Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Proses Manufaktur I ini dengan baik.
Dalam pelaksanaannya penulis sebagai praktikan melakukan praktikum dari
awal sampai akhir dengan membuat suatu benda kerja yang kemudian dibuat suatu
bentuk laporan tertulis. Untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Eng., Eko Siswanto, ST., MT selaku kepala Laboratorium Proses
Manufaktur I Teknik Mesin FT-UB
2. Bapak Kasmanuh, ST., selaku laboran Laboratorium Proses Manufakur I Teknik
Mesin FT-UB
3. Asisten pembimbing laporan Praktikum Proses Manufaktur I
4. Teman teman sesama praktikan yang telah membantu dalam menyusun laporan ini.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun laporan ini.
Karena tanpa bantuan dari berbagai pihak, kami akan mengalami kesulitan
dalam menyusun laporan ini.
Kami sadar bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya dapat kami gunakan untuk
perbaikan pada laporan-laporan berikutnya. Atas saran dan kritik tersebut penulis
mengucapkan terima kasih.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat serta menambah
pengetahuan dalam bidang proses manufaktur bagi penulis dan para pembacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 2
1.2 Tujuan Praktikum ....................................................................................................... 2
BAB II MESIN BUBUT ................................................................................................. 2
2.1 Poros Berulir ............................................................................................................... 2
2.1.1
Tujuan ............................................................................................................. 2
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
Flowchart ...................................................................................................... 11
2.1.7
2.1.8
2.1.9
Tujuan .......................................................................................................... 28
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
Flowchart ...................................................................................................... 39
2.2.6
2.2.7
2.2.8
Tujuan .......................................................................................................... 48
ii
2.3.2
2.3.3
2.3.4
2.3.5
Flowchart ..................................................................................................... 54
2.3.6
2.3.7
2.3.8
Tujuan ........................................................................................................... 58
2.4.2
2.4.3
2.4.4
Flowchart ...................................................................................................... 64
2.4.5
2.4.6
2.4.7
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Data antar kelompok Hubungan Putaran Spindle (n) dan
-
Tabel 2.2 Data antar kelompok Hubungan Feed Motion (s) dan
Gaya Pemotongan (Fz) .................................................................................. 23
Tabel 2.3 Data Waktu Pemakanan Proses Milling .........................................................42
Tabel 2.4 Data Waktu Pengeboran .................................................................................55
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Tachometer ....................................................................................................... 6
Gambar 2.8
Gambar 2.9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Design Poros Berulir....................................................(Terlampir)
Lampiran 2 Design Roda Gigi dan Penggurdian ....(Terlampir)
Lampiran 3 Design Kerja Bangku...(Terlampir)
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
BAB II
PRAKTIKUM
2.1
Poros Bertingkat
2.1.1 Tujuan
Tujuan umum
a. Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara pengoperasiannya.
b. Peningkatan pengetahuan serta ketrampilan tentang mesin-mesin perkakas.
Tujuan khusus
a. Dapat mengetahui, menguasai dan menjalankan mesin bubut.
b. Mengetahui proses dan cara pembuatanbenda kerjadenganmesinbubut.
c. Mengetahui dan memahami cara pembuatan ulir.
PRAKTIKUM
a.
Bed Way
Bed Way adalah penopang sebagai tempat relay bertumpu.
b.
Head Stok
Merupakan tempat dimana gear box dan Quick Change gear box dipasang.
c.
4.
Cariage Box
Merupakan meja penggerak pahat dan terletak di atas apron.
5.
Electrical Box
Merupakan tempat rangkaian sistem elektronik lathe machine.
6.
7.
Splash Guard
Merupakan pelindung dan pembatas agar geram tidak terlempar kemanamana.
8.
Lower Carriage
Merupakan penopang dari top carriage.
9.
Top carriage
Penopang dari tool holder.
10. Cooling
Berfungsi sebagai saluran cairan pendingin.
11. Working Light
Lampu yang berfungsi sebagai penerang saat pengguna bekerja.
12. Tail Stock
Tail stock terletak berhadapan dengan spindle. Berfungsi untuk menahan
ujungbenda kerja saat pembubutan dan juga dapat digunakan untuk
memegang tool padasaat pengerjaan drilling, reaming, dan tapping.
