Kata Pengantar
Perencanaan Pelayaran adalah ilmu yang mengajarkan tentang tata cara merencanakan
pelayaran dari suatu tempat tolak ke tempat tiba dengan selamat, aman dan ekonomis.
Sebenarnya mata pelajaran Perencanaan Pelayaran awalnya adalah mata pelajaran Menjangka
Peta. Ilmu Perencanaan Pelayaran merupakan satu kesatuan dari Ilmu Pelayaran itu sendiri.
Ilmu Pelayaran memfokuskan pada penentuan posisi sedangkan Perencanaan Pelayaran
memfokuskan pada penggunaan publikasi nautika beserta pemahaman materinya,
menggunakan alat bantu navigasi,
Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) program keahlian Nautika Perikanan Laut
(NPL) mata pelajaran Perencanaan Pelayaran dikelompokan dalam mata pelajaran Produktif.
Dengan demikian mata pelajaran Perencanaan Pelayaran merupakan mata pelajaran wajib
bagi siswa NPL.
diketahui, dipahami dan diterapkan pada saat latihan, praktek lapangan dan bekerja di dunia
usaha/industri. Sehingga saat peserta didik lulus diharapkan mampu merencanakan pelayaran
kapal dari tempat tolak ke tempat tiba dengan benar. Sehingga trek pelayaran yang
direncanakan saat ditempuh akan menyelamatkan kapal itu sendiri.
Ilmu Perencanaan Pelayaran merupakan ilmu hasil pengalaman para pelaut baik para
Nakhoda atau para perwira kapal. Mereka yang banyak memiliki ilmu tentang kepelautan
tersebut hanya sedikit yang bersedia meluangkan waktunya untuk menulis dalam bentuk
buku ataupun modul. Buku-buku atau bacaan terbitan baru yang membahas tentang hal
tersebut sulit kita temukan di toko-toko buku atau perpustakaan sekolah. Atas dasar inilah
penulis berusaha untuk menyusun kompetensi-kompetensi tentang perencanaan pelayaran
dalam sebuah modul mata pelajaran. Dengan harapan dapat memperkaya sumber bahan
bacaan bagi para peserta didik yang ingin menjadi Nakhoda khususnya kapal ikan dengan
level Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan Tingkat II (ANKAPIN II).
Kami harap modul Perencanaan Pelayaran PERPEL 01 ini dapat digunakan sebagai
bahan bacaan bagi guru atau peserta didik di SUPM lingkup Kementerian Kelautan dan
Perikanan
Kemudian untuk kesempurnaannya kami himbau bagi guru-guru SUPM atau guru-guru SMK
yang mengajarkan Perencanaan Pelayaran untuk dapat membacanya, mencermati dan
memberikan koreksi kepada penyusun guna penyempurnaan modul ini pada edisi yang
selanjutnya, melalui email kami: shy_pusdik@yahoo.co.id
Demikianlah kami susun buku Perencanaan Pelayaran PERPEL 01 ini semoga dapat
bermanfaat bagi seluruh peserta didik program keahlian NPL - SUPM lingkup Kementerian
Kelautan dan Perikanan atau SMK-SMK yang memiliki program keahlian Nautika Kapal
Penangkap Ikan lingkup Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di seluruh Indonesia.
Pontianak, Juli 2014
Penyusun
Catatan: modul ini telah dinilai sebagai KTI oleh Kemendiknas Jakarta dengan nilai = 4
Boleh dibaca namun jangan diajukan sebagai angka kredit karena anda kena sangsi sebagai plagiat
berusaha
untuk
memperkaya bahan bacaan bagi peserta didik program keahlian Nautika Perikanan Laut
(NPL). Buku ini sangat dibutuhkan bagi peserta didik tersebut (siswa SUPM lingkup KKP
dan SMK lingkup Kemendikbud) mengingat kompetensi-kompetensi yang terkandung di
dalamnya merupakan kompetensi keharusan atau pokok. Dengan demikian kami sahkan
buku Modul Perencanaan Pelayaran dengan Kode Modul: Perpel 01, Edisi Pertama, hasil
Karya Tulis Sdr. Suharyanto, S.Pi,M.Si. sebagai buku pelajaran di SUPM Negeri Pontianak.
Demikian kami sampaikan semoga bacaan ini berguna bagi pembangunan
SDM Kelautan dan Perikanan di Indonesia.
Disahkan di Pontianak 4 Juli 2014
Kepala Sekolah,
Suharyanto
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR..
vi
DAFTAR TABEL...
vii
BAB I. PENDAHULUAN .
Deskripsi
..
Prasyarat
..
Petunjuk penggunaan modul ..
Tujuan akhir ..
Kompetensi ..
Cek kemampuan ..
1
5
5
7
8
8
A.
B.
C.
D.
E.
F.
11
11
11
11
21
27
29
30
30
32
32
32
32
35
44
50
52
53
53
55
55
55
55
56
87
89
91
91
91
91
97
106
107
108
109
110
110
110
110
118
122
124
126
126
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Ilustrasi Peta laut nomor (2) yang mencakup wilayah
Indonesia Bagian Barat .
24
24
25
26
5. Proyeksi Silinder...
36
6. Proyeksi Azimuth.
38
39
41
9. Proyeksi Kerucut..
43
44
46
49
57
93
99
111
117
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Contoh nomor dan judul peta ..
47
95
115
4. Jarak geografis
115
122
Proka NPL
Mempelajari
Kelompok
Mapel
Adaptif
Kelompok
Mapel
Normatif
Mapel
Perencanaan
Pelayaran
MODUL
PERPEL 02
MODUL
PERPEL 01
MODUL
PERPEL 03
MODUL
PERPEL 04
Kelompok
Mapel
Produktif
Mapel
Produktif
Lainnya
Ujian
LULUS
Glosarium
Penilik
keselamatan pelayaran
Alat bantu
navigasi
Jarak tampak
Karakter Suar
Periode Suar
Jarak waktu dalam detik pada cahaya suar saat mulai nyala
yang pertama hingga nyala yang kedua. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan Stop Watch dengan cara
menekan tombol ON saat melihat nyala yang pertama dan
menekan tombol OFF saat melihat nyala yang kedua. Hasil
pengukuran adalah periode cerlang. Pengukuran dilakukan
sampai minimal 3 kali. Sampai benar-benar yakin bahwa hasil
pengukuran menunjukkan angka yang sama. Data periode
cerlang dapat dilihat pada Daftar Suar Indonesia atau
Admiralty List of Light suatu negara yang berwenang.
Koreksi Peta
Disebut juga Nautical Publications yang merupakan bukubuku, bulletin atau lembaran peta yang digunakan untuk
menyelenggarakan pelayaran. Publikasi Nautika hanya
diterbitkan oleh instansi pemerintah yang berwenang (TNI-AL
atau Admiralty).
Simbol-simbol
BAB I
A.
PENDAHULUAN
Deskripsi
Modul Perencanaan Pelayaran memiliki ruang lingkup mencakup:
1.
Merencanakan trek pelayaran pada perairan yang dipengaruhi oleh arus dan
pasang surut;
2.
3.
4.
5.
Pekerjaan merencanakan trek pelayaran pada prinsipnya adalah pekerjaan yang sangat
sederhana, yaitu hanya melukis garis di atas peta laut. Dengan garis rencana pelayaran inilah
seorang navigator akan mempedomani sebagai garis acuan menuju tempat tujuan. Bila garis
tersebut dilukis secara sembarangan atau tidak mempertimbangkan ketentuan-ketentuan yang
dipersyaratkan dalam ketentuan pelayaran maka kapal yang mengikuti trek tersebut akan
tidak sampai tujuan. Mungkin akan menabrak pulau di tengah malam, kandas pada perairan
dangkal, menabrak rambu atau pelampung, menabrak karang runcing dan merobek dinding
kapal, bertubrukan dengan kapal lain atau terjebak pada perairan beku. Sungguh
mengerikan karena bila hal tersebut terjadi maka berakhirlah kehidupan kita di dunia ini.
Agar hal yang mengerikan tersebut tidak terjadi maka kita sebagai navigator sebelum melukis
garis trek pelayaran harus memahami dan mencermati isi dokumen pelayaran atau publikasi
nautika (Nautical Publications) yang diterbitkan secara nasional maupun internasional dan
dapat menggunakannya secara benar. Kemudian setelah memahami dokumen tersebut juga
diharuskan untuk dapat menggunakan peralatan menjangka peta secara benar pula. Sehingga
dapat kita simpulkan bahwa menarik garis trek pelayaran pada berbagai kondisi perairan
dengan benar adalah harus memahami dan dapat menggunakan semua publikasi nautika
serta menggunakan peralatan menjangka peta dengan benar. Sehingga penyusunan bahan
ajar khususnya modul pembelajaran tentang Perencanaan Pelayaran disesuiakan dengan
tahapan-tahapan tersebut. Berikut ini kami sajikan tentang publikasi-publikasi nautika yang
wajib untuk dipahami dan dapat menggunakannya, yaitu:
1)
2)
Peta laut
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
Almanak Nautika
15)
16)
17)
Sedangkan untuk jenis peralatan menjangka peta yang wajib kita ketahui dan dapat
menggunakannya adalah sebagai berikut:
1)
Busur derajat,
2)
Mistar jajar,
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Kaca pembesar
9)
Penerang peta
Setelah dapat menggunakan dokumen dan peralatan standar tersebut di atas maka
selanjutnya kita melukiskan trek pelayaran sesuai dengan kebutuhan. Misalnya kita
melukiskan trek pelayaran pada perairan yang dipengaruhi pasang surut, perairan sempit dan
perairan dengan jarak pandang terbatas.
yang dilukiskan di atas peta kita yakini kebenarannya. Sehingga bila garis ini kita pedomani
dalam pelayaran kita akan sampai tujuan dengan selamat, aman dan ekonomis.
Dari uraian di atas jelas bahwa materi untuk mata pelajaran Perencanaan Pelayaran
sangat luas, sehingga dalam penyusunan bahan ajar khususnya penyusunan modul perlu
perencanaan yang tepat sehingga saat peserta didik melihat, membaca dan memahami modul
dapat merasa nyaman, senang dan yakin akan penguasaannya. Sehingga modul disesuaikan
akan keluasan materinya.
Perencanaan Pelayaran ini membagi dalam 4 (empat) modul beserta pembagian materinya
seperti rincian berikut:
Modul (1), Kode PERPEL 01 dengan isi materi:
1)
2)
Peta laut
3)
4)
5)
2)
3)
4)
5)
6)
2)
3)
Almanak Nautika
4)
5)
6)
Busur derajat,
2)
Mistar jajar,
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Kaca pembesar
9)
Penerang peta
Agar peserta didik dapat dengan mudah mempelajari semua materi yang tercantum
pada modul Perencanaan Pelayaran (PERPEL 01) seperti yang telah disebutkan pada ruang
lingkup tersebut di atas maka mereka harus mempelajari terlebih dahulu modul mata
pelajaran adaptif seperti: Matematika, Geografi dan Oceanografi, Fisika, dan Menggambar.
Yang mendukung untuk dapat mempelajari modul PERPEL 01 ini. Kemudian setelah peserta
didik paham tentang modul PERPEL 01, harus dilanjutkan dengan mempelajari modul
PERPEL 02, PERPEL 03, dan PERPEL 04. Keempat modul ini merupakan satu kesatuan
utuh yang tidak dapat dipisahkan. Karena untuk dapat melukiskan trek pelayaran dengan
peralatan menjangka peta yang disajikan pada Modul (4) peserta didik harus menguasai
Modul (1), (2) dan (3).
Setelah para peserta didik menguasai kompetensi-kompetensi yang disajikan pada
modul Perencanaan Pelayaran PERPEL 01, PERPEL 02, PERPEL 03, dan PERPEL 04,
kemudian harus melanjutkan pada materi mata pelajaran Ilmu Pelayaran yang terdiri dari (3)
modul, yaitu: Modul Ilmu Pelayaran Datar MODUL IPEL 01 dan IPEL 02 serta modul Ilmu
Pelayaran Astronomi MODUL IPEL 03. Setelah mereka mengusai ketujuh modul ( 4 modul
Perencanaan Pelayaran ditambah dengan 3 modul Ilmu Pelayaran) tersebut diharapkan
mereka akan mampu melayarkan kapal pada berbagai kondisi perairan baik pada perairan
pantai dan perairan samudera. Karena dengan level ANKAPIN II mereka dibekali dengan
pengetahuan dan keterampilan melayarkan kapal khususnya pemahaman tentang perencanaan
pelayaran. Perencanaan pelayaran dengan Ilmu Pelayaran Datar hubungan keilmuannya
sangat erat. Pelajaran perencanaan pelayaran sebenarnya merupakan pengembangan dari
mata pelajaran produktif, yaitu: Menjangka Peta. Dalam Ilmu Pelayaran Datar dan Ilmu
Pelayaran Astronomi difokuskan pada penentuan posisi. Untuk menjembatani agar seorang
navigator dapat menentukan posisi maka mereka harus dapat menggunakan peta, singkatan
dan tanda-tanda di peta (peta nomor 1), mengenal benda baringan pada peta, mengenal suar
dan perpelampungan, dan perhitungan tinggi dan rendahnya pasang surut yang dihubungkan
dengan penentuan kedalaman, yang semuanya disajikan dalam Perencanaan Pelayaran.
Dengan bekal kompetensi dari modul tersebut di atas ditambah dengan kompetensikompetensi yang disajikan pada modul adaptif, normatif dan produktif lainnya mereka akan
mampu melakukan pekerjaan sebagai seorang perwira atau nakhoda di atas kapal-kapal
penangkap ikan dengan skala industri.
B. Prasyarat
Pada butir A di atas telah disebutkan bahwa untuk memudahkan dalam mempelajari
modul ini (PERPEL 01) diharuskan untuk mengusai sebagian materi yang terdapat pada
modul mata pelajaran terkait. Seperti sebagian materi yang disajikan pada modul mata
pelajaran adaptif, seperti Matematika, Geografi dan Oceanografi, Fisika, dan Menggambar.
Adapun kompetensi-kompetensi tersebut yang harus dikuasai terlebih dahulu adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Agar
Bacalah buku-buku, modul atau diktat yang membahas tentang kompetensikompetensi sesuai prasyarat,
b.
Anda baca kegiatan belajar (KB) secara berurutan dari KB (1) hingga
KB
(5),
c.
Dalam mempelajari modul ini perlu diingat anda tidak cukup hanya membaca
tetapi harus melakukan praktek-praktek langsung mencermati dan menggunakan
publikasi nautika (Nautical Publkications) asli, untuk kesempurnaannya,
d.
Dokumen demi dokumen harus anda pahami secara teliti dan diskusikan dengan
teman,
e.
Jika ada kesulitan anda harus selalu terbuka akan kesulitan dan bertanya kepada
Guru atau instruktur yang mendampingi,
f.
g.
Setelah anda yakin menguasai materi pada setiap KB, ajukan kepada guru untuk
uji ketuntasan kompetensi
2. Bagi Guru
a.
Kuasai materi dalam modul ini terlebih dahulu khususnya mengenai teori
dasarnya sebelum tatap muka,
b.
c.
modul ini untuk pengadaan sedikit sulit karena hanya dijual pada toko-toko
tertentu yang terkait dengan jasa pelayaran. Untuk lebih mudahnya anda dapat
membeli langsung pada penerbit tunggal, yaitu: Kantor Hidro Oceanografi
TNI AL Komplek pelabuhan
Jakarta Utara,
d.
Khusus bagi guru kelengkapan publikasi nautika sangat penting, karena modul
ini sangat berkaitan erat dengan publikasi nautika asli,
e.
f.
g.
Setelah anda paham setiap KB demi KB barulah anda siap untuk melakukan
pembelajaran dengan peserta didik,
h.
i.
j.
Lakukan uji kompetensi bagi peserta didik yang mengajukan untuk itu.
Ketuntasan minimal setiap peserta didik mendapat nilai 80 pada setiap KB,
k.
Gunakan tutor sebaya bagi yang mengalami kesulitan. Jika cara tersebut belum
membuahkan hasil yang maksimal, lakukan pendampingan langsung sehingga
seluruh siswa dapat tuntas KB demi KB.
D. Tujuan Akhir
Tujuan akhir dari system pembelajaran menggunakan modul Perencanaan Pelayaran
PERPEL 01 adalah agar peserta didik mampu mengenal, memahami dan menggunakan
publikasi nautika (nomor urut 1 sampai dengan nomor 5 seperti yang diuraikan di atas), yang
selalu digunakan oleh para navigator di atas kapal dengan benar. Untuk dapat memahami dan
dapat menggunakan publikasi nautika pada modul PERPEL 01 dengan benar memerlukan
proses, sebagai berikut:
1.
dimulai dengan pemahaman materi yang disajikan pada setiap Kegiatan Belajar
yang dilanjutkan dengan pengenalan dan penggunaan masing-masing publikasi
nautika yang terkait,
2.
mampu memahami publikasi nautika yang tercantum dalam modul (1) dengan
benar,
3.
4.
5.
Jika dalam proses demi proses tersebut di atas peserta didik dapat melakukan dengan
benar maka hal ini telah menunjukan bahwa mereka telah dapat dinyatakan berhasil. Setelah
mereka memahami PERPEL 01 harus melanjutan pada modul PERPEL 02,03 DAN 04 serta
modul mata pelajaran Ilmu Pelayaran IPEL 01, 02 DAN 03. Sehingga kelak setelah lulus
SUPM dengan sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan Tingkat II (ANKAPIN II)
mampu melakukan perencanaan pelayaran sesuai standar Internasional. Sehingga selama
dalam pelayaran dapat selamat, aman dan ekonomis.
