Anda di halaman 1dari 25

BAB V

REKOMENDASI PROGRAM
A. Landasan Pemikiran
Kesejahteraan sosial senantiasa dikaitkan dengan konsep kualitas hidup
(quality

of

life).

Konsep

kualitas

hidup

selalu

digunakan

untuk

mendeskripsikan kehidupan yang baik dalam beberapa disiplin ilmu. Isi dan
pengukuran spesifik mengenai kualitas hidup sangat bervariasi antara disiplin
ilmu dengan disiplin itu sendiri.
Amanat Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
tahun 1945 yang berbunyi ... melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Perlindungan terhadap seluruh bangsa Indonesia serta pelaksanaan
keadilan sosial sudah sangat jelas menjadi tugas bersama seluruh warga
negara tanpa memandang status, ras, serta masalah yang dihadapi oleh
masing-masing orang. Bersamaan dengan hal tersebut, kesejahteraan sosial
yang merupakan suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial yang mana
bukan merupakan ciri individu atau perorangan, melainkan ciri masyarakat
sebagai suatu kesatuan atau secara keseluruhan masyarakat Indonesia.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
menyatakan kesejahteraan sosial adalah merupakan kondisi terpenuhinya
kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak
dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya. Selanjutnya Undang-Undang yang sama menjelaskan bahwa
usaha kesejahteraan sosial adalah merupakan penyelenggaraan kesejahteraan

93

94

sosial yaitu upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan
sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara yang meliputi
rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan
sosial.
Bencana merupakan salah satu dari sekian banyak permasalahan sosial
yang memiliki karakteristik masing-masing dari berbagai macam kejadiannya
namun tidak pernah bisa diketahui apalagi ditebak kapan datangnya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana menjelaskan bahwa :
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
Selanjutnya, Undang-Undang yang sama juga menjelaskan bahwasanya
bencana terbagi menjadi 3 (tiga) diantaranya :
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,
dan tanah longsor.
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan
teror.
Berdasarkan hasil temuan lapangan, didapatkan bahwa mitigasi bencana
tanah longsor di Kampung Ciharegem Desa Ciburial Kecamatan Cimenyan

95

Kabupaten Bandung telah ada dan dilaksanakan oleh masyarakat setempat,


namun karena kesadaran yang hanya berlangsung sementara maka berbagai
macam usaha mitigasi yang telah dibentuk menjadi tidak maksimal
pelaksanaannya.
Analisis masalah penelitian yang telah ditemukan yakni telah dibuatnya
terasering/sengkedan pada lahan curam namun dalam waktu sekarang ini
masyarakat mengganti pembuatan terasering/sengkedan dengan pembuatan
parit dengan alasan penghematan lahan. Kemudian, kepedulian masyarakat
dalam penutupan retakan tanah yang terjadi saat musim kemarau yang dapat
menjadi penyebab terjadinya longsor, perlindungan hutan dengan tidak
menebang hutan secara sembarangan namun teridentifikasi bahsawanya
terdapat beberapa lahan masyarakat yang telah gundul, pelaksanaan upaya
penghijauan dengan pelaksanaan penanaman 1000 pohon namun karena
kekurang pedulian masyarakat juga maka yang tersisa 300 pohon.
Selanjutnya, pembuatan saluran air hujan yang bertujuan untuk menghindari
terjadinya tanah longsor namun karena kesadaran masyarakat dan
ketidakingintahuannya membuat masyarakat menjadikan saluran ini sebagai
tempat pembuangan sampah yang tanpa disadaripun mampu mengakibatkan
terjadinya tanah longsor. Pembangunan dinding penahan pada lereng yang
tebal untuk mencegah terjadinya tanah longsor namun hanya dilakukan oleh
beberapa masyarakat saja. Pemeriksaan kondisi tanah yang menjadi hal
penting yang harus dilakukan oleh masyarakat namun tetap tidak membuat
masyarakat ingin menerapkannya sebagai salah satu bentuk mitigasi namun

96

karena alasan kesibukan berbagai aktivitas maka tidak bentuk mitigasi ini
tidak terlaksana.
Identifikasi dan analisis sumber yang ada di lingkungan menunjukkan
bahwa masyarakatu memiliki sumber-sumber yang bisa membantu dalam
mengatasi permasalahannya utamanya dalam melaksanakan mitigasi bencana
tanah longsor. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengajukan ide dan gagasan
melalui rekomendasi program. Rekomendasi program ini diharapkan sebagai
solusi dalam meningkatkan upaya masyarakat dalam mitigasi bencana tanah
longsor. Program pemecahan masalah ini juga mempertimbangkan sistem
sumber yang tersedia baik sistem sumber formal maupun informal.
B. Nama Program
Berdasarkan landasan pemikiran tersebut, maka usulan program yang
diajukan

sebagai

Pembentukan

alternatif

Masyarakat

pemecahan
Tangguh

masalah

Bencana

adalah
Melalui

Upaya
Program

Community Based Disaster Risk Management (CBDRM) di Kampung


Ciharegem Desa Ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.
Program ini merupakan sebuah manajemen resiko bencana berbasis
masyarakat yang meliputi beberapa kegiatan yang telah disusun secara rinci
melibatkan seluruh masyarakat Kampung Ciharegem agar diperoleh hasil
yang optimal untuk meningkatkan kemampuan masyarakat, antara lain:
1. Seminar Community Based Disaster Risk Management (CBDRM) bagi
seluruh masyarakat Kampung Ciharegem Desa Ciburial
2. Penyuluhan mitigasi dan bentuknya serta prosedur pelaksanaannya bagi
seluruh masyarakat Kampung Ciharegem DesaCiburial
3. Simulasi bencana bagi seluruh masyarakat Kampung Ciharegem Desa
Ciburial

97

Kegiatan ini dilakukan sebagai tindak lanjut dan pendukung


keberhasilan peningkatan kemampuan pelaksanaan mitigasi bencana melalui
pembentukan masyarakat tangguh bencana yang mana nantinya ketika telah
dibentuk masyarakat tangguh bencana maka akan menjadi suatu bentuk
pengawasan lokasi tinggal secara lebih mendalam bagi seluruh masyarakat
serta diharapkan mampu mengarahkan mereka untuk melakukan tindakan
konkrit

dalam

rangka

menguatkan

dan

meningkatkan

kemampuan

pelaksanaan mitigasi bencana yang harus diketahui oleh seluruh masyarakat


yang tinggal didaerah rawan bencana.
C. Tujuan Program
Dalam mengajukan usulan program yang tepat untuk membentuk
masyarakat tangguh bencana melalui program community based disaster risk
management (CBDRM) di Kampung Ciharegem Desa Ciburial Kecamatan
Cimenyan Kabupaten Bandung terdapat beberapa tujuan pencapaian sebagai
bentuk ukuran kesuksesan pelaksanaan program. Adapun tujuan program ini
terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, antara lain:
1. Tujuan Umum
Terbentuknya masyarakat tangguh bencana yang paham akan manajemen
resiko bencana berbasis masyarakat bagi seluruh masyarakat Kampung
Ciharegem.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya

pengetahuan

masyarakat

mengenai

program

Community Based Disaster Risk Management (CBDRM)


b. Meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai mitigasi dan
bentuk-bentuknya serta prosedur pelaksanaannya
c. Meningkatkan pengetahuan, Keterampilan serta relasi antara seluruh
masyarakat

98

D. Sasaran
Sasaran dari upaya pembentukan masyarakat tangguh bencana melalui
program community based disaster risk management (CBDRM) di Kampung
Ciharegem Desa Ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung adalah
seluruh masyarakat Kampung Ciharegem dan pemerintah Desa Ciburial.
E. Sistem Partisipan dan Pengorganisasian Program
Sistem partisipan dan pengorganisasian program menjelaskan seluruh
sistem atau pelaku yang terlibat dalam pelaksanaan program. Adapun teknik
sistem partisipan yang digunakan oleh peneliti dalam merumuskan sebuah
program yang bertujuan sebagai bentuk dorongan dalam upaya pembentukan
masyarakat tangguh melalui program community based disaster risk
management (CBDRM) yakni pertama peneliti mengidentifikasi sistem
inisiator yang mana terdiri dari orang-orang yang pertama kali menaruh
perhatian dan dilibatkan dalam penanganan masalah mitigasi bencana tanah
longsor sampai masalah ini diangkat untuk diteliti.
Sistem inisiator yang teridentifikasi oleh peneliti yakni peneliti yang
telah melaksanakan penelitian terhadap mitigasi bencana tanah longsor di
Kampung Ciharegem Desa Ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten
Bandung. Peneliti merupakan sistem inisiator yang secara langsung menaruh
perhatian terhadap kondisi mitigasi bencana tanah longsor di Kampung
Ciharegem yang merupakan penanggungjawab atas segala usulan program
yang telah diajukan beserta pelaksanaan dan hasilnya.
Kedua, peneliti mengidentifikasi sistem agen perubahan yakni yang
akan bertanggungjawab sebagai pemimpin ataupun koordinator dalam tahap
awal usaha perubahan serta pemecahan masalah. Adapun yang teridentifikasi

99

oleh peneliti yakni Kepala Desa Ciburial Kabupaten Bandung. Setelah


melalui inisiator yakni peneliti diserahkan kepada pihak pemerintah Desa
Ciburial untuk selanjutnya mengatur dan memfasilitasi masyarakat dalam
upaya pembentukan masyarakat tangguh bencana.
Berikutnya ketiga, identifikasi sistem klien yakni yang akan
memperoleh manfaaat secara langsung dan tidak langsung dari pemecahan
masalah. Masyarakat Kampung Ciharegem adalah merupakan klien yang
menerima manfaat secara langsung terhadap berbagai upaya mitigasi bencana
tanah longsor. Selain itu, penerima manfaat secara tidak langsung adalah
merupakan pemerintah Desa Ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten
Bandung.
Identifikasi pendukung adalah bagian keempat yang diidentifikasi oleh
peneliti, yakni instansi-instansi yang dilibatkan didalam pelaksanaan program
yakni Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung
Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat,
serta Pusat Kajian Bencana dan Pengungsi Sekolah Tinggi Kesejahteraan
Sosial Bandung. Kemudian kelima, sistem pengendali yang secara formal
ditugaskan memiliki kewenangan dan kekuasaan untuk mengusulkan dan
menyetujui pelaksanaan perubahan berencana adalah Ketua RT 02 Kampung
Ciharegem Desa Ciburial.
Keenam adalah identifikasi sistem induk atau naungan yang merupakan
suatu unit yang akan membiayai dan menyampaikan program sebagai upaya
perubahan yang berhubungan dengan permasalahan Bencana Alam adalah
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung.
Selanjutnya ketujuh, eksekutor dilapangan atau sistem pelaksana adalah

100

seluruh masyarakat dan pemerintah Desa Ciburial. Bagian inilah yang


menjadi fokus dari usulan program yang harus diterapkan dengan rasa
tanggung jawab yang sangat besar.
Kedelapan, sistem sasaran dari upaya perubahan berdasarkan usulan
program adalah masyarakat dan juga pemerintah Desa Ciburial yang
merupakan fokus dari program ini yang dilaksanakan

di Kampung

Ciharegem Desa Ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.


Kemudian

kesembilan,

identifikasi

sistem

kegiatan

yang

akan

menyambungkan seluruh sistem yang telah teridentifikasi adalah orang yang


berpengaruh dalam pelaksanaan perubahan di kampung Ciharegem Desa
Ciburial diantaranya Ketua RT 02 dan juga kepala Seksi Kesejahteraan Sosial
Desa Ciburial.
Adapun sistem partisipan upaya pembentukan masyarakat tangguh
bencana melalui program Community Based Disaster Risk Management
(CBDRM) dapat dilihat pada tebel 5.1 berikut:
Tabel 5.1: Sistem Partisipan Program
No
1

Sistem
Partisipan
Sistem
Inisiator

Definisi

Pelaku

Orang yang pertama kali


menaruh perhatian pada masalah

Peneliti

Pekerja sosial profesional,


lembaga, atau yang lainnya yang
mengkoordinasikan usaha
perubahan/pemecahan masalah
Penerima manfaat primer dan
sekunder

Kepala Desa Ciburial Kecamatan


Cimenyan Kabupaten Bandung

Sistem
Pendukung

Pihak-pihak lain yang diharapkan


memberikan dukungan dalam
pemecahan masalah

Sistem
Pengendali

Orang atau orang-orang yang


mempunyai kekuasaan dan
otoritas untuk menyetujui
perubahan dan mengarahkan
dalam pengimplementasiaannya
Bagian dari organisasi atau
masyarakat yang memberikan
naungan secara administrasi
dalam intervensi

Badan Penanggulangan Becana


Daerah (BPBD) Kabupaten
Bandung, Pemerintah Kabupaten
Bandung, serta PUSKASI STKS
Bandung.
Ketua RT 02 Kampung Ciharegem
Desa Ciburial Kecamatan
Cimenyan.

Sistem Agen
Perubahan

Sistem Klien

Masyarakat Desa Ciburial beserta


Pemerintah Setempat

Sistem Induk
Naungan

Badan Penanggulangan Bencana


Daerah (BPBD) Kabupaten
Bandung Provinsi Jawa Barat

Peran
Penanggungjawab
terhadap program yang
diusulkan.
koordinator dalam tahap
awal usaha perubahan
serta pemecahan
masalah
yang akan memperoleh
manfaaat secara
langsung dan tidak
langsung dari
pemecahan masalah.
Narasumber
pelaksanaan program.

Yang berwenang dan


berkuasa untuk
mengusulkan dan
menyetujui pelaksanaan
perubahan berencana
Suatu unit yang akan
membiayai dan
menyampaikan program
sebagai upaya

101

Sistem
Pelaksana

Staf atau voluntir yang


melaksanakan intervensi

Kepanitiaan yang telah dibentuk


untuk melaksanakan program

Sistem
Sasaran

Pihak-pihak yang harus dirubah


agar intervensi dalam berhasil

Sistem
Kegiatan

Orang yang mengembangkan


perencanaan serta menjadi
kelompok kerja yang
bertanggungjawab mengawal
upaya perubahan melalui
penyelesaian tugas-tugas.

Masyarakat Kampung Ciharegem


Desa Ciburial beserta pemerintah
Desa Ciburial.
Ketua RT 02 beserta Kepala Seksi
Kesejahteraan Sosial Desa Ciburial

perubahan yang
berhubungan dengan
permasalahan NAPZA
Penanggungjawab
terhadap seluruh
pelaksanaan program
Yang menjadi peserta
pelaksanaan program
menyambungkan
seluruh sistem yang
telah teridentifikasi
adalah orang yang
berpengaruh dalam
pelaksanaan perubahan

Pengorganisasian dalam program dilaksanakan dengan membentuk


struktur tim pelaksana (panitia). Adapun susunan panitia pelaksana program
adalah sebagai berikut:
1. Penanggung jawab
Sebagai penanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan adalah peneliti
yang dalam hal ini sebagai orang pertama yang menaruh perhatian pada
masalah dengan tugas sebagai:
a. Bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan program
b. Memberikan pengarahan dan saran kepada semua unsur pelaksana
c. Memberikan pengarahan dan saran kepada semua unsur pelaksana
d. Melakukan pengawasan terhadap tugas-tugas staf pelaksana
2. Ketua Pelaksana
Sebagai ketua pelaksana kegiatan ini yaitu Ketua RT 02 Kampung
Ciharegem Desa Ciburial yang memiliki tugas sebagai:
a. Memimpin pelaksanaan kegiatan
b. Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait
c. Melakukan pengawasan langsung terhadap pelaksanaan kegiatan
3. Sekretaris
Sekretaris dalam kegiatan ini adalah Sekretaris Desa yang memiliki tugas
sebagai:
a. Membantu

ketua

pelaksana

dalam

mempersiapkan

rencana

pelaksanaan kegiatan
b. Melakukan tugas-tugas administrasi kesekretariatan
c. Menginventaris peserta anggota yang akan diikutsertakan dalam
kegiatan

102

d. Menerima laporan pelaksanaan kegiatan dari staf pelaksana


dilapangan
e. Menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan yang
akan disampaikan kepada ketua pelaksana
4. Bendahara
Bendahara dalam kegiatan ini adalah Ketua Tim Penggerak PKK desa
Ciburial yang memiliki tugas sebagai:
a. Menghimpun dan mengelola dana yang digunakan untuk kegiatan
b. Menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan secara
menyeluruh yang kemudian disampaikan kepada ketua pelaksana
5. Seksi-seksi:
a. Seksi Perlengkapan
Ketua LPM Desa Ciburial menjadi koordinator seksi perlengkapan.
Seksi ini bertugas untuk mempersiapkan dan menyediakan seluruh
peralatan dan sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan.

b. Seksi Humas
Ketua Karang Taruna Desa Ciburial menjadi koordinator humas.
Tugasnya

adalah

mempublikasikan

dan

mendokumentasikan

pelaksanaan kegiatan kepada masyarakat.


c. Seksi Acara
Sekretaris Karang Taruna Desa Ciburial menjadi koordinator seksi
acara. Seksi ini bertugas untuk mengatur persiapan, menyiapkan
dekorasi ruangan kegiatan dan memandu pelaksanaan kegiatan serta
menyiapkan materi dan pemateri yang kompeten dalam kegiatan.
d. Seksi Konsumsi
Sekretaris Tim Penggerak PKK Desa Ciburial menjadi koordinator
seksi konsumsi. Seksi konsumsi bertugas untuk menyediakan dan
mendistribusikan konsumsi sesuai dengan kebutuhan kegiatan.

103

Berikut adalah struktur kepanitiaan dalam pelaksanaan tugas pada saat


program dilaksanakan dapat dilihat pada Gambar 5.1 berikut:

Penanggungjawab
Peneliti dan
Ketua Pelaksana
Ketua
RT
02 Kampung Ciharegem
Sekretaris
Bendahara
Sekretaris Desa Ciburial
Ketua PKK Desa Ciburial
Sie.Humas
Sie.Perlengkapan
Sie.Acara
Sie.Konsumsi
Ketua Karang
Ketua LPM Desa
Sekretaris
Sekretaris PKK
Taruna Desa
Ciburial
Karang Taruna
Desa Ciburial
Ciburial Sistem Sasaran
Desa Ciburial
Gambar 5.1 Struktur Kepanitiaan Penyelenggara Program
Kampung
Ciharegem
Sumber:Masyarakat
Mahasiswi STKS
Bandung
2015 serta Seluruh
Pemerintah Desa Ciburial

F. Metode dan Teknik


Metode yang

digunakan

dalam

pelaksanaan

program

adalah

partisipatory yakni melibatkan manusia dan struktur untuk mengatasi


tantangan dan meningkatkan kesejahteraan. Praktik pekerjaan sosial terentang
dalam berbagai bentuk group work, community work, dan community
development; formulasi dan analisis kebijakan; dan intervensi advokasi dan
politik. Dari perspektif emansipatori, pekerjaan sosial ditujukan pada
peningkatan harapan individu, kepercayaan diri dan potensi kreatif tiap
individu untuk menghadapi dan menantang dinamika kekuatan opresi dan
sumber ketidakadilan struktural sehingga mencakup kesatuan aspek mikro

104

dan makro serta dimensi personal-politik dalam intervensi. Metode ini


digunakan melalui usaha yang terorganisir dalam membangun akses terhadap
sistem sumber yang ada di Kampung Ciharegem Desa Ciburial Kecamatan
Cimenyan Kabupaten Bandung dan penyusunan program yang terencana.
Strategi yang digunakan dalam metode partisipatory yakni public educator
dan advocate.
Public educator merupakan suatu strategi dalam memberikan dan
menyebarluaskan informasi mengenai masalah dan upaya community based
disaster risk management. Dalam artiannya yakni upaya yang dilakukan
untuk memberikan informasi dan mempengaruhi sistem sasaran agar sistem
tersebut menyadari bahwa upaya pembentukan masyarakat tangguh melalui
program community based disaster risk management harus dijalankan dan
benar-benar dibutuhkan oleh sistem sasaran yang kemudian sumber yang
dibutuhkan dapat dialokasikan. Pada strategi public educator ini taktik yang
digunakan adalah:
1. Pendidikan (education)
Taktik pendidikan merupakan upaya untuk membangun persepsi, sikap
dan opini. Taktik pendidikan digunakan untuk memberikan informasi
yang benar tentang manfaat yang diperoleh dari program yang akan
dilaksanakan. Tujuan dari taktik ini adalah agar masyarakat kampung
Ciharegem dapat menyadari pentingnya program yang akan dilaksanakan
serta kondisi lingkungan tempat tinggalnya yang rentan akan kejadian
bencana alam tanah longsor.
2. Persuasi
Taktik ini digunakan untuk mengacu akses kepada seni meyakinkan
sistem sasaran (masyarakat dan pemerintah desa Ciburial) agar menerima

105

dan mendukung program kegiatan ini. Dengan demikian pihak yang


menjadi sasaran dari kegiatan ini akan memiliki kesadaran dan
memberikan dukungan untuk terlaksananya kegiatan ini. Selain
dukungan untuk terlaksananya program ini juga agar masyarakat
Kampung Ciharegem Desa Ciburial memiliki kesadaran untuk semakin
terpacu meningkatkan mitigasi bencana alam tanah longsor dengan
menerapkan seluruh cara yang sesuai dengan kemampuan masyarakat
setempat.
Advocate yakni membela klien memperjuangkan haknya memperoleh
pelayanan atau menjadi penyambung lidah klien dalam hal ini masyarakat
kampung Ciharegem Desa Ciburial agar pemerintah respon dan memenuhi
kebutuhan klien. Sistem sasaran setuju (diyakinkan untuk setuju) dengan
sistem kegiatan, bahwa perubahan dibutuhkan dan didukung dengan
pengalokasian sumber yang ada. Dengan demikian, proses advokasi berjalan
dan terjalin kerjasama dari berbagai pihak yang akan menghasilkan
perubahan

yang

diinginkan.

Strategi

ini

digunakan

karena

mempertimbangkan adanya sumber yakni sumber informal, sumber formal,


serta sumber kemasyarakatan yang menjadi pemeran utama dalam membantu
membentuk masyarakat tangguh bencana melalui program community based
disaster risk management. Dalam strategi ini taktik yang digunakan adalah:
1. Memilih tujuan advokasi
Masalah yang diadvokasi mungkin sangat kompleks. Oleh karena itu
agar advokasi maka tujuan advokasi harus dipertajam sedekimian rupa.
Tujuan advokasi harus dipersempit, seperti pembentukan masyarakat
tangguh melalui program community based disaster risk management.

106

2. Mengidentifikasi sasaran advokasi


Jika masalah dan tujuan telah ditetapkan, maka kegiatan advokasi harus
diarahkan kepada orang-orang yang memiliki otoritas untuk mengambil
keputusan misalnya pemerintah Desa Ciburial yang memiliki peranan
penting dalam membentuk masyarakat tangguh yang merupakan salah
satu cara meningkatkan kesadaran masyarakat akan kondisi bencana
alam dilingkungan tempat tinggalnya.
3. Mengembangkan dan menyampaikan pesan advokasi
Sasaran advokasi yang berbeda-beda memberikan respon terhadap pesan
yang berbeda pula.
4. Membuat presentasi yang persuasif
Kesempatan untuk mempengaruhi sasaran advokasi baik individu
maupun organisasi kadangkala sangat terbatas. Oleh karena itu,
pembuatan berbagai media yang mampu menarik perhatian sasaran
advokasi dapat dengan mudah tersampaikan.
5. Mengevaluasi usaha advokasi
Paling akhir dari kegiatan advokasi adalah evaluasi untuk mengetahui
apakah tujuan advokasi telah tercapai. Hasil evaluasi dapat digunakan
sebagai umpan balik atau masukan untuk memperbaiki strategi dan usaha
advokasi.
G. Langkah-langkah Pelaksanaan
Langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksnakan untuk mencapai
program adalah sebagai berikut:
1) Tahap Persiapan (Preparing Stage)
Tahap ini merupakan tahap awal yang mencakup berbagai hal-hal yang
harus dipersiapkan sebelum program dilaksanakan, antara lain:
a. Orientasi dan Sosialisasi Program
Kegiatan orientasi ditujukan untuk menyampaikan permasalahan yang
ditemukan sesuai hasil penelitian kepada sasaran dalam hal ini kepada

107

Ketua

RT

02

mensosialisasikan

dan

Kepala

program

yang

Desa
akan

Ciburial.

Selanjutnya,

dilaksanakan

untuk

memberikan informasi dan pemahaman tentang rencana program yang


akan dilaksanakan.
b. Membentuk Panitia Pelaksana Program
Panitia dibentuk oleh Pemerintah Desa Ciburial yang difasilitasi oleh
Kepala Desa Ciburial. Panitia yang telah dibentuk tersebut akan
menjadi tim kerja (team work) yang akan bertanggungjawab dan
bertugas langsung dalam pelaksanaan pembentukan masyarakat
tangguh bencana melalui program Community Based Disaster Risk
Management (CBDRM).
c. Melakukan Koordinasi Dengan Pihak Terkait
Koordinasi yang dilakukan dengan pihak terkait yakni Bdan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung,
Pemerintah Kabupaten Bandung, Pusat Kajian Bencana dan
Pengungsi STKS Bandung untuk memberitahukan kembali dan
memastikan teknis dan waktu pelaksanaan program.
2) Tahap Perencanaan (Planning Stage)
Tahap ini merupakan tahap sebelum melakukan kegiatan yakni
memastikan waktu, tempat, sasaran, teknik, serta materi dan pemateri
yang akan mengisi kegiatan.
1) Nama Kegiatan
Nama kegiatan adalah Upaya Pembentukan Masyarakat Tangguh
Bencana Melalui Program Community Based Disaster Risk
Management (CBDRM) di Kampung Ciharegem Desa Ciburial
Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat.
2) Tempat Kegiatan
Tempat pelaksanaan kegiatan yakni di Kantor Kepala Desa Ciburial.
3) Waktu Pelaksanaan Kegiatan

108

Kegiatan sosialisasi ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan


Juli tahun 2015.
4) Sasaran Kegiatan
Kelompok sasaran kegiatan ini yaitu sebanyak 100 orang yang terdiri
dari keseluruhan sistem partisipan yang ada diantaranya Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung,
Pemerintah Kabupaten Bandung, Pusat Kajian Bencana dan
Pengungsi

STKS

Bandung,

seluruh

masyarakat

Kampung

Ciharegem, serta pemerintah Desa Ciburial.


5) Teknik
1) Presentasi dan tanya jawab yakni penyajian informasi yang
diperlukan bagi peserta dan kemudian dilanjutkan diskusi atau
tanya jawab
2) Mengungkapkan pendapat, yakni peserta diberikan kesempatan
untuk

mengemukakan

berbagai

pandangan,

tanggapan,

masukan, dan saran.


6) Materi
Materi yang disajikan adalah materi yang berkaitan dengan mitigasi
bencana alam tanah longsor dan juga community based disaster risk
management.