PRAKTIKUM
PRAKTIKUM
2. Jangka Sorong
Digunakan untuk mengukur dimensi benda kerja.
PRAKTIKUM
5. Kunci Chuck
Digunakan untuk mengencangkan chuck / pencekam, bentuk matanya
biasanya bujur sangkar.
PRAKTIKUM
8. Pahat HSS
Sebagai alat potong untuk pemakanan benda kerja.
PRAKTIKUM
: 330
rpm
Penguliran
: 65
rpm
b. Feed Motion
: 0.231
mm/rev
c. Pitch
: 1.75
mm/gang
2.1.5
a.
b.
Proses 1
Pemakanan ke-
37 mm
0,5 mm
37 mm
0,5 mm
PRAKTIKUM
c. Proses 2
d.
Pemakanan ke-
60 mm
0,5 mm
60 mm
0,5 mm
60 mm
0,5 mm
60 mm
0,5 mm
60 mm
0,5 mm
Pemakanan ke-
25 mm
0,5 mm
25 mm
0,5 mm
25 mm
0.5 mm
25 mm
0.5 mm
25 mm
0.5 mm
Proses 3
PRAKTIKUM
10
e.
Proses 4
Pemakanan ke-
15 mm
0,12 mm
15 mm
0.12 mm
15 mm
0.12 mm
15 mm
0.12 mm
15 mm
0.12 mm
15 mm
0.12 mm
15 mm
0.12 mm
15 mm
0.12 mm
15 mm
0.11 mm
PRAKTIKUM
11
2.1.6 Flowchart
PRAKTIKUM
12
PRAKTIKUM
13
PRAKTIKUM
14
: Bubut
TYPE
: KW15-486
DAYA ( P )
: 1,5kW
Nama Bahan
: Alumunium
Koefisien bahan ( k )
: 32 kg/mm2
Konstanta Eksponen (m )
: 0.45
PEMBUBUTAN
L
nt
na
(mm)
(mm)
(mm)
(mm/rev)
(rpm)
(rpm)
(mm)
(detik)
(ampere)
(volt)
50
20
19
0,135
360
349,6
0,5
64
2,1
380
50
19
18
0,264
360
349,4
0,5
65
2,1
380
50
18
17
0,390
360
349,5
0,5
66
2,1
380
50
17
16
0,528
360
349,6
0,5
65
2,1
380
50
16
15
0,660
360
349,5
0,5
65
2,1
380
65
2,1
NO
Rata rata
349,52
.D.n
1000
(m / menit )
(2 - 1)
Dimana:
D = Diameter awal benda kerja (mm)
n = Putaran spindle (rpm)
Sumber: Rochim (1993:21)
2.
Dd
2
(mm)
(2 - 2)
PRAKTIKUM
15
Dimana:
D = Diameter awal benda kerja (mm)
d = Diameter akhir benda kerja
Sumber: Kalpakjian (2009:620)
3.
Gaya PemotonganVertikal ( Fz )
Fz K .a.s m
(kg )
(2 - 3)
Dimana:
K = Koefisien bahan (Kg/mm2)
s = Feed motion (mm/rev)
a = Depth of cut (mm)
m = Konstanta eksponen
Sumber: Muin (1989:65)
4.
Daya Pemotongan ( Nc )
Nc
Fz.v
60.102
(kW )
(2 - 4)
5.
Machining Time ( Tm )
Tm
L.i
s.n
(menit)
(2 - 5)
Dimana:
L = Panjang pembubutan (mm)
i
= Jumlah pemotongan
PRAKTIKUM
16
6.
Torsi ( )
Fz.D
2
(2 - 6)
( Kg.mm)
7.
Daya Motor ( Nm )
Nm V . .I . cos
kW
(2 - 7)
Dimana:
V
= Jumlah fase
= Arus (Ampere)
A. Perhitungan Aktual
1.
.D.n
1000
.20.349,6
1000
v = 21,974 m/menit
2.
Dd
2
20 19
2
a = 0,5 mm
PRAKTIKUM
17
3.
Machining Time ( Tm )
Tm
L.i
s.n
Tm
50.1
0,264.360
Tm = 0.5260Menit
4.
Feed motion ( s )
s
L.i
Tm.n
50 x5
5,416 x349,52
s = 0,132 mm/rev
5.
Fz K .a.s m
Fz 32.0,5.0,132 0, 45
Fz = 6,432 kg
6.
Daya Pemotongan ( Nc )
Nc
Fz.v
60.102
Nc
6.432.21,97
60.102
(kW )
Nc = 0,02309 Kw
PRAKTIKUM
18
7.
Torsi ( )
Fz.D
2
6,432.20
2
= 64,32 kg.mm
8.
Daya Motor ( Nm )
Nm V . .I . cos
Nm 380 x 3.x2,1x0,8
Nm = 1,105 kW
B. Perhitungan Teoritis
9.
.D.n
1000
.20.360
1000
v = 22,62 m/menit
10. Depth of Cut (t)
t'
Dd
2
t'
22 21
2
t = 0,5 mm
Fz K .t '.s m
Fz 32.0,5.0,264 0, 45
Fz = 8,78 Kg
PRAKTIKUM
19
Fz.v
60.102
Nc
8,78.22,62
60.102
(kW )
Nc = 0,0324 kW
L.i
s.n
Tm
50.1
0,264.360
Tm = 0.5260Menit
14.
Torsi ( t )
t
Pz.D
2
7,2.22
2
t = 79,2 kg.mm
Nm V . .I . cos
PRAKTIKUM
20
Tabel 2.1 Hubungan Putaran Spindle (n) dan Daya Pemotongan antar kelompok (Nc)
Kelompok
14
15
16
na(rpm)
317.78
349.52
387.22
nt(rpm)
300
360
500
Nca(kW)
0.03826
0.02309
0.02028
Nct(kW)
0.02974
0.0324
0.03569
PRAKTIKUM
21
Gambar 2.11 Grafik Hubungan Putaran Spindle (n) dan Daya Pemotongan (Nc)
Analisa Grafik :
Nilai n yaitu nilai putaran spindle yang dinyatakan dalam rpm. Sedangkan Daya
pemotongan (Nc) adalah besarnya energi yang diperlukan untuk memutar spindle utama
pada mesin bubut dan dinyatakan dalam satuan kW.
Grafik hubungan antara banyak putaran spindle (n) dengan daya pemotongan
(Nc) menunjukkan bahwa semakin besar nilai putaran spindle (n), maka daya
pemotongan (Nc) akan semakin besar. Hal ini dibuktikan juga pada rumus Daya
pemotongan (Nc) yaitu:
, dengan
dan
(m/menit) maka
PRAKTIKUM
22
Dimana :
Nc
Fz
= konstanta eksponen
Dari rumus tersebut, terlihat bahwa nilai Nc berbanding lurus dengan v dan n .
PRAKTIKUM
23
Tabel 2.2 Data antarkelompok Hubungan Feed Motion (s) dan Gaya Pemotongan (Fz)
Kelompok
Sa
St
Fzt
Fza
0.196482152
0.211
7.944143629
7.69334805
21
0.191901497
0.213
7.977940706
7.612113328
15
0.27191577
0.264
8.787022728
8.904621434
PRAKTIKUM
24
Gambar 2.12 Grafik Hubungan Feed Motion (s) dan Gaya Pemotongan (Fz)
Analisa grafik :
Feed motion (s) adalah panjangannya permakanan setiap satu putaran benda
kerja dinyatakan dalam satuan mm/rev. Sedangkan gaya pemotongan (Fz) adalah
banyaknya gaya atau energi yang dibutuhkan untuk memotong satu unit volume benda
kerja dan dinyatakan dalam satuan kg.
Pada grafik hubungan antara feed motion (s) dengan gaya pemotongan (Fz)
menunjukan bahwa semakin besar nilai feed motion (s) maka nilai gaya pemotongan
(Fz) juga akan semakin besar. Hal ini juga dibuktikan pada rumus Gaya pemotongan
(Fz) yaitu :
(kg), dengan s
L.i
(mm/rev) maka,
Tm.n
= . L iTm n
PRAKTIKUM
25
Dimana :
Fz
= Panjangpembubutan (mm)
= Jumlah pemotongan
= Deep of Cut
Tm
= Waktu (menit)
= Konstanta eksponen
Berdasarkan grafik dan rumus, dapat diketahui bahwa hubungan antara feed
motion (s) dengan gaya pemotongan (Fz) adalah berbanding lurus.
