambil keputusan untuk kepentingan keluarga dalam hal
penggunaan uang, aktivitas social yang dilakukan dan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan dengan nilai 1, melakukan aktivitas di waktu
luang ( kegiatan keagamaan, social, rekreasi, olah raga,dan
menyalurkan hobi ) dengan nilai 1. Analisis hasil skor 17 mandiri.
Pengkajian status psikososial (skala depresi geriatik
Yesavage, 1983). Apakah ibu dalam satu minggu terakhir merasakan
ya merasa puas dengan kehidupan yang dijalani, tidak banyak
meninggalkan kesenangan/ minat dan aktifitas anda, tidak merasa
bahwa kehidupan anda hampa, tidak Sering merasa bosan, ya penuh
pengharapan akan masa depan, ya mempunyai semangat yang baik
setiap waktu, tidak diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat
diungkapkan, ya merasa bahagia disebagian besar waktu, tidak Merasa
takut sesuatu akan terjadi pada anda, tidak sering kali merasa tidak
berdaya, tidak sering merasa gelisah dan gugup, ya memilih tinggal di
rumah daripada pergi melakukan sesuatu yang bermanfaat, tidak sering
kali merasa khawatir akan masa depan, tidak merasa mempunyai lebih
banyak masalah dengan daya ingat dibandingkan orang lain, ya
berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang, tidak sering
kali merasa merana, tidak merasa kurang bahagia, tidak sangat
khawatir terhadap masa lalu, ya merasa bahwa hidup ini sangat
menggairahkan, tidak merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang
baru, ya merasa dalam keadaan penuh semangat, tidak berpikir bahwa
keadaaan anda tidak ada harapan, tidak berpikir bahwa banyak orang
yang lebih baik dari pada anda, ya sering kali menjadi kesal dengan

68

hal yang sepele, tidak sering kali merasa ingin menangis, tidak Merasa
sulit untuk berkonsentrasi, ya menikmati tidur, dalam satu minggu
terakir tidak memilih menghindar dari perkumpulan social, ya mudah
mengambil keputusan, ya m empunyai pikiran yang jernih. Analisis
hasil nilai 12 ini menunjukan depresi ringan sampai sedang.
Pengkajian keseimbangan untuk klien lansia dalam bergerak
dengan perubahan posisi atau gerakan keseimbangan (mata terbuka)
mulai bangun dari kursi, Duduk ke kursi, menahan dorongan pada
sternum, (Mata Tertutup)Bangun dari kursi, Duduk ke kursi,
Menahan dorongan pada sternum: Tidak bangun dari tempat duduk
dengan spontan, tetapi mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan
atau bergerak ke depan kursi telebih dahulu, tidak stabil saat berdiri
pertama kali nilai 1, menjatuhkan diri ke kursi tidak duduk di tengah
kursi nilai 0, pemeriksa mendorong sternum (perlahan-lahan sebanyak
3 kali), klien menggerakan kaki, memegang objek untuk dukungan,
kaki tidak menyentuh sisi sisinya nilai 1, kriteria sama dengan
kriteria untuk mata terbuka nilai 1, (Mata Terbuka), Perputaran leher
(posisi duduk/berdiri), gerakan menggapai sesuatu, membungkuk:
Menggerakan kaki, memegang obyek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi sisinya, keluhan vertigo, pusing atau keadaan tidak
stabil nilai 0, tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu
fleksi max, sementara berdiri pada ujung ujung jari kaki tidak stabil,
memegang

sesuatu

untuk

dukungan

nilai

0,

tidak

mampu

membungkuk untuk mengambil obyek obyek kecil untuk bias


berdiri, memerlukan usaha usaha multiple untuk bangun nilai 0,
Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan :Ketinggian
langkah kaki (saat berjalan), kontinuitas langkah kaki (diobservasi dari
samping klien), kesimetrisan langkah (diobsevasi dari samping klien),
penyimpangan jalur pada saat berjalan (diobsevasi dari belakang
klien), berbalik : Ragu ragu, tersandung, memegang objek untuk
dukungan nilai 0, kaki tidak naik

dari lantai secara konsisten

69

(menggeser atau menyeret kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi


(<5cm)nilai 1, setelah langkah langkah awal, langkah menjadi tidak
konsisten, memulai mengangkat satu kaki sementara satu kaki sebelah
menyentuh tanah nilai 1, tidak berjalan pada garis lurus bergelombang
dari sisi ke sisi nilai 1, tidak berjalan pada garis lurus, bergelombang
dari sisi ke sisi nilai 1, berhenti sebelum berbalik, jalan sempoyongan,
bergoyang, memegang obyek untuk dukungan nilai 1. Analisis hasil
nilai 7 yaitu resiko jatuh sedang.
2. Analisa Data
a. Analisa data pertama yang penulis ambil adalah nyeri akut dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri kepala sebelah kiri, data objektif
klien tampak lemah, klien tampak memegangi kepala nya, TD :
160/100mmHg, skala nyeri 5 (0-10).
b. Analisa data yang kedua adalah resiko terhadap penurunan curah
jantung dengan data subjektif klien mengatakan sering nyeri dada, data
objektif klien tampak lemah, Tidak bisa melakukan aktvitas yang
berat.
c. Analisa yang ketiga adalah resiko jatuh dengan data subjektif klien
mengatakan suka jatuh, data objektif saat pengkajian klien tidak
bangun dengan spontan, saat berjalan kaki tidak naik secara konsisten,
etiologi dari diagnose ini adalah kelemahan otot.
d. Analisa yang keempat adalah intoleransi aktivitasdengan data subjektif
klien mengatakan sering cepat lelah dan lemes,data objektif klien
tampak tidak nyaman dalam beraktivitas.
3. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan kebutuhan dasar manusia diagnosa yang harus di prioritaskan
adalah:
1) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
2) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload , vasokontriksi, iskemia miokard.
3) Resiko jatuhberhubungan dengan gangguan keseimbangan tubuh, .
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
4. Intevensi

70

Penulis menyusun intervensi sesuai dengan kriteria Nursing Intervention


Clasification (NIC):
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral. Tujuan umum Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 5x kunjungan rumah diharapkan keluhan nyeri berkurang dan
hilang dengan kriteria hasil mampu mengontrol nyeri tahu penyebab
nyeri,tekanan darah turun, terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan
berpartisipasi

dalam

aktivitas

sesuai

kemampuan.

Intervensi

keperawatannya: Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10).


Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non
verbal, intervensi : observasi TD,berikan tindakan nonfarmakologi
untuk mengurangi sakit kepala, anjurkan pemberian teh hijau setiap
2x sehari dalam takaran 120ml per gelas,pertahankan tirah baring,
Rasional: Meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi, tindakan
yang

menurunkan

tekanan

vaskuler

serebral

efektif

dalam

menghilangkan sakit kepala, untuk menurunkan tekanan darah.


b. Resiko tinggi terhadappenurunan curah jantung b/d peningkatan
afterload vasokontriksi. tujuan umum Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 5x kunjungan diharapkan kekuatan otot
meningkat, dengan kriteria hasil:cardiac pumpeffectiveness, circulation
status, vital sign status. Intervensi keperawatan :pantau tekanan darah,
auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas,berikan lingkungan yang
tenang

nyaman.rasional:

perbandingan

dari

tekanan

memberi

gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan bidang masalah


vaskuler, dapat mengidentifikasi kongesti paru skunder terhadap
terjadinya atau gagal jantung kronik.
c. Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan

tubuh,

tujuan umum setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x


kunjungan rumah diharapkan resiko jatuh klien berkurang, dengan
kritera hasil: Klien mengetahui penyebab cedera, resiko jatuh klien
berkurang. Intervensi keperawatan: Kaji keadaan lingkungan klien,
rasional: Agar dapat pengetahuan factor resiko jatuh, posisikan sendi

71

yang sakit dengan bantal, rasional: Meningkatkan stabilitas jaringan


(mengurangi risiko cedera) dan mempertahankan posisi sendi yang
diperlukandan dan kesejajaran tubuh serta dapat mengurangi
kontraktur, dampingi klien oleh keluarga dalam melakukan aktivitas
atau meminta bantuan keluarga, rasional: Membantu klien dalam
memenuhi sehari-hari dan menghindari resiko jatuh.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen., tujuan umum setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 5x kunjungan rumah

diharapkan klien

bertoleransi terhadap aktivitas dengan kriteria hasil: berpartisipasi


dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi
dan respirasi, mampu melakukan aktivitas sehari hari secara
mandiri,keseimbangan aktivitas dan istirahat. Intervensi keperawatan:
kaji respon klien terhadap aktivitas,perhatikan frekuensi nadi lebih dari
20x/menit diatas frekuensi, rasional: untuk membantu dalam mengkaji
respon fisiologis terhadap stress aktivitas ,bila ada merupakan
indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
5. Implementasi
Berdasarkan intervensi yang telah disusun, didapatkan
implementasinya yang dilakukan pada tanggal 16 juni 2016 untuk
diagnosa prioritas utama.
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral.Implementasi: Mengkaji nyeri, catat lokasi dan intensitas
(skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda
rasa sakit non verbal, memantau tekanan darah, memberikan tindakan
nonfarmakologi untuk mengurangi sakit kepala, memberikan teh hijau
setiap 2x sehari dalam takaran 120ml per gelas,mempertahankan tirah
baring.
b. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload vasokontriksi. Implementasi :Mengevaluasi/
lanjutkan pemantauan tekanan darah, mengauskultasi tonus jantung
dan napas, memberikan lingkungan yang tenang.

72

c. Resiko jatuh berhubungan gangguan keseimbangan. Implementasi:


Mengkaji keadaan lingkungan klien, memposisikan sendi yang sakit
dengan bantal, mendampingi klien oleh keluarga dalam melakukan
aktivitas atau meminta bantuan keluarga.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen. Implementasi : mengkaji respon klien terhadap
aktivitas,memperhatikan frekuensi nadi lebih dari 20x/ menit diatas
frekuensi.
Dengan hasil penelitian saya diatas bahwa pemberian teh hijau
terhadap penurunan tekanan darah sudah terbukti, oleh karena itu
peneliti berhenti melanjutkan tindakan dikerenakan hasil dari
penelitian ini sudah mulai membaik dari sebelumnya.\
6. Evaluasi
Berdasarkan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien,
penulis melakukan evaluasi tindakan, pada tanggal 16 Juni 2016 jam 13.00
WIB dengan menggunakan metode SOAP, S: Subjektif, O: Objektif, A:
Analisis, dan P: Planning atau rencana.
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral. Evaluasi dengan data subjektif klien mengatakan nyeri
berkurang dan tidak ada keluhan nyeri, data objektif klien tampak
lebih rileks, skala nyeri 3 (0-10). Analisa masalah belum teratasi.
Planing pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya
untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan. Anjurkan untuk
minum teh hijau untuk menurunkan tekanan darah.
b. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload vasokontriksi. Evaluasi dengan data subjektif

klien

mengatakan nyeri dada berkurang, sudah bisa beraktivitas yang berat,


data objektif klien tampak segar, sesak napas berkurang, klien tampak
tenang.mampu berjalan lama. Analisa masalah belum teratasi. Planning
pada evaluasi anjurkan pasien banyak istirahat, tidak boleh beraktivitas
yang berat.
c. Resiko jatuh behubungan dengan gangguan keseimbangan. Evaluasi
dengan data subjektif klien mengatakan mengetahui penyebab dari

73

resiko jatuh, data objektif Klien tampak kooperatif, klien lebih berhatihati dalam melakukan aktivitas. Analisa masalah belum teratasi.
Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk berhati-hati dalam
berjalan, harus memperhatikan keadaan lingkungan yang aman.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen. Evaluasi dengan data subjektif klien
mengatakan sudah bisa melakukan aktivitas mandiri, data objektif
klien tampak semangat, klien tampak segar. Analisa masalah belum
teratasi. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk tidak
7.

beraktivitas yang berat berat, istirahat yang cukup.


Pemberian Teh Hijau
Teh

hijau

mempunyai

kandungan polifenol yang tinggi.

Polifenol teh (katekin dan theaflavin) merupakan antioksidan kuat yang


mampu melindungi oksidasi LDL-kolesterol oleh radikal bebas (Noni,
(2007) sebagaimana dikutip dalam jurnal Soedirman Volume 7 No 1
(2012)). Polyphenol yang terkandung dalam teh

hijau

sebagai

antioksidan membantu kerja enzim superoxide dismulate (SOD), yang


dapat menyingkirkan radikal bebas, sehingga akan dapat menyebabkan
penurunan LDL, mencegah tekanan darah tinggi dan mengurangi resiko
kanker.

Teh hijau

mengandung

antioksidan

6x

lebih potensial

dibanding teh hitam (Syah, 2006). Minum teh hijau yang diberikan
secara teratur sesuai takaran yang disajikan. Satu orang lansia pada
awal penelitian tidak mau minum teh, alasanya karena rasanya tidak
enak. Hari pertama, pada penyajian pagi dan

siang hari

teh

tidak

diminum habis, namun setelah diberi penjelasan kembali responden


menyadari dan pada penyajian selanjutnya, teh yang disajikan selalu
diminum habis.
Tekanan darah seorang lansia mengalami peningkatan secara
progresif pada minggu pertama setelah perlakuan, namun setelah dua

74

minggu perlakuan tekanan

darah lansia

tersebut

turun, walaupun

penurunannya belum mencapai tekanan darah normal. Hal tersebut terjadi


dapat disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya: tidak melakukan
diet rendah garam, pasien melakukan aktifitas fisik secara berlebihan,
serta faktor psikis yang dirasakan oleh lansia tersebut. Penurunan tekanan
darah pada penelitian ini merupakan hasil yang cukup membanggakan
karena melebihi selisih penurunan tekanan darah yang berhasil dicapai
pada penelitian terdahulu. Menurut The Seventh Report of the Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment
of High Blood Pressure (JNC7) menyatakan bahwa kejadian hipertensi
meningkat sesuai dengan usia, pada usia 70

tahun

keatas

kejadian

hipertensi mencapai 75%.

C. Pembahasan
Pada BAB ini penulis membahas proses telah antara pendukung
yang terjadi antara teori dan kenyataan yang ada pada kasus nyata yang
dilakukan pada tanggal 15 sampai dengan tanggal 19juni 2016 meliputi hasil
dari implementasi dan evakuasi selama 5 hari, pengakajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Prinsip dari pembahasan
ini memfokuskan pada pengkajian lansia dengan masalah utama hipertensi.
Hasil dari implementasi dan evaluasi selama 5 hari pada tanggal 15
Juni sampai tanggal 19 Juni 2016, jam 13.00 WIB, di Kp.Bojongsari rt 01 rw
03 desa sukaluyu kec. Sukaluyu kab.Cianjur pada pasien Ny.M dengan
keluhan utama nyeri kepala, tindakan yang dilakukan adalah pemberian teh
hijau, dengan metode wawancara dan observasi.
1. Hari pertama

75

Pada hari rabu tanggal 15 juni 2016 mulai melakukan pengkajian


pada Ny.Mariah berumur 63 tahun yang berada di Kp.bojongsari rt 01 rw
03 desa sukaluyu kec.sukaluyu. Pada saat pengkajian Ny.Mariah
mengatakan mempunyai penyakit darah tinggi selama 6 bulan tidak pernah
diobati ke puskesmas atau ke klinik pengobatan dan mengeluh nyeri pada
bagian kepalanya, nyeri yang dirasakan seperti ada yang menjambak,
gejala yang dirasakan pada siang hari, timbul rasa nyeri apabila merasa
kecapean dan beraktivitas yang berat serta rasa nyeri berkurang apabila
istirahat, skala nyeri 5 dari (0-10).
Selanjutnya pemeriksaan tanda-tanda vital pada Ny.Mariah
dengan hasil :
Kesadaran umum
TD
Nadi
Respirasi
Suhu
BB/TB
Penampilan umum

: Composmentis
: 160/100 mmHg
: 90x/menit
: 23x/menit
: 36,5c
: 65kg/155cm
: Ny.Mariah tampak kurang baik

2. Hari kedua
Pada hari kamis tanggal 16 juni 2016 mulai menjelaskan pada
Ny.Mariah tentang penyakit hipertensi mulai dari pengertian, gejala,
penyebab, sampai terapi pengobatan. Terapi pengobatan secara non
farmakologis

yaitu

dengan pemberian

teh hijau dan

dijelaskan

tujuanpemberian teh hijau pada hipertensi itu adalah untuk menurunkan


tekanan darah, meningkatkan proses penyembuhan, mencegah peningkatan
tekanan darah, memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan mengontrol
peredaran darah dengan meningkatkan vasokontriksi.sehingga Ny.Mariah
memahami tentang penyakitnya.
Sesudah menjelaskan penyakit darah tinggi pada Ny.Mariah lalu
mulai menyiapkan alat-alat seperti baki, cangkir yang berisi air panas, teh
celup hijau.selanjutnya mulai melakukan tindakan pemberian hijau
Ny.Mariah dengan menggunakan cangkir berisi air panas sebanyak takaran
120ml, lalu teh celup hijau tersebut lalu di tuangkan kedalam cangkir yang
berisi air panas dan diamkan selama 2 3 menit siap untuk di minum.

76

Alasan memilih pemberian teh hijau sebagai terapi komplementer


untuk menurunkan penurunan tekanan darah pada penderita darah tinggi
adalah pengetahuan masyarakat luas belum mengetahui teh hijau masih
minim, namun masyarakat luas belum mengetahui bahwa terapi pemberian
teh hijau dapat menurunkan tekanan darah karena hipertensi, setelah
diberikan Teh Hijau tekanan darah pasien sedikit menurun yaitu 150/90
mmHg.
3. Hari ketiga
Pada hari jumat tanggal 17 juni 2016 mengevaluasi hasil
tindakan pertama Ny.Mariah mengatakan sudah ada perubahannya dan
peurunan tekanan darah yang hasilnya 140/80 mmHg, dan sudah
menurunkan derajat nyeri pada kepalanya dengan hasil skala nyeri 4 (010) bahwa ini menunjukan dengan melakukan terapi pemberian teh hijau
pertama mengalami perubahan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti
tentang pemberian Teh Hjau atau green tea, selama 5 hari dapat
menurunkan tekanan darah menghasilkan 40% dari 1orang klien
menunjukkan perubahan darah tinggi sesudah diberikan 120 mili Green
Tea selama 5 hari dapat menurunkan tekanan darah. Sedangkan penelitian
yang dilakukan Dujaili dalam jurnalnya tahun 2009 tentang pemberian teh
hijau atau green tea selama 2 minggu dapat menurunkan tekanan darah
sistolik 7.1 mmHg dan tekanan darah diastolik 7.8 mmHg.
Selanjutnya melakukan terapi pemberian teh hijau yang kedua
pada Ny.Mariah untuk mengetahui perkembangan dan perubahan pada
setiap harinya, meminum teh hijau sebanyak takaran 120ml / gelas atau
cangkir dengan menggunakan air panas yang di tuangkan dalam satu teh
celup hijau.
4. Hari keempat
Pada hari sabtu tanggal 18 juni 2016 mengevaluasi hasil tindakan
yang kedua, Ny. Mariah mengatakan sudah merasa enakan pada
kepalanya, bahwa ini menunjukan hasil terapi teh hijau atau green tea
selalu ada perubahannya dengan menurunkan tekanan darah dari 140/80
mmHg menjadi 130/70 mmHg dan frekuensi nyeri yang dialami
Ny.Mariah sebelum diberikan perlakuan dengan setelah diberikan

77

perlakuan menghasilkan ada perubahan sehingga menurunkan nyeri dan


rasa nyeri menurun dengan hasil skala 3 (0-10).
Selanjutnya melakukan tindakan terapi pemberian teh hijau pada
Ny.Mariah, tuangkan satu teh celup hijau dalam satu cangkir berisi air
panas dan diamkan 2- 3 menit siap minum.
5. Hari kelima
Pada hari minggu tanggal 19 juni 2016 mengevaluasi hasil
tindakan yang terakhirmenurunkan tekanan darah dari 120/80 mmHg
menjadi 120/80 mmHg dengan hasil normal Ny.Mariah mengatakan sudah
merasa lebih enakan pada kepalanya sudah tidak merasa pusing sehingga
rasa nyeri sudah tidak ada dengan hasil skala nyeri 1 (0-10), ini
menunjukan bahwa tindakan terapi pemberian teh hijau pada Ny.Mariah
berhasil menurunkan derajat nyeri dari skala nyeri sebelum diberikan
tindakan pemberian teh hijau pada Ny. Mariah skala nyeri 5 dari ( 0-10)
dan sesudah diberikan tindakan teh hijau dengan hasil skala nyeri 1 (0-10),
dengan rasa nyeri pada kepalanya Ny.Mariah bisa tidur dengan nyenyak
dan bisa melakukan aktivitas kembali. Tindakan pemberian teh hijau ini
bermanfaat untuk kesembuhan Ny.Mariah.
Penelitian yang dilakukan menghasilkan bahwa menunjukan
perubahan penurunan tekanan darah sesudah diberikan teh hijau. Jadi
penelitian oleh peneliti dan dari penelitian lain dalam jurnal bahwa
pemberian teh hijau untuk hipertensi berhasil menurunkan tekanan
darah.fungsi teh hijau mengandung berbagaa jenis senyawa kimia
didalamnya vakuola dalam sek daun teh mengandung zat zat yang larut
dalam air, seperti katekin dan kafein manfaat teh hijau

membantu

mengurangi resiko terkena tekanan darah tinggi.


Penelitian yang dilakukan oleh Anderson, 2010 mengatakan
bahwa peningkatan usia secara signifikan terkait dengan peningkatan
prevalensi hipertensi sistolik khususnya setelah usia 60 tahun. Hasil pada
kelompok kontrol menunjukan penurunan hanya

terjadi pada tekanan

darah diastolik. Penurunan tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor


yang dicermati selama perlakuan antara lain : efek terapi farmako l ogi s
yang diminum oleh lansia, diet yang dikonsumsi oleh

lansia

yang

mengandung bahanbahan penurun tekanan darah seperti: pace, sayur-

78

sayuran, buah-buahan yang mereka dapatkan secara pribadi (bukan


disajikan oleh pihak Panti). Patogenesis hipertensi sangat bervariasi
yang merupakan interaksi dari berbagai macam variabel. Berbagai
mekanisme yang terlibat dalam terjadinya hipertensi mencakup perubahanperubahan : kepekaan baroreseptor, ekskresi natrium dan air oleh ginjal,
respon vaskular dan sekresi renin (Prince & Wilson, 2006).
Kelompok kontrol juga mengalami penurunan tekanan darah dan
kadar LDL, walaupun tidak sebesar yang dialami

oleh

kelompok

intervensi. Penurunan tekanan darah dan kadar LDL yang terjadi pada
kelompok kontrol disebabkan karena peneliti tidak dapat mengontrol
berbagai variabel perancu yang mempengaruhi hasil evaluasi akhir
penelitian.

Variabel

perancu

tersebut antara

lain

diet

(makanan/

Lansia

mengalami

minuman), aktifitas, stress/ faktor psikologis.


Tekanan

darah

sistolik

dan diastolik

penurunan secara bermakna setelah diberi teh hijau. Kadar kolesterol


(LDL) pada Lansia setelah diberikan teh hijau mengalami penurunan.
Ada perbedaan tekanan darah lansia hipertensi pada kelompok sebelum
dan setelah diberikan teh hijau.
Ada perbedaan kadar kolesterol (LDL) lansia sebelum dan
setelah diberikan teh hijau. Teh