E. Kompetensi
Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang disajikan dalam modul ini adalah
semua kompetensi yang sesuai dengan Kurikulum SUPM
Kelautan dan Perikanan 2007 dan Kurikulum pengembangannya 2012. Hingga disusunnya
modul ini Kurikulum SUPM 2007 dan pengembangannya 2012 masih diberlakukan.
F. Cek Kemampuan
Setiap akhir pada Kegiatan belajar modul ini disertai dengan test formatif yang dapat
digunakan sebagi instrument
mempelajarai modul ini. Dengan demikian peserta didik dapat mengukur diri sendiri tingkat
penguasaan materi pada masing-masing kegiatan belajar. Bahkan dalam akhir modul juga
kami lengkapi dengan intrumen test akhir.
digunakan oleh peserta didik melalui bimbingan secara utuh oleh guru atau hanya dibimbing
sebagian oleh guru.
menerapkan system pendidikan teaching factory. Karena dalam kegiatan tersebut kelompok
siswa yang sedang belajar pada dunia usaha/industry tidak dapat mengikuti tatap muka di
kelas sesuai jumlah minggunya.
Dalam modul ini setiap akhir pembelajaran kami lengkapi dengan tugas-tugas,
harapannya para peserta didik dapat melaksanakannya dengan baik dan benar pada kertas
kerja masing-masing. Kertas kerja yang kami maksud dapat berupa lembaran peta fotocopy,
kertas bergaris atau buku tugas dari masing-masing peserta didik. Dalam hal ini peserta didik
masih diberi kebebasan dalam menggunakan kertas kerja. Hasil semua yang dikerjakan harus
dikonsultasikan kepada guru yang mengampu mata pelajaran Perencanaan Pelayaran.
Disamping penugasan kami juga setiap akhir pembejaran tetap memberikan test
formatif. Hal ini kami maksud agar setiap peserta didik setelah melaksanakan pembelajaran
dapat mengukur diri sendiri dalam tingkat penguasaan materi. Setiap test formatif masingmasing berjumlah 10 soal. Soal tersebut sudah mewakili yang bersifat teori dan praktek.
Dalama menggunakan publikasi nautika sesuai kebutuhan perencanaan pelayaran. Hal
penting yang harus kita perhatikan adalah setiap peserta didik harus mampu menunjukan
kemampuan unjuk kerja menggunakan publikasi nautika mulai publikasi nautika dengan
nomor urut (1) sampai dengan (5) sesuai yang tercantum dalam modul PERPEL 01 ini di
ruang peta anjungan kapal.
menggunakan 10 soal, sedangkan nilai maksimum adalah 100, maka setiap nilai mempunyai
bobot 10. Untuk kelulusan setiap peserta didik harus mampu menjawab soal dengan benar
minimal 8 soal. Sehingga peserta didik yang dinyatakan lulus pada setiap KB harus memiliki
nilai minimal 80. Standar ini lebih tinggi dari standar kelulusan Ujian Negara ANKAPIN II,
yaitu nilai minimal 70. Hal ini sebagai antisipasi penurunan daya ingat atau penyimpangan
materi soal terhadap isi modul.
BAB II PEMBELAJARAN
A.
Bukti ketuntatasan pada hari yang sama telah diketahui oleh guru,
sehingga para siswa dapat mempelajari kegiatan pembelajaran berikutnya. Bagi yang
masih belum tuntas diwajibkan untuk menyelesaikan sebelum Kegiatan belajar
berikutnya. Karena peserta didik seluruhnya tinggal di asrama maka untuk proses
bimbingan bagi yang belum tuntas sangat mungkin dapat dilakukan (system
pendidikan SUPM Negeri lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan adalah
boarding school). Secara prinsip metodenya sama dengan saat kita menggunakan
Modul Ilmu Pelayaran Datar IPEL 02.
B.
Kegiatan Belajar
Minggu efektif pembelajaran adalah 16 minggu, untuk minggu pertama adalah
pertemuan awal tentang rencana pembelajaran, inventarisasi alat dan bahan dan
perencanaan lokasi pembelajaran. Minggu kedua sampai minggu 13 proses
pembelajaran menggunakan modul didampingi guru mata pelajaran. Minggu 14
melakukan remedy bagi yang belum tuntas.
materi yang masih dirasa kurang atau sulit bagi peserta didik setelah melakukan
pembelajaran dengan bantuan modul ini. Intinya melakukan diskusi akhir
pembelajaran. Minggu 16 melaksanakan evaluasi akhir bagi peserta didik. Evaluasi
ini sebagai dasar untuk nilai buku raport.
Kemudian untuk langkah selanjutnya marilah kita melaksanakan pembelajaran
mengenai Perencanaan Pelayaran dengan menggunakan modul PERPEL 01. Modul
ini terdiri dari kegiatan belajar 1 (satu) hingga kegiatan belajar 5 (lima).
KEGIATAN BELAJAR 1.
a. Tujuan kegiatan pembelajaran 1
Setelah peserta didik mempelajari materi pada kegiatan pembelajaran (1), ini
diharapkan mereka akan paham tentang Katalog peta dan Nautika Indonesia serta
penggunaannya.
Kemudian
selanjutnya
mereka
mampu
membaca
data,
Penjelasan materi,
peralatan komunikasi, peralatan menjangka peta, peta laut dan dokumen pelayaran.
Bahkan untuk kapal penangkap ikan masih dilengkapi dengan alat tangkap dan alat
bantu penangkapan. Semua kebutuhan yang diperlukan harus kita persiapkan dan kita
bawa sendiri. Karena saat di tengah laut kita harus mandiri dalam menempuh
pelayaran. Khususnya kapal penangkap ikan mempunyai rute pelayaran yang berbeda
dengan kapal niaga pada umumnya. Untuk kapal niaga selalu menempuh jalur tolak
dan kembali yang selalu sama. Sedangkan kapal ikan jalur pelayaran selalu tidak
beraturan karena selalu mencari atau mengejar gerombolan ikan. Saat operasi
penangkapan di laut lepas, misalnya saat kita menangkap ikan tuna fishing
groundnya adalah pada perairan dalam dengan salinitas tinggi yang umumnya
perairan samudera. Perairan ini samudera seperti ini umumnya jarang dilintasi oleh
kapal-kapal niaga. Sehingga kita harus benar-benar membekali diri yang memadai
mengenai segala kebutuhan yang diperlukan sewaktu berlayar menangkap tuna
tersebut. Lama waktu bervariasi ada yang 20 hari, 30 hari untuk menangkap tuna
dengan produk segar dan ada yang sampai 90 hari untuk produk beku. Waktu yang
selama tersebut adakalanya tidak pernah bertemu dengan kapal lain saat di tengah
lautan. Semua yang kita persiapkan tersebut adalah untuk keselamatan pelayaran,
sehingga kita dapat melakukan pelayaran dengan aman, selamat dan ekonomis.
Salah satu kebutuhan yang harus kita siapkan adalah dokumen pelayaran atau
publikasi nautika (Nautical Publications). Dokumen-dokumen tersebut antara lain:
18)
19)
Peta laut
20)
21)
22)
23)
24)
25)
26)
27)
28)
29)
30)
31)
Almanak Nautika
32)
33)
34)
Sembilan. Dalam Kegiatan Belajar (1) materi difokuskan pada Katalog Peta Laut
dan Buku Nautika Indonesia. Dalam materi ini akan dijelaskan tentang informasiinformasi yang termuat di dalamnya. Katalog Peta Laut dan Buku Nautika Indonesia
adalah salah jenis dokumen pelayaran yang berbentuk buku, dengan ukuran 29,5 cm
x 42 cm atau berukuran A3, yang terdiri dari:
1)
Sampul
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
Petunjuk Peta Pariwisata Pulau-pulau Seribu dan Pulau Jawa; halaman (68-69)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)
18)
19)
halaman (80-81)
Halaman (84-85)
halaman (86-89)
Untuk lebih dapat memahami buku Katalog Peta Laut dan Buku Nautika
Indonesia terbitan Dishidros TNI-AL maka dari isi tersebut di atas kami jabarkan
kembali dengan penjelasan yang sejelas mungkin. Sehingga para peserta didik kelak
dapat memahami dan menggunakan secara benar. Adapun penjelasan mengenai isi
adalah sebagai berikut:
1).
Sampul.
Pada sampul ini tertulis: Judul buku dalam dua bahasa, yaitu dalam bahasa
Indonesia
dan
Inggris
(Katalog
Peta
Laut
dan
Buku
Nautika
2).
3).
4).
5).
6).
7).
8).
9).
2)
Peta nomor (2); skala 1: 4 000 000, dengan judul Kepulauan Indonesia
dan Sekitarnya Wilayah Barat,
3)
Peta nomor (3); skala 1: 4 000 000, dengan judul Kepulauan Indonesia
dan Sekitarnya WilayahTimur,
4)
Peta nomor (4); skala 1: 1 000 000, dengan judul Sumatera Bagian
Utara,
5)
Peta nomor (31); skala 1: 1 000 000, dengan judul Sumatera Pantai
Barat Padang hingga Selat Sunda,
6)
Jadi secara umum wilayah Indonesia dicakup oleh dua lembar peta, yaitu Peta
nomor (2) mencakup wilayah Indonesia Bagian Barat dan nomor (3)
mencakup wilayah Indonesia Bagian Timur, yang berskala 1: 4 000 000.
Kemudian dua lembar peta tersebut didukung oleh peta selanjutnya yang
mempunyai skla lebih besar namun mencakup wilayah yang lebih sempit
dengan skala berkisar 1: 1 000 000 - 1: 2 000 000. Untuk wilayah bagian Barat
terdiri dari peta bernomor: 4, 31, 38, 360, 66, 361, 361A, 121, dan 111.
Kemudian untuk wilayah Timur terdiri dari peta bernomor: 142, 112, 145,
146, 196 dan 151. Nomor tersebut berdasarkan lembar peta yang membentang
dari Barat ke Timur pada Katalog Peta (sehingga nomor tidak berurutan).
Kemudian berdasarkan Indeks lokasi secara rinci setiap wilayah dibagi dalam
lembaran-lembaran peta dengan skala yang lebih besar, yaitu skala 1: 10.000 1: 500.000. Misalkan kita akan berlayar antara Padang hingga lampung maka
kita buka halaman 19 Katalog Peta, maka secara detail kita akan memperoleh
informasi nomor-nomor peta yang kita gunakan.
10).
11).
ikan.
Karena
saat
menentukan
Fishing
Ground
harus
mempertimbangkan tapal batas ZEE, yang berjarak 200 mil dari garis pangkal
titik terluar. Sehingga saat memperkirakan Fishing Ground para perwira kapal
penangkap ikan saat membuat rencana pelayaran dan penentuan titik posisi
Fishing Ground yang menjadi tujuan harus mengukur jarak tersebut di atas.
12).
13).
Mulai wilayah
14).
khususnya untuk navigasi kapal penangkap ikan tidak membutuhkan peta ini.
15).
halaman (80-81).
16).
17).
Halaman (84-85).
18).
2)
3)
4)
5)
Untuk mengetahui nomor peta (2) dan (3) beserta cakupannya jika kita ingin
berlayar mulai dari Barat sampai dengan Timur kawasan perairan Indonesia,
6)
7)
1:
1:
4.000.000,
8)
9)
10)
11)
12)
Dari butir-butir kegunaan Buku Katalog dan Buku Nautika tersebut di atas,
yaitu butir (1) sampai dengan (12) yang sangat dibutuhkan dalam pelayaran
khususnya bagi kapal penangkap ikan adalah kegunaan butir (5) sampai dengan butir
(9). Hal ini terutama terkait dengan lembar-lembar peta yang digunakan saat berlayar.
Karena untuk kebutuhan perencanaan pelayaran nantinya nomor-nomor peta dengan
kelompok skala tersebut di atas harus disiapkan di atas kapal.
Adapun alasan
Nomor peta (2) dan (3) adalah peta laut berskala 1: 4.000.000. Peta ini
mempunyai skala sangat kecil namun mempunyai wilayah cakupan yang sangat
luas. Untuk peta nomor (2) misalnya mencakup wilayah Indonesia Bagian Barat
sedangkan peta nomor (3) mencakup wilayah Indonesia Bagian Timur.
Dimisalkan jika kita ingin berlayar dari Sabang hingga Makasar maka perjalanan
ini cukup jauh, yaitu menempuh sejauh sekitar setengah perairan Indonesia.
Wilayah perairan yang akan kita lintasi hanya tercakup secara utuh pada peta
nomor (2). Sehingga untuk menarik garis haluan pertama secara utuh hanya dapat
dilakukan dengan mudah dan benar menggunakan peta nomor (2) ini.
2)
Peta nomor (2) dan (3) skalanya cukup kecil, mencakup wilayah yang sangat luas
namun informasinya kurang detail sehingga diperlukan peta dengan skala yang
lebih besar untuk mendukung data informasi yang diperlukan dalam pelayaran.
Nomor peta tersebut adalah berskala 1: 1.000.000. Sesuai dengan contoh tersebut
di atas untuk mendukung peta nomor (2) yang berskala 1: 4.000.000, maka kita
butuhkan peta nomor (4), (31), (66) dan (111) yang berskala 1:1.000.000.
3)
4)
Sesuai contoh pelayaran ini, saat kita berada di perairan antara Padang dan ujung
Tanjung Belimbing di sepanjang Barat Sumatera maka kita memerlukan peta
pendukung lagi untuk memberikan informasi yang lebih detai lagi. Dalam kasus
ini kita memerlukan peta berskala 1: 250.000, yaitu peta nomor (241), (242),
(243) dan (244) kemudian saat memasuki Selat Sunda kita membutuhkan peta
yang berskala 1: 200.000, dengan nomor (71) dan (78).
5)
Sebelum kita menempuh perairan Padang Sumatera Barat kita melintasi perairan
Aceh Bagian Selatan di sini banyak ditemukan pulau-pulau kecil sehingga kita
membutuhkan peta dengan skala lebih besar lagi, yaitu berskala antara 1: 100.000
hingga 1: 150.000, yaitu peta nomor (249), (250), (251), dan (164) kemudian saat
sampai di Selat Sunda kebali kita membutuhkan peta dengan skala 1: 100.000,
yaitu peta nomor (71A).
Khusus dalam kasus ini setelaha peta nomor (71 A) kita tempuh maka perjalanan
dari Selat Sunda menuju Makasar cukup aman, maka kita cukup menggunakan
peta nomor (66) dan (111). Kecuali jika kita akan berlayar menyusuri pantai Jawa
maka menggunakan yang lebih besar skalanya. Namun untuk beberapa kasus
jika peta skala 1: 100.000 masih dianggap kurang cukup maka kita harus
menggunakan peta dengan skala yang besar lagi, misalnya peta dengan skala (1:
50.000), (1: 40.000), (1: 25.000),
(1: 2.500).
Untuk lebih mudah dalam memahami penjelasan tersebut di atas marilah kita
perhatikan gambar gambar ilustrasi berikut, yang diawali dengan gambar (1):
2
Gambar 1. Ilustrasi Peta laut nomor (2) yang mencakup Indonesia Bagian Barat
Keterangan: Garis Haluan Sejati dapat dilukis utuh dari Sabang hingga Makasar.
Nomor (2) menunjukan nomor peta laut menurut Katalog Peta (sumber
peta Google earth 2011).
Saat kita melintasi perairan Pantai Barat Sumatera kita membutuhkan peta
yang hanya mencakup Sumatera dengan skala yang lebih besar seperti yang
dijelaskan di atas. Untuk jelasnya perhatikan gambar (2) , (3) dan (4).
31
(100)
(135)
(136)
(137)
31
Gambar 3. Peta nomor (100), (135), (136) dan (137) berskala 1: 500.000
Keterangan: Sesuai contoh kasus, peta nomor (4) dan (31) diperjelas lagi dengan
keempat lembar peta ini. Cakupan wilayah masih sama namun telah
diperjelas dari dua peta menjadi 4 lembar peta dengan skala lebih besar
yaitu dari skala 1:1000.000 menjadi skala 1: 500.000.
(135)
(73)
(72)
Dalam penjelasan
gambar (1), (2), (3) dan (4) penulis menggunakan peta ilustrasi yang penulis down
load dari google earth. Untuk yang lebih baik adalah hasil pemindaian langsung dari
gambar-gambar peta yang tercantum pada Katalog yang diterbitkan oleh Dishidros
TNI-AL. Namun karena dibatasi oleh kode etik penulisan dan batasan hak cipta maka
penulis hanya menggunakan peta pendekatan saja.
c. Rangkuman
1.
Dokumen pelayaran yang salah satunya adalah Buku Katalog Peta Laut dan
Buku Nautika Indonesia adalah buku yang hanya diterbitkan oleh Dishidros
TNI-AL
2.
Semangat yang dipesankan dalam buku ini adalah zero accident artinya bagi
kita peserta didik yang kelak menjadi pelaut terutama pelaut perikanan
diharapkan senantiasa selamat dalam menempuh pelayaran, tentu dengan
memahami dan memanfaatkan dokumen atau buku yang diterbitkan oleh
Dishidros ini
3.
Buku ini sebagian besar isinya menginformasikan tentang hal-hal yang terkait
dengan peta laut atau peta khusus. Mulai halaman (9) sampai dengan (81)
4.