Fz ~ s
Sehingga, ketika nilai feed motion (s) semakin besar, maka nilai gaya
pemotongan (Fz) juga akan semakin besar, dan sebaliknya. Selain itu putaran spindle
(n) juga berpengaruh terhadap gaya pemotongan, ketika putaran spindle (n) semakin
besar maka gaya pemotongan (Fz) akan semakin kecil, dan sebaliknya. Penyimpangan
yang terjadi juga dapat disebabkan oleh metode penggunaan tachometer yang tidak
sesuai dengan prosedur.
Analisa
Beda kedalaman proses penguliran melebihi yang direncanakan.
PRAKTIKUM
26
Penyebab
Kurang lengkapnya proses pada flowchart yang mengakibatkan
kesalahan pada proses pembubutan.
Solusi
Flowchart yang dibuat harus lebih mendetail sehingga meminimalisir
kesalahan seperti ketelitian
Analisa
Pembubutan dalam benda kerja memiliki dalam yang berbeda - beda
PRAKTIKUM
27
Penyebab
1. Metode pengaturan pahat yang terlalu cepat
2. Metode setting pahat yang kurang tepat/tidak pada posisi ditengah
Solusi
Sebelum
melakukan
penguliran
maka
sebaiknya
posisi
PRAKTIKUM
pahat
28
2.2
Roda Gigi
2.2.1 Tujuan
a. Mengetahui serta mampu mengoperasikan bagian-bagian dari mesin milling.
b. Melatih praktikan melakukan pekerjaan dalam pembuatan roda gigi, alur pada
poros dengan menggunakan mesin milling dan mengetahui macam-macam
pekerjaan yang dapat dilakukan.
j
c
k
f
d
b
h
e
Gambar 2.15 Mesin Milling
Sumber : Laboratorium Proses Manufaktur I Teknik Mesin FT-UB (2016)
Prinsip kerja mesin milling.
A. Main Drive
Fungsi utama dari main drive adalah untuk menggerakkan
spindle yang terletak pada arbor. Putaran dari motor listrik diteruskan
ke speed gearbox dan diteruskan ke spindle melalui mekanisme belt.
Putaran spindle akan menggerakkan arbor dan memutar milling cutter
.
B. Feed Drive
Gerakan ini adalah gerakan pemakanan benda kerja terhadap
milling cutter. Dengan memutar Table Transverse Handwheel untuk
PRAKTIKUM
29
Keterangan :
a. Panel
Sebagai pengontrol jalannya pengoperasian melalui tombol-tombol
pengoperasian.
b. Longitudinal Feed
Digunakan untuk menggerakan tabel dalam arah longitudinal.
Kontrol 2, 3, 4 disebut juga dengan tabletransverse handwheel.
c. Table
Table terletak diatas saddle, dan mempunyai fungsi sebagai tempat
benda kerja. Table dapat digerakan ke arah longitudinal.
d. Cross feed
Digunakan untuk menggerakan saddle ke arah melintang /
transversal.
e. Variable Speed control
Digunakan untuk mengatur kecepatan dari milling cutter.
f. Knee
Knee adalah tempat kedudukan saddle.
g. Motor listrik
Digunakan untuk menggerakkan gearbox.
h. Vertical feed
Digunakan untuk menggerakkan knee dalam arah vertikal.
i. Over arm
Merupakan penopang ujung poros frais yang secara umum
ditemukan pada mesin milling horizontal. Bagian ini menentukan penyetelan
posisi arbor pada maksimum panjang arbor tersebut dan meng-klemnya pada
posisi yang diinginkan. Over arm terletak diatas base secara horizontal.
j. Spindle
Menyediakan
tenaga
bagi
putaran
pisau
frais
dengan
PRAKTIKUM
30
l. Gear box
Gear box merupakan sistem transmisi yang berfungsi untuk
mengatur kecepatan putar pahat.
m. Index dividing head
Merupakan alat yang digunakan untuk memutar / membagi benda
kerja melalui besar sudut tertentu,sehingga menghasilkan pemotongan dengan
jarak yang sama.
