Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FTS CAIR-SEMI PADAT

PERCOBAAN I
SUSPENSI

Disusun Oleh :
1. Afina Widyastika N.S

(1404001)

2. Anida Aprilia N.A

(1404002)

3. Anisa Dita Rahmawati

(1404003)

4. Anisa Yunika F

(1404004)

Kelas D3 Farmasi 3A

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH KLATEN
2016/2017

PERCOBAAN I
SUSPENSI

A. Tinjauan Pustaka
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang
terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika dikocok perlahanlahan endapan harus segera terdispersi kembali, dapat mengandung zat tambahan
untuk menjamin stabilitas suspensi. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu
tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang (Anief, 1987).
Ada beberapa alasan pembuatan suspensi oral. Salah satunya adalah
karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam sediaan larutan
tetapi stabil dalam sediaan suspensi. Untuk banyak pasien, bentuk cairan lebih
disukai daripada bentuk padat (tablet atau kapsul dari obat yang sama), karena
mudahnya menelan cairan dan keluwesan dalam pemberian dosis, aman, mudah
diberikan untuk anak-anak, juga mudah diatur penyesuaiannya untuk anak.
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
1. Ukuran partikel
Semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya (dalam
volume yang sama ). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya
tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk
mengendap,

sehingga

untuk

memperlambat

dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.


2. Kekentalan (viscositas)

gerakan

tersebut

dapat

Dengan menambah viscositas cairan maka gerakan turun dari partikel yang
dikandungnya akan diperlambat. Tatapi perlu diingat bahwa kekentalan
suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
3. Jumlah partikel (konsentrasi)
Makin besar konsentrasi pertikel, makin besar kemungkinan terjadi
endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4.

Sifat / muatan partikel


Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari babarapa macam
campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada
kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan
bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan
tersebut

sudah

merupakan

sifat

alam,

maka

kita

tidak

dapat

mempengaruhinya.
Keuntungan sediaan suspensi antara lain sebagai berikut :
a. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat
memperlambat terlepasnya obat .
b. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.
c. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan,
karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.
Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut :
a. Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
b. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya
pulveres, tablet, dan kapsul.
c. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia
antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator .
Pemerian Bahan :
1) Sulfaguanidin
Pemerian : hablur atau serbuk, putih / hamper putih, tidak berbau / hampir
tidak berbau, oleh pengaruh cahaya lambat laun warna berubah menjadi
gelap.
Kelarutan : mudah larut dalam air mendidih, dan asam mineral encer, sukar
larut dalam etanol (95%) P dan dalam aseton P, sangat sukar larut dalam air,
praktis tidak larut dalam larutan alkali hidroksida.
Khasiat : Antibakteri
2) Sulfamerazin
Pemerian : serbuk atau hablur, putih atau putih agak kekuningan, tidak berbau
atau hamper tidak berbau, rasa agak pahit. Mantap diudara kalau terkena
cahaya langsung lambat laun warna menjadi tua.

Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P,
sukar larut dalam etanol (90%) P agak sukar larut dalam aseton P, mudah larut
dalam asam mineral encer dan larutan alkali hidroksida.
Khasiat : Antibakteri
3) Sulfadimidin
Pemerian : hablur / serbuk, putih atau putih kuning gading, tidak berbau atau
hamper tidak berbau, rasa agak pahit.
Kelarutan : sukar larut dalam air, larut dalam 120 bagian etanol (95%) P,
praktis tidak larut dalam eter pekat, larut dalam aseton P, dalam minyak
mineral, dalam larutan alkali hidroksida dan dalam alkali karbonat.
Khasiat : antibakteri
4) Acidum citricum
Pemerian : hablur tidak berwarna / serbuk putih, tidak berbau, rasa sangat
asam, agak higroskopis, merapuh dalam udara kering dan panas
Kelarutan : larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam 1,5 bagian etanol
(95%) p, sukar larut dalam eter p
Khasiat : zat tambahan
5) CMC Na
Pemerian : sebuk atau granul, putih/ hampir putih, tidak berbau.
Kelarutan : mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloida, tidak
larut dalam etanol, eter, dan pelarut organik.
Khasiat : zat pengemulsi, zat pembentuk gel.
6) Aetanolum
Pemerian :cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak,
bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang
tidak memberasap.
Kelarutan ; sangat mudah larut dalam air,dalam kloroform P dan eter p.
Khasiat ; zat tambahan.
7) Aqua destilata
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Khasiat : 8) Sirupus simplex :
Pemerian : cairan jernih tidak berwarna,.
Kelarutan :
Khasiat :
9) Natrii hidroksidum
Pemerian : bentuk batang, butirn, masa hablur/ keping, kering, keras, rapuh
dan menunjukkan susunan hablur, putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis
dan korosif. Segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) p
Khasiat : zat tambahan.
10) Methyl paraben
Pemerian : serbuk hablur halus, putih, hamper tidak berbau, tidak mempunyai
rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.

