ISTIQOMAH NURUBAY
NIM I 0105008
BAB1
PENDAHULUAN
Peningkatan kebutuhan manusia terhadap barang dan jasa tidak lepas dari peran
sarana dan prasarana transportasi sebagai unsur penunjang yang utama dalam
pemenuhannya. Sebagai konsekuensi meningkatnya kebutuhan tersebut, maka
perlu adanya penyeimbangan antara permintaan dan penyediaan sarana prasarana
transportasi. Transportasi darat merupakan jenis transportasi yang paling sering
digunakan. Salah satu bentuk transportasi darat yang berperan vital dan
mempunyai aksesibilitas tinggi adalah jalan raya.
Tingginya kebutuhan akan prasarana jalan raya menuntut adanya upaya untuk
mengembangkan kualitas dari lapis perkerasan jalan. Konstruksi jalan didesain
agar mampu memikul beban lalu lintas kendaraan selama umur pelayanannya
dengan aman dan nyaman. Konstruksi jalan terdiri atas beberapa lapis perkerasan,
yaitu lapis permukaan (surface course), lapis pondasi (base and sub-base course)
dan tanah dasar.
Lapis permukaan jalan (surface course) merupakan lapis perkerasan paling atas
yang terdiri dari lapis aus (wearing course) dan lapis antara (binder course).
Wearing course yaitu lapisan yang dapat aus yang selanjutnya dapat diganti lagi
dengan yang baru. Kerusakan yang sering terjadi pada lapisan ini antara lain pot
holes, cracking, bleeding, shoving, dan sebagainya. Untuk itu diperlukan
maintenance secara berkala. Maintenance ini dapat dilakukan dengan cutting pada
Campuran Rolled Asphalt dipilih sebagai bahan lapis permukaan pada sebagian
jalan di Indonesia dengan pertimbangan bahwa campuran ini bersifat lebih lentur
(flexible) dibandingkan dengan campuran lain seperti beton aspal. Salah satu
karakteristik yang penting dari campuran Rolled Asphalt adalah penggunaan
gradasi senjang. Campuran ini lebih banyak mengandung agregat halus, filler
(bahan pengisi), dan bitumen (aspal) kemudian agregat kasar ditambahkan.
Walaupun adanya fraksi agregat kasar akan meningkatkan kekakuan campuran,
fungsi utama agregat kasar pada Rolled Asphalt adalah untuk mengembangkan
mortarnya, sehingga campuran menjadi lebih ekonomis. Rolled Asphalt
mempunyai permukaan yang rata untuk memberikan kenyamanan bagi pengguna
jalan, serta mempunyai sifat tahan terhadap kelelahan (fatigue) namun peka
terhadap penurunan (deformasi). Dengan penebaran precoated chipping membuat
Rolled Asphalt cukup tahan terhadap gesekan (skid resistance) dan juga tahan
terhadap beban lalu lintas termasuk pengereman maupun percepatan.
Penggunaan Rolled Asphalt dengan campuran dingin (cold mix design) adalah
solusi alternatif guna memperbaiki berbagai kerusakan yang terjadi. Dibanding
campuran panas (hot mix), campuran dingin mempunyai beberapa keunggulan.
Campuran dingin lebih praktis karena dapat dikerjakan secara manual dan pada
suhu normal. Mempunyai nilai efisiensi dan hemat biaya, karena dapat digunakan
dalam skala kecil sesuai kebutuhan. Campuran dingin tidak memerlukan bahan
bakar sehingga ramah lingkungan. Lebih hemat waktu karena tidak perlu
memasak. Bentuk cair, dingin, dan siap pakai. Sedangkan campuran panas harus
dibuat dalam skala besar, sehingga kurang efektif jika digunakan untuk perbaikan
kerusakan-kerusakan kecil. Meskipun demikian, campuran dingin juga memiliki
kelemahan, antara lain campuran dingin memerlukan waktu setting yang lebih
lama daripada campuran panas. Hal tersebut berakibat terhadap waktu tundaan
lalu lintas yang dapat terjadi karena penggunaan campuran dingin. Berdasarkan
pertimbangan beberapa kelebihan dalam hal praktis dan efisien, maka campuran
dingin menjadi alternatif yang tepat pengganti campuran panas, untuk penggunaan
pada skala yang lebih kecil. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa
campuran dingin dapat digunakan sebagai alternatif pengganti campuran panas.
