Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan berkembangnya sistem keuangan syariah yang ada di belahan
dunia membawa prospek yang baik khususnya bagi masayrakat Indonesia yang
mayoritas penduduknya beragama Islam untuk senantiasa menggunakan fasilitas
produk pembiayaan keuangan yang berbasis syariah yang menerapkan system bagi hasil
bila mendapatkan keuntungan dan saling menanggung resiko bila terjadi kerugian
dalam usahanya. Dengan banyaknya produk yang ditawarkan dan banyaknya pula
transaksi yang berkaitan dengan pembiayaan syariah salah satunya produk yang sering
terdenagr oleh kita adalah pembiayaan Musyarakah dimana produk ini merupakan
bagian dari akad Ijarah yang bersifat Profit (memaksimalisasikan keuntungan).
Pembiayaan Musyarakah yang kian diminati oleh para nasabah dan pemodal
untuk berinvestasi dalam sebuah kegiatan usaha dimana sisetem operasionalnya yaitu
denagn menggabungkan modal dari dua pihak atau lebih baik berupa keahlian maupun
berbentuk dana.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai akad Musyarakah alangkah baiknya kita
simak dan telusuri pada pembahasan makalah yang telah saya buat untuk memeperkaya
pengetahuan kita tentang Operasional Keuangan Syariah yang berdasarkan akad
Musyarakah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Musyarakah Dalam PSAK No. 106?
2. Apa Saja Jenis Akad Musyarakah ?
3. Apa Dasar Syariah ?
4. Bagaimana Ilustrasi Pencatatan Akuntansi Musyarakah (PSAK 106)?
5. Bagaimana Penerapan Akuntansi Musyarakah Pada Bank Syariah ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Definisi Musyarakah Dalam PSAK No. 106
1

2.
3.
4.
5.

Mengetahui Apa Saja Jenis Akad Musyarakah


Mengetahui Apa Dasar Syariah
Memahami Bagaimana Ilustrasi Pencatatan Akuntansi Musyarakah (PSAK 106)
Memahami Bagaimana Penerapan Akuntansi Musyarakah Pada Bank Syariah

BAB II
PEMBAHASAN
2

2.1 Definisi Musyarakah Dalam PSAK No. 106


Pernyataan PSAK No. 106 diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi
musyarakah. Dan pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas
obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad musyarakah.
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan
bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan
porsi kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kas atau asset non kas yang
diperkenankan oleh syariah. Istilah lain dari musyarkah adalah Sharikah atau syirkah
atau kemitraan.
Musyarakah Permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra
ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad (PSAK No. 106 par
04). Contohnya, antara mitra A dan mitra B yang melakukan akad musyarakah
menanamkan modal yang jumlah awal masing masing Rp 20.000.000, maka sampai
akhir masa akad syirkah modal mereka masing masing tetap Rp 20.000.000.
Musyarakah Menurun/Musyarakah Mutanaqisah adalah musyarakah dengan ketentuan
bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya
sehingga bagian dananya akan menurun dan pada akhir masa akad mitra lain tersebut
akan menjadi pemilik penuh usaha musyarakah tersebut. (PSAK No. 106 par 04)
contohnya, antara Mitra A dan Mitra B melakukan akad musyarakah, mitra B
menanamkan Rp 10.000.000 dan Mitra A menanamkan Rp 20.000.000. seiring
berjalannya kerja sama akad musyarakah tersebut, modal Mitra B Rp 10.000.000
tersebut akan beralih kepada Mitra A melalui pelunasan secara bertahap yang dilakukan
oleh Mitra A.
Pada dasarnya, atas modal yang ditanamkan tidak boleh ada jaminan dari mitra lainnya
karena bertentangan dengan prinsip untung muncul bersama risiko (al ghunmu bi al
ghurmi). Namun demikian, untuk mencegah mitra melakukan kelalaian, melakukan
kesalahan yang disengaja atau melanggar perjanjian yang sudah disepakati,
diperbolehkan meminta jaminan dari mitra lain atau pihak ketiga. Tentu saja jaminan ini
baru dapat dicairkan apabila terbukti ia melakukan penyimpangan. PSAK No.106 par 7