hijau

dapat

menjadi alternatif

pengobatan hipertensi dan penurunan kolesterol yang aman, murah dan


praktis

bagi

masyarakat. Institusi pelayanan

kesehatan/ pengobatan

seyogyanya menjelaskan kepada pasien tentang terapi komplementer


secara jelas termasuk terapi komplementer teh hijau karena pasien
mempunyai hak

untuk memperoleh

pengobatan yang akan diberikan

informasi secara

utuh rencana

79

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian bab pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian yang telah dilakukan penulis pada tanggal 15 juni
2016 didapatkan data yang muncul pada data fokus (analisa data)
Ny.M yaitu data subjektif klien mengatakan nyeri kepala selama 6
bulan dan tidak pernah diobati.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny.M adalah Nyeri akut b.d
peningkatan vaskuler serebral, resiko penurunan curah jantung
berhubungan dengan peningkatan afterload vasokontriksi, resiko jatuh
berhubungan dengan gangguan keseimbangan tubuh, intoleransi
aktivitas

berhubungan

kebutuhan oksigen.

dengan

ketidakseimbangan

suplai

dan

80

3. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada Ny.M pada diagnosa


adalah: Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan vaskular serebral.
Intervensi: Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat
faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal,
bantu pasien untuk meminum teh hijau dengan di minum 2x sehari
sebanyak takaran 120 ml dalam satu cangkir yang berisikan air panas.
Pantau tekanan darah, anjurkan untuk sering mengubah posisi,. Bantu
untuk bergerak di tempat tidur.
4. Implementasi atau tindakan keperawatan pada tanggal 16 Juni 2016
berdasarkan diagnosa keperawatan:Nyeri akut berhubungan dengan
peningkatan vaskular serebral. Implementasi: Mengkaji nyeri, catat
lokasi

dan intensitas

(skala

0-10). Catat

faktor-faktor

yang

mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal. membantu pasien


untuk meminum teh hijau atau green tea 2x sehari dalam satu cangkir
yang berisi air panas, memantau tekanan darah, menganjurkan untuk
sering mengubah posisi, bantu untuk bergerak di tempat tidur.
5. Hasil dan evaluasi pada 86tanggal 16 Juni 2016 yaitu diagnose
keperawatan Nyeri akut berhubungan peningkatan tekanan vaskular
serebral. Evaluasi: data subjektif klien mengatakan nyeri berkurang,
data objektif Klien tampak lebih rileks, skala nyeri 3 (0-10). Analisa
masalah belum teratasi. Planing pada evaluasi anjurkan pasien untuk
menjaga kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan
kesehatan. Anjurkan untuk meminum teh hijau setiap hari sebanyak 2x
dalam takaran 120ml.
6. Hasil pemberian teh hijau selama 5 hari pada tanggal 15 Juni sampai
19 Juni 2016 jam 13.00 WIB , di Kp.bojongsari rt 01 rw 03 desa
sukaluyu kec. Sukaluyu kab. Cianjur, dengan keluhan utama nyeri, dan
diagnosa medis Hipertensi. Pemberian teh hijau pada Ny.M
mengatakan sebelum diberikan tindakan dan sesudah diberikan
tindakan berhasil menurunkan derajat nyeri dari skala sebelumnya
skala nyeri 5 (0-10), sesudah skala nyeri 1 (0-10), ini menunjukan
bahwa pemberian teh hijau selama 5 hari bisa menurunkan nyeri,

81

Ny.M bisa tidur dengan nyenyak dan bisa melakukan aktivitas yang
berat. Tindakan pemberian teh hijau ini bermanfaat untuk kesembuhan
Ny.M.
B. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan di atas, penulis dapat memberikan
saran sebagai berikut:
1. Bagi pasien
Diharapkan pasien mengaplikasikan tindakan pemberian teh hijau
pada penyakit hipertensibila dirasakan terjadi kekambuhan.
2. Bagi Perawat
a. Mampu mengaplikasikan pemberian Teh Hijau sebagai tindakan
mandiri perawat untuk menurunkan tekanan darah.
b. Mampu berfikir kritis dalam melakukanaplikasi

tindakan

pemberian Teh Hijau terhadap penurunan tekanan darah..


3. Bagi Institusi Akademik
Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatkan mutu pendidikan dimasa yang
akandatang.
4. Bagi Penulis
Asuhan keperawatan

ini

diharapkan

dapat

menambah

ilmu

pengetahuan dan pengalaman bagi penulis mengenai kasus tentang


Hipertensi.

82

Anda mungkin juga menyukai