Kelarutan : larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam
3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton p, mudah larut dalam
eter P dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P
panas dan dalam 40 bagian minyak lemakl nabati panas, jika didinginkan
larutan tetap jernih.
Khasiat : zat tambahan dan zat pengawet.

Tiap 5 ml mengandung :
Sulfaguanidin
B. Formula Standar
Sulfamerazin

167 mg
167 mg

Sulfadimidin

167 mg

Acidum citricum

200 mg

CMC Na

50 mg

Methyl paraben

5 mg

Natrii hydroxydum

100 mg

Sirupus simplex

1,5 ml

Aethanolum

50 l

Aqua

ad 5 ml

C. Formula Pengembangan
Tiap 60 ml mengandung :
Sulfaguanidin

2004 mg

Sulfamerazin

2004 mg

Sulfadimidin

2004 mg

Acidum citricum

2400 mg

CMC Na

600 mg

Methyl paraben

60 mg

Natrii hydroxydum

1200 mg

Sirupus simplex

18 ml

Aethanolum

600 l

Pewarna dan Pengaroma 0,06 g


Aqua
D. Alat Dan Bahan
1. Alat :
a. Mortir
b. Stamfer
c. Gelas Ukur
d. Kertas saring
e. Pipet
f. Beaker Glass
g. Corong
h. Cawan Porselin
i. Kompor Listrik
j. Erlenmeyer
k. Timbangan analitik
l. Thermometer
m. Piknometer
n. Kertas perkamen
2. Bahan :

ad 60 ml

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Sulfaguanidin
Sulfamerazin
Sulfadimidin
Acidum citricum
CMC Na
Methyl paraben
Natrii hydroxydum
Sirupus simplex
Aethanolum
Pewarna dan Pengaroma
Aqua destilata

E. Perhitungan Dosis
Dosis awal
: 4 8 sendok the, kemudian 4 x sehari 1 2 sendok teh
1xp
: 1 sendok teh (5 ml)
Sehari
: 4 x 5 ml = 20 ml
Suspensi digunakan untuk 3 hari jadi dibuat formula 20 ml x 3 = 60 ml.
F. Perhitungan Dan Penimbangan
Dibuat sediaan 60 ml, maka :
1. Sulfaguanidin : 167 mg / 5 ml x 60 ml = 2004 mg
2. Sulfamerazin : 167 mg / 5 ml x 60 ml = 2004 mg
3. Sulfadimidin : 167 mg / 5 ml x 60 ml = 2004 mg
4. Acidum citricum : 200 mg / 5 ml x 60 ml = 2400 mg
5. CMC Na
: 50 mg / 5 ml x 60 ml = 600 mg
6. Methyl paraben : 5 mg / 5 ml x 60 ml = 60 mg
7. Natrii hyrocydum : 100 mg / 5 ml x 60 ml = 1200 mg
8. Sirupus simplex : 1,5 ml / 5 ml x 60 ml = 18 ml
9. Aethanolum : 50 ul / 5 ml x 60 ml = 600 ul
10. Pewarna dan pengaroma q.s (1-2 tetes) = 0,1 % = 0,1 % x 60 = 0,06 g
11. Aqua destilata ad 60 ml
Data Penimbangan :
No
1.
2.
3.

Bahan
sulfaguanidin
Sulfamerazin
Sulfadimidin

Penimbangan
2004 mg = 2,004 g
2004 mg = 2,004 g
2004 mg = 2,004 g

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Acidum citricum
CMC Na
Methyl paraben
Natrii hyidroxydum
Sirupus simplex
Aethanolum
Pewarna
dan

pengaroma
11.
Aqua destilata
G. Cara Kerja

2400 mg = 2,4 g
600 mg
60 mg
1200 mg = 1,2 g
18 ml
600 ul
0,06 mg
Ad 60 ml

Timbang semua bahan sesuai perhitungan

Buat CMC Na dengan cara panas

Timbang CMC Na sesuai

formula, taburkan pada sebagian air (40ml), didihkan dan aduk ad


terbentuk larutan kental dan jernih serta homogen, dinginkan
Basahi tri sulfa dengan NaOh, aduk ad homogeny
Tambahkan larutan CMC Na yang sudah dibuat, ad homogeny
Tambahkan dengan sirupus simplek 18 ml, aduk ad homogeny
Sementara itu larutan asam sitrat dengan air dan metal paraben
dengan alcohol lalu tambahkan dengan campuran sebelumnya
Tambahkan essen dan flavor secukupnya dan aduk ad homogeny
Masukan dalam wadah yang sesuai yang sudah ditara lalu tambahkan
sisa aquadest hingga 60 ml
Beri etiket
H. Etiket

