Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, Pasal
23 dinyatakan bahwa upaya dan Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan, muda terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan pasal
diatas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit termasuk dalam kriteria tempat
kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulakan dampak
kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di Rumah
Sakit, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung Rumah Sakit. Sehingga
sudah seharusnya pihak pengelola Rumah Sakit menerapkan upaya-upaya K3
di Rumah Sakit.
Potensi bahaya di Rumah Sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada
potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Rumah
Sakit, yaitu kecelakan (ledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan
dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radisi, bahanbahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan
ergonomi. Semua potensi bahayatersebut diatas, jelas mengancam jiwa dan
kehidupan bagi karyawan di Rumah Sakit, para pasien maupun apara
pengunjung yang ada di lingkungan Rumah Sakit.
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukan
bahwa terjadinya kecelakaan kerja di Rumah Sakit 41% lebih besar dari
pekerja di industry lain. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum,
terkilir, sakit pinggang, tergores atau terpotong, luka bakar, dan penyakit
infeksi dan lain-lain. Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi
pada pekerja Rumah Sakit, yaitu sprains, strains: 52%, contusion, crushing,
brushing: 11%, cuts, laceration, punctures: 1.9%, infection: 1,3%, dermatitis:

1,2%, dan lain-lain: 12,4% (US Departement of Laboratorium, Bureau of


Laboratorium Statistic, 1983).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian K3RS ?
2. Bagaimana prinsip K3RS ?
3. Apa saja program K3RS ?
4. Bagaimana kebijakan pelaksanaan K3RS ?
5. Apa Pengertian Kecelakaan kerja ?
6. Apa saja Kecelakaan Kerja di Rumah Sakit ?
7. Bagaiman Pencegahan dan pengendalian Kecelakaan kerja di RS ?
8. Apa pengertian penyakit akibat kerja ?
9. Apa penyebab penyakit akibat kerja ?
10. Apa saja contoh penyakit akibat kerja ?
11. Bagaiman pencegahan dan pengendaliannya ?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami konsep K3RS
2. Memahami konsep kecelakaan kerja di Rumah Sakit
3. Memahami penyakit akibat kerja di Rumah sakit

BAB II
TINJAUAN TEORI

I. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)


A. Pengertian
Kesehatan Kerja Menurut WHO/ILO (1995), Kesehatan Kerja
bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik,

mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis


pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam
pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan; dan
penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja
yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara
ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap
manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk
memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan
pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja
(PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan,
pengobatan dan rehabilitasi.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) adalah
upaya terpadu seluruh pekerja Rumah Sakit, pasien, pengunjung atau
pengantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja
Rumah Sakit yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja Rumah
Sakit, pasien, pengunjung atau pengantar orang sakit maupun bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit.

B. Prinsip K3RS
Prinsip kesehatan dan keselamatan kerja di ruma sakit (K3RS) agar
kesehatan dan keselamatan kerja di ruma sakit (K3RS), dapat di pahami
secarah utuh, perlu diketahui pengertian 3 (tiga) komponen yang saling
ber interaksi, yaitu:
1. Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang
baik serta kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat
melakukan pekerjaannya dengan baik. Contoh: Bila seorang pekerja
kekurangan zat besi yang menyebabkan anemia, maka kapasitas
kerja Akan menurun karna pengaruh kondisi fisik lemah dan lemas.

2. Beban kerja adalah beban fisik dan beban mental yang harus di
tanggung oleh pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Contoh:
pekerja yang bekerja melebihi waktu kerja maksimum.
3. Lingkungan kerja adalah lingkungan yang terdekat dari seorang
pekerja. Contoh: Seorang yang bekerja di bagian instalasi radiologi
(kamar X Ray, kamar gelab, kedokteran, nuklir dan lain-lain).
C. Program K3RS
Program kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit (K3RS)
program K3 di rumah sakit (K3RS) bertujuan untuk melindungi
kesehatan dan keselamatan kerja serta meningkatkan produktifitas tenaga
kerja, melindungi keselamatan pasien, pengunjung dan masyarakat serta
lingkungan rumah sakit. Kinerja setiap pengunjung kesehatan dan non
kesehatan merupakan resultante dari 3 (tiga) komponen yaitu kapasitas
kerja, beban kerja dan kapasitas kerja. Program K3RS yang harus
diterapkan adalah:
1. Pengembangan kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
rumah sakit (K3RS).
2. Pembudayaan perilaku Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah
sakit (K3RS).
3. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) K3RS.
4. Pengembangan pedoman dan Standar Operational Procedure (SOP)
K3RS.
5. Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja.
6. Pelayanan kesehatan Kerja.
7. Pelayanan Keselamatan Kerja.
8. Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat,cair
dan gas.
9. Pengelolaan jasa bahan berbahaya, beracun dan barang berbahaya.
10. Pengembangan manajemen tanggap darurat.
D. Kebijakan Pelaksanaan K3RS

Agar penerapan K3RS dapat dilaksanakan sesuai peraturan yang


berlaku, maka perlu disusun hal-hal berikut ini :
1. Kebijakan Pelaksanaan K3RS
2. Tujuan Kebijakan Pelaksanaan K3RS
3. Langkah dan Strategi Pelaksanaan K3RS
II. Kecelakaan Kerja di Rumah Sakit
A. Pengertian
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki
dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta
benda

(Peraturan

Menteri

Tenaga

Kerja

(Permenaker)

Nomor:

03/Men/1998). Menurut (OHSAS 18001, 1999) dalam Shariff (2007),


kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan
yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda atau
kerugian waktu.
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja,
kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan
tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu
aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun
harta benda. Sedangkan menurut UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi
dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan
pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya.
Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan
ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang
ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut
kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali
(Sumamur, 2009). World Health Organization (WHO) mendefinisikan
kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan
penanggulangan sebelumnya sehingga menghasilkan cedera yang riil.

B. Contoh Kecelakaan Kerja di Rumah Sakit


1. Sumber Stres Di Rumah Sakit
a. Beban kerja terlalu berat
b. Konflik dan ketidakjelasan peran
c. Kurang supervisi dan pengarahan
d. Bekerja di daerah yang asing
e. Suara gaduh
f. Kurang berperan -> kepuasan kerja rendah
g. Kurang penghargaan
h. Kerja bergilir
i. Pajanan terhadapa toksikan,pasien infeksius
j. Ketidakpastian (politik, kerja kontrak)
2. Keadaan Darurat di RS
Keadaan

darurat

adalah

setiap

kejadian

yang

dapat

menimbulkan gangguan terhadap kelancaran operasi/kegiatan di


lingkungan RS Jenisnya :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Kebakaran
Kecelakaan , contoh : terpeleset dan tertusuk benda tajam
Gangguan tenaga, contoh : gangguan listrik, air, dl
Ganggua keamanan, contoh : huru-hara, demonstrasi, pencurian
Bencana alam, contoh : gempa bumi, angin topan, banjir, dll
Keadaan darurat di ruangan, ruang bedah, ICCU contoh : gagal
jantung, gagal napas.
Bahaya potensial di RS dapat mengakibatkan penyakit dan

kecelakaan akibat kerja yaitu disebabkan oleh faktor biologi (virus,


bakteri dan jamur); faktor kimia (antiseptik, gas anestasi) ; faktor
ergonomi (cara kerja yang salah) ; faktor fisik (suhu, cahaya, bising,
listrik, getaran dan radiasi) ; faktor psikolososial (kerja bergilir
hubungan sesama kryawan/atasan).
Bahaya potensial yang dimungkinkan ada di RS, diantaranya
adalah

mikrobiologik,

desain/fisik,

kebakaran,

mekanik,

kimia/gas/karsinogen, radiasi dan risiko hukum/keamanan. Penyakit


Akibat Kerja (PAK) di RS, umumnya berkaitan dengan faktor
biologik (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor

kimia (pemaparan dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik


pada kulit, gas anestasi pada hati; faktor ergonomi (cara duduk salah,
cara mengangkat pasien salah); faktor fisik dalam dosis kecil yang
terus menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem
reproduksi, radiasi pada sistem pemroduksi darah); faktor psikologis
(ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien, gawat darurat dan
bangsal penyakit jiwa).
3. Respon Kegawatdaruratan di RS
Kegawatdaruratan dapat terjadi di RS. Kegawatdaruratan
merupakan suatu kejadian yang dapat menimbulkan kematian atau
luka serius bagi pekerja, pengunjung ataupun masyarakat atau dapat
menutup kegiatan usaha, mengganggu operasi, menyebabkan
kerusakan fisik lingkungan ataupun mengancam finansial dan citra
RS.
C. Pencegahan dan Pengendalian
Berdasarkan uraian diatas, maka kecelakaan terjadi karena adanya
ketimpangan dalam unsur 5M, yang dapat dikelompokan menjadi tiga
kelompok yang saling terkait, yaitu :
Manusia, Perangkat keras dan Perangkat lunak. Oleh karena itu
dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian kecelakaan adalah
dengan pendekatan kepada ketiga unsur kelompok tersebut, yaitu :
1. Pendekatan terhadap kelemahan pada unsur manusia, antara lain :
a. Pemilihan / penempatan pegawai secara tepat agar diperoleh
keserasian antara bakat dan kemampuan fisik pekerja dengan
tugasnya.
b. Pembinaan pengetahuan dan keterampilan melalui training yang
relevan dengan pekerjaannya.
c. Pembinaan motivasi agar tenaga kerja bersikap dan bertndak
sesuai dengan keperluan perusahaan.
d. Pengarahan penyaluran instruksi dan informasi yang lengkap
dan jelas.
e. Pengawasan dan disiplin yang wajar.
2. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat keras, antara lain :
7

a. Perancangan,
peralatan

pembangunan,

kilang,

pengendalian,

mesin-mesin

harus

modifikasi,

memperhitungkan

keselamatan kerja.
b. Pengelolaan

penimbunan,

pengeluaran,

penyaluran,

pengangkutan, penyusunan, penyimpanan dan penggunaan


bahan produksi secara tepat sesuai dengan standar keselamatan
kerja yang berlaku.
c. Pemeliharaan tempat kerja tetap bersih dan aman untuk pekerja.
d. Pembuangan sisa produksi dengan memperhitungkan kelestarian
lingkungan.
e. Perencanaan lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan
manusia.
3. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat lunak, harus
melibatkan seluruh level manajemen, antara lain :
a. Penyebaran, pelaksanaan dan pengawasan dari safety policy.
b. Penentuan struktur pelimpahan wewenang dan pembagian
tanggung jawab.
c. Penentuan pelaksanaan

pengawasan,

melaksanakan

dan

mengawasi sistem atauprosedur kerja yang benar.


d. Pembuatan sistem pengendalian bahaya.
e. Perencanaan sistem pemeliharaan, penempatan dan pembinaan
pekerja yang terpadu.
f. Penggunaan standard atau code yang dapat diandalkan.
g. Pembuatan sistem pemantauan untuk mengetahui ketimpangan
yang ada.
III.

Penyakit Akibat Kerja di Rumah Sakit


A. Pengertian
Penyakit Akibat Kerja yang

selanjutnya

disingkat

PAK

(Occupational Disease) yaitu penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan


atau lingkungan kerja yang dalam Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun
1993 disebut Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja.
B. Penyebab

Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung


pada bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja
ataupun

cara

kerja.

Pada

umumnya

faktor

penyebab

dapat

dikelompokkan dalam 5 golongan menjadi :


1. Golongan fisik
Suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang sangat
tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.
2. Golongan kimiawi
Bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun
yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap,
gas, larutan, awan atau kabut.
3. Golongan biologis
Bakteri, virus atau jamur
4. Golongan fisiologis
Biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja
5. Golongan psikososial
Lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.
C. Contoh Penyakit Akibat Kerja di Rumah Sakit
Penyakit akibat kerja dapat menyerang semua tenaga kerja, baik
medis maupun non medis.
1. Tenaga Non Medis
a. Pencucian (laundry)
Petugas pengumpul, pencuci dan distribusi kembali linen
kotor yang digunakan pasien, akan terpajan mikroorganisme
patogen secara tetap. Untuk menghindari pajanan tetap tersebut,
petugas cuci harus melakukan:
1) Semua linen kotor disatukan dalam kantong plastik,
disimpan secara hati-hati. Sesampai di ruang cuci, linen
kotor langsung dituang dari kantong (tidak dipegang tangan)
langsung ke dalam mesin cuci kosong, tidak bercampur
dengan cucian lain.
2) Kantong plastik pengumpul linen kotor sebaiknya diberi
tanda atau terpisah, misalnya kantong plastik linen pasien
berisiko tinggi seperti penderita Hepatitis, AIDS terpisah
dengan pasien lain. Petugas sortir linen bersih, juga harus
9

memperhatikan kebersihan diri, karena dapat menjadi


sumber infeksi. Petugas cuci harus memakai sarung tangan
karet sebagai pencegahan dasar penyebaran infeksi. Petugas
cuci dapat menderita dermatitis kontak akibat deterjen dan
bahan kimia lain untuk cuci. Dapat pula terpajan
mikroorganisme yang terbawa aerosol (di rumah sakit maju).
b. Rumah tangga (Housekeeping)
Petugas kebersihan mempunyai risiko terbesar terpajan
bahan biologi berbahaya (biohazard). Kontak dengan alat medis
sekali pakai (disposable equipment) seperti jarum suntik bekas,
selang infus bekas. Membersihkan seluruh ruangan rumah sakit
dapat meningkatkan faktor terkena infeksi. Mengepel lantai
tidaklah

membasmi

mikroorganisme,

kebanyakan

hanya

memindahkan debu dan bahan kimia dari satu ke tempat lain di


rumah sakit. Sehingga bila saat mengepel lantai tidak benar,
maka

debu

yang

ditumpangi

mikroorganisme

patogen

bertebaran di udara, dapat menyebabkan infeksi saluran


pernafasan. Debu sebaiknya dihisap dengan vacum cleaner.
Desinfektan pembersih lantai yang sudah diencerkan dengan air
di dalam ember pel harus digunakan dalam waktu 24 jam, agar
tidak kehilangan sifat antimikrobanya.
c. Gizi (penyiapan makanan)
Petugas penyiapan makanan dapat terpajan salmonela,
botulism dari bahan mentah ikan, daging dan sayuran(4,5).
Pencegahan terpenting di bagian ini adalah tangan bersih dan
menggunakan alat bersih. Kulkas penyimpanan bahan makanan
mentah

yang

sudah

dibersihkan

diatur

suhunya

dan

kebersihannya agar bakteri atau jamur tidak sempat berkembang


biak. Memasak yang benar-benar matang akan membunuh
salmonela.

Petugas

yang

sedang

menderita

gastrointestinal diliburkan dan diobati sampai sembuh.

10

gangguan

d. Farmasi
Apoteker yang berkomunikasi dengan pasien kanker dapat
terpajan obat anti neoplastik.
e. Sterilisasi
Gas etilen oksida (ethylene oxide) sering digunakan sebagai
gas sterilisasi alat medis. Menjadi berbahaya bila sistem
pembuangan sterilisasi rusak atau macet, sehingga uap gas ini
terhirup petugas. Etilen oksida merupakan gas tidak berwarna,
mudah terbakar dan meledak bila mencapai konsentrasi 3% di
udara. Efek etilen oksida bersifat mutagenik, sitogenik,
karsinogenik pada hewan percobaan. Efek toksik utama pada
traktus respiratorius dan saran pada pajanan dosis tinggi, akan
menyebabkan katarak. Petugas hamil dilarang bekerja di
ruangan ini. Ruangan sebaiknya dibuka setelah selesai sterilisasi
alat.
f. Laboratorium
Pemeriksa di laboratorium akan terpajan bakteri, antara lain
TB dan virus Hepatitis B. Petugas harus menjaga kesehatan dan
kebersihan pribadi untuk mencegah tertular penyakit, serta
selalu memakai sarung tangan karet pada saat bekerja. Mencuci
tangan setiap akan memulai dan setelah bekerja, mengenakan jas
laboratorium, yang harus selalu ditinggal di dalam laboratorium.
g. Petugas Radiologi
Radiasi adalah risiko berbahaya yang dikenal baik di
lingkungan rumah sakit dan usaha penanggulangannya sudah
dilakukan. Rumah sakit sebaiknya mempunyai petugas yang
bertanggung jawab (safety officer) atas keamanan daerah sekitar
radiasi dan perlindungan bagi petugasnya. Petugas hamil
sebaiknya dilarang bekerja, walau hal ini masih diperdebatkan.
2. Tenaga Medis
a. Perawat

11

Setiap hari kontak langsung dengan pasien dalam waktu


cukup lama (6-8 jam per hari), sehingga selalu terpajan
mikroorganisme patogen. Dapat menjadi pembawa infeksi dari
satu pasien ke pasien lain, atau ke perawat lainnya. Harus sangat
berhati-hati

(bersama

apoteker)

bila

menyiapkan

dan

memberikan obat-obatan antineoplastik pada pasien kanker.


Selalu mencuci tangan setelah melayani pasien, melepas masker
dan kap (topi perawat) bila memasuki ruangan istirahat atau
ruangan makan bersama. Abortus spontan, lahir prematur dan
lahir mati sering dialami perawat yang bertugas di ruang rawat
inap/bangsal perawatan. Menurut hasil penelitian di Cleveland
Clinic Hospital dan 22 RS di Ohio (1993-1996) di Amerika
Serikat, terbanyak ditemukan cedera sprain dan strain pada
perawat. Nyeri pinggang (back injuries) merupakan keluhan
terbanyak dari cedera tersebut dan lebih banyak menimpa
perawat wanita. Penyebabnya ditengarai adalah seringnya kerja
otot statik, seperti mengangkat pasien dan kerja bergilir (work
shift). Bagaimana kerja bergilir mempengaruhi nyeri punggung,
perlu diteliti lebih lanjut.
b. Dokter
Dokter dapat tertular dan menularkan penyakit pada
pasiennya. Penyakit yang sering menular kepada dokter adalah
TB, Hepatitis B, HIV, Rubella(2,4,5), Cytomegalovirus(2),
Hepatitis C(5). Adler, 1973, meneliti 271 orang dokter rumah
sakit California, hasil tes tuberkulin kulit pertama semuanya
negatif. 2 tahun kemudian, 15 orang dokter memberikan hasil
tes positif dan 2 orang dokter menderita TB aktif. Terpajan
bahan kimia berbahaya dosis rendah (low level) dapat terjadi di
dalam pelayanan sehari-hari. Di kamar operasi, dokter dan
perawat dapat terpajan gas anestesi nitrous oxide dan halotan
yang mudah menguap, merembes menembus masker, dapat pula
akibat hembusan nafas pasien yang sedang operasi. Pajanan
12

kronisnya dapat menyebabkan gangguan somatik, berupa sakit


kepala, mual sampai gangguan susunan saraf pusat (SSP),
fertilitas bertambah dan gangguan kehamilan. Sarung tangan
karet yang sedang dipakai dapat robek, apalagi yang sering
digunakan sehingga sering disterilkan. Sebuah penelitian di
Amerika Serikat tentang mekanisme robeknya sarung tangan
karet dan terjadinya cedera tajam pada 2292 operasi selama 3
bulan, menemukan 92% robeknya sarung tangan akibat tidak
rangkap dua, dan 8% karena sebab tidak diketahui. Dari 70
cedera tajam yang terjadi, 0,7% akibat jarum, 10% akibat
skalpel dan 23% akibat cedera lain. Pada penyelidikan pasangan
suami-istri dokter yang bekerja di rumah sakit yang sama,
menemukan tingginya kejadian abortus spontan. Ditengarai
bahwa penyebabnya adalah stres psikologis tingkat tinggi yang
berkepanjangan.
c. Dokter Gigi
Penelitian pada tenaga kesehatan gigi di Singapura
menemukan, tingginya kadar HBs Ag dan anti HBC para dokter
gigi dibandingkan dengan tenaga kesehatan gigi lainnya. Diduga
penularan ini melalui pajanan air ludah pasien(9). Penyakit
infeksi akibat kerja lainnya adalah TB, AIDS(2-9). Penggunaan
sarung tangan karet dan masker sangat berarti dalam upaya
pencegahan. Pajanan kronis merkuri dapat terjadi melalui
amalgam, bahan yang biasa digunakan menambal lubang gigi
(dental fillings)(1,2,5). Pajanan dosis rendah komponen merkuri
dapat menyebabkan kelelahan, lesu, anoreksia berkepanjangan
dan

gangguan

gastrointestinal(1,2,5).

Gejala

ini

disebut

micromericuralism(5). Tremor adalah utama keracunan kronis


merkuri. Saat ini sudah banyak terdapat bahan pengganti
amalgam, bahan non merkuri, seperti glass ionomer cement atau
resin composite, sehingga penyakit kerja akibat pajanan kronis
merkuri amalgam tinggal kenangan. Nyeri pinggang juga sering
13

dikeluhkan sebagai akibat posisi kerja tubuh yang kurang


ergonomis.
D. Pencegahan dan Pengendalian
Upaya K3RS dibagi dalam 2 bidang, yaitu kesehatan kerja dan
keselamatan kerja, yang dilaksanakan dalam waktu bersamaan.
1. Kesehatan Kerja
Pelayanan
: Promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Tujuan
: Mendapatkan tenaga kerja berstatus kesehatan
optimal dengan gizi baik, semangat kerja tinggi
sehingga efisien dan produktif.
Kegiatan :
a. Pemeriksaan kesehatan awal dan berkala pada tenaga kerja
tertentu.
b. Imunisasi Hepatitis B, bagi tenaga kerja yang sering
berhubungan dengan cairan tubuh, seperti perawat yang
memasang infus, transfusi darah.
c. Pengobatan tenaga kerja yang sakit, untuk menghentikan
perjalanan penyakit dan komplikasinya.
2. Kesehatan Kerja
Tujuan : Menghindari atau memperkecil kecelakaan kerja di tempat
kerja karena ketidaktahuan atau kurang mengerti
penggunaan alat kerja serta risiko bahaya yang
menyertainya.
Kegiatan :
a. Latihan kerja yang aman, latihan penggunaan alat kerja dan alat
pelindung diri (APD).
b. Komunikasi, dengan cara pertemuan singkat sebelum bekerja
(safety talk), pemasangan poster mengenai keselamatan kerja.
c. Pengawasan dan monitoring dengan alat terhadap bahan
berbahaya secara berkala ruangan kerja dan lingkungan kerja
yang dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) yang
berlaku.
d. Sistem perlindungan bahaya kebakaran di rumah sakit, dengan
merencanakan pintu keluar darurat, sistem peringatan bahaya
(alarm system), sumber air terdekat, perawatan alat pemadam
kebakaran.

14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) adalah upaya
terpadu seluruh pekerja Rumah Sakit, pasien, pengunjung atau pengantar
orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja Rumah Sakit
yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja Rumah Sakit, pasien,
pengunjung atau pengantar orang sakit maupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar Rumah Sakit.
Rumah sakit tidak lagi menjadi tempat aman bagi tenaga kerjanya,
karena banyak berkumpul bahan berbahaya biologik, kimia dan fisik yang
15

setiap saat dapat terpajan kepada tenaga kerjanya. Sebelum timbul penyakit
akibat kerja dan penyakit yang berhubungan dengan kerja diperlukan upaya
pencegahan berupa program K3RS.
B. Saran
Pada kesempatan ini penyusun hanya berpesan bahwa pada prinsipnya
kecelakaan dapat kita cegah, angka kecelakaan yang semain memuncak dapat
kita minimalisir dengan melakukan tindakan preventive dan berpedoman
pada prinsip kehati-hatian. Mematuhi degala peraturan undang-undang dan
mematuhi segala kebijakan system K3RS buka merupakan hal yang berat jika
menyangkut dengan nyawa. Tumbuhkan kesadaran dalam diri kita akan
pentingnya K3RS. Maka kecelakaan dapat kita hindari dan angka mortalitas
dapat di minimalisir seminimal mungkin. Mari kita ciptakan masyarakat
Indonesia sadar K3RS.

16

Anda mungkin juga menyukai