memberikan beberapa contoh kesalahan yang disengaja yaitu: (a) pelanggaran terhadap
akad; antara lain, penyalahgunaan dana investasi, manipulasi biaya dan pendapatan
operasional, atau (b) pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.
Dalam musyarakah, dapat ditemukan aplikasi ajaran Islam tentang taawun (gotong
royong), ukhuwah (persaudaraan) dan keadilan. Keadilan sangat terasa ketika
penentuan nisbah untuk pembagian keuntungan yang bisa saja berbeda dari porsi modal
karena disesuaikan oleh faktor lain selain modal misalnya keahlian, pengalaman,
ketersediaan waktu dan sebagainya. Selain itu keuntungan yang dibagikan kepada
pemilik modal merupakan keuntungan riil, bukan merupakan nilai nominal yang telah
ditetapkan sebelumnya seperti bunga/riba. Prinsip keadilan juga terasa ketika orang
yang punya modal lebih besar akan menanggung risiko finansial yang juga lebih besar.
Untuk menghindari persengketaan di kemudian hari, sebaiknya akad kerja sama dibuat
secara tertulis dan dihadiri oleh para saksi. Akad atau perjanjian tersebut harus
mencakup berbagai aspek antara lain terkait dengan besaran modal dan penggunaannya
(tujuan usaha musyarakah), pembagian kerja di antara mitra, nisbah yang digunakan
sebagai dasar pembagian laba dan periode pembagiannya dan lain sebagainya. Apabila
terjadi hal yang tidak diinginkan, atau terjadi persengketaan, para pihak dapat merujuk
kepada kontrak yang telah disepakati bersama.
2.2 Jenis Akad Musyarakah
1. Berdasarkan Eksistensi
a) Syirkah Al Milk
Mengandung arti kepemilikan bersama (co-ownership) yang keberadaanya
muncul apabila dua orang atau lebih memperoleh kepemilikan bersama (joint
ownership) atas suatu kekayaan (aset). Misalnya, dua orang atau lebih menerima
warisan/hibah/wasiat sebidang tanah atau harta kekayaan atau perusahaan baik yang
dapat dibagi atau tidak dapat dibagi bagi. Contoh lain, berupa kepemilikan suatu
jenis barang (misalnya, rumah) yang dibeli bersama. Dalam hal ini, para mitra harus
berbagi atas harta kekayaan tersebut berikut pendapatan yang dapat dihasilkannya
sesuai dengan porsi masing masing sampai mereka memutuskan untuk membagi
atau menjualnya.
Untuk tetap menjaga kelangsungan kerja sama, pengambilan keputusan yang
menyangkut harta bersama kecuali atas izin mitra yang bersangkutan. Syirkah Al
4

Milk

kadang

bersifat

ikhtiariyyah

(ikhtiari/sukarela/voluntary)

atau

jabariyyah(jabari/tidak sukarela/involuntary).
Apabila harta bersama (warisan/hibah/wasiat) dapat dibagi, namun para mitra
memutuskan untuk tetap memilikinya bersama, maka syirkah al milk tersebut
bersifat ikhtiari (sukarela/voluntary). Contoh lain dari syirkah jenis ini adalah
kepemilikan suatu jenis barang (misalnya, rumah) yang dibeli secara bersama.
Namun, apabila barang tersebut tidak dapat dibagi bagi dan mereka terpaksa
harus memilikinya bersama, maka syirkah al mil tersebut bersifat jabari (tidak
sukarela/involuntary/terpaksa). Misalnya, syirkah di antara ahli waris terhadap harta
warisan tertentu, sebelum dilakukan pembagian.
b) Syirkah Aluqud (kontrak).
Syirkah Aluqud ( kontra ) yaitu kemitraan yang tercipta dengan kesepakatan
dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Setiap
mitra dapat berkontribusi dengan modal/dana dan atau dengan bekerja, serta berbagi
keuntungan dan kerugian. Syirkah jenis ini dapat dianggap sebagai kemitraan yang
sesungguhnya, karena para pihak yang bersangkutan secara sukarela berkeinginan
untuk membuat suatu kerja sama investasi dan berbagi untung dan risiko. Berbeda
dengan syirkah al milk, dalam kerja sama jenis ini setiap mitra dapat bertindak
sebagai wakil dari pihak lainnya Syirkah Aluqud dapat dibagi menjadi sebagai
berikut.
c) Syirkah Abdan
Syirkah Abdan (syirkah fisik), disebut juga syirkah amal (syirkah kerja) atau
syirkah shanaai (syirkah para tukang) atau syirkah taqabbul (syirkah penerimaan).
Syirkah Abdan adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih dari kalangan
pekerja/profesional di mana mereka sepakat untuk bekerja sama mengerjakan suatu
pekerjaan dan berbagi penghasilan yang diterima.
Para mitra mengkontribusikan keahlian dan tenaganya untuk mengelola bisnis
tanpa menyetorkan modal. Hasil atau upah dari pekerjaan tersebut dibagi sesuai
dengan kesepakatan mereka. Contoh: kerja sama antara para akuntan, dokter, ilmu
hukum, tukang jahit, tukang bangunan dan lainnya.
5

Dalam syirkah abdan, jenis keahlian yang dimiliki para mitra dapat sama atau
berbeda, demikian juga dengan waktu yang dicurahkan atau alokasi kerja pun dapat
sama atau berbeda. Para mitra bebas menentukan siapa yang menjadi pemimpin dan
pelaksana. Dalam setiap pekerjaan yang disepakati oleh seorang mitra mengikat
mitra lainnya.
d) Syirkah Wujuh.
Syirkah Wujuh adalah kerja sama antara dua pihak di mana masing masing
pihak sama sekali tidak menyertakan modal. Mereka menjalankan usahanya
berdasarkan kepercayaan pihak ketiga. Masing masing mitra menyumbangkan
nama baik, reputasi, credit worthiness, tanpa menyetorkan modal. Contohnya: dua
orang atau lebih membeli sesuatu barang tanpa modal atau dengan kredit, yang ada
hanyalah nama baik mereka dan kepercayaan para pedagang terhadap mereka, dan
keuntungan yang diperoleh adalah untuk mereka. Setiap mitra menjadi penanggung
dan agen bagi mitra yang lainnya, dengan kata lain pembelian barang tersebut
ditanggung bersama. Keuntungan dibagi kepada para mitra berdasarkan kesepakatan
bersama.
e) Syirkah Inan.
Syirkah Inan (negosiasi) adalah bentuk kerja sama di mana posisi dan
komposisi pihak pihak yang terlibat di dalamnya adalah tidak sama, baik dalam
hal modal maupun pekerjaan. Tanggung jawab para mitra dapat berbeda dalam
pengelolaan usaha. Setiap mitra bertindak sebagai kuasa (agen) dari kemitraan itu,
tetapi bukan merupakan penjamin bagi mitra usaha lainnya. Namun demikian,
kewajiban terhadap pihak ketiga adalah sendiri sendiri, tidak ditanggung secara
bersama sama.
Setiap mitra bertindak sebagai agen untuk kepentingan pihak laindan terbatas
hanya pada hubungan di antara para mitra. Dalam arti, hanya mitra yang melakukan
transaksi yang bersangkutan saja yang dapat mengajukan gugatan kepada pihak lain
yang telah melakukan hubungan perjanjian dengannya, dan pihak ketiga tersebut
hanya dapat melakukan tindakan hukum terhadap mitra yang melakukan hubungan
perjanjian dengannya saja. Hal ini disebabkan karena dalam kemitraan inan, di
antara para mitra hanya saling memberikan kuasa, tetapi tidak saling memberikan
6