2. Jangka Sorong
Digunakan untuk mengukur dimensi benda kerja.
4. Stop watch
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pemakanan.
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
PRAKTIKUM
31
PRAKTIKUM
32
Kunci Inggris
Digunakan untuk mengencangkan benda kerja pada poros berulir dan
Mengatur kedudukan sector arm.
PRAKTIKUM
33
9. Poros Berulir
Digunakan sebagai tempat kedudukan benda kerja sebelum dipasang
pada chuck.
PRAKTIKUM
34
B. Bahan
1. Aluminium
PRAKTIKUM
35
A. Roda Gigi 1
M1 = 2,25
Z1 = 27
K1 = 60
X1 = 2
n1 = 680 rpm
dp
M
(2- 1)
dp = Z.M
dp = 60,75 mm
Sumber: Khurmi (2005 : 1026)
(2 - 2)
60,75 dk 2.2,25
dk = 65,25 mm
Sumber: Khurmi (2005 : 1032)
K
Z
60
27
X =2
(2 - 3)
putaran
(2 - 4)
H 2,25.2,25
PRAKTIKUM
36
H = 5,0625 mm
Sumber: Khurmi (2005 : 1032)
(2 - 5)
hk 1.2,25
hk = 2,25 mm
Sumber: Khurmi (2005 : 1032)
(2 - 6)
hf 1.2,25 0,5625
hf = 2,8125 mm
Sumber: Khurmi (2005 : 1032)
.M
2
(2 - 7)
.2,25
2
t = 3,536 mm
Sumber: Khurmi (2005 : 1032)
B. Roda Gigi 2
M2 = 3
Z2 = 24
K2 = 40
X2 = 1
n2 = 640 rpm
PRAKTIKUM
37
dp
M
dp = Z.M
dp = 72 mm
Sumber: Khurmi (2005 : 1026)
dk = 78 mm
Sumber: Khurmi (2005 : 1032)
K
Z
40
16
X =1
putaran
H = 6,75 mm
Sumber: Khurmi (2005 : 1032)
hk 1.3
hk = 3 mm
Sumber: Khurmi (2005 : 1032)
PRAKTIKUM
38
hf 1.3 0,75
hf = 3,75 mm
Sumber: Khurmi (2005 : 1032)
.M
2
.3
2
t = 4,714 mm
Sumber: Khurmi (2005 : 1032)
PRAKTIKUM
39
2.2.5 Flowchart
Flowchart mesin milling roda gigi 1
Mulai
Tidak
Tidak
Apakah jumlah
gigi 27?
Ya
Ya
Selesai
Masukkan kedalaman pemotongan
sebesar 3 mm
Melakukan pemakanan dari sebelah
kanan Milling cutter ke sebelah kiri
Milling cutter
C
PRAKTIKUM
40
Tidak
Tidak
Apakah jumlah
gigi 24?
Ya
Ya
Selesai
Masukkan kedalaman pemotongan
sebesar 3 mm
Melakukan pemakanan dari sebelah
kanan Milling cutter ke sebelah kiri
Milling cutter
C
PRAKTIKUM
41
: 680
rpm
Feed motion(s)
: 0,402156
mm/rev
Diameter cutter(D)
: 62,4
mm
Modul(M)
: 2,25
mm
: 65,25 mm
2. Diameter pitch(Dp)
: 60,75 mm
3. Jumlah gigi(Z)
: 27
4. Tinggi gigi(H)
: 5,0625 mm
5. Tebal gigi(t)
: 3,536 mm
Aktual
1. Diameter kepala(Dk)
: 66.55 mm
2. Diameter pitch(Dp)
: 59,85 mm
3. Jumlah gigi(Z)
: 27
4. Tinggi gigi(H)
:5
mm
5. Tebal gigi(t)
: 3,85
mm
: aluminium
Konstanta bahan
: 32
: 0,5
: 20,1
: 60
:2
kg mm
mm
PRAKTIKUM
42
10
3.
4.
5.
6.
7.
8.
10
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
PRAKTIKUM
43
26.
27.
220
207
L t' (D t' )
Tm.n
(menit)
(2 - 8)
dimana :
L
Tm
= Machining time(mnt)
Pz K.t '.s m
(kg )
(2 - 9)
dimana:
K
= Konstanta eksponen
Pz.D
2
( Kg.mm)
(2 - 10)
dimana:
D
PRAKTIKUM
44
Mt. n
974000
(Kw )
(2 - 11)
5. Kecepatan pemotongan ( Tm )
v
.D.n
1000
(2 - 12)
dimana :
n
A. Perhitungan Aktual
1. Feed motion(s)
s
s=
L t' (D t' )
Tm.n
0,402156 mm/rev
Pz K.t'.s m
Pz 32.3.0,402156
0,5
Pz = 60,8791 kg
3. Torsi ()
Pz.D
2
60,8791 .62,4
2
= 1899,42792 kg.mm
PRAKTIKUM
45
Mt . n
974000
Nc
1899,42792 . 680
974000
Nc = 1,3639 kW
5. Kecepatan pemotongan ( v )
v
v
.D.n
1000
.62,4.680
1000
v = 133,357714 mm/menit
Analisa
Salah satu ujung gigi memiliki tebal yang lebih kecil dari kepala gigi
yang lain. Hal ini dapat menyebabkan ujung roda gigi yang memiliki
ketebalan yang lebih kecil tersebut lebih mudah patah dibandingkan ujung
roda gigi yang lain.
PRAKTIKUM
46
Gambar 2.27 Salah satu kepala gigi memiliki tebal yang berbeda
Sumber : Dokumentasi pribadi (2016)
Penyebab :
Pemutaran index dividing head yang kurang presisi.
Solusi :
Saat pemutaran index dividing head harus tepat, jangan sampai terjadi
kekurangan atau kelebihan pemutaran agar lebar gigi sama.
Analisa
Pengurangan ketebalan benda kerja di daerah sekitar lubang poros
berulir, yang dapat menyebabkan kekuatan benda kerja akibat pembebanan
pada daerah tersebut berkurang.
PRAKTIKUM
47
Penyebab :
Ketidak akuratan batasan maksimal gaya yang diberikan untuk
mengencangkan benda kerja pada poros berulir.
Solusi :
Dibutuhkan ketelitian agar pengencangan benda kerja pada poros
berulir tepat, sehingga benda kerja tidak berputar saat proses pemakanan
maupun tidak terjadi pengurangan ketebalan benda kerja pada daerah yang
terkenan dampak penekanan dari mur.
PRAKTIKUM
48
2.3 Penggurdian
2.3.1 Tujuan
a. Dapat mengetahui, menguasai dan menjalankan mesin bor.
b. Mengetahui proses dan cara pengeboran benda kerja dengan menggunakan mesin
bor.
1
4
11
3
4
8
10
5
PRAKTIKUM
49
Keterangan gambar
1. Hood
2. Drilling Lever
Digunakan dalam proses pemakanan. Drilling lever mengatur kedudukan mata
bor secara vertikal.
3. Drilling Depth Control
Bagian yang terdapat pada front plate. Drilling depth control digunakan untuk
mengetahui kedalaman pemakanan.
4. Driving Motor
5. Table
Tempat peletakan spesimen (bahan)
6. Base
7. Table Clamp
Table Clamp digunakan untuk mengunci kedudukan table.
8. Spindle Head
9. Drilling Chart
10. Rack
11. Front Plate
2. Mata Bor
Digunakan sebagai alat untuk melubangi benda kerja.
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
PRAKTIKUM
50
4. Stop watch
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pengeboran.
PRAKTIKUM
51
PRAKTIKUM
52
1. Aluminium
PRAKTIKUM
53
Tegangan
380
volt
mm
Kecepatan putar
400
rpm
Panjang pengeboran
20,1
mm
Banyaknya pemakanan
kali
Waktu pengeboran
23,2
detik
32
kg mm
PRAKTIKUM
54
2.3.5 Flowchart
Mulai
Nyalakan mesin
Matikan mesin
Matikan mesin
Selesai
PRAKTIKUM
55
0,4
0,4
0,4
0,367
0,367
Kecepatan pengeboran
v
.D.n
1000
(2 - 13)
.6.400
1000
v = 7,543 m/menit
Sumber : Rochim (2009:19)
2.
Feed Motion ( s )
L .i
Tm. n
20,1. 5
0,3868 . 400
(2 - 14)
s = 0,6496 mm/rev
Sumber : Kalpakjian (2005:663)
3.
Torsi ()
C . D1,9 . s 0,8
(2 - 15)
PRAKTIKUM
56
dimana :
C = Konstanta bahan alumunium
D = Diameter mata bor (mm)
Sumber : Rochim (2004:40)
4.
.n
974000
(2 - 16)
6781,7113 . 400
947000
Nc = 2,865 kW
Sumber : Rochim (2004:209)
Analisa :
Terjadi perbedaan jarak lubang pada benda kerja.
PRAKTIKUM
57
Penyebab :
Metode
penempatan
benda
kerja
pada
ragum
bor
dengan
Solusi :
Lebih teliti dalam menggunakan mal gambar.
Analisa :
Pengurangan ketebalan benda kerja di daerah sekitar lubang poros
berulir, yang dapat menyebabkan kekuatan benda kerja akibat pembebanan
pada daerah tersebut berkurang.
Penyebab :
Ketidak akuratan batasan maksimal gaya yang diberikan untuk
mengencangkan benda kerja pada poros berulir.
Solusi :
Dibutuhkan ketelitian agar pengencangan benda kerja pada poros
berulir tepat, sehingga benda kerja tidak berputar saat proses pemakanan
maupun tidak terjadi pengurangan ketebalan benda kerja pada daerah yang
terkena dampak penekanan dari mur.
PRAKTIKUM
58
1
3
2
Gambar 2.39 Mesin Las SMAW
Sumber : Laboratorium Proses Manufaktur I Teknik Mesin FT-UB (2016)
1. Current Regulator
Digunakan untuk merubah arus, sehingga dapat menaikkan atau
menurunkan tegangan yang berfungsi untuk membuat nyala las stabil.
Pada current regulator terdapat :
a. Power Switch
Berfungsi sebagai saklar utama untuk menghidupkan current
regulator.
b. Current Indicator
Digunakan untuk mengetahui arus yang digunakan untuk pengelasan.
c. Current Adjusting Handle
Adalah handle yang digunakan untuk mengatur besarnya arus yang
akan digunakan dalam pengelasan.
2. Tang elektroda
Digunakan untuk memegang elektroda selama pengelasan.
PRAKTIKUM
59
3. Tang massa
Dijepitkan pada benda kerja untuk menghubungkan arus dari
current regulator , sehingga terjadi loncatan elektron dari tang massa ke
elektroda dan menimbulkan panas.
2. Elektroda
Digunakan untuk menyambungkan antar besi dengan besi lainnya.
PRAKTIKUM
60
5. Stop watch
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pengelasan.
6. Penggaris Siku
Digunakan untuk menentukan kedudukan benda kerja sebelum dilas.
PRAKTIKUM
61
7. Kikir
Digunakan untuk menghaluskan permukaan setelah proses pemotongan.
8. Roll Meter
Digunakan untuk mengukur benda kerja sebelum dan setelah dipotong.
9. Gergaji besi
Digunakan untuk memotong material.
PRAKTIKUM
62
9. Sikat Kawat
Digunakan untuk membersihkan terak pada benda kerja.
12. Kuas
Digunakan untuk meratakan cat di permukaan benda kerja.
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
PRAKTIKUM
63
B. Bahan
1. Besi hollow 3cm x 3cm
PRAKTIKUM
64
2.4.4 Flowchart
Mulai
Part 2 : 2.5 mm
Part 3 : 2.6 m
Part 4 : 1.3 m
Part 5 : 0.6 m
Part 6 : 1.5 m
Bahan :
Besi Hollow 3 x 3
T
Apakah bentuk
pengelasan sudah sesuai
desain?
Y
Pagar
Himpunan
Selesai
PRAKTIKUM
65
Baja Esser
Tegangan
380
Volt
Arus
32
Ampere
Tebal Las
6.5
mm
Panjang Pengelasan
50
mm
Tahanan
11.87 Ohm
Waktu pengelasan
9.3
Faktor daya
0,8
Tegangan geser
37,5
Detik
kg / mm2
(W )
(2 - 19)
Dimana :
V
= tegangan (Volt)
(2 - 20)
Dimana :
h
Q 0,24.I 2 RT
(Kalori )
(2 - 21)
PRAKTIKUM
66
dimana :
R
= tahanan (Ohm)
P V.I. cos
P 380.32. cos(36,8)
P = 9728 W
Po 2.h.L.
Po 2.6,5.50.37,5
Po = 24375,0 kg
Q 0,24.I 2 R.T
Q 0,24.32 2 .11,87.9,3
Q = 27129,69 Kalori
PRAKTIKUM
67
1. Incomplete fusion
2. Slag inclusion
PRAKTIKUM
68
Penyebab:
Solusi:
3. Overspatter
Penyebab:
Arus yang digunakan terlalu besar
Solusi:
PRAKTIKUM
69
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Penentuan feed motion akan mempengaruhi hasil dari benda kerja jika feed
motion terlalu besar maka benda kerja yang dihasilkan akan kasar, jika feed
motion rendah maka benda yang dihasilkan akan lebih halus.
2. Putaran spindle (n) berpengaruh terhadap daya pemotongan (Pz).semakin tinggi
putaran spindle (n) maka semakin besar daya pemotongan (Nc), semakin
rendah putaran spindle (n) maka semakin kecil daya pemotongan (Nc).
3. Nilai gaya pemotongan vertikal (Pz) akan berbanding lurus dengan nilai feed
motion (s). Semakin besar gaya pemotongan vertikal (Pz) maka semakin besar
feed motion (s),semakin kecil gaya pemotongan vertikal (Pz) maka semakin
kecil feed motion (s).
4. Pada saat pembuatan spesimen praktikum mesin milling, parameter yang
digunakan harus sesuai disain agar spesimen yang dihasilkan sesuai desain
pula.
5. Bahwa pengaruh kecepatan putaran spindle dan kecepatan pemakanan pada
proses pengeboran sangat berpengaruh terhadap halus atau kasarnya lubang
yang di buat. Semakin tinggi putaran spindle maka semakin halus lubang pada
benda kerja. Begitu pula pada semakin rendahnya kecepatan pemakanan maka
semakin bagus lubang yang dihasilkan.
6. Pada saat pengelasan arus yang digunakan harus sesuai dengan bahan yang
akan di las, sehingga tidak menyebabkan hasil las yang kurang kekuatannya.
7. Dalam melakukan pemotongan pelat ataupun besi siku harus sesuai dengan
ukuran yang sudah dirancang, sehingga saat proses penyambungan bisa
tersambung dengan baik dan tidak mengurangi kekuatan benda kerja nantinya.
3.2 Saran
1. Meningkatkan ketelitian pada penentuan depth of cut.
2. Lebih teliti dan akurat dalam memberhentikan penguliran setiap satu kali
penguliran, sehingga panjang penguliran sesuai desain.
3. Lebih teliti dalam menentukan titik awal penguliran kedua dan seterusnya agar
titik yang di lewati pahat berada dalam satu garis.
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
70
4. Menggunakan kecepatan putar spindle yang tinggi pada penggunaan mesin bor
agar lubang pada benda kerja lebih halus.
5. Praktikan harus sangat teliti dalam memasukkan angka-angka pada proses
praktikum mesin milling sesuai dengan ukuran desain. Terutama ukuran yang
tepat pada saat penentuan titik nol benda kerja.
6. Sebelum melakukan praktikum hendaknya praktikan mengetahui materi dan
penerapan aplikasi alat-alat yang ada di laboratorium sehingga dapat
mengurangi kesalahan dan harus selalu memperhatikan kesehatan dan
keselamatan kerja.
7. Para asisten laboratorium diharapkan selalu mengawasi dan memberikan arahan
pada praktikan agar praktikum berjalan lancar.
8. Pada saat pengelasan arus harus sesuai dengan benda kerja yang dikerjakan.
Jika arus terlalu besar maka akan mengakibatkan benda kerja berlubang.
DAFTAR PUSTAKA