I. Prosedur Kontrol Kualitas


1. Organoleptis : warna, bau, rasa
2. Homogenitas : dilihat dibawah lampu, dilihat partikelnya, homogeny atau
tidak
3. Berat jenis
Cara kerja :
a. Timbang berat piknometer kosong dan kering + tutupnya
b. Ukur volume piknometer
Dengan cara :
1) Timbang berat pikno kososng dan kering + tutupnya (misal p gram)
2) Isi piknometer dengan air hingga penuh lalu direndam dengan es
hingga suhu 2 dibawah suhu percobaan
3) Piknometer ditutup, suhu dinaikkan hingga suhu percobaan.
Mestinya bagian air tumpah karena pemuaian. Lalu air yang
menempel di piknometer dibersihkan
4) Timbang piknometer beserta isinya (misal p + a gram)
5) Hitung massa air {(p + a ) p} gram
6) Volume piknometer tersebut sama dengan volume air

Bj

( berat piknometer+ air )berat piknokosong


volume piknometer
Volume

piknometer

(berat piknometer +air) berat pikno kosong


bj
Hitung bj
Dengan cara :
a) Timbang berat piknometer kosong dan kering + tutunya
b) Isi piknometer dengan suspensi hingga penuh, lalu direndam dalam es
hingga suhunya 2 dibawah suhu percobaan
c) Piknometer ditutup, suhu dinaikkan hingga uhu percobaa. Mestinya bagisn
suspensi tumpah karena pemuaia. Lalu suspensi yang menempel di
piknometer dibersihkan.
d) Timbang piknometer beserta isinya.

Bj =

( berat piknometer+ suspensi ) berat pikno kosong


volume piknometer

4. pH
: Diukur dengan Ph strip
5. Presipitasi
Dengan cara :
a. Gojok sediaan suspensi kemudian masukkan kedalam tabung berskala
b. Amati volume / tinggi sedimentasi dari menit ke 0, 5, 10, 20, 30, 60, 120,
180, 1 hari, 4 hari. Amati supernatannya.
c. Bandingkan tinggi sedimentasi dengan tinggi volume cairan mula-mula
sebagai volume sedimentasi
d. Volume sedimentasi = Hu / Ho
5. Redispersibilitas :
Lakukan gerakan membalik suspensi yang meengandung sediment sebesar 90
, kemudian ukur waktunya atau jumlah gerakan membalikan yang
dibutuhakan untuk mendispersi kembali seluruh sediment.

J. Hasil
1. Organoleptis
Warna : Merah muda
Bau : Strawberry
Rasa : Pahit ada rasa strawberry
2. Homogenitas
Homogen, tidak ada partikel
3. Berat jenis
a. Volume piknometer
Replikasi I :
Berat pikno kosong (p)
Berat pikno + air (p + a)
Densitas air (Da)
Berat air (p+a) - p

16,3 g
41,2 g
0,99 g / ml
41,2 g 16,3 g = 24, 9 g

24,9 g
0,99 g /ml

Vol air / vol pikno

= 25,15 ml
Replikasi II :
Berat pikno kosong (p)
Berat pikno + air (p + a)
Densitas air (Da)
Berat air ( p + a ) p
Vol air / Vol pikno

16,2 g
41,1 g
0,99 g/ml
41,1 g 16,2 g = 24,9 g
24,9 g
0,99 g /ml
= 25,15 ml

Replikasi III :
Berat pikno kosong (p)
Berat pikno + air (p + a)
Densitas air (Da)
Berat air (p + a) - p
Vol air / Vol pikno

16,2 g
41,1 g
0,99 g/ml
41,1 g 16,2 g = 24,9 g
24,9 g
0,99 g /ml
= 25,15 ml

X=

25,15 ml +25,15 ml+25,15 ml


3

= 25,15 ml
b. Volume suspensi
Berat pikno kosong (p) 16,2 g
Berat pikno + suspensi 43,9 g
(p + s)
Berat zat (p + s) - p
BJ