penjaminan. Sebagai konsekuensinya, seorang

mitra tidak bertanggung jawab

terhadap kewajiban yang dibuat oleh mitra lainnya. Utang yang diperoleh oleh
seorang mitra atau yang diberikan oleh seorang mitra tidak dapat ditagih kepada
atau dituntut oleh para mitra yang lain.
Keuntungan yang diperoleh akan dibagi pada para mitra sesuai kesepakatan
sedangkan kerugian akan dibagi secara proporsional sesuai dengan kontribusi
modal.
f) Syirkah Mufawwadhah.
Syirkah Mufawwadhah adalah bentuk kerja sama di mana posisi dan komposisi
pihak pihak yang terlibat di dalamnya harus sama, baik dalam hal modal,
pekerjaan, agama, keuntungan maupun risiko kerugian. Masing masing mitra
memiliki kewenangan penuh untuk bertindak bagi dan atas nama pihak yang lain.
Konsekuensinya, setiap mitra sepenuhnya bertanggung jawab atas tindakan
tindakan hukum dan komitmen komitmen dari para mitra lainnya dalam segala hal
yang menyangkut kemitraan ini.
Dengan demikian, tuntutan pihak ketiga dapat diajukan kepada setiap mitra, dan
secara bersama sama bertanggung jawab atas kewajiban (liabilities) kemitraan
tersebut, sepanjang kewajiban (liabilities) yang ada memang timbul dari operasi
bisnis syirkah tersebut. Sebaliknya, setiap mitra dapat mengajukan tuntutan terhadap
pihak ketiga tanpa perlu memperhatikan apakah mitra yang bersangkutan terlibat
langsung dengan transaksi yang menimbulkan tuntutan itu. Bentuk syirkah ini mirip
seperti firma, namun dalam firma jumlah modal yang disetorkan tidak harus sama.
Terlepas dari jenisnya, akad kerja sama dibolehkan secara syariah asalkan
memenuhi rukun dan ketentuan syariahnya.

2. Musyarakah Menurun/Musyarakah Mutanaqisah


Musyarakah Menurun/Musyarakah Mutanaqisah adalah musyarakah dengan
ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra
7

lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan pada akhir masa akad mitra
lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha musyarakah tersebut. (PSAK No.
106 par 04) contohnya, antara Mitra A dan Mitra P melakukan akad musyarakah,
mitra P menanamkan Rp 10.000.000 dan Mitra A menanamkan Rp 20.000.000.
seiring berjalannya kerja sama akad musyarakah tersebut, modal Mitra P Rp
10.000.000 tersebut akan beralih kepada Mitra A melalui pelunasan secara bertahap
yang dilakukan oleh Mitra A.
2.3 Dasar Syariah
1) Sumber Hukum Akad Musyarakah
a. Al Quran
Maka mereka berserikat pada sepertiga. (QS 4:12)
Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang orang yang berserikat itu sebagian
mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh. (QS 38:24).
b. As Sunnah
Hadis Qudsi: Aku (Allah) adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat,
sepanjang salah seorang dari keduanya tidak berkhianat terhadap lainnya. Apabila
seseorang berkhianat terhadap lainnya maka Aku keluar dari keduanya.(HR. Abu
Dawud dan Al Hakim dari Abu Hurairah)
Pertolongan Allah tercurah atas dua pihak yang berserikat, sepanjang keduanya
tidak saling berkhianat. (HR. Muslim)
Berdasarkan keterangan Al Quran dan Hadis tersebut, pada prinsipnya seluruh
ahli fiqih sepakat menetapkan bahwa hukum musyarakah adalah mubah, meskipun
mereka masih mempersilahkan keabsahan hukum dari beberapa jenis akad
musyarakah.

2) Rukun dan Ketentuan Syariah dalam Akad Musyarakah


Prinsip dasar yang dikembangkan dalam syirkah adalah prinsip kemitraan dan
kerja sama antara pihak pihak yang terkait untuk meraih kemajuan bersama.
8

Unsur unsur yang harus ada dalam akad musyarakah atau rukun musyarakah ada
empat, yaitu:
1.

Pelaku terdiri atas para mitra.

2.

Objek musyarakah berupa modal dan kerja.

3.

Ijab kabul/serah terima.

4.

Nisbah keuntungan.

Ketentuan syariah
1. Pelaku: Para mitra harus cakap hukum dan baligh.
2. Objek musyarakah: Objek musyarakah merupakan suatu konsekuensi dengan
dilakukannya akad musyarakah yaitu harus ada :
a. Modal
Modal yang diberikan harus tunai.
Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, perak, aset
perdagangan, atau aset tidak berwujud seperti lisensi, hak paten, dan
sebagainya.
Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka harus
ditentukan nilai tunainya terlebih dahulu dan harus disepakati bersama.
Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur. Tidak dibolehkan
pemisahan modal dari masing masing pihak untuk kepentingan khusus.
Misalnya, yang satu khusus membiayai pembelian bangunan, dan yang lain
untuk membiayai pembelian perlengkapan kantor.
Dalam kondisi normal, setiap mitra memiliki hak untuk mengelola aset
kemitraan.
Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama usaha musyarakah, demikian
juga meminjamkan uang kepada pihak ketiga dari modal musyarakah,
menyumbang atau menghadiahkan uang tersebut. Kecuali, mitra lain telah
menyepakatinya.
Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan
modal itu untuk kepentingannya sendiri.
Pada prinsipnya dalam musyarakah tidak boleh ada pinjaman modal,
seorang mitra tidak bisa menjamin modal mitra lainnya, karena musyarakah
9

didasarkan prinsip al ghunmu bi al ghurmihak untuk mendapat keuntungan


berhubungan dengan risiko yang diterima. Namun demikian, seorang mitra
dapat meminta mitra lain menyediakan jaminan dan baru dapat dicairkan
apabila mitra tersebut melakukan kelalaian atau kesalahan yang disengaja.
Modal yang ditanamkan tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek
atau investasi yang dilarang oleh syariah.
b. Kerja
Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan
musyarakah.
Tidak dibenarkan bila salah seorang di antara mitra menyatakan tidak ikut
serta menangani pekerjaan dalam kemitraan tersebut.
Meskipun porsi kerja antara satu mitra dengan mitra lainnya tidak harus
sama. Mitra yang porsi kerjanya lebih banyak boleh meminta bagian
keuntungan yang lebih besar.
Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya.
Para mitra harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah.
Seorang mitra yang melaksanakan pekerjaan di luar wilayah tugas yang ia
sepakati, berkah mempekerjakan orang lain untuk menangani pekerjaan
tersebut. Jika ia sendiri yang melakukan pekerjaan itu, ia berhak menerima
upah yang sama dengan yang dibayar untuk pekerjaan itu di tempat lain,
karena biaya pekerjaan tersebut merupakan tanggungan musyarakah.
Jika seorang mitra mempekerjakan pekerja lain untuk melaksanakan tugas
yang menjual bagiannya, biaya yang timbul harus ditanggungnya sendiri.

3. Ijab kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak pihak pelaku
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
menggunakan cara cara komunikasi modern.
4. Nisbah.

10

a. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh


para mitra di awal akad sehingga risiko perselisihan di antara para mitra
dapat dihilangkan.
b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
c. Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar perhitungan
keuntungan tersebut misalnya bagi hasil atau bagi laba.
d. Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan
tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.
e. Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri dengan
menyatakan nilai nominal tertentu karena hal ini sama dengan riba dan dapat
melanggar prinsip keadilan dan prinsip untung muncul bersama risiko (al
ghunmu bi al ghurmi).
f. Pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diperbolehkan
mengalokasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati, misalnya
untuk organisasi kemampuan tertentu atau untuk cadangan (reserve).
Apabila terjadi kerugian akan dibagi secara proporsional sesuai dengan porsi
modal dari masing masing mitra. Dalam musyarakah yang berkelanjutan
(going concern) dibolehkan untuk menunda alokasi kerugian dan
dikompensasikan dengan keuntungan pada masa masa berikutnya.
Sehingga nilai modal musyarakah adalah tetap sebesar jumlah yang
disetorkan dan selisih dari modal adalah merupakan keuntungan atau
kerugian.
3) Berakhirnya Akad Musyarakah
Akad Musyarakah akan berakhir, jika:
1. Salah seorang mitra menghentikan akad.
2. Salah seorang mitra meninggal, atau hilang akal. Dalam hal ini mitra yang
meninggal atau hilang akal dapat digantikan oleh salah seorang ahli warisnya
yang cakap hukum (baligh dan berakal sehat) apabila disetujui oleh semua ahli
waris lain dan mitra lainnya.
3. Modal musyarakah hilang atau habis. Apabila salah satu mitra keluar dari
kemitraan baik dengan mengundurkan diri, meninggal atau hilang akal maka
kemitraan tersebut dikatakan bubar. Karena musyarakah berawal dari
11

kesepakatan untuk bekerja sama dan dalam kegiatan operasional setiap mitra
mewakili mitra lainnya. Dengan salah seorang mitra tidak ada lagi berarti
hubungan perwakilan itu sudah tidak ada.
2.4 Ilustrasi Pencatatan Akuntansi Musyarakah (PSAK 106)
Perlakuan akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat dari dua sisi pelaku
yaitu mitra aktif dan mitra pasif. Yang dimaksud mitra aktif adalah pihak yang
mengelola usaha musyarakah baik mengelola sendiri ataupun menunjuk pihak lain
untuk mengelola atas namanya, sedangkan mitra pasif adalah pihak yang tidak ikut
mengelola usaha (biasanya adalah lembaga keuangan). Mitra aktif adalah pihak yang
bertanggung jawab untuk melakukan pengelolaan sehingga mitra aktif yang akan
melakukan pencatatan akuntansi, atau jika dia menunjuk pihak lain mengelola usaha
maka pihak tersebut yang akan melakukan pencatatan akuntansi.
Pada hakikatnya, pencatatan atas semua transaksi usaha musyarakah harus
dipisahkan dengan pencatatan lainnya. Untuk memudahkan ilustrasi, kami akan
mencatat transaksi usaha musyarakah seolah olah ditunjuk pihak lain untuk
melakukan pencatatan akuntansi, walaupun pencatatannya masih di bawah tanggung
jawab mitra aktif.
Akuntansi untuk Mitra Aktif dan Mitra Pasif
Akuntansi untuk mitra aktif dan mitra pasif masih dianggap sama, karena dalam
ilustrasi ini pencatatan akuntansi untuk usaha musyarakah dilakukan oleh pihak ketiga
yang ditunjuk agar lebih mudah diilustrasikan. Oleh karena pada hakikatnya jurnal yang
dibuat oleh pihak ketiga atau mitra aktif adalah sama. Perbedaannya jika pencatatan
dilakukan oleh mitra aktif, maka ia harus membuat akun buku besar pembantu untuk
memisahkan pencatatan dari transaksi musyarakah dengan transaksi lainnya. Sementara
apabila ada perbedaan perlakuan akuntansi untuk mitra aktif dan mitra pasif menurut
PSAK, penulis akan menjelaskan lebih lanjut.
1. Pengakuan Investasi Musyarakah.
Investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau aset nonkas untuk
usaha musyarakah.
2. Biaya PraAkad.

12

Biaya praakad yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi
kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada
persetujuan dari seluruh mitra musyarakah.
a. Jurnal untuk mitra aktif pada saat mengeluarkan biaya:
Uang Muka Akad

xxx

Kas

xxx

b. Apabila mitra lain sepakat biaya ini dianggap sebagai bagian investasi
musyarakah maka dicatat sebagai penambah nilai investasi musyarakah.
Investasi Musyarakah

xxx

Uang Muka Akad

xxx

c. Apabila mitra lain tidak setuju biaya ini dianggap sebagai bagian investasi
musyarakah maka akan dicatat sebagai beban. Jurnal:
Beban Musyarakah

xxx

Uang Muka Akad

xxx

3. Pengukuran Investasi Musyarakah


Penyerahan kas atau aset nonkas sebagai modal untuk investasi musyarakah
a. Apabila investasi dalam bentuk kas akan dinilai sebesar jumlah yang akan
diserahkan, maka jurnal:

Investasi MusyarakahKas

xxx

Kas

xxx

b. Apabila investasi dalam bentuk aset nonkas, maka dinilai sebesar nilai wajar
dan jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih besar dari nilai buku,
maka oleh mitra aktif selisihnya akan dicatat dalam akun selisih penilaian aset
musyarakah (dilaporkan dalam bagian ekuitas). Jurnal :

13

Investasi MusyarakahAset Nonkas xxx


Akumulasi Penyusutan

xxx

Selisih Penilaian Aset Musyarakah

xxx

(sebagai bagian ekuitas)


Aset Nonkas

xxx

c. Selisih penilaian aset musyarakah tersebut diamortisasi selama masa akad


musyarakah menjadi keuntungan. Jurnal:
Selisih Penilaian Aset Musyarakah xxx
Keuntungan

xxx

Untuk mitra pasif, akun selisih penilaian aset musyarakah digantikan dengan akun
keuntungan tangguhan dan diamortisasikan selama masa akad. Apabila aset nonkas
dikembalikan di akhir akad maka akun investasi musyarakah nonkas akan berkurang
nilainya sebesar beban penyusutan aset yang diserahkan dikurangi dengan amortisasi
keuntungan tangguhan.
a. Jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih kecil dari nilai buku, maka
selisihnya dicatat sebagai kerugian dan diakui pada saat penyerahan aset
nonkas.

Jurnal:
Investasi Musyarakah

Xxx

Akumulasi Penyusutan

Xxx

Kerugian Penurunan Nilai

Xxx

Aset Nonkas

xxx
14

Apabila investasi dalam bentuk aset nonkas dan di akhir akad akan diterima kembali
maka atas aset nonkas musyarakah disusutkan berdasarkan nilai wajar, dengan masa
manfaat berdasarkan masa akad atau masa manfaat ekonomis aset.
Jurnal:
Beban Depresiasi

Xxx

Akumulasi Depresiasi

xxx

4. Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan atau kelugian.


Jurnal laba :
Kas/Piutang

Xxx

Pendapatan Bagi Hasil

xxx

Jurnal rugi :
Kerugian

Xxx

Penyisihan Kerugian

xxx

5. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan di akhir akad
dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar aset nonkas yang disepakati
ketika aset tersebut diserahkan. Maka ketika akad musyarakah berakhir, aset
nonkas akan dilikuidasi/dijual terlebih dahulu dan keuntungan atau kerugian dari
penjualan aset ini (selisih antara nilai buku dengan nilai jual) didistribusikan pada
setiap mitra sesuai nisbah.
Ketika pelunasan dengan asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan penjualan aset
nonkas menghasilkan keuntungan, maka jurnal:
Kas

Xxx
Investasi Musyarakah

Xxx

Keuntungan

Xxx

15

Ketika pelunasan dengan asumsi ada penyisihan kerugian dan penjualan aset
nonkas menghasilkan keuntungan, maka jurnal:
Kas

Xxx

Penyisihan Kerugian

Xxx

Investasi Musyarakah

xxx

Keuntungan

xxx

Pencatatan pada akhir akad.


a. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa kas. Jika tidak ada kerugian,
maka jurnal:
Kas

xxx
Investasi Musyarakah

Xxx

Jika ada kerugian, maka jurnal:


Kas

xxx

Penyisihan Kerugian

xxx

Investasi Musyarakah

Xxx

b. Apabila modal investasi berupa aset nonkas, dan dikembalikan dalam bentuk
aset nonkas yang sama pada akhir akad. Jika tidak ada kerugian, maka jurnal:

Aset Nonkas

xxx

Investasi Musyarakah

xxx

Jika ada kerugian, mitra yang menyerahkan aset nonkas harus menyetorkan uang
sebesar nilai kerugian, maka jurnal:
Penyisihan Kerugian

xxx

Kas

xxx
16

Aset Nonkas

xxx

Investasi Musyarakah

Xxx

6. Bagian mitra aktif jenis akad musyarakah menurun (dengan pengembalian dana
mitra secara bertahap) nilai investasi musyarakahnya sebesar jumlah kas atau nilai
wajar aset nonkas yang diserahkan pada awal akad ditambah jumlah dana syirkah
temporer yang telah dikembalikan pada mitra pasif dikurangi rugi jika ada.
Sedangkan bagian mitra pasif nilai investasi musyarakahnya sebesar kas atau nilai
wajar aset yang diserahkan pada awal akad dikurangi dengan pengembalian dari
mitra aktif jika ada.
7. Penyajian.
Mitra pasif menyajikan hal hal yang terkait dengan usaha musyarakah dalam
laporan keuangan sebagai berikut.
a. Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan sebagai
investasi musyarakah.
b. Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang diserahkan pada
nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari investasi
musyarakah.
8. Pengungkapan.
Mitra mengungkapkan hal hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak
terbatas, pada:
a. Isi kesempatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana, pembagian hasil
usaha, aktivitas usaha musyarakah, dan lain lain.
b. Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif.
c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.
Akuntansi untuk Pengelola Dana
17

Akuntansi untuk pengelola musyarakah dilakukan oleh mitra aktif atau pihak
yang mewakilinya.
1. Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif atau mitra aktif diakui sebagai dana
syirkah temporer sebesar:
a. Jumlah yang diterima untuk penerimaan dalam bentuk kas dan jurnal:
Kas

xxx
Dana Syirkah Temporer

xxx

Selanjutnya untuk dana syirkah temporer harus dipisahkan (dalam bentuk sub
ledger) antara dana yang berasal dari mitra aktif atau mitra pasif.
b. Nilai wajar untuk penerimaan dalam bentuk aset nonkas, maka akan dicatat
sebesar nilai wajarnya dan jurnal:
Aset Nonkas

xxx

Dana Syirkah Temporer

xxx

Apabila di akhir akad aset nonkas tidak dikembalikan maka yang mencatat beban
depresiasi adalah usaha musyarakah atas dasar nilai wajar dan disusutkan selama
masa akad atau selama umur ekonomis. Sedangkan jika dikembalikannya, yang
mencatat beban depresiasi adalah mitra yang menyerahkan aset nonkas sebagai
modal investasinya.
Beban Depresiasi

xxx

Akumulasi Depresiasi

Xxx

c. Pencatatan untuk pembagian laba untuk mitra aktif dan pasif


Saat mencatat pendapatan:
Kas/Piutang

xxx

Pendapatan

xxx

Saat mencatat beban:

18

Beban

xxx
Kas/Utang

xxx

Jurnal penutup yang dibuat di akhir periode (apabila diperoleh


keuntungan):
Pendapatan

xxx

Beban

xxx

Pendapatan yang Belum Dibagikan

Xxx

Jurnal ketika dibagihasilkan kepada pemilik dana:


Beban Bagi Hasil Musyarakah

xxx

Utang Bagi Hasil Musyarakah

xxx

Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil:


Utang Bagi Hasil Musyarakah

xxx

Kas

xxx

Pada akhir periode, akun pendapatan yang belum dibagikandan beban


bagi hasil ditutup. Jurnal:
Pendapatan yang Belum Dibagikan xxx
Beban Bagi Hasil

xxx

Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian:


Pendapatan

xxx

Penyisihan Kerugian

xxx

Beban

xxx

Jika kerugian akibat kelalaian mitra aktif atau pengelola usaha, maka kerugian
tersebut ditanggung oleh mitra aktif atau pengelola usaha musyarakah. Jurnal:
Penyisihan KerugianMitra Aktif
19

xxx

Kerugian yang Belum Dialokasikan

xxx

2. Pencatatan yang dilakukan pada akhir akad


a. Apabila dana investasi yang dserahkan berupa kas, maka jurnal:
Dana Syirkah Temporer

xxx

Kas

xxx

Penyisihan Kerugian

xxx

b. Apabila dana investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan di akhir akad
dikembalikan, maka jurnal:
Dana Syirkah Temporer

xxx

Aset Nonkas

xxx

Jika aset harus dikembalikan dan terjadi kerugian maka mitra yang
menyerahkan aset nonkas harus menyerahkan kas untuk menutup kerugian.
Jurnal:
Kas

xxx
Penyisihan Kerugian

xxx

c. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas dan di akhir akad
dikembalikan dalam bentuk kas, maka aset nonkas harus dilikuidasi/dijual
terlebih dahulu dan keuntungan atau kerugian dari penjualan aset ini (selisih
antara nilai buku dengan nilai jual) didistribusikan pada setiap mitra sesuai
kesepakatan. Jika penjualan tersebut menghasilkan keuntungan maka akan
menambah dana mitra. Jurnal:
Kas

xxx

Akumulasi Depresiasi

xxx

Aset Nonkas

Xxx

20

Keuntungan

Xxx

Keuntungan ditutup ke dana syirkah temporer. Jurnal:


Keuntungan

xxx

Investasi Musyarakah

xxx

Jika penjualan tersebut menghasilkan kerugian, akan ditagih kepada mitra,


maka jurnal:
Kas

xxx

Akumulasi Depresiasi

xxx

Penyisihan Kerugian

xxx

Aset Nonkas

xxx

Ketika pelunasan, asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan dari penjualan
aset nonkas mengalami keuntungan. Jurnal:
Dana Syirkah Temporer

xxx

Kas

xxx

Ketika pelunasan, asumsi ada penyisihan kerugian dari penjualan aset nonkas
mengalami keuntungan. Jurnal:

Dana Syirkah Temporer

xxx

Penyisihan Kerugian

xxx

Kas

xxx

3. Penyajian
Pengelola menyajikan hal hal yang terkait dengan usaha musyarakah dalam
laporan keuangan sebagai berikut.
21

a. Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang diterima dari
mitra pasif disajikan sebagai investasi musyarakah.
b. Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai unsur dana
syirkah temporer.
c. Selisih penilaian aset musyarakah (jika ada) disajikan sebagai unsur ekuitas.
2.5 Penerapan Akuntansi Musyarakah Pada Bank Syariah
Seorang pengusaha gergajian mengajukan pembiayaan musyarakah ke sebuah bank
syariah dan disepakati : porsi bank Rp 300 juta, dengan jangka waktu 1 tahun, dan
nisbahnya 50% :50%. Untuk realisasi kerjasama musyarakah sebesar 2 juta.
a. Realisasi porsi bank sebesar Rp 300 juta, berupa dana (tunai), penyertaan bank
langsung dimasukkan ke rekening giro nasabah. Jurnal:
Rekening
Pembiayaan Musyarakah
Giro

Debet
Rp 300.000.000

Kredit
Rp 300.000.000

b. Campuran
- Dana tunai Rp 200 juta oleh Bank langsung disetorkan ke rekening giro nasabah,
Jurnal:
Rekening
Debet
Kredit
Pembiayaan Musyarakah
Rp 200.000.000
Giro
Rp 200.000.000
- Berupa kayu senilai Rp 100 juta, dengan nilai buku Rp 100 juta. Jurnal:
Rekening
Pembiayaan Musyarakah
Persediaan Barang

Debet
Rp 100.000.000

Kredit
Rp 100.000.000

- Jika nilai buku hanya Rp 90 juta, sedangkan nilai tunai sebesar Rp 100 juta,
sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp 10 juta. Jurnal :
Rekening
Pembiayaan Musyarakah
Persediaan Barang

Debet
Rp 100.000.000

Kredit
Rp 100.000.000

22

Rekening
Persediaan barang
Laba Musyarakah

Debet
Rp 10.000.000

Kredit
Rp 10.000.000

Persediaan Barang
Persediaan awal

Rp 90 juta

Laba

Rp 10 juta

Jumlah

Pembiayaan musyarokah

Rp 100 juta

Jumlah

Rp 100 juta

Rp 100 juta

Jika nilai baku sebesar Rp 105 juta, sedangkan nilai pasar wajar adalah RP 100 juta, jadi
rugi Rp 5 juta. Jurnal :
Rekening
Pembiayaan Musyarakah
Persediaan barang

Debet
Rp 100.000.000

Kredit
Rp 100.000.000

Rekening
Rugi musyarakah
Persediaan barang

Debet
Rp 5.000.000

Kredit
Rp 5.000.000

Persediaan barang
Persediaan awal

Jumlah

Rp 105 juta

Rp 105 juta

Pembiayaan Musyarokah

Rp 100 juta

Rugi

RP
Jumlah

5 juta

Rp 105 juta

c. Distribusi biaya musyarakah sebesar Rp 2 juta, misal biaya notaris.


- Jika disepakati biaya notaris menjadi beban bank, maka tidak perlu menggunakan
jurnal
Rekening
Biaya musyarakah

Debet
Rp 2.000.000
23

Kredit

Giro Rp / kas / kliring


Rp 2.000.000
- Jika Bank dan nasabah dibebani pembiayaan separo, lanjutan jurnal poin (a)
>>Beban Bank
Rekening
Debet
Biaya musyarakah
Rp 1.000.000
Rekg transitoris Rp
>>Beban debitur dilimpahkan ke giro nasabah
Rekening

Debet
Rp 1.000.000

Giro
Rekg transitoris

Kredit
Rp 1.000.000

Kredit
Rp 1.000.000

- Saat jatuh waktu pembiayaan musyarakah


a. Kasus I
Berdasarkan perhitungan, terdapat kelebihan dana/ modal (musyarakah) sebesar
Rp 50 juta yang ditampung di rekening giro nasabah (debitur) porsi dana bank
dikembalikan. Jurnal :
>>Pembagian keuntungan (50% x Rp 50 juta)
Rekening
Giro Rp Debitur
Pembiayaan musyarakah
>>Pengembaliaan dana bank
Rekening
Giro Rp Debitur
Pembiayaan musyarakah

Debet
Rp 25.000.000

Kredit
Rp 25.000.000

Debet
Rp 300.000.000

Kredit
Rp 300.000.000

b. Kasus II
Mengalami kerugian sebesar Rp 80 juta akibat kerusakan persediaan barang.
Belum dapat mengembalikan dana bank dikarenakan tertanam dalam piutang yang
24

baru akan dibayar 3 bulan mendatang. Dana yang tersedia untuk angsuran bank
sebesar Rp 200 juta saja. Jurnal :
>>Pengembaliaan porsi dana bank
Rekening
Giro Rp debitur
Pembiayaan musyarakah
>>Distribusi kerugian

Debet
Rp 200.000.000

Kredit
Rp 200.000.000

Misalnya : sesuai perbandingan modal , bank dibebani sebesar Rp 60 juta.


Rekening
Debet
Kredit
Kerugian musyarakah
Rp 60.000.000
Pembiayaan Musyarakah
Rp 60.000.000
Sisa pembiayaan musyarakah sebesar Rp 40 juta masih berupa tagihan.
Perhitungannya = Porsi bank dana yang dikembalikan rugi beban bank
= Rp 300 juta Rp 200 juta Rp 60 juta
Jurnalnya :
Rekening
Piutang musyarokah
Pembiayaan Musyarokah

Debet
Rp 40.000.000

Kredit
Rp 40.000.000

c. Kasus III
Nasabah ternyata membeli kayu gelap senilai Rp 500 juta yang semuanya di sita.
Dana nasabah direkening gironya yang tersedian hanya Rp 100 juta, sisanya akan
diselesaikan 6 bulan lagi dengan menjual asetnya. Jurnal :
>> Kerugian menjadi tanggung jawab nasabah sepenuhnya. Pengembalian dana
bank sebesar Rp 100 juta.
Rekening
Giro Rp debitur

Debet
Rp 100.000.000

Kredit

>> Pengambalian sisa pembiayaan (Rp 200 juta ) 6 bulan mendatang.


Rekening
Piutang Jatuh Tempo

Debet
Rp 200.000.000
25

Kredit

Pembiayaan Musyarokah

Rp 200.000.000

d. Kasus IV
Usaha nasabah macet dan pada akhirnya pembiayaan musyarokah pun ikut macet.
Jurnal : Kerugian usaha : ( tidak ada jurnal yang harus dilakukan oleh bank karena
kerugian disebabkan kesalahan nasabah, tanggung jawab sepenuhnya di bebankan
pada nasabah).
>>Pembiayaan macet, bank masih memiliki hak tagih kepada debitur sebesar Rp
300 juta.
Rekening
Piutang Jatuh Tempo
Pembiayaan Musyarokah

Debet
Rp 300.000.000

Kredit
Rp 300.000.000

e. Kasus V
Jika kesalahn atau kerusakan di luar kekuasaan nasabah, maka kerugian di
tanggung bersama. Jurnal :
Rekening
Kerugian Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah

Debet
Rp 300.000.000

Kredit
Rp 300.000.000

f. Kasus VI
Ketika debitur melarikan dan tidak di ketahui keberadaannya. Proyek gagal dan
pembiayaan macet. Maka bank menderita kerugian total, Jurnal :
Rekening
Kerugian Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah

Debet
Rp 300.000.000

Kredit
Rp 300.000.000

26

BAB II
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pernyataan PSAK No. 106 diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi musyarakah.
Dan pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah
(sukuk) yang menggunakan akad musyarakah.
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di
mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi
dana. Dana tersebut meliputi kas atau asset non kas yang diperkenankan oleh syariah. Istilah
lain dari musyarkah adalah Sharikah atau syirkah atau kemitraan.
Musyarakah Permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra
ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad (PSAK No. 106 par 04).
Musyarakah Menurun/Musyarakah Mutanaqisah adalah musyarakah dengan ketentuan
bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga
bagian dananya akan menurun dan pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi
pemilik penuh usaha musyarakah tersebut.
1. Sumber Hukum Akad Musyarakah
c. Al Quran
d. As Sunnah
2. Rukun dan Ketentuan Syariah dalam Akad Musyarakah
Prinsip dasar yang dikembangkan dalam syirkah adalah prinsip kemitraan dan
kerja sama antara pihak pihak yang terkait untuk meraih kemajuan bersama.
Unsur unsur yang harus ada dalam akad musyarakah atau rukun musyarakah ada
empat, yaitu:
27

1.

Pelaku terdiri atas para mitra.

2.

Objek musyarakah berupa modal dan kerja.

3.

Ijab kabul/serah terima.

4.

Nisbah keuntungan.

Ketentuan syariah
1. Pelaku: Para mitra harus cakap hukum dan baligh.
2. Objek musyarakah: Objek musyarakah merupakan suatu konsekuensi dengan
dilakukannya akad musyarakah yaitu harus ada :
a. Modal
b. Kerja
3. Ijab kabul
4. Nisbah.
3. Berakhirnya Akad Musyarakah
Akad Musyarakah akan berakhir, jika:
1. Salah seorang mitra menghentikan akad.
2. Salah seorang mitra meninggal, atau hilang akal.
3. Modal musyarakah hilang atau habis.
3.2 Saran
Dilihat dari keuntungan dan manfaat penggunaan Metode Akuntansi Syariah khususnya
Akuntansi Transaksi Musyarakah, seharusnya baik Lembaga, Perusahaan dan
Masyarakat menggunakannya. Namun faktanya pada zaman ini masih banyak yang
menggunakan Metode Akuntansi Konvensional karena tergiur oleh bunga yang
dijanjikan. Padahal bunga adalah riba dalam hukum Islam.

28

DAFTAR PUSTAKA
yantosemak.blogspot.co.id

29

Anda mungkin juga menyukai