Pemberi

materi

dipilih

sesuai

keahliannya, materi yang disampaikan diantaranya:


1) Seminar Community Based Disaster Risk

dengan

bidan

Management

(CBDRM) bagi seluruh masyarakat Kampung Ciharegem oleh


Pusat Kajian Bencana dan Pengungsi STKS Bandung
2) Penyuluhan mitigasi dan bentuknya serta

prosedur

pelaksanaannya bagi seluruh masyarakat Kampung Ciharegem


oleh

Badan

Penanggulangan

Bencana

Daerah

(BPBD)

109

Kabupaten Bandung dan Pusat Kajian Bencana dan Pengungsi


STKS Bandung
3) Simulasi bencana bagi seluruh masyarakat Kampung Ciharegem
oleh

Badan

Penanggulangan

Bencana

Daerah

(BPBD)

Kabupaten Bandung dan Pusat Kajian Bencana dan Pengungsi


STKS Bandung serta Pemerintah Kabupaten Bandung
7) Tahap Pelaksanaan (Implementing Stage)
Pelaksanaan pembentukan masyarakat tangguh bencana melalui
program community based disaster risk management disesuaikan
dengan perencanaan jadwal dan langkah-langkah kegiatan yang telah
disusun oleh panitia kegiatan. Adapun tahapannya sebagai berikut:
a. Sosialisasi Kegiatan
Kegiatan yang telah dirancang harus disosialisasikan kepada
sistem sasaran dan pihak yang terkait agar jadwal dapat dibuat
sesuai rencana. Sosialisasi kegiatan dapat dilakukan melalui
surat resmi kepada seluruh sasaran kegiatan atau pemberitahuan
secara langsung.
b. Pengorganisasian
Sebelum kegiatan dilaksanakan terlebih dahulu mengadakan
pengorganisasian kembali untuk memastikan dan merapikan
seluruh persiapan kegiatan yang telah direncanakan oleh panitia
melalui rapat koordinasi.
c. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan-kegiatan dari program yang telah disebutkan tersebut
akan dilaksanakan sesuai dengan rancangan yang telah dibentuk.
Adapun uraian kegiatan tersebut sebagai berikut:
1) Seminar Community Based Disaster Risk Management
(CBDRM) bagi seluruh masyarakat Kampung Ciharegem

110

2) Penyuluhan

mitigasi

pelaksanaannya

bagi

dan

bentuknya

seluruh

serta

masyarakat

prosedur
Kampung

Ciharegem
3) Simulasi bencana bagi seluruh masyarakat Kampung
Ciharegem
K. Tahap Pengakhiran (Terminage Stage)
Pengakhiran merupakan langkah penutup dari seluruh rangkaian
pelaksanaan program. Kegiatan dalam tahap pengakhiran ini
meliputi:
a. Tahap Monitoring dan Evaluasi
Tahap monitoring dan evaluasi dilakukan pada setiap kegiatan
mulai dari awal hingga akhir kegiatan yang bertujuan untuk
mengukur keberhasilan kegiatan yang telah dilaksanakan. Pada
tahap ini dilakukan dengan mengkaji kembali kegiatan yang
telah terlaksana untuk melihat kelemahannya. Tahap ini
dilakukan bersama seluruh panitia pelaksana dan pihak terkait.
b. Pelaporan
Laporan pelaksanaan kegiatan dibuat oleh panitia pelaksana dan
merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban kepada Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung
dan sebagai bahan dokumentasi. Laporan ini meliputi proses dan
laporan hasil kegiatan yang selanjutnya akan diperlihatkan
kepada pihak-pihak terkait yang berisi tentang anggaran
kegiatan, kelemahan dan kelebihan, faktor pendukung dan
penghambat yang ditemukan yang akan menjadi bahan
pertimbangan ketika akan mengadakan program berikutnya.
c. Tahap Terminasi

111

Terminasi merupakan tahap akhir dari suatu kegiatan yang


dilakukan oleh pekerja sosial profesional serta pihak-pihak yang
terlibat dalam kegiatan. Jika kegiatan telah sampai pada tahap
terminasi berarti kegiatan telah berakhir.
H. Rencana Anggaran Biaya
Program yang akan dilaksanakan memerlukan dana agar tujuan yang
diinginkan dapat terlaksana dengan baik. Adapun rancangan biaya yang
diperlukan dalam program ini dijabarkan sesuai dengan tahapan pelaksanaan
kegiatan secara umum yang dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.
Tabel 5.1
Rencana Anggaran Upaya Pembentukan Masyarakat Tangguh Bencana
Di Kampung Ciharegem Desa Ciburial Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat
No
1
1

Kegiatan

Banyaknya
(satuan)
3

2
Tahapan Persiapan
a.
Transportasi
b.
Kesekretariatan :
1.
Persuratan
2.
Proposal
3.
ATK
4.
Stempel
5.
Map
c.
Konsumsi
Total
Tahapan Perencanaan
a.
Transportasi
1.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
2.
Pemerintah Kabupaten Bandung
3.
PUSKASI STKS Bandung
b.
Konsumsi
c.
Tempat Tinggal
Total
Tahapan Pelaksanaan
a.
Transportasi
1.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
2.
Pemerintah Kabupaten Bandung
3.
PUSKASI STKS Bandung
b.
Kesekretariatan
1.
Buku Tamu
2.
Alat Tulis
3.
Copy-an Materi
c.
Konsumsi
1.
Snack
2.
Makanan Berat
d.
Tempat Tinggal

Jumlah
(Rp)
4

3 (tiga) hari

150.000,00

450.000,00

4 (tiga) Dinas
5 (lima) Dinas
1 (satu) set
1 (satu) set
9 (sembilan) lembar
3 (tiga) kali/hari

5.000,00
50.000,00
100.000,00
75.000,00
5.000,00
50.000,00

20.000,00
250.000,00
100.000,00
75.000,00
45.000,00
450.000,00
1.390.000,00

1 (satu) hari
1 (satu) hari
1 (satu) hari
3 (kali) kali/hari
1 (satu) hari

1.000.000,00
150.000,00
150.000,00
50.000,00
500.000,00

1.000.000,00
150.000,00
150.000,00
150.000,00
500.000,00
1.950.000,00

3 (tiga) orang
3 (tiga) orang
3 (tiga) orang

1.000.000,00
150.000,00
150.000,00

3.000.000,00
450.000,00
450.000,00

3 (tiga) buah
120 set
120 eksamplar

50.000,00
25.000,00
10.000,00

150.000,00
3.000.000,00
1.200.000,00

3 (tiga) kali
3 (tiga) kali
1 (satu) hari/orang

15.000,00
50.000,00
1.000.000,00

45.000,00
150.000,00
3.000.000,00
11.445.000,00

3 (tiga) kali/15 orang

50.000,00

2.250.000,00

1 (satu) eksamplar
5 (lima) buah
5 (lima) eksamplar

100.000,00
5.000,00
100.000,00

100.000,00
25.000,00
500.000,00
2.875.000,00
17.660.000,00

Total
4

Tahap Pengakhiran
a.
Konsumsi Panitia
b.
Kesekretariatan
1.
LPJ
2.
Map
3.
Ganda LPJ
Total
TOTAL KESELURUHAN

Total
(Rp)
5

Sumber: Panitia Pelaksana Program Tahun 2015

Besarnya dana yang diperlukan dalam keseluruhan program bersumber


dari pihak-pihak terkait yang relevan dengan program yang dirancang dan

112

memungkinkan untuk diakses. Selanjutnya, untuk lebih memperjelas berbagai


gambaran terkait usulan program ini, peneliti mendeskripsikan melalui tabel
5.2 sebagai berikut.
Tabel 5.2
Gambaran Umum Pelaksanaan Usulan Program
Kegiatan
Upaya Pembnetukan Masyarakat
Tangguh Bencana Melalui Program
Community Based Disaster Risk
Management (CBDRM) di Kampung
Ciharegem Desa Ciburial Kabupaten
Bandung Provinsi Jawa Barat

Tujuan
Tujuan Umum adalah Terbentuknya masyarakat
tangguh bencana yang paham akan manajemen
resiko bencana berbasis masyarakat bagi
seluruh masyarakat Kampung Ciharegem.

Sasaran
Seluruh masyarakat Kampung
Ciharegem dan Pemerintah
Desa Ciburial

Penanggung Jawab
Peneliti dan Kepala Desa
Ciburial

Tujuan
Khusus
adalah
Meningkatnya
pengetahuan masyarakat mengenai program
Community Based Disaster Risk Management
(CBDRM),
Meningkatnya
pengetahuan
masyarakat mengenai mitigasi dan bentukbentuknya serta prosedur pelaksanaannya, serta
Meningkatnya pengetahuan, keterampilan serta
relasi antar seluruh masyarakat.

Sumber:Mahasiswa STKS Bandung, 2015

LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PROGRAM


Tabel 5.3
Langkah-Langkah Pelaksanaan Program Tahapan Persiapan
Kegiatan

Tujuan

Orientasi dan Sosialisasi


Program
Pembentukan Panitia
Pelaksana Program

Koordinasi dengan pihak


terkait dalam pelaksanaan
program

Memberikan informasi dan


pemahaman tentang rencana
program yang akan dilaksanakan
Membentuk tim kerja yang akan
bertanggungjawab dan bertugas
langsung dalam pelaksanaan
program
Memberikan informasi tentang
rencana pelaksanaan program serta
pengaturan teknis dan jadwal
pelaksanaan program.

Sasaran
Kepala Desa Ciburial

Penanggungjawab
Kegiatan
Peneliti

Seluruh pemerintah
Desa Ciburial

Kepala Kelurahan
Lalatang Kecamatan
Tallo Kota Makassar

Badan
Penanggulangan
Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten
Bandung, Pemerintah
Kabupaten Bandung,
PUSKASI STKS
Bandung, masyarakat
Desa Ciburial, serta
Pemerintah Desa
Ciburial

Seksi Hubungan
Masyarakat dan
Publikasi berdasarkan
kepanitiaan yang telah
dibentuk

Sumber:Mahasiswa STKS Bandung, 2015


Tabel 5.4
Langkah-Langkah Pelaksanaan Program Tahapan Perencanaan
Kegiatan

Tujuan

Sasaran

Finishing
proses
pelaksanaan program

Memastikan waktu, tempat, sasaran,


teknik, pemateri, serta materi
kegiatan

Badan
Penanggulangan
Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten
Bandung, Pemerintah
Kabupaten Bandung,
serta PUSKASI STKS
Bandung.

Sumber:Mahasiswa STKS Bandung, 2015


Tabel 5.5
Langkah-Langkah Pelaksanaan Program Tahapan Pelaksanaan

Penanggungjawab
Kegiatan
Seksi
Acara,
Seksi
HUMAS dan Seksi
Perlengkapan
berdasarkan kepanitiaan
yang telah dibentuk

113

Kegiatan

Tujuan

Sasaran

Seminar Community Based


Disaster Risk Management
(CBDRM) bagi seluruh
masyarakat Kampung
Ciharegem
Penyuluhan mitigasi dan
bentuknya serta prosedur
pelaksanaannya bagi
seluruh masyarakat
Kampung Ciharegem
Simulasi bencana bagi
seluruh masyarakat
Kampung Ciharegem

Meningkatnya
pengetahuan
masyarakat mengenai program
Community Based Disaster Risk
Management (CBDRM)

Seluruh masyarakat
Kampung Ciharegem
dan Pemerintah Desa
Ciburial

Penanggungjawab
Kegiatan
Seksi Acara dan Seksi
Konsumsi berdasarkan
kepanitiaan yang telah
dibentuk

Meningkatnya pengetahuan
masyarakat mengenai mitigasi dan
bentuk-bentuknya serta prosedur
pelaksanaannya

Seluruh masyarakat
Kampung Ciharegem
dan Pemerintah Desa
Ciburial

Seksi Acara dan Seksi


Konsumsi berdasarkan
kepanitiaan yang telah
dibentuk

Meningkatnya pengetahuan,
keterampilan serta relasi antar
seluruh masyarakat

Seluruh masyarakat
Kampung Ciharegem
dan Pemerintah Desa
Ciburial

Seksi Acara, Seksi


Konsumsi, dan Seksi
Perlengkapan
berdasarkan kepanitiaan
yang telah dibentuk

Sumber:Mahasiswa STKS Bandung, 2015


Tabel 5.6
Langkah-Langkah Pelaksanaan Program Tahapan Pengakhiran
Kegiatan
Monitoring dan Evaluasi
Pelaporan

Tujuan

Sasaran

Mengukur keberhasilan kegiatan


yang telah dilaksanakan
Bentuk
pertanggungjawaban
kegiatan yang telah dilaksanakan

Kegiatan yang telah


terlaksana
Badan
Penanggulangan
Bencana
Daerah
(BPBD)
Kabupaten
Bandung
Seluruh pihak terkait
dalam kegiatan

Terminasi

Mengakhiri
seluruh rangkaian
kegiatan program yang telah
dilaksanakan
Sumber:Mahasiswa STKS Bandung, 2015

Penanggungjawab
Kegiatan
Seluruh anggota panitia
pelaksana
Seluruh anggota panitia
pelaksana

Seluruh anggota panitia


pelaksana

I. Analisis Kelayakan Program


Analisis kelayakan program merupakan suatu metode yang digunakan
untuk mengukur kelayakan program yang dilihat dari indikator kekuatan,
kelemaha, peluang, dan ancaman. Dengan menggunakan analisis ini dapat
diketahui sejauh mana keberhasilan program yang akan dilaksanakan.
Analisis yang digunakan dalam program ini yaitu S.W.O.T (Strength,
Weakness, Opportunity, Threat). Adapun rincian dari masing-masing analisis
S.W.O.T dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut:

Kekuatan (Strength)
Kelemahan (Weakness)
1. Adanya harapan dan keinginan dari 1. Kejenuhan peserta karena kegiatan
informan dalam hal ini masyarakat
memerlukan waktu yang lama dan

114

2.

3.

4.

1.
2.
3.

4.
5.

Kampung
Ciharegem
untuk
meningkatkan pemahaman dirinya
sendiri dan lingkungan dalam
mitigasi bencana alam tanah longsor.
Adanya harapan dari informan dalam
hal
ini masyarakat
Kampung
Ciharegem adanya kesadaran seluruh
masyarakat
akan
pentingnya
menguasai upaya mitigasi bencana
alam tanah longsor dan konsistensi
kerja.
Adanya keinginan dari informasi
dalam hal ini masyarakat Kampung
Ciharegem untuk mengetahui dan
meningkatkan kemampuan dalam
mitigasi bencana alam tanah longsor
Adanya sarana dan prasarana yang
memadai untuk pelaksanaan program.
Peluang (Opportunity)
Adanya dukungan dari masyarakat
setempat
Adanya dukungan dari instansi terkait
Kegiatan bisa diikuti oleh masyarakat
sehingga mereka bisa mengungkap
kebutuhannya
Tersedianya sumber-sumber yang
dapat dimanfaatkan
Berbagai kegiatan yang dirancang
dapat mengoptimalkan terlaksananya
program

banyak materi yang disampaikan


2. Adanya anggapan bahwa program
hanya bersifat sementara
3. Kurangnya kesadaran dari pemerintah
dan masyarakat setempat dalam
pelaksanaan program

Ancaman (Threats)
1. Kurangnya koordinasi antar panitia
pelaksana
2. Ada pihak yang kurang menyetujui
untuk melaksanakan program
3. Ketidaksesuaian
waktu
antara
pemateri dengan jadwal kegiatan yang
akan dilaksanakan.

Tabel 5.7: Analisis S.W.O.T Program


Sumber: Mahasiswi STKS Bandung 2015

Berdasarkan analisis kelayakan program dengan menggunakan analisis


S.W.O.T diatas dapat dilihat bahwa untuk rencana program yang akan
dilaksanakan mempunyai banyak kekuatan. Disamping itu tersedianya
berbagai peluang yang sangat mendukung diharapkan dapat mengatasi
kelemahan dan ancaman yang mungkin ditemukan dalam pelaksanaan
kegiatan pemecahan masalah.

115

Kelemahan yang terdapat dalam program ini yang dipaparkan dalam


tabel mengindikasikan kurangnya kerjasama antar panitia pelaksana
menyebabkan kurang terkontrolnya pelaksanaan kegiatan. Kelemahan lainnya
seperti adanya anggapan bahwa program hanya bersifat sementara dan tidak
tersedianya waktu dapat diantisipasi dengan mengadakan berbagai kegiatan
yang bisa meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mitigasi
bencana tanah longsor. Ancaman yang bisa terjadi yakni adanya pihak yang
kurang menyetujui kegiatan bisa diatasi melalui pendekatan persuasi untuk
menjelaskan maksud dari program yang diselenggarakan sehingga tercipta
kesepakatan dan kerjasama dengan pihak yang kurang menyetujui program.
J. Sistem Evaluasi dan Indikator Keberhasilan
1. Sistem Evaluasi
Sistem evaluasi dari pelaksanaan program adalah dengan mengkaji
kembali hasil yang dicapai dengan melihat evaluasi proses dan evaluasi
hasil.
a. Evaluasi proses
Evaluasi proses digunakan untuk melihat bagaimana jadwal
pelaksanaan kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan. Evaluasi
proses dilaksanakan dengan mengadakan rapat oleh seluruh panitia
pelaksana dengan agenda pembahasan sebagai berikut:
1) Kehadiran peserta sesuai dengan target
2) Ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan
3) Ketepatan sistem sasaran
4) Penerimaan sistem sasaran terhadap program yang