Peta yang memiliki skala paling kecil (1: 4.000.000) adalah peta nomor (2) dan
nomor (3).
sedangkan peta nomor (3) mencakup wilayah Indonesia Bagian Timur. Dan
skala peta yang paling besar adalah peta rencana 1 : 2.500
5.
Peta yang memiliki skala terkecil kedua adalah peta laut berskala 1: 1.000.000
sampai dengan 1 : 2.000.000. Peta ini membagi wilayah Indonesia menjadi 15
bagian peta. Nomor-nomor peta tersebut adalah: nomor (4), (31), (38), (66),
(111), (112), (121), (142), (145), (146), (151), (196), (360), (361), dan (361A).
6.
Buku Kepanduan Bahari terdiri dari empat jilid, yaitu: Jilid (I) mencakup
daeBanten, Sumatera dan Kalimantan Barat; jilid (II) mencakup daerah:, Jawa
(selain Banten dan Teluk Jakarta), Kalimantan Bagian Selatan dan Timur,
Madura, Nusatenggara Bagian Barat dan Sulawesi; jilid (III) mencakup
Kepulauan Maluku dan Nusatenggara Timur dan jilid (IV) mencakup daerah
Irian Jaya (Papua)
7.
Peta dengan skala kecil selalu diperjelas dengan peta berskala lebih besar di
bawahnya demikian seterusnya. Untuk daerah yang aman umumnya diperjelas
hingga skala 1 : 250.000. Untuk wilayah yang memiliki rintangan sedang
umumnya diperjelas dengan peta berskala 1: 100.000, kemudian untuk wilayah
yang memiliki rintangan tingkat tinggi diperjelas hingga menggunakan peta
berskala 1: 2.500
8.
Skala yang digunakan adalah skala angka seperti yang tertulis di nomor-nomor
peta tersebut di atas. Skala sebenarnya merupakan perbandingan antara ukuran
di gambar dengan ukuran sebenarnya. Misal sebuah rumah mempunyai ukuran
tapak 10 m x 10 m digambar dalam kertas gambar dengan skala 1:100, maka
dalam kertas gambar menjadi 10 cm x 10 cm. Artinya setiap 1 cm digambar
mewakili 100 cm pada ukuran sebenarnya. Jika pada peta tertulis 1: 10.000
maka setiap 1cm dip eta mewakili 10.000 cm di lokasi sebenarnya. Maka 1 cm
mewakili 100 m. Karena merupakan angka perbandingan maka sama dengan
sifat pecahan. Misal dalam pecahan 1: 2 atau ditulis (1/2) dan angka 1: 5 ditulis
(1/5) maka dari kedua pecahan ini jelas berlaku (1/2) > (1/5). Kesimpulannya
semakin besar angka pembaginya semakin kecil nilai matematisnya. Ini harus
selalu kita ingat benar untuk mengingat skala peta. Akibat dari ketentuan ini
maka semakin kecil nilai skala sebuah peta makin besar wilayah cakupannya
dan sebaliknya semakin besar skala petanya makin sempit wilayah cakupannya.
Cakupan yang sempit maka lebih jelas data informasi suatu wilayah dan
sebaliknya semakin luas cakupan di peta maka semakin minim data
informasinya.
d. Tugas
1.
2.
Kemudian anda melakukan kunjungan ke sebuah kapal besi dari jenis kapal
penangkap ikan yang mempunyai ukuran di atas 100 GT, kemudian lakukan
inventarisasi dokumen-dokumen tersebut di atas. Selanjutnya bandingkan
dengan yang ada pada sekolah anda
3.
Coba dari hasil inventarisasi carilah Buku Katalog Peta dan Buku Nautika yang
diterbitkan Didhidros
4.
Coba anda kenali lebih detail tentang buku tersebut, ukur panjang dan lebarnya
kemudian kelompokan sesuai standar ukuran kertas
5.
6.
Coba anda cari pada halaman yang mana jika anda ingin melengkapi buku-buku
atau dokumen pelayaran di sekolah anda
7.
8.
Coba anda perkirakan bagaimana dalam mencari peta suatu lokasi yang anda
butuhkan berdasarkan petunjuk buku Katalog
9.
Terangkan skala peta yang anda pilih jika anda membutuhkan peta yang akan
digunakan untuk menarik haluan dari suatu tempat tolak ke tempat tiba yang
jauhnya memadai.
Setelah anda paham mengenai data peta dalam Buku Katalog tersebut lakukan
penelusuran data yang berkaitan dengan Buku Kepanduan Bahari dan Batas
ZEE.
e. Test formatif
1.
2.
Nomor peta yang digunakan untuk mencari singkatan dan tanda-tanda di peta
adalah..
3.
Nomor peta yang digunakan untuk membagi dua wilayah Indonesia, yaitu
Wilayah Bagian Barat dan Wilayah Bagian Timur adalah peta nomor ..
4.
Kedua peta tersebut diperjelas dengan peta yang mencakup wilayah Indonesia
dengan kira 15 (lima belas) lembar peta. Kira-kira dengan cakupan wilayah
yang begitu luas peta tersebut berskala berapa?
5.
Untuk Indeks lokasi wilayah Indonesia dibagi menjadi bagian apa saja?
6.
Sebuah wilayah yang mempunyai tingkat rintangan yang paling tinggi sehingga
membutuhkan data informasi yang sangat lengkap kira-kira peta yang digunakan
berskala berapa?
7.
8.
Jika sebuah peta berskala 1: 2.500 maka setiap jarak yang panjangnya 1 cm di
peta memiliki jarak sebenarnya berapa?
9.
Dua lembar peta berskala 1: 10.000 dan 1: 2.500, manakah kedua peta ini yang
mempunyai wilayah cakupan yang lebih luas?
10.
Sesuai soal nomor (9) manakah yang memiliki data informasi yang lebih
lengkap dan detail?
f. Kunci jawaban
1.
Berupa buku
2.
3.
4.
5.
6.
Berskala 1: 2.500
7.
Empat bagian
8.
9.
10.
1: 10.000
Tingkat kelulusan: Jika Nilai (N) 80 maka dinyatakan lulus atau nilai minimal 80
(delapan puluh)
N = Jumlah benar x 10 :
KEGIATAN BELAJAR 2.
g. Tujuan kegiatan pembelajaran 1
Setelah peserta didik mempelajari materi pada kegiatan pembelajaran (1), ini
diharapkan mereka akan paham tentang peta laut dan menggunakannya. Kemudian
selanjutnya mereka mampu membaca peta dengan detail dan dapat menggunakan
data serta petunjuk peta serta dapat menggunakan dokumen pelayaran ini dengan
benar saat latihan dan praktek pelayaran nantinya.
h. Materi Pembelajaran 2:
1. Perkembangan peta
2. Proyeksi peta
3. Peta laut
3. Perkembangan peta
Peta adalah gambaran permukaan bumi yang diproyeksikan pada bidang datar.
Saat ini kita mengenal peta analog dan peta digital. Peta analog adalah peta-peta yang
dibuat berdasarkan proyeksi konvensional seperti halnya proyeksi proyeksi silinder
(proyeksi Mercator), proyeksi azimuth dan proyeksi kerucut. Sedangkan peta digital
diperoleh dari hasil penginderaan jarak jauh. Berbicara masalah peta saat ini sudah
sangat pesat. Hampir setiap kebutuhan tentang peta sudah tersedia. Hal bergantung
dari sektor maupun bidangnya, terutama berasal dari peta digital. Karena peta digital
dapat
disinkronisasikan
dengan
beberapa
aplikasi
modern
sehingga
juga
menghasilkan hal yang menabjubkan. Peta digital saat ini dihasilkan dari hasil foto
satelit mulai resolusi rendah sampai dengan resolusi tinggi. Kegunaannya sangat
beragam mulai untuk kebutuhan peta geografi, peta cuaca, pertanian,
banyak lagi jenis lainnya.
Misal
dan masih
Chlorofil
zooplankton
sebagai phytoplankton
akan
mengundang ikan-ikan kecil. Selanjutnya ikan yang lebih besar akan memakan ikanikan kecil. Sehingga wilayah yang banyak terdapat hamparan Chlorofil
dalam
perairan dapat dijadikan sebagai indikator adanya ikan. Sehingga wilayah ini dikenal
dengan Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI). Tahun 2005 program ini telah
digencarkan di pelabuhan-pelabuhan perikanan Indonesia dengan harapan akan
memberikan informasi yang akurat bagi kapal-kapal penangkap ikan untuk menuju
fishing ground , seiring perjalanan waktu para nelayan yang berpikir praktis langsung
mengkalim bahwa ZPPI kurang akurat.
chlorofil membutuhkan waktu proses. Analog dengan kita akan berburu kijang,
lokasi yang mungkin ada kijang adalah sebuah hamparan rumput hijau. Namun bukan
serta merta saat kita tiba pada lapangan hijau pasti ada kijang. Bukan demikian,
namun perlu proses penantian dan pengintaian. Untuk kebutuahan penangkapana ikan
ini yang pernah dikembangkan oleh pemerintah adalah peta sebaran chlorofil yang
dikembangkan menjadi peta ZPPI.
Untuk kebutuhan tata ruang sebuah perkotaan yang berada di sekitar pantai
dapat menggunakan peta digital yang dihasilkan dari pencitraan satelit
dan
air
dapat dihitung dan diketahui secara cepat. Dengan program simulasi dan permukaan
tanah secara tiga dimensi, kemudian naiknya air laut diasumsikan pada ketinggian
tertentu maka dengan program simulasi menggunakan peta tersebut dapat secara
langsung genangan air dapat diperkirakan. Sehingga batasan daratan yang akan
terendam air dapat dipetakan dengan peta digital selanjutnya. Dengan data informasi
ini pemerintah suatu kota dapat mengembangan perencanaan berdasarkan kawasan
basah dan kering. Yang akhirnya
tata ruang.
Disamping untuk prediksi genangan air, peta digital yang dikembangkan menjadi
peta digital tiga dimensi dapat juga digunakan untuk program penataan tinggi
rendahnya permukaan tanah. Sehingga diperlukan pengurukan pada tanah-tanah yang
yang mencekung.
penginderaan jarak jauh dan simulasi dapat dimanfaatkan untuk mengghitung secara
cepat, tepat dan akurat menghitung volume urukan. Sehingga biaya pengurukan dapat
diperkirakan dengan cepat dan akurat pula. Demikian perkembangan peta digital
mendampingi kehidupan manusia saat ini. Semuanya dibuat serba mudah dan akurat.
Demikian pula halnya peta digital dalam pemenuhan kebutuhan pelayaran.
Saat kini dengan adanya peta digital dapat melengkapi dan memudahkan dalam
pelayaran. Peta digital ini dikembangkan sangat memudahkan para pelaut, sehingga
pekerjaan terutama yang terkait dengan penentuan posisi dapat dikerjakan dengan
cepat dan tepat. Dengan peta digital yang dikembangkan menjadi berbagai aplikasi
sehingga dapat dioperasikan menggunakan Komputer navigasi yang disinkronkan
dengan peralatan navigasi lainnya.
dengan peta elektronik (electric chart). Dalam dunia pelayaran saat ini telah
berkembang peta tersebut yang dikenal dengan Electric Chart Display and
Information system
(ECDIS).
peralatan electronic lainnya seperti Global Position System (GPS), sehingga saat
berlayar titik posisi kapal tampak jelas di peta elektronik, yang secara nyata kita
hanya melihat pada layar monitor saja. Sehingga saat kapal berlayar tampak jelas trek
pelayaran atau rute yang dilalui serta perairan yang di depannya. Sehingga para
pelaut benar-benar dimanjakan dan dimudahkan dalam melakukan tugasnya.
Penentuan posisi yang selama ini pekerjaan rutin dan memerlukan waktu kini hampir
bukan hal yang memberatkan dan bukan yang sulit. Namun perlu kita ingat seperti
yang dijelaskan pada tulisan sebelumnya bahwa untuk kepentingan pelayaran kita
harus menyelenggarakannya dengan seaman mungkin. Dalam kasus peta ini
walaupun peralatan dengan peta elektronik sudah sangat canggih namun harus kita
ingat bahwa semua itu adalah bergantung pada peralatan elektronik. Seperti peristiwa
kandasnya kapal pesiar mewah dan super canggih berkapasitas 4.000 orang Costa
Concordia MV, kandas pada tanggal 13 Januari 2012 yang menewaskan 32 orang
(http://www.dailymail.co.uk/news/article-2168311-2012). Ini membuktikan bahwa
walaupun
telah
menggunakan
peralatan
modern
dalam
pelayaran
masih
wawasan tambahan bagi kita para pembaca modul ini. Namun sebenarnya materi yang
kita bahas dalam modul ini adalah peta laut konvensional yang merupakan salah satu
peta analog.
4. Proyeksi peta
Dalam proses pemindahan dari bentuk bumi ke benda datar (proyeksi
lengkungan bumi ke benda datar) peta analog ini menggunakan beberapa macam
proyeksi, yaitu:
1)
2)
Proyeksi azimuth,
3)
Proyeksi kerucut.
Penjelasan materi,
1)
Maka
(1)
(5)
(6)
(3)
(7)
(2)
(8)
(4)
(9)
(a)
(b1)
(b2)
(b3)
Proyeksi azimuth.
Kemudian proyek selanjutnya adalah proyeksi azimuth (kedua) atau
proyeksi bidang singgung pada bola bumi. Proyeksi azimuth dikelompokan
menjadi tiga, yaitu: proyeksi azimuth normal (lembaran datar disinggungkan
pada bola bumi di wilayah kutub), proyeksi azimuth transversal (lembaran
datar disinggungkan pada bola bumi di wilayah Katulistiwa), proyeksi azimuth
miring (lembaran datar disinggungkan pada bola bumi di wilayah sembarang
atau selain kutub dan wilayah katulistiwa). Khusu proyeksi azimuth normal
sangat tepat untuk proyeksi di wilayah kutub.
(b)
(c)
(a)
(b)
(c)
lingkaran-lingkaran.
Pada
kutub
jajar berbentuk
pusat lingkaran. Demikian pula halnya pada proyeksi azimuth katulistiwa dan
sembarang berbeda dengan di kutub. Untuk jelasnya perhatikan hasil proyeksi
pada gambar (7) berikut:
(a)
Katulistiwa
(b)
(c)
Gambar 7. Hasil proyeksi azimuth
Keterangan: (a). Proyek azimuth pada wilayah kutub. Derajah merupakan
garis lurus yang membentuk seperti jari-jari, jajar berbentuk
lingkaran; (b). Proyeksi azimuth pada wilayah katulistiwa,
derajah dan katulistiwa sebagai garis lurus, keduanya saling
tegak lurus, derajah saling sejajar. Jajar menjadi garis lengkung
yang menjauhi katulistiwa; (c). Proyeksi azimuth pada wilayah
sembarang. Jajar sebagai garis lengkung dan derajah sebagai
garis lurus.
Dari ketiga proyeksi azimuth yang mempunyai akurasi yang tinggi
adalah proyeksi azimuth normal, yaitu proyeksi azimuth pada wilayah kutub.
Kemudian proyeksi azimuth normal dikelompokan menjadi:
a)
Proyeksi gnomonik,
b)
Proyeksi Stereografik
c)
Proyeksi ortografik.
Ketiga proyeksi ini mempunyai sumber atau asal sinar proyeksi yang
berbeda. Pada proyeksi gnomonik
bumi,
titik
potong poros bumi dengan permukaan bumi di sisi yang berlawanan. Jika
proyeksi untuk menggambarkan peta Kutub Utara maka sumber sinar proyeksi
berasal dari arah Kutub Selatan, demikian sebaliknya jika untuk menentukan
peta Kutub Selatan maka sumber sinar proyeksi berasal dari titik Kutub Utara.
Sedangkan proyeksi stereografik sumber sinar proyeksi seolah-olah berasal
dari sumber tak terhingga yang sejajar dengan poros bumi dan menyentuh
seluruh permukaan bumi. Bayangan permukaan bumi dari sinar proyeksi ini
kemudian dipindahkan pada bidang datar yang menyinggung di kutub
tersebut.
(a)
(b)
(c)
Dari ketiga proyeksi ini derajah digambarkan dalam garis lurus yang
menyerupai jari-jari, sedangkan jajar digambarkan dalam lingkaran-lingkaran.
Ditinjau dari jarak antara jajar yang satu dengan jajar berikutnya jika dibaca
dari arah kutub ke katulistiwa maka dari ketiga proyeksi ini diperoleh sebagai
berikut:
Pada proyeksi gnomonik, jarak antar jajar merapat mendekati kutub, pada
proyeksi stereografik,
ortografik, jarak antar jajar merapat ke arah katulistiwa. Dari ketiga gambar
sebelah kanan di atas titik pusat lingkaran adalah Kutub Utara.
3)
Proyeksi kerucut.
Sesuai dengan penjelasan di atas maka proyeksi berikutnya adalah
proyeksi kerucut (ketiga).
pada gambar
garis derajah merupakan garis lurus dan
mengumpul pada puncak kerucut. Sedangkan jajar membentuk
busur lengkung.
(a)
(b)
(c)
Gambar 9. Jenis proyeksi kerucut
Keterangan: ( a). Proyeksi kerucut normal (standar)
( b). Proyeksi kerucut transversal
( c). Proyeksi kerucut sembarang atau miring (oblique)
5. Peta laut
Pada penjelasan sebelumnya tentang peta laut sudah singgung, karena segala
yang kita sampaikan dengan kebutuhan perencanaan pelayaran selalu ada keterkaitan
antara satu materi dengan materi yang lainnya. Peta laut adalah salah satu peta
analog. Jika kita perhatikan peta-peta laut wilayah Indonesia umumnya menggunakan
proyeksi Mercator. Karena hasil proyeksi Mercator ini disamping jajar dan derajah
saling tegak lurus dan keduanya merupakan garis-garis lurus juga proyeksi ini sangat
baik untuk wilah katulistiwa atau lintang rendah salah satunya wilayah Indonesia.
Untuk kebutuhan pelayaran kita menggunakan peta laut bukan peta geografi,
peta penerbangan, peta cuaca atau peta lainnya. Sehingga bagi peserta didik yang
kelak ingin menjadi navigator harus paham untuk menggali informasi data yang
terkandung dalam peta laut. Peta laut untuk kebutuhan pelayaran dalam suatu negara
umumnya menggunakan peta laut terbitan negara yang bersangkutan dan peta
Nomor peta
2)
Judul peta
3)
Skala peta
4)
Ketinggian
5)
Kedalaman
6)
Jenis proyeksi
7)
8)
Mawar pedoman
9)
10)
Tahun penerbitan
11)
Koreksi-koreksi
Dari 14 (empat belas) butir informasi penting yang termuat dalam peta laut
tersebut perlu kita pahami satu demi satu sehingga para peserta didik setelah
mencermati dan memahami selanjutnya diharapkan dapat menggunakan peta laut
dengan benar untuk kebutuhan pelayaran termasuk untuk ke butuhan perencanaannya.
Marilah kita pahami penjelasan butir-butir informasi tersebut di atas berikut ini:
1)
Nomor peta
Setiap peta laut dilengkapi dengan nomor peta. Nomor peta laut ada
dua jumlahnya pada setiap lembar peta. Nomor peta laut ditulis di luar peta,
tepatnya pada sudut kiri atas dan sudut kanan bawah. Nomor ini ditulis
sedemikian rupa sehingga dapat dibaca dari sisi bawah maupun sisi atas.
Untuk membacanya peta harus diletakan di atas meja peta secara sempurna
kemudian atur sedemikian rupa sehingga sisi Selatan kea rah bawah dan sisi
Utara ke arah atas. Kemudian bacalah nomor peta yang tertulis di sudut kanan
bawah. Hal ini penting kita ketahui karena nomor peta adakalanya dapat
membingungkan. Terutama yang masih baru mengenal peta laut. Nomor peta
laut harus diketahui secara pasti khususnya saat digunakan untuk perencanaan
66
2)
Judul peta
Setiap peta laut mempunyai judul. Judul peta memberikan informasi
tentang wilayah cakupan dari peta itu sendiri.
tempat yang aman bagi pelayaran. Dapat tercantum pada wilayah daratan
atau perairan yang aman (tidak ada rintangan dan bahaya navigasi). Pada
daratan atau perairan aman yang tidak terdapat rintangan-rintangan. Berikut
ini kami berikan contoh judul-judul peta beserta nomornya, sesuai petunjuk
pada Buku Katalog Peta dan Buku Nautika Indonseia terbitan Dishidros TNIAL. Perhatikanlah tabel (1) berikut:
Judul peta
68
69
70
70A
80
81
Dan seterusnya
3)
Skala peta
Skala peta terletak di bawah judul peta. Pada sebelah kanan skala peta
dicantumkan data mengenai lintang wilayah yang diskalakan.
4)
Kedalaman
Penjelasan tentang kedalaman terletak di bawah skala peta. Dinyatakan
dalam meter, disurutkan hingga air rendah terendah di bawah duduk tengah.
Pemahaman tentang level-level air laut, seperti duduk tengah, air rendah
terendah, air pasang tertinggi dan lainnya dijelaskan secara detail pada
Katalog peta.
5)
Ketinggian
Penjelasan tentang ketinggian terletak di bawah penjelasan kedalaman.
Kedalaman dinyatakan dalam meter dan dihitung dari duduk tengah.
6)
Jenis proyeksi
Penjelasan tentang proyeksi peta terletak di bawah penjelasan tentang
ketinggian. Pada setiap peta dijelaskan mengenai jenis proyeksi yang
digunakan dalam pembuatan peta yang terkait.
7)
8)
Mawar pedoman
Setiap peta selalu dilengkapi dengan mawar pedoman, yang digunakan
sebagai alat bantu seorang navigator untuk menentukan Haluan Sejati dan
Baringan Sejati di peta. Umumnya pada setiap peta laut minimal terdapat dua
mawar pedoman. Sisi dalam menunjukan arah magnetic dan sisi luar
menunjukan arah sejati.
9)
Skala ini
dilukiskan pada sepanjang derajah tepatnya pada derajah tepi kiri dan derajah
tepi kanan peta.
10)
Tahun penerbitan
Penjelasan tahun penerbitan terdiri dari penerbitan pertama dan
penerbitan terakhir. Penjelasan penerbitan pertama tertulis pada kiri bawah
dan tahun penerbitan terakhir pada kanan bawah di luar gambar peta.
Kemudian mengenai tahun survey terakhir atau cek lapangan terakhir tertulis
di bawah judul peta.
11)
Koreksi-koreksi
Penjelasan tentang koreksi terdapat pada sisi kiri di luar gambar peta.
Kemudian juga dicantumkan tahun koreksi beserta Berita Pelaut Indonesia
(BPI) yang digunakan.
(5)
(1)
(4)
(2)
(3)
Peta adalah gambaran permukaan bumi yang diproyeksikan pada bidang datar.
10.
Saat ini kita mengenal peta analog dan peta digital. Peta analog adalah peta-peta
yang dibuat
Dalam dunia pelayaran saat ini telah berkembang peta elektronik yang dikenal
dengan Electronic Chart Display and Information System (ECDIS). Program ini
disinkronisasikan dengan berbagai peralatan electronic lainnya seperti Global
Position System (GPS), sehingga saat berlayar haluan sejati dan titik posisi
kapal tampak jelas setiap saat. Tampilan peta ini dapat dilihat secara langsung
pada layar monitor computer.
6.
Proyeksi peta
Dalam proses pemindahan dari bentuk bumi ke benda datar (proyeksi
lengkungan bumi ke benda datar)
macam proyeksi,
yaitu:
7.
8.
Untuk tingkat akurasi, proyeksi azimuth baik digunakan pada wilayah kutub
(proyeksi azimuth normal), proyeksi kerucut baik untuk wilayah lintang sedang
(proyeksi kerucut miring) dan proyeksi Mercator baik untuk wilayah lintang
rendah atau wilayah katulistiwa (proyeksi silinder trasversal).
9.
10.
Ketiga proyeksi ini mempunyai sumber atau asal sinar proyeksi yang berbeda.
Pada proyeksi gnomonik
Proyeksi stereografik, titik pusat sinar proyeksi berasal dari titik potong poros
bumi dengan permukaan bumi di sisi yang berlawanan. Selanjutnya bayangan
permukaan
bumi
seolah-olah
dipindahkan
pada
bidang
datar
yang
menyinggungnya.
12.
Proyeksi ortografik, sumber sinar proyeksi seolah-olah berasal dari sumber tak
terhingga yang sejajar dengan poros bumi dan menyentuh seluruh permukaan
bumi. Bayangan permukaan bumi dari sinar proyeksi ini kemudian dipindahkan
pada bidang datar yang menyinggung di kutub tersebut.
13.
Peta yang digunakan untuk keperluan pelayaran adalah peta laut. Diterbitkan
oleh British Admiralty
Nomor peta terletak di sudut kiri atas dan sudut kanan bawah pada lembaran
peta laut.
15.
Judul peta, skala peta, penjelasan ketinggian dan kedalaman, jenis proyeksi,
dasar pemetaan, tahun surver lapangan terakhir terletak pada tempat yang aman
dan tidak mengganggu rute pelayaran. Umumnya terletak pada kiri bawah peta.
16.
Pada setiap peta laut umumnya dilengkapi dengan gambar mawar pedoman
peta, jumlah minimal adalah dua.
17.
Tahun penerbitan awal peta terletak agak ke kiri sisi bawah peta dan tahun
penerbitan terakhir agak ke kanan sisi bawah peta dan di luar gambar peta.
12)
Koreksi-koreksi peta terletak pada sudut bawah kiri peta dan di luar gambar
peta.
j. Tugas
11.
12.
13.
Lakukan pengenalan peta laut dan cermati data-data yang tercantum pada
lembaran tersebut. Kemudian dilakukan pencatatan semua data yang anda
peroleh.
14.
15.
Bandingkan peta laut yang merupakan peta analog dengan peta elektronik yang
anda lihat pada layar monitor.
16.
17.
18.
Cermati skala lintang yang ada pada sisi kiri dan kanan peta laut. Tentukan
derajat, menit dan detiknya
19.
Cermati skala bujur yang ada pada sisi atas dan sisi bawah peta laut. Tentukan
derajat, menit dan detiknya
20.
Cermati data yang tercantum pada sisi kiri peta. Data apa saja yang
diinformasikannya
k. Test formatif
11.
12.
13.
14.
15.
Pada proyeksi Azimuth, yang seolah-olah datangnya sinar proyeksi berasal dari
sisi kutub yang berlawanan disebut..
16.
17.
18.
19.
Skala bujur pada peta terletak pada.dan skala lintang terletak pada..peta
laut
20.
l. Kunci jawaban
11.
12.
Peta analog
13.
14.
Proyeksi Azimuth
15.
Proyeksi stereografik
16.
17.
2 (dua)
18.
19.
20.
Tingkat kelulusan: Jika Nilai (N) 80 maka dinyatakan lulus atau nilai minimal 80
(delapan puluh); N = Jumlah benar x 10
Pada Bab III ini berisikan tentang instrument untuk mengukur kemampuan pada akhir
pembelajaran.
dengan modul PERPEL 01 ini untuk mengikuti test akhir. Lakukanlah pelaksanaan test
secara mandiri dengan mengikuti seluruh petunjuk yang telah ditetapkan.
Kemudian
periksalah hasil pekerjaan anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan. Jika nilai anda
minimal 80 maka anda dinyatakan berhasil. Untuk itu marilah anda coba test akhir ini.
A. Test Akhir
Waktu : 120 menit
Petunjuk Test:
I.
1.
2.
3.
4.
5.
21.
22.
23.
b. Dishidros TNI-AL
c. Balai Pustaka
d. British Admiralty
c. Rute pelayaran
Peta nomor (2) yang mempunyai skala sangat kecil 1: 4.000.000 adalah peta yang
mencakup wilayah ..
24.
a.
c.
d. Wilayah a dan b
25.
a.
Peta A
b. Peta B
c.
Dari soal nomor (4) di atas tentukanlah pernyataan yang tepat berikut
a.
b. Skala peta A = B
c.
26.
Semangat yang ditanamkan dalam Buku Katalog dan Buku Nautika Indonesia adala
Zero accident artinya
27.
a.
c.
Mengutamakan keselamatan
d. a, b dan c benar
Peta dengan skala yang lebih besar dari peta nomor (2) dan nomor (3) mempunyai
skala:
28.
29.
30.
a.
1: 3.500.000- 1: 3.900.000
b. 1:1.000.000-1:2.000.000
c.
1: 1.000.000-1.500.000
d. 1: 250.000- 1: 500.000
2 (dua)
b. 3 (tiga)
c.
10 (sepuluh)
d. 15 (lima belas)
b. Proyeksi konvensional
c.
Proyeksi digital
d. Proyeksi satelit
Peta elektronik yang saat kini banyak digunakan di atas kapal dengan menggunakan
computer adalah:
31.
32.
33.
34.
a.
Electric Chart
b. ECCD
c.
ECDIS
d. DDCE
b. Personel Camera
c.
Remote tele
d. Proyeksi Mercator
Lintang rendah
c.
Katulistiwa
b. Kutub
c.
Lintang sedang
d. Lintang rendah
Salah satu jenis Proyeksi Azimut yang asal pandangan atau asal sinar dari titik pusat
bumi adalah:
35.
36.
a.
Proyeksi Streografi
b. Proyeksi Centramonic
c.
Proyeksi Gnomonik
d. Proyeksi Centralmonic
Bola
b. Kubus
c.
Silinder
d. Kerucut
c.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
a.
1 cm di peta = 1 km di bumi
b. 1 cm di peta = 10 dm di bumi
c.
d. 1 cm di peta = 10 km di bumi
Tengah-tengah peta
c.
d. Di dataran rendah
c.
Sudut kiri
c.
Lembaran peta
b. Buku
c.
Bulletin
d. Buku agenda
c.
Simbol-simbol
Halaman Oceanografi
b. Halaman Rawa-rawa
c.
d. Halaman Hidrografi
Halaman pertama
b. Halaman pendahuluan
c.
Halaman akhir
d. Halaman isi
Penjelasan simbol dan singkatan unsur alami tercantum pada halaman ......
a. Topografi
b. Hidrografi
c. Oceanografi
d. Natural
b. Badan
Pengamaat
pelaut
Indonesia
c.
47.
48.
49.
a.
Notice to mariners
b. Notice to mariner
c.
Notice marine
d. Notice mariners
Minggu
b. Dua minggu
c.
Tiga minggu
d. Bulan
Panggilan Radio untuk semua pelaut tentang penyiaran yang berkaitan dengan BPI
disertai dengan.....
50.
51.
52.
53.
54.
a.
Radio- hydro
b. Hydro-Indo
c.
Hydros radio
d. BPI radio
c.
Nomor BPI
c.
Nomor terbitan
d. Nomor minggu
Sementara
c.
Sifat berita
d. Singkatan
Almanak nautika
c.
Peta laut
d. Stasiun pantai
Semua suar yang dipasang di seluruh perairan Indonesia disusun dalam sebuah buku
yang dikenal dengan buku..
55.
56.
57.
a.
Buku Suar
c.
Suar Indonesia
6 kolom
b. 9 kolom
c.
12 kolom
d. 14 kolom
(3)
b. (1)
c.
(4)
d. (7)
(3)
b. (3-4)
c.
(4-5)
d. (5-6)
58.
a.
Halaman (1)
c.
Pada DSI dijelaskan bahwa jarak tampak sangat dipengaruhi oleh kondisi.
59.
a.
Hidrosfer
b. Atmosfer
c.
Litosfer
d. Kulit bumi
Rumus pendekatan yang digunakan untuk perhitungan jarak tampak suar adalah..
60.
II.
a.
X=2,08h
b. X= 5*2,08h
c.
X=2,08h1 + X=2,08h2
d. X= 2 *2,08h
1.
2.
a. Pustaka Jakarta
b. Dishidros TNI-
AL
c. Pembagian
3.
wilayah peta
4.
Indonesia
5.
6.
7.
Berita
Pelaut
untuk
kebutuhan
d. Pembagian
wilayah
pelayaran
e. Silinder
Internasional...
f. Peta laut
g. Hidrograpi
diterbitkan oleh....
h. BPI
9.
i.
Kondisi udara
10.
j.
Notice to
8.
mariners
k. BA
l.
Hijau
m. Katalog peta
n. Kanan bawah
19. Dalam pembagian peta Indonesia atau indeks lokasi, Wilayah C mencakup wilayah
perairan..
20. Saat sekarang telah digunkan peta electronic sehingga posisi kapal dapat ditunjukan
langsung pada layar monitor yang dikenal dengan
21. Jenis-jenis proyeksi peta yang digunakan selama ini..
22. Halaman yang menjelaskan tentang keadaan hidrografi pada peta nomor (1) terdapat
pada halaman
23. Halaman yang menjelaskan tentang topografi pada peta nomor (1) terdapat pada
halaman
24. Berita Pelaut Indonesia terdiri dari BAB
25. Notice to mariners terdiri dari BAB
26. Periode cerlang dijelaskan pada halamanBuku Daftar Suar Indonesia
27. Tentang sumber cahaya dari suar yang terdapat di wilayah Indonesia dijelaskan pada
kolom.. Buku Daftar Suar Indonesia
BAB IV PENUTUP
Demikian modul PERPEL 01 ini kami susun semoga para peserta didik SUPM
Negeri lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan, Program Keahlian Nautika Perikanan
Laut atau SMK Perikanan sederajat dapat memanfaatkan sumber bacaan ini. Setelah anda
tuntas dalam pembelajaran modul yang telah kami sajikan selanjutnya anda dapat
melanjutkan pembelajaran pada modul perencanaan pelayaran berikutnya dengan kode
PERPEL 02.
Penulis lahir
Tahun
Kegiatan pengembangan
Penyelenggara
1991
1999
2000
UT-Depdiknas Jakarta
2003
MarineSoft
Marine
Language
Training System (IMO Model Course
3.17)
Diklat penginderaan jarak jauh
penentuan ZPPI untuk penangkapan
ikan
Regional seminar for trainers of
fishing vessel personel-Colombo
Srilanka
Pelatihan
Verifikator
Standar
Kompetensi
Pelatihan untuk pelatih (TOT) Asesor
Akreditasi
SMK/MAK
tingkat
nasional
Pelatihan Pengembangan bahan ajar
berbasis multimedia interaktif
Bimtek Program induksi bagi guru
pemula (peserta Pengawas, kepsek
dan guru senior)
Bimtek Penilai Angka Kredit Guru
2005
2007
2008
2008
2009
2011
2013
LAPAN Jakarta
Kemendiknas Jakarta