Aspal campuran dingin juga dapat digunakan untuk pelapisan aspal pertama kali
di atas permukaan pondasi jalan (priming) dan pemberian aspal pada bagian
permukaan yang sudah ada lapisan aspalnya (tacking). Aspal yang biasa
digunakan dalam campuran dingin adalah cutback asphalt (aspal cair) dan
emulsified asphalt (aspal emulsi). Cutback Asphalt merupakan aspal keras yang
dicairkan menggunakan bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi seperti
bensin, solar atau minyak tanah. Sedangkan Emulsified Asphalt merupakan suatu
campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi. Jika dibanding aspal emulsi,
pemakaian aspal cair pada campuran dingin lebih mudah dilakukan karena hanya
diperlukan bahan pencair hasil penyulingan minyak bumi yang sangat mudah
didapatkan. Diantara hasil penyulingan minyak bumi, premium paling cepat
menguap daripada solar dan minyak tanah, sehingga membutuhkan waktu setting
yang lebih singkat pula. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa untuk lapis
ikat diperlukan aspal cair yang lebih sedikit jika dibanding dengan aspal emulsi.
jalan yang baik, terutama di daerah dengan cuaca dingin serta daerah yang jauh
dari AMP. Penggunaan hot mix di daerah dingin dan jauh dari AMP sering terjadi
kerusakan dini karena suhu penghamparan yang sudah tidak sesuai saat tiba di
lokasi proyek, ataupun pemanasan yang melebihi batas sehingga menghilangkan
sifat plastis dari aspal.
Rolled Asphalt digunakan pada lapisan atas (surface course) sebagai wearing
course, sehingga akan menerima beban secara langsung dari kendaraan. Beban
inilah yang menyebabkan terjadinya retak awal (crack initiation) pada bagian
bawah lapisan perkerasan yang kemudian akan menjalar ke permukaan
perkerasan. Beban tekan disebabkan oleh muatan kendaraan yang menimbulkan
adanya gaya vertikal. Akibat adanya gaya vertikal tersebut perkerasan mengalami
deformasi sehingga terdesak ke samping dan menyebabkan adanya beban tarik.
Hal inilah yang menyebabkan perlunya pengujian kuat tarik tidak langsung dan
kuat tekan bebas. Beban tarik yang merusak lapis permukaan menyebabkan
kekuatan tarik lapis perkerasan semakin berkurang, sehingga perlu dilakukan
perawatan untuk mempertahankan kuat tarik dari lapis perkerasan jalan. Rolled
Asphalt sebagai wearing course harus cukup kedap air, sehingga perlu adanya
pengujian permeabilitas.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka diambil suatu rumusan masalah
sebagai berikut:
1.
2.
Bagaimanakah kuat tarik tidak langsung, kuat tekan bebas, dan permeabilitas
campuran dingin Rolled Asphalt menggunakan pengikat rapid curing cutback
asphalt (RC 70) pada kadar aspal optimum.
Agar penelitian ini tidak terlalu luas tinjauannya dan tidak menyimpang dari
rumusan masalah diatas, maka perlu adanya pembatasan masalah yang ditinjau.
Batasan-batasan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
2.
Aspal keras yang digunakan adalah aspal keras dengan penetrasi 60/70
3.
4.
5.
Agregat yang digunakan berasal dari PT. Pancadarma (ex: Sentolo), Surakarta
6.
7.
8.
9.
10. Karakteristik Marshall yang ditinjau dalam penelitian ini adalah porositas,
densitas, stabilitas, flow, dan Marshall Quotient
11. Pengujian ITST (Indirect Tensile Strength Test), UCST (Unconfined
Compressive Strength Test), dan permeabilitas
12. Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium.
2.
Mengetahui kuat tarik tidak langsung, kuat tekan bebas, dan permeabilitas
campuran dingin Rolled Asphalt menggunakan pengikat rapid curing cutback
asphalt (RC 70) pada kadar aspal optimum.
3.
Manfaat teoritis:
Mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang teknik sipil khususnya
konstruksi jalan raya yaitu karakteristik yang dimiliki Rolled Asphalt apabila
pencampuran dilakukan tanpa pemanasan dan digunakan rapid curing
cutback asphalt sebagai binder.
2.
Manfaat praktis:
Mengembangkan perencanaan perkerasan lentur dengan campuran dingin.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1.
Tinjauan Pustaka
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk tack coat yang menggunakan aspal
cair RC 250, kuar geser maksimum diperoleh pada kuantitas pelaburan sebesar
0,315 l/m2. Sedangkan untuk tack coat yang menggunakan aspal emulsi jenis
CRS-1, kuat geser maksimum diperoleh pada kuantitas pelaburan sebesar 0,5046
l/m2. Dalam ketentuan Bina Marga juga disebutkan bahwa untuk keperluan lapis
ikat, aspal cair yang digunakan adalah sebesar 0,2 0,5 l/m2 dan untuk aspal
emulsi adalah sebesar 0,25 0,75 l/m2. Hal ini berarti dibutuhkan aspal cair yang
lebih sedikit dibanding dengan aspal emulsi untuk mendapatkan kuat geser
maksimum. (Wie Fuk, 2002)
Pengujian campuran Hot Rolled Asphalt dengan variasi kadar aspal yang
digunakan adalah 7%; 7,5%; 8%; 8,5%; 9% diperoleh kadar aspal optimum
7,38%. Campuran ini menggunakan aspal pen 60/70, agregat kasar dengan abrasi
24.6% dan gradasi sesuai dengan SNI. Tabel 2.1. menunjukkan hasil pengujian
campuran HRA.
Jenis Pengujian
Hasil
Stabilitas (kg)
Flow (mm)
Densitas (gr/cm3)
2,304
Porositas (%)
3,896
ITS (KPa)
792,43
UCS (KPa)
6202,48
Regangan
0,0077
103087,01
10
Permeabilitas (cm/detik)
7.35x10-4
(Harjono, 2009)
919,513
4,152
260,117
Cold asphalt emulsion mixes (CAEMs) when properly designed and at full
curing condition, even without the addition of cement were comparable in
stiffness (ITSM) to hot mixes (of equivalent grade asphalt), although the
porosity values were generally higher than in hot mixes. This is likely due to
the effect of the quality of asphalt emulsion. The addition of one to two percent
cement by mass of aggregates into cold asphalt emulsion mixes significantly
improves the overall mechanical performances of the CAEMs. (Thanaya, 2007)
2.2.
Dasar Teori
Lapisan perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang terletak di atas tanah dasar
yang telah dipersiapkan dengan pemadatan dan berfungsi sebagai pemikul beban
di atasnya dan kemudian disebarkan ke badan jalan (tanah dasar). Tujuan utama
pembuatan struktur perkerasan jalan adalah untuk mengurangi tegangan atau
tekanan akibat beban roda sehingga mencapai tingkat nilai yang dapat diterima
oleh tanah yang menyokong beban tersebut.
Tanah dasar
Gaya tarik
Perkerasan umumnya terdiri dari empat lapis material konstruksi jalan yang
mempunyai fungsi sebagai berikut:
Rolled Asphalt merupakan bahan konstruksi lapis keras lentur bergradasi senjang
(gap-graded material) yang terdiri dari campuran padat dari mineral filler, pasir
(fine aggregate) dan bitumen (aspal) dimana didalamnya agregat kasar
ditambahkan. Rolled Asphalt mempunyai permukaan yang rata untuk memberikan
kenyamanan bagi pengguna jalan, serta mempunyai sifat tahan terhadap kelelahan
(fatigue) namun peka terhadap penurunan (deformasi). Dengan penebaran
precoated chipping membuat Rolled Asphalt cukup tahan terhadap gesekan (skid
resistance) dan juga tahan terhadap beban lalu lintas termasuk pengereman
maupun percepatan. Rolled Asphalt memiliki komposisi agregat kasar yang relatif
sedikit sehingga sangat peka terhadap suhu dan pembebanan yang cukup lama.
Pada suhu tinggi Rolled Asphalt akan bersifat lembek dan rawan terjadi penurunan
(deformasi), sedangkan suhu rendah membuat Rolled Asphalt menjadi rapuh
(getas) dan mudah mengalami patah. Sifat ini lebih disebabkan karena sifat aspal
yang merupakan material termoplastis yang akan menjadi keras atau lebih kental
jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika temperatur
bertambah. (Sukirman, 1999).
Sifat-sifat umum yang dimiliki Rolled Asphalt antara lain, lapisan yang cukup
kaku tahan terhadap beban lalu lintas. Cukup kedap air, sehingga melindungi
Digunakan untuk lantal mall dengan kombinasi aggregate dan bitumen yang
diberi pigmen
Ukuran saringan
% berat lolos
HRA
BS
1 1/2"
1"
(mm)
37.5
25
WC
-
BC
-
3/4"
1/2"
3/8"
No.8
No.30
No.200
19
12.5
9.5
2.36
0.600
0.075
100
90 - 100
75 - 85
50 - 72
35 - 60
6 - 12
100
90 - 100
65 - 100
35 - 55
15 - 35
2-9
Komposisi campuran Rolled Asphalt yang digunakan pada penelitian ini adalah
Rolled Asphalt sebagai Wearing Course.
b.
Angka stabilitas benda uji didapat dari pembacaan alat tekan Marshall.
Angka stabilitas ini masih harus dikoreksi lagi dengan kalibrasi alat dan
ketebalan benda uji. Nilai stabilitas yang dipakai dihitung dengan rumus:
S = q k H 0,454....Rumus 2.1
Dengan:
= Stabilitas
(kg)
(lb)
0,454
Hasil bagi dari stabilitas dan flow, yang besarnya merupakan indikator dari
kelenturan yang potensial terhadap keretakan disebut Marshall Quotient.
Nilai Marshall Quotient dihitung dengan Rumus 2.2.
MQ =
S
.Rumus 2.2
f
Dengan:
MQ
= Stabilitas
(kg)
= Nilai flow
(mm)
5) Fleksibilitas
Fleksibilitas pada lapis perkerasan adalah kemampuan lapisan untuk dapat
mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas yang berulang tanpa
timbulnya retak dan perubahan volume.
Fleksibilitas yang tinggi dapat diperoleh dengan :
a. Penggunaan agregat bergradasi senjang sehingga diperoleh VMA yang
besar.
b. Penggunaan aspal lunak (aspal dengan penetrasi tinggi).
c. Penggunaan aspal yang cukup banyak sehingga diperoleh VIM yang kecil.
6) Porositas
Porositas adalah kandungan udara yang terdapat pada campuran perkerasan.
Berfungsi untuk mengalirkan air permukaan secara sempurna bersamaan
dengan kemiringan perkerasan sehingga dapat mengurangi beban drainase
yang terjadi di permukaan. Porositas dipengaruhi oleh densitas dan spesific
gravity campuran.
Densitas menunjukkan besarnya kepadatan pada campuran Rolled Asphalt.
Besarnya densitas diperoleh dari rumus berikut:
D=
Wdry
(Ws - Ww) ........Rumus 2.3
Dengan:
D
= Densitas/berat isi
Wdry
(gr)
Ws
= Berat SSD
(gr)
Ww
(gr)
SGmix =
Wag
100
....Rumus 2.4
%Wak %Wah %Wf %Wb
+
+
+
SGak SGah SGf
SGb
Wag
: berat agregat
(gram)
(gram)
(gram)
Vag
(cm3)
: volume agregat
(cm3)
(cm3)
SGag
(gr/cm3)
(gr/cm3)
(gr/cm3)
(gr/cm3)
(gr/cm3)
Dengan:
2.3.
(%)
(gr/cm3)
SGmix
(gr/cm3)
Pengujian Campuran
Uji Marshall dilakukan untuk menentukan stabilitas, flow, dan Marshall Quotient.
Selanjutnya hasil tersebut digunakan untuk menentukan kadar aspal optimum.
2.3.2. Uji Kuat Tarik Tidak Langsung (Indirect Tensile Strength Test)
Kuat tarik adalah kemampuan lapisan perkerasan untuk menahan beban yang
berupa tarikan yang terjadi pada arah horisontal. Kuat tarik digunakan untuk
mengevaluasi kemungkinan terjadinya retakan pada lapis perkerasan. Rolled
Asphalt sebagai lapis tipis permukaan jalan, secara langsung menerima beban dari
roda kendaraan. Lapisan Rolled Asphalt yang tipis tersebut harus mampu menahan
gaya tarik akibat beban. Sehingga diperlukan kekuatan tarik yang besar supaya
tidak terjadi retak.
Indirect Tensile Strength Test adalah metode pengujian gaya tarik secara tidak
langsung untuk mengetahui karakter tensile dari campuran perkerasan. Tensile test
diperlukan untuk mengetahui nilai gaya tarik dari campuran rolled asphalt. Sifat
uji ini adalah kegagalan gaya tarik yang berguna untuk memperkirakan potensial
retakan. Campuran penyusun lapisan perkerasan yang baik dapat menahan beban
maksimum, sehingga dapat mencegah terjadinya retakan.
Gaya tarik tidak langsung menggunakan benda uji yang berbentuk silindris yang
mengalami pembebanan tekan dengan dua pelat penekan yang menciptakan
tegangan tarik yang tegak lurus sepanjang diameter benda uji sehingga
menyebabkan pecahnya benda uji. Pengujian gaya tarik tidak langsung secara
normal dilaksanakan menggunakan alat Marshall test yang telah dimodifikasi
dengan pelat berbentuk cekung dengan lebar 12,5 mm pada bagian penekan
Marshall. Pengukuran kekuatan tarik dihentikan apabila jarum pengukur
pembebanan telah berbalik arah atau berlawanan dengan arah jarum jam.
Perhitungan gaya tarik tidak langsung menggunakan Rumus 2.9
ITS =
2xP
............................................................................................Rumus 2.9
pxdxh
Dengan:
ITS
= Beban maksimum
(N)
(m)
(m)
Kuat tekan adalah kemampuan lapisan perkerasan untuk menahan beban yang
bekerja secara vertikal. Beban vertikal yang bekerja disebabkan oleh berat
kendaraan termasuk muatan yang membebani perkerasan pada arah vertikal
termasuk pukulan roda kendaraan akibat permukaan perkerasan yang tidak rata.
Nilai kuat tekan juga sangat dipengaruhi oleh sifat bahan-bahan penyusunnya
termasuk aspal yang relatif kuat pada suhu rendah namun mudah patah (getas) dan
menjadi lebih lunak pada suhu tinggi (visco-elastis). Waktu pembebanan (loading
time) juga menjadi salah satu faktor penyebab kerusakan lapis perkerasan.
Pembatasan kecepatan minimum kendaraan merupakan cara yang efektif untuk
menghindari terjadinya waktu pembebanan yang lama.
P pada saat benda uji hancur. Untuk mendapatkan besarnya tegangan hancur
(terkoreksi) dari benda uji tersebut dilakukan perhitungan dengan Rumus 2.10.
UCS =
P
...Rumus 2.10
A
Dengan:
UCS
= Kuat desak
(KPa)
(N)
(m2)
g
m
, atau K = k . ......Rumus 2.11
m
g
Dengan:
= Permeabilitas (cm)
q
.Rumus 2.13
i. A
k=
V .L
..Rumus 2.14
h. A.T
k=
V .L.g
.Rumus 2.15
A.P.T
Dengan:
V
= debit rembesan (cm/detik)
T
h
= gradient hidrolik, parameter tak berdimensi
L
g air
Permeabilitas
1.10-8
Impervious
1.10-6
Practically impervious
1.10-4
Poor drainage
1.10-2
Fair drainage
1.10-1
Good drainage
Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan alat uji standar permeabilitas
AF-16 yang menggunakan tekanan gas N2 (tersimpan dalam tabung Nitrogen)
untuk membantu mengalirkan air melalui benda uji. Data yang dicatat adalah
tekanan air masuk pipa, volume dan lama rembesan serta tinggi dan diameter
benda uji.
2.4.
2.4.1. Agregat
Agregat merupakan kombinasi dari pasir kerikil, batu pecah, terak atau komposisi
mineral lainnya, baik hasil alam atau pengolahan (penyaringan, pemecahan).
Agregat adalah bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa masa berukuran
besar ataupun fragmen-fragmen.
Daya tahan agregat adalah ketahanan agregat untuk tidak hancur oleh karena
pengaruh mekanis ataupun kimia. Agregat yang digunakan untuk lapisan
perkerasan haruslah mempunyai daya tahan terhadap degradasi (pemecahan) yang
mungkin timbul selama proses pencampuran, pemadatan, beban lalu lintas dan
disintegrasi (penghancuran) yang terjadi selama pelayanan jalan tersebut. Tingkat
degradasi dipengaruhi oleh jenis agregat, gradasi, bentuk agregat, ukuran partikel,
energi pemadatan.
tertahan saringan No. 12 dengan berat benda uji semula. Syarat keausan agregat
yang akan digunakan untuk perkerasan jalan adalah < 40.
Agregat kasar, agregat > 4,75 mm menurut ASTM atau > 2 mm menurut
AASHTO.
b.
Agregat halus, agregat < 4,75 mm menurut ASTM atau < 2 mm menurut
AASHTO dan > 0,075 mm menurut AASHTO.
c.
Agregat pengisi (filler), yaitu agregat halus yang umumnya lolos saringan
No.200.
(Sukirman, 1999)
2) Kebersihan
Agregat yang mengandung substansi asing perusak harus dihilangkan sebelum
digunakan dalam campuran perkerasan, seperti tumbuh-tumbuhan, partikel
halus dan gumpalan lumpur. Hal ini disebabkan substansi asing dapat
mengurangi daya lekat aspal terhadap batuan sehingga mempengaruhi
perkerasan.
Kekuatan agregat adalah ketahanan agregat untuk tidak hancur atau pecah
oleh pengaruh mekanis atau kimiawi. Agregat yang digunakan untuk lapisan
perkerasan haruslah mempunyai daya tahan terhadap degradasi (pemecahan)
yang mungkin timbul selama proses pencampuran, pemadatan, repetisi beban
lalu lintas dan disintegrasi (penghancuran) yang terjadsi selama masa
pelayanan jalan tersebut. Kekuatan dan keausan agregat diperiksa dengan
menggunakan percobaan Abrasi Los Angeles, berdasarkan PB-0206-76,
AASHTO T96-7 (1982). (Sukirman, 1999)
4) Bentuk permukaan
Bentuk permukaan agregat mempengaruhi stabilitas dari lapisan perkerasan
yang dibentuk oleh agregat tersebut. Partikel berbentuk kubus merupakan
bentuk agregat hasil dari mesin pemecah batu (stone crusher) yang
mempunyai bidang kontak lebih luas (berbentuk bidang rata sehingga
memberikan interlock/saling mengunci yang lebih besar) sehingga agregat
bentuk kubus ini paling baik digunakan sebagai bahan konstruksi perkerasan
jalan dibandingkan agregat berbentuk bulat. (Sukirman, 1999)
5) Tekstur permukaan
Besarnya gesekan dipengaruhi oleh jenis permukaan agregat yang dapat
dibedakan atas agregat yang permukaannya kasar (rough), agregat yang
permukaannya halus (smooth), agregat yang permukaannya licin dan
mengkilap (glassy) dan agregat yang permukaannya berpori (porous).
Gesekan timbul terutama pada partikel-partikel yang permukaannya kasar,
sudut geser dalam antar partikel bertambah besar dengan semakin bertambah
kasarnya permukaan agregat. Disamping itu agregat yang lebih kasar lebih
mampu menahan deformasi yang timbul dengan menghasilkan ikatan antar
partikel yang lebih kuat. Pada campuran dengan aspalpun ikatan antar
partikel-partikel dan lapisan aspal lebih baik pada permukaan kasar
6) Porositas
Porositas berpengaruh besar terhadap nilai ekonomis suatu campuran lapis
perkerasan. Semakin besar porositas batuan maka aspal yang digunakan
semakin banyak. Hal ini disebabkan kemampuan absorbsi dari batuan
terhadap aspal juga semakin tinggi.
2.4.2. Filler
kontak yang ditimbulkan antara butiran juga akan bertambah luas, akibatnya
tahanan terhadap gaya geser menjadi lebih besar yang selanjutnya stabilitas
terhadap geseran akan bertambah.
Bahan pengikat yang digunakan pada perkerasan lentur adalah aspal. Aspal
dikenal sebagai suatu bahan atau material yang bersifat viskos atau padat,
berwarna hitam atau coklat, yang mempunyai daya lekat (adhesive), mengandung
bagian-bagian utama yaitu hidrokarbon yang dihasilkan dari minyak bumi atau
kejadian alami (aspal alam) dan terlarut dalam karbondisulfida.
Aspal yang digunakan dalam material perkerasan jalan berfungsi sebagai berikut:
a.
b.
Sebagai bahan pengisi, mengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori yang
ada di dalam agregat itu sendiri
2) Aspal Buatan
a. Aspal Minyak, merupakan hasil penyulingan minyak bumi
b. Ter, merupakan hasil penyulingan batubara.
Tidak umum digunakan untuk perkerasan jalan, karena lebih cepat
mengeras, peka terhadap perubahan temperatur dan beracun.
Aspal minyak diperoleh dari minyak bumi atau sering disebut juga sebagai aspal
minyak (asmin), aspal murni atau petroleum asphalt.
Aspal minyak dengan bahan dasar aspal dapat dibedakan atas:
Tabel 2.4. Jenis aspal cair berdasarkan cara lama pengukuran kekentalannya
Indek
Kekentalan (detik)
15 30
45 90
100 200
250 500
500 1200
1500 3500
RC1
RC2
MC0
SC0
SC1
SC2
RC3
SC3
RC4
SC4
RC5
SC5
Tabel 2.5. Jenis aspal cair berdasarkan cara baru pengukuran kekentalannya
Indek
Kekentalan (sentistoke)
30
30 60
70
70 140
250
250 500
800
800 1600
3000
3000 6000
RC70
RC250
RC800
RC3000
MC30
MC70
MC250
MC800
MC3000
SC30
SC70
SC250
SC800
SC3000
Aspal cair umumnya dipakai pada pekerjaan coating, pembuatan beton aspal
campuran dingin (cold mix). Persyaratan umum aspal cair antara lain, aspal
cair harus berasal dari hasil minyak bumi, aspal harus mempunyai sifat yang
sejenis, kadar parafin dalam aspal lebih kecil dari 2%, dan jika dipanaskan
tidak menunjukkan adanya pemisahan dan penggumpalan. (Soeprapto, 1995).
Viskositas aspal cair jenis RC dengan alat Say Bolt Furol dapat dinyatakan
dengan rentang detik sebagai berikut:
- Kelas RC 70 Viskositas Say Bolt Furol pada 50oC adalah 60 detik sampai
dengan 120 detik
- Kelas RC 250 Viskositas Say Bolt Furol pada 125oC adalah 125 detik
sampai dengan 250 detik
- Kelas RC 800 Viskositas Say Bolt Furol pada 82,2oC adalah 100 detik
sampai dengan 200 detik
- Kelas RC 3000 Viskositas Say Bolt Furol pada 82,2oC adalah 300 detik
sampai dengan 600 detik
(Revisi SNI 03-4800-1998)
2.5.
Jenis Pemeriksaan
Syarat
1.
Maks. 40%
2.
Kelekatan Aspal
> 95%
3.
Maks. 3%
4.
No.
Jenis Pemeriksaan
Syarat
1.
Maks. 3%
2.
Filler yang digunakan adalah abu batu dengan persyaratan seperti tertera pada
Tabel 2.8.
Tabel 2.8. Spesifikasi Pemeriksaan Filler
No. Jenis Pemeriksaan
Syarat
1.
Min.75%
2.
Jenis Pengujian
Metode
Persyaratan
SNI 06-2456-1991
60-79
Titik Lembek, C
SNI 06-2434-1991
48-58
Titik nyala, C
SNI 06-2433-1991
min. 200
Daktalitas 25C,cm
SNI 06-2432-1991
min. 100
SNI 06-2441-1991
min. 1,0
RSNI M -04-2004
min. 99
SNI 06 -2440-1991
mak. 0,8
SNI 06-2456-1991
min.54
min. 50
10
negatif
Standar naptha
Naptha xylene
Hephtane Xylene
Sumber: Divisi VI Perkerasan Aspal
SNI 03-6885-2002
Satuan
Metode
Viskositas kinematis, 60 C
C St
RC 70
RC 250
RC 800
RC 3000
Min.
Max.
Min.
Max.
Min.
Max.
Min.
Max.
SNI 06-6721-2002
70
140
250
500
800
1600
3000
6000
SNI 06-6722-2002
27
Kadar air
SNI 06-2490-1991
Penyulingan
1. Sampai temp 190oC
2. Sampai temp 225oC
3. Sampai temp 260oC
4. Sampai temp 315oC
Sisa penyulingan sampai 360oC
% total isi
destilat
pada
SNI 06-2488-1991
temp360oC
% isi contoh
27
0.2
27
0.2
27
0.2
0.2
10
50
70
85
55
35
60
80
65
15
45
75
75
25
70
80
60
(600)
240
(2400)
60
(600)
240
(2400)
60
(600)
240
(2400)
60
(600)
240
(2400)
cm
SNI 06-2432-1991
100
100
100
100
SNI 06-2438-1991
99.0
99.0
99.0
99.0
SNI 06-6721-2000
Naptha Standar
Naptha-xylene, % xylen
Hepthan-xylene, % xylene
7
KVBB-1962
80
80
80
80
WC
Jumlah tumbukan per bidang
BC
75
Penyerapan aspal,%
Rongga dalam campuran (VIM), %
mak.
1,7
min.
3,0
mak.
6,0
min.
18
17
min.
68
Stabilitas marshall, kg
min.
800
Pelelehan, mm
min.
min.
250
min.
75
min.
2
48
49
2.6.
Kerangka Pikir
Mulai
1.
2.
3.
4.
Rumusan Masalah:
Bagaimanakah marshall properties, kuat tarik tidak langsung, kuat tekan bebas, dan
permeabilitas campuran dingin Rolled Asphalt apabila digunakan
cutback asphalt RC-250 sebagai binder.
1.
Tujuan Penelitian:
Mengetahui karakteristik Marshall serta kadar aspal optimum campuran dingin Rolled
Asphalt menggunakan pengikat rapid curing cutback asphalt (RC 70).
2.
Mengetahui kuat tarik tidak langsung, kuat tekan bebas, dan permeabilitas campuran
dingin Rolled Asphalt menggunakan pengikat rapid curing cutback asphalt (RC 70)
pada kadar aspal optimum.
3.
Mengetahui perbandingan nilai Marshall properties, kuat tarik tidak langsung, kuat
tekan bebas, dan permeabilitas antara campuran dingin Rolled Asphalt dengan
Pembuatan benda uji dengan komposisi gradasi Rolled Asphalt
(Revisi SNI 03-1737-1989)
Pengujian Volumetrik dan Marshall
Pengujian:
ITST (Indirect Tensile Strenght Test)
UCST (Unconfined Compressive Strenght Test)
Analisis Data
50
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.
Metode Penelitian
3.2.
51
3.3.
Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung melalui serangkaian
kegiatan percobaan yang dilakukan sendiri dengan mengacu pada petunjuk
manual yang ada, misalnya dengan mengadakan penelitian/pengujian secara
langsung.
Data-data yang termasuk ke dalam data primer adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
Pemeriksaan permeabilitas.
e.
f.
g.
h.
i.
52
j.
k.
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung (didapat dari
penelitian lain). Dalam banyak hal peneliti harus menerima data sekunder menurut
apa adanya. Data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan data
peneliti lain, yaitu:
a.
b.
Pemeriksaan kuat tarik tidak langsung (ITST) Hot Rolled Asphalt (Harjono,
2009)
c.
Pemeriksaan kuat tekan bebas (UCST) Hot Rolled Asphalt (Harjono, 2009)
d.
e.
3.4.
3.4.1. Peralatan
53
b.
c.
d.
e.
f.
g.
54
h.
i.
3.4.2. Bahan
55
a.
Aspal
Aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspal keras penetrasi 60/70
yang telah tersedia di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik UNS.
b.
Agregat
Agregat yang digunakan berasal dari PT. Pancadarma (ex: Sentolo), Surakarta
c.
Filler
Filler yang digunakan adalah abu batu dari PT. Pancadarma (ex: Sentolo),
Surakarta.
3.5.
Pemeriksaan Bahan
56
b.
c.
d.
Aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspal keras penetrasi 60/70.
Pemeriksaan aspal meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
3.6.
Penelitian ini menggunakan jenis gradasi dari Standar Nasional Indonesia (SNI).
Jenis pengujian pada penelitian ini adalah Marshall Test, pengujian kuat tarik
57
(ITST), pengujian kuat tekan (UCST) dan permeabilitas udara. Adapun jumlah
benda uji yang dibuat sebagai berikut:
Tabel 3.1. Jumlah benda uji untuk menentukan kadar aspal RC 70 optimum
Kadar aspal RC 70
9,5%
10%
10,5%
11%
11,5%
Tabel 3.2. Jumlah benda uji untuk UCST, ITST, dan Permeabilitas dengan kadar
aspal RC 70 optimum
Pengujian
UCST
ITST
Permeabilitas udara
1) Tahap I
Tahap persiapan dimana kita mempersiapkan bahan dan alat yang akan
digunakan.
2) Tahap II
Tahap pemeriksaan bahan:
58
3) Tahap III
Tahap Perencanaan Rancang Campuran (Job Mix Design):
- Perhitungan jumlah agregat yang digunakan pada tiap campuran.
- Perhitungan kadar aspal yang digunakan pada tiap campuran.
Adapun gradasi yang digunakan adalah gradasi Standar Nasional Indonesia
(SNI), sama seperti gradasi yang digunakan pada penelitian Harjono (2009)
yang disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3.Gradasi rencana campuran Rolled Asphalt yang akan digunakan
Spesifikasi
ukuran saringan
Prosentase
Lolos
(mm)
BS
19
12.5
9.5
2.36
0.6
0.075
3/4"
1/2"
3/8"
#8
#30
#200
Pan
Rencana
Campuran
Prosentase
Lolos
(%)
100
90 100
75 85
50 72
35 60
6 12
-
100
95
80
61
48
9
0
59
Gambar 3.1. Grafik spesifikasi gradasi Rolled Asphalt yang digunakan dalam
penelitian.
4) Tahap IV
Tahap pencairan aspal:
Mencairkan aspal keras menggunakan premium berdasarkan perbandingan
berat (65% aspal keras, 35% premium).
5) Tahap V
Tahap pembuatan benda uji:
i. Pra pemadatan
- Mencampur agregat dan aspal cair sesuai dengan hasil job mix design.
- Mengaduk campuran sampai rata, tanpa adanya pemanasan.
60
pada alat
penumbuk.
- Memadatkan campuran dengan alat pemadat sebanyak 75 kali untuk
masing-masing sisinya.
- Memberi penomoran pada masing-masing benda uji.
iii. Pasca pemadatan
- Mendiamkan benda uji selama "24 jam pada suhu ruang, barulah
dikeluarkan dari mould dengan bantuan dongkrak.
- Benda uji didiamkan pada suhu ruang selama 7 hari supaya premium
dalam benda uji menguap.
3.6.2. Tahapan pembuatan benda uji untuk ITST, UCST, dan Permeabilitas
Tahapan yang dilalui pada pembuatan benda uji ini, sama halnya dengan tahapan
pembuatan benda uji untuk Marshall test. Yang membedakan adalah penggunaan
kadar aspal optimum pada campuran benda uji, sesuai dengan hasil yang
diperoleh dari Marshall test.
3.7.
Pengujian
61
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui VIM (Voids in Mix) dari masingmasing benda uji. Adapun tahap pengujiannya adalah sebagai berikut:
1) Tahap I
Benda uji yang telah diberi kode diukur diameter dan ketinggiannya pada
empat sisi yang berbeda-beda dengan menggunakan jangka sorong.
Setelah diukur ketinggiannya, benda uji tersebut ditimbang untuk
mendapatkan berat benda uji (berat di udara).
2) Tahap II
Benda uji kemudian direndam selama 24 jam, dalam suhu ruang kemudian
benda uji ditimbang di dalam air untuk mendapatkan berat dalam air dan
ditimbang dalam keadaan kering permukaan (SSD) dengan cara benda uji
dilap dengan kain.
3) Tahap III
Dari hasil pengukuran berat di udara, berat dalam air dan berat SSD, dihitung
densitas dengan menggunakan Rumus 2.3.
62
4) Tahap IV
Pada tahap ketiga ini dihitung berat jenis (Specific Gravity) dari masingmasing benda uji dengan menggunakan Rumus 2.4.
5) Tahap V
Dari hasil densitas dan GSmix dihitung besar VIM dengan menggunakan
rumus porositas yaitu Rumus 2.8.
63
3.7.3. Uji Kuat Tarik Tidak Langsung (Indirect Tensile Strength Test)
3.7.5. Permeabilitas
64
a.
b.
65
c.
66
d.
Penyelesaian
1) Menutup katup suplay (11), menutup katup pengatur tekanan ke samping
(2) berlawanan arah jarum jam untuk mengembalikan pada posisi 0.
2) Membuka ventilasi udara (5) untuk melepaskan tekanan, setelah jarum
penunjuk kembali ke 0, kemudian menutup semua katup.
3) Membuka ventilasi udara bejana penyerap (10), melepas bejananya,
mengambil benda uji, kemudian membersihkan peralatanya.
67
68
3.8.
Diagram Alir
Mulai
Persiapan bahan dan alat
Unconfined Compressive
Strength Test
Kesimpulan
Selesai
Permeabilitas
69