43,9 g 16,2 g = 27,61 g

( berat piknometer+ suspensi ) berat pikno kosong


volume piknometer

27,61 g
25,15 ml

= 1,09 g/ml

4. Ph = 6 (Asam)
5. Presipitasi
Waktu
(menit)

Tinggi mula-mula
(cm)

Tinggi sedimen
(cm)

0
5
10
20
30
60
120
1 hari
4 hari

6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5

6,5
6,5
6,2
6,1
6
6
5,9
5,8
5,5

Tinggi sedimen
Tinggi mulamula
1
1
0,95
0,93
0,92
0,92
0,90
0,89
0,84

6. Resdipersibilitas
Sediaan suspensi yang dibuat saat dilakukan gerakan membalik (90 0)
waktu yang dibutuhkan suspensi untuk mendispersi kembali seluruh
sedimen adalah 5 detik 4 kali gerakan

K. Pembahasan
Pada praktikum kali ini adalah membuat suspensi. Suspensi adalah
sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut,
terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak
boleh cepat mengendap. Jika dikocok perlahan-lahan endapan harus segera
terdispersi kembali, dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas
suspensi.
Pada praktikum, hal yang pertama kali dilakukan adalah pembuatan
suspensi. Setelah itu dilakukan uji kontrol kualitas sediaan yang meliputi
organoleptis, homogenitas, berat jenis, Ph, presipitasi, redispersibilitas, dan
viskositas. Pada uji viskositas tidak dilakukan karena keterbatasan alat.
Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati secara fisik yang berupa
pengamatan warna, bau, dan rasa. Pada uji ini yang diperoleh yaitu warna merah
muda, dengan bau aroma strawberry, dan rasa pahit ada rasa strawberry.
Suspensi yang baik tidak berubah warna, bau, dan rasa. Setelah itu dilakukan uji
homogenitas dengan melihat sediaan di bawah lampu, suspensi yang baik akan
terlihat homogen.
Pada uji pH dilakukan dengan cara mencelupkan indicator pH ke
dalam suspensi, kemudian dibandingakn perubahan warna yang terjadi pada
indicator dengan tabel perubahan warna. Pada uji ini diperoleh pH suspensi

yaitu 6. pH standar suspensi menurut Kulsherta, Singh, dan Wall (2009) antara
5-7.
Pada uji presipitasi di menit ke 5 belum terjadi endapan, endapan mulai
terjadi pada menit ke-10 yaitu dengan tinggi sedimen 6,2 cm. Selanjutnya pada
menit ke-20 sampai hari ke-4 terbentuk endapan dengan selisih yang sangat
sedikit. Endapan yang terbentuk pada suspensi harus dengan mudah
didispersikan kembali dengan pengocokan sedangkan agar menghasilkan suatu
sistem homogen maka pengukuran volume endapan dan mudah mendispersi
membentuk

dua prosedur evaluasi dasar yang paling umum. Volume

sedimentasi yaitu mempertimbangkan rasio tinggi akhir endapan (Hu) terhadap


tinggi awal (Ho) pada waktu suspensi mengendap dalam suatu kondisi standar.
Setelah itu dilakukan uji redispersibilitas. Daya kocok sedimen dapat
dilakukan dengan gerak membalik suspensi yang mengandung sedimen sebesar
900

kemudian dapat diukur waktunya atau jumlah gerak membalik yang

dibutuhkan untuk mendipersi kembali seluruh sedimen. Pada praktikum ini


sediaan suspensi yang dibuat saat dilakukan gerakan membalik (90 0) waktu yang
dibutuhkan suspensi untuk mendispersi kembali seluruh sedimen adalah 5 detik
4 kali gerakan.

L. Kesimpulan
1. Telah dilakukan praktikum pembuatan suspensi dan uji kontrol kualitasnya.
2. Uji kontrol kualitas yang dilakukan meliputi organoleptik, homogenitas, berat
jenis, pH, presipitasi, dan redispersibilitas. Uji viskositas tidak dilakukan
karena keterbatasan alat.
3. Pada uji organoleptis sampai hari ke-4 suspensi tidak mengalami perubahan
warna, bau dan rasa.
4. Pada uji pH suspensi dikatakan memenuhi persyaratan yaitu antar 5-7
5. Pada uji presipitasi antara menit ke-0 sampai hari ke-4 terbentuk endapan
dengan selisih yang sedikit.
6. Pada uji redispersibilitas waku yang dibutuhkan suspensi untuk mendispersi
kembali seluruh sedimen adalah 5 detik 4 kali gerakan.

M. Daftar Pustaka
Anief M., 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia IV, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai