Anda di halaman 1dari 16

KESUBURAN TANAH atau LAHAN

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Ilmu Hara dan Tanah Semester Enam

Oleh :
Dian Wahyu Kemalaputri

24020113130115

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah merupakan faktor terpenting dalam tumbuhnya tanaman dalam
suatu sistem pertanaman. Pertumbuhan suatu jenis dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya ialah faktor kesuburan tanah. Kesuburan tanah adalah
mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh interaksi sejumlah
sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi habitat akarakar aktif tanaman. Kesuburan tanah ditentukan oleh faktor keadaan fisika,
kimia dan biologi tanah. Keadaan fisika tanah meliputi kedalaman efektif,
tekstur, struktur, kelembaban dan tata udara tanah. Keadaan kimia tanah
meliputi reaksi tanah (pH tanah), KTK, kejenuhan basa, bahan organik,
banyaknya

unsur

hara,

cadangan

unsur

hara

dan

ketersediaan terhadap pertumbuhan tanaman. Sedangkan keadaan biologi


tanah antara lain meliputi bahan organik tanah, flora dan fauna tanah
(khususnya mikroorganisme penting seperti bakteri, fungi dan Algae),
interaksi mikroorganisme tanah dengan tanaman (simbiosa) dan polusi tanah.
Tingkat kesuburan tanah merupakan salah satu faktor modal yang
harus diperhitungkan, disamping faktor lain seperti keadaan lingkungan
termasuk iklim, serangan hama dan penyakit ataupun tanaman pengganggu.
Tanah yang lebih subur akan berproduksi lebih tinggi dari pada tanah yang
kurang subur, bila tidak ada hambatan dari lingkungannya. Tanah memiliki
kesuburan yang berbeda-beda tergantung sejumlah faktor pembentuk tanah
yang merajai di lokasi tersebut, yaitu: bahan induk, iklim, relief, organisme,
atau waktu. Usaha untuk memperbaiki atau meningkatkan kesuburan tanah
secara berkelanjutan adalah dengan pemberian bahan organik. Penambahan
bahan organik sangat membantu dalam memperbaiki tanah yang terdegradasi.

1.2 Rumusan Masalah preparat


1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan kesuburan tanah atau lahan?
1.2.2. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi kesuburan tanah atau lahan?
1.2.3. Bagaimanakah mengetahui tingkat kesuburan tanah atau lahan?
1.2.4 Bagaimanakah cara-cara untuk meningkatkan kesuburan tanah atau
lahan?
1.3 Tujuan
1.3.1. Menjelaskan pengertian kesuburan tanah atau lahan
1.3.2. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi kesuburan tanah atau lahan
1.3.3. Mengetahui tingkat kesuburan tanah atau lahan
1.3.4. Mengetahui cara-cara untuk meningkatkan kesuburan tanah atau lahan

BAB II
ISI

2.1 Pengertian Kesuburan tanah atau lahan


Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam, yang
ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh
tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman. Ada akar yang berfungsi
menyerap air dan larutan hara, dan ada yang berfungsi sebagau penjangkar
tanaman. Kesuburan habitat akar dapat bersifat hakiki dari bagian tubuh tanah
yang bersangkutan, dan/ imbas (induced) oleh keadaan bagian lain tubuh
tanah dan/atau diciptakan oleh pengaruh anasir lain dari lahan, yaitu bentuk
mukalahan, iklim dan musim. Karena bukan sifat melainkan mutu maka
kesuburantanah tidak dapat diukur atau diamati, akan tetapi hanya dapat
ditaksir (assessed) (Tejoyuwono, 2006).
Penaksirannya dapat didasarkan atas sifat-sifat dan kelakuan fisik,
kimiadan

biologi

tanah

yang

terukur,

yang

terkorlasikan

dengan

keragaan(performance) tanaman menurut pengalaman atau hasil penelitian


sebelumnya.Kesuburan tanah dapat juga ditaksir secara langsung berdasarkan
keadaan tanaman yang teramati (bioessay). Hanya dengan cara penaksiran
yang pertamadapat diketahui sebab-sebab yang menentukan kesuburan tanah.
Dengan carapenaksiran kedua hanya dapat diungkapkan tanaggapan tanaman
terhadapkeadaan tanah yang dihadapinya (Tejoyuwono, 2006).
Kesuburan

tanah

merupakan

kemampuan

tanah

menghasilkan

bahantanaman yang dipanen. Maka disebut pula daya menghasilkan bahan


panen atau produktivitas. Hasil panen besar dengan variasi musiman kecil
menandakankesuburan tanah tinggi, karena ini berarti tanah dapat ditanami
sepanjang tahundan setiap kali menghasilkan hasilpanen besar. Hasil panen
besar akan tetapihanya sekali setahun pada musim baik, menandakan
kesuburan tanah tidak tinggi,karena pada musim yang lain tanah tidak dapat
ditanami. Hal ini antara lainkarena kekahatan (deficiency) lengas tanah, atau

sebaliknya karena mengalamitumpat air (waterlogged), kadar garam larut air


meningkat liwat batas, tanahmenjadi sulit diolah untuk memperoleh struktur
yang baik (luar biasa liat ataukeras sekali) dan sebagainya (Tejoyuwono,
2006).

2.2 Faktor yang mempengaruhi kesuburan tanah atau lahan


Kesuburan tanah ditentukan oleh keadaan fisika, kimia dan biologi
tanah sebagai berikut :

Kesuburan Fisika
Sifat fisik tanah yang terpenting adalah solum, tekstur, struktur,
kadar air tanah, drainase dan porisitas tanah.
Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman
terjadi secara langsugung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada
umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi
persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah
yang padat (Elisa, 2002).
Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak yang
tumbuh pada tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan
akar tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat.
Hal

ini

disebabkan

perkembangan

akar

pada

tanah

berstruktur

ringan/remah lebih cepat per satuan waktu dibandingkan akar tanaman


pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap
pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada tanah remah. Tekstur
tanah ditentukan di lapangan dengan cara melihat gejala konsistensi dan
rasa perabaan menurut bagan alir dan di laboratorium dengan
menguunakan metode-metode. Metode tersebut adalah metode pipet atau
metode hidrometer (Elisa, 2002).
Warna adalah petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Biasanya
perbedaan warna permukaan tanah disebabkan oleh perbedaan kandungan

bahan organik. Semakin gelap warna tanah semakin tinggi kandungan


bahan organiknya. Warna tanah dilapisan bawah yang kandungan bahan
organiknya rendah lebih banyak dipengaruhi oleh jumlah kandungan dan
bentuk senyawa besi (Fe). Di daerah yang mempunyai sistem drainase
(serapan air) buruk, warnah tanahnya abu-abu karena ion besi yang
terdapat di dalam tanah berbentuk Fe2+ (Elisa, 2002).
Komponen mineral dalam tanah terdiri dari campuran partikelpartikel yang secara individu berbeda ukurannya. Menurut ukuran
partikelnya, komponen mineral dalam tanah dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu; Pasir, berukuran 50 mikron 2 mm; Debu, berukuran 2 50 mikron
dan Liat, berukuran dibawah 2 mikron. Tanah bertekstur pasir sangat
mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara)
dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang
relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan airnya sangat rendah atau
tanahnya lebih cepat kering (Elisa, 2002).
Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama
jika pupuk diberikan lewat tanah. Pemupukan pada tanah bertekstur pasir
tentunya berbeda dengan tanah bertekstur lempung atau liat. Tanah
bertekstur pasir memerlukan pupuk lebih besar karena unsur hara yang
tersedia pada tanah berpasir lebih rendah. Disamping itu aplikasi
pemupukannya juga berbeda karena pada tanah berpasir pupuk tidak bisa
diberikan sekaligus karena akan segera hilang terbawa air atau menguap
(Elisa, 2002).

Kesuburan Kimia
Sifat kimia tanah berhubungan erat dengan kegiatan pemupukan.
Dengan mengetahui sifat kimia tanah akan didapat gambaran jenis dan
jumlah pupuk yang dibutuhkan. Pengetahuan tentang sifat kimia tanah
juga dapat membantu memberikan gambaran reaksi pupuk setelah
ditebarkan ke tanah. Sifat kimia tanah meliputi kadar unsur hara tanah,

reaksi tanah (pH), kapasitas tukar kation tanah (KTK), kejenuhan basa
(KB), dan kemasaman. Salah satu sifat kimia tanah adalah keasaman atau
pH (potensial of hidrogen), pH adalah nilai pada skala 0-14, yang
menggambarkan jumlah relatif ion H+ terhadap ion OH- didalam larutan
tanah. Larutan tanah disebut bereaksi asam jika nilai pH berada pada
kisaran 0-6, artinya larutan tanah mengandung ion H+ lebih besar daripada
ion OH-, sebaliknya jika jumlah ion H+ dalam larutan tanah lebih kecil
dari pada ion OH- larutan tanah disebut bereaksi basa (alkali) atau
memiliki pH 8-14. Tanah bersifat asam karena berkurangnya kation
Kalsium, Magnesium, Kalium dan Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa
oleh aliran air kelapisan tanah yang lebih bawah atau hilang diserap oleh
tanaman. Kemasaman tanah merupakan hal yang biasa terjadi di wilayahwilayah bercurah hujan tinggi yang menyebabkan tercucinya basa-basa
dari kompleks jerapan dan hilang melalui air drainase. Pada keadaan basabasa habis tercuci, tinggallah kation Al dan H sebagai kation dominant
yang menyebaabkan tanah bereaksi masam (Coleman dan Thomas, 1970).
Di Indonesia pH tanah umumnya berkisar 3-9 tetapi untuk daerah
rawa seeperti tanah gambut ditemukan pH dibawah 3 karena banyak
mengandung asam sulfat sedangakan di daerah kering atau daerah dekat
pantai pH tanah dapat mencapai di atas 9 karena banyak mengandung
garam natrium. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap
oleh tanaman, pada umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar
tanaman pada pH tanah netral 6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar
unsur hara mudah larut dalam air. pH tanah juga menunjukkan keberadaan
unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman. Pada tanah asam banyak
ditemukan unsur alumunium yang selain bersifat racun juga mengikat
phosphor, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada tanah asam
unsur-unsur mikro menjadi mudah larut sehingga ditemukan unsur mikro
seperti Fe, Zn, Mn dan Cu dalam jumlah yang terlalu besar, akibatnya juga
menjadi

racun

bagi

tanaman.

pH

tanah

sangat

mempengaruhi

perkembangan mikroorganisme di dalam tanah. Pada pH 5.5 - 7 bakteri


jamur pengurai organik dapat berkembang dengan baik (Elisa, 2002).
Tindakan pemupukan tidak akan efektif apabila pH tanah diluar
batas optimal. Pupuk yang telah ditebarkan tidak akan mampu diserap
tanaman dalam jumlah yang diharapkan, karenanya pH tanah sangat
penting untuk diketahui jika efisiensi pemupukan ingin dicapai. Pemilihan
jenis pupuk tanpa mempertimbangkan pH tanah juga dapat memperburuk
pH tanah. Derajat keasaman (pH) tanah sangat rendah dapat ditingkatkan
dengan menebarkan kapur pertanian, sedangkan pH tanah yang terlalu
tinggi dapat diturunkan dengan penambahan sulfur. Dapat disimpulkan,
secara umum pH yang ideal bagi pertumbuhan tanaman adalah mendekati
6.5-7. Namun kenyataannya setiap jenis tanaman memiliki kesesuaian pH
yang berbeda (Elisa, 2002).

Kesuburan Biologi
Sifat biologi tanah meliputi bahan organik tanah, flora dan fauna
tanah (khususnya mikroorganisme penting seperti bakteri, fungi dan
Algae), interaksi mikroorganisme tanah dengan tanaman (simbiosa) dan
polusi tanah (Elisa, 2002).

2.3 Tingkat kesuburan tanah atau lahan


Tingkat kesuburan tanah merupakan salah satu faktor modal yang harus
diperhitungkan, disamping faktor lain seperti keadaan lingkungan termasuk
iklim, serangan hama dan penyakit ataupun tanaman pengganggu. Tanah yang
lebih subur akan berproduksi lebih tinggi dari pada tanah yang kurang subur,
bila tidak ada hambatan dari lingkungannya. Tanah memiliki kesuburan yang

berbeda-beda tergantung sejumlah faktor pembentuk tanah yang merajai di


lokasi tersebut, yaitu: bahan induk, iklim, relief, organisme, atau waktu
(Aryantha, 2002).
Jenis tanah akan berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah. Tanah
yang subur apabila ditanami tanaman pertanian akan menghasilkan produksi
yang besar, sebaliknya tanah yang tandus
Pengaturan

air

akan

(drainase) suatu lahan

sulit

juga

untuk

ditanami.

berpengaruh terhadap

kondisi kesuburan tanah, jika pengaturan airnya jelek, maka tingkat


kesuburannya akan rendah (Hanafiah, 2005).

Ciri-ciri tanah subur adalah sebagai berikut.


1. Struktur tanahnya bagus, yaitu butir-butir tanahnya renggang tidak

terlalu besar dan tidakterlalu kecil.


2. Tanah mempunyai air dalam jumlah yang banyak dan berfungsi
untuk melarutkan garam-garaman.
3. Tanah mempunyai garam-garaman dalam jumlah banyak sebagai
bahan makanan tumbuh-tumbuhan.

Ciri-ciri yang kurang subur antara lain sebagai berikut.


1. Struktur tanahnya kurang baik.
2. Air yang ada di dalam tanah jumlahnya sedikit.

Dilihat

dari

tingkat

kesuburannya

tanah

dibedakan

sebagai

berikut :
1. Tanah muda, yaitu tanah dengan kandungan zat makanan yang belum
banyak sehingga tingkat kesuburannya masih relatif rendah.
2. Tanah dewasa, yaitu tanah dengan kandungan zat makanan sangat
banyak sehingga tanah ini sangat subur. Tanah inilah yang
sangat baik untuk pertanian
3. Tanah tua, yaitu tanah dengan kandungan zat makanan yang sudah
mulai berkurang, sehingga tingkat kesuburannya juga mulai
berkurang.
4. Tanah sangat tua, yaitu tanah dengan kandungan zat makanan sangat
sedikit bahkan hampir habis, sehingga ada yang menyebut jenis tanah
ini sebagai tanah yang mati. Tanah ini sangat tidak subur (Hanafiah,
2005).

2.4 Cara-cara untuk meningkatkan kesuburan tanah atau lahan


Usaha untuk memperbaiki atau meningkatkan kesuburan tanah adalah
dengan pemberian bahan organik. Penambahan bahan organik sangat
membantu dalam memperbaiki tanah yang terdegradasi, karena pemakaian
pupuk organik dapat mengikat unsur hara yang mudah hilang serta membantu
dalam penyediaan unsur hara tanah sehinnga efisiensi pemupukan menjadi
lebih tinggi. Selain itu, bahan organik dapat meningkatkan kapasitas tukar
kation tanah dan mengurangi kehilangan unsur hara yang ditambahkan
melalui pemupukan sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemupukan.
Penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat dilakukan dengan
pemberian sisa atau limbah tanaman dan kotoran hewan. Pemanfaatan limbah
tersebut dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan menekan
biaya produksi (Hairiah 2000).

BOT memperbaiki agregasi tanah

Partikel Liat

Struktur tanah, mempresentasikan keberadaan bacteri, bahan anorganik, dan


bahan organic, air dan udara. Gambar dipetik dari Purves et al., Life: The Science
of Biology, 4th Edition, by Sinauer Associates (www.sinauer.com) and WH
Freeman (www.whfreeman.com).
Sumber:
http://www.emc.maricopa.edu/faculty/farabee/biobk/biobookplanthorm.html
Berman (1994) menyatakan bahwa, bahan organik tanah mampu
memperbaiki stabilitas agregat tanah melalui cara-cara berikut:
1. Partikel-partikel tanah diikat bersama-sama oleh hifa jamur dan actinomycetes
2. Mikroba menghasilkan produk metabolik, terutama karbohidrat yang menjadi
perekat yang mengikat bersama partikel tanah
3. Di antara lempengan liat dengan asam humat dapat terbentuk semacam
jembatan kimiawi

4. Melalui stimulasi pertumbuhan akar tanaman, stabilitas struktur tanah


diperbaiki karena akar dapat berfungsi sebagai tali di seputar partikel tanah,
dan karena mikroba dalam rizosfer menghasilkan material perekat
5.

Bahan organik menjadi makanan cacing tanah dan cacing ini mampu
memperbaiki stabilitas agregat tanah dan porositas tanah.
Kalau agregat tanah tidak stabil dan bercerai-berai, maka bagian-bagian

yang kecil akan mengisi pori tanah sehingga akan merusak aerasi/porositas tanah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa efek utama bahan organik terhadap
struktur tanah adalah melalui perbaikan aerasi tanah untuk tanah-tanah berat dan
perbaikan WHC untuk tanah-tanah berpasir (Berman, 1994).

Urgensi peningkatan kesuburan tanah :


1.

Perkembangan produksi dan konsumsi kayu.

2.

Kendala status kesuburan tanah

3.

Pertimbangan ekonomis

4.

Pendayagunaan tanah bagi usaha tani

5.

Pengikisan sub-soil

6.

Pencemaran lingkungan

7.

Bencana Alam
Aryantha (2002) menjelaskan ada tiga konsep untuk memperbaiki

kesuburan tanah yaitu yang berwawasan lingkungan atau berkelanjutan


adalah Low External Input Agriculture (LEIA) dan Low External Input
Sustainable Agriculture (LEISA), dan pertanian modren yang tergantung
dengan bahan kimia adalah High External Input Agriculture (HEIA).

LEIA adalah sistem yang memanfaatkan sumberdaya lokal yang sangat


intensif dengan sedikit atau sama sekali tidak menggunakan masukan dari
luar sehingga tidak terjadi kerusakan sumberdaya alam. Pendauran hara di
dalam usahatani dengan sumber-sumber yang berasal dari luar usaha tani.
Kegiatan ini berguna untuk menambahkan hara kepada tanah dari luar usaha
tani. Bahan-bahan yang digunakan: sampah, kompos, limbah, dll. Pendauran
hara di dalam usaha tani dengan sumber-sumber yang berasal dari usaha tani
itu sendiri. Pendauran ini dapat dilewatkan dengan ternak atau pengembalian
sisa-sisa biomassa hasil panen. Cara ini tidak menambahkan hara kepada
tanah, tetapi hanya mengembalikan hara yang tidak terangkut ke luar bersama
dengan hasil panen . Pendauran hara di dalam petak pertanaman. Kegiatan ini
biasanya melibatkan tanaman legum (cover crop) untuk memenuhi sebagian
besar kebutuhan N pada tanaman pokok.
HEIA adalah sistem pertanian yang menggunakan masukan dari luar
(secara berlebihan). Umumnya berupa bahan-bahan agrokimia konvensional
yang memang disengaja dibuat untuk input produksi. Sistem ini sangat
tergantung senyawa kimia sintetis (pupuk, pestisida, zat pengatur tumbuh).
Dapat berpengaruh buruh pada keseimbangan lingkungan dan kesehatan
manusia.
LEISA

adalah

Pertanian

dengan

masukan

rendah

tetapi

mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam (tanah, air, tumbuhan dan


hewan), manusia (tenaga, pengetahuan dan keterampilan) yang tersedia
ditempat dan layak secara ekonomis, mantap secara ekologis, adil secara
sosial dan sesuai dengan budaya lokal. Ciri-ciri sitem ini (a) berusaha
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal dengan mengkombinasikan
berbagai komponen sistem usahatani (tanaman, hewan, tanah, air, iklim dan
manusia) sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang luar
biasa,(b) berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal dengan
mengkombinasikan berbagai komponen sistem usahatani (tanaman, hewan,

tanah, air, iklim dan manusia) sehingga saling melengkapi dan memberikan
efek sinergi yang luar biasa.
Prinsip dasar LEISA adalah menjamin kondisi tanah yang mendukung
pertumbuhan tanaman, khususnya dengan mengelola bahan organik dan
meningkatkan kehidupan mikroorganisme di dalam tanah (soil regenerator),
mengoptimalkan ketersediaan dan menyeimbangkan aliran unsur hara,
khususnya melalui penambatan Nitrogen, pendaur ulangan unsur hara dan
pemanfaatan pupuk luar sebagai pelengkap,, meminimalkan kerugian sebagai
akibat radiasi matahari, udara dan air dengan pengelolaan iklim mikro,
pengelolaan air dan pengendalian erosi, saling melengkapi dan sinergi dalam
penggunaan sumberdaya genetik yang mencakup penggabungan dalam sistem
pertanian terpadu dengan tingkat keanekaragaman fungisonal tinggi .

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan
oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh tanah
yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman.

3.2 Kesuburan tanah ditentukan oleh faktor keadaan fisika, kimia dan biologi
tanah. Keadaan fisika tanah meliputi kedalaman efektif, tekstur, struktur,
kelembaban dan tata udara tanah. Keadaan kimia tanah meliputi reaksi tanah
(pH tanah), KTK, kejenuhan basa, bahan organik, banyaknya unsur hara,
cadangan unsur hara dan ketersediaan terhadap pertumbuhan tanaman.
Sedangkan biologi tanah antara lain meliputi bahan organik tanah, flora dan
fauna tanah (khususnya mikroorganisme penting seperti bakteri, fungi dan
Algae), interaksi mikroorganisme tanah dengan tanaman (simbiosa) dan
polusi tanah.
3.3 Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung sejumlah faktor
pembentuk tanah yang merajai di lokasi tersebut, yaitu: bahan induk, iklim,
relief, organisme, atau waktu.
3.4 Usaha untuk memperbaiki atau meningkatkan kesuburan tanah pertanian
secara berkelanjutan adalah dengan pemberian bahan organik. Penambahan
bahan organik sangat membantu dalam memperbaiki tanah yang terdegradasi

DAFTAR PUSTAKA
Aryantha. 2002. Development of Sustainable Agricultural System, One day
Discussion on The minimization of Fertilizer Usage, Menristek-BPPT, 6th
May 2002, Jakarta.

Berman D. Hudson. 1994. Soil organic matter and available water capacity.
Journal of Soil and Water Conservation March/April 1994 vol. 49 no. 2
189-194.
Coleman, N dan Thomas H. 1970. Analisis Fisika dan Kimia Tanah. Lampung :
Universitas Lampung.
Elisa. 2002. Sifat-sifat Fisika Tanah. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Divisi Buku Perguruan Tinggi.
PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta. 360 halaman.
Hairiah dkk 2000. Pengelolaan Tanah Masam Secara Biologi. Bogor: ICRAF
Tejoyuwono,Notohadiprawiro,

dkk.

2006.

Pengelolaan

Kesuburan

Tanah

danPeningkatan Efisiensi Pemupukan. Yogyakarta: Ilmu Tanah


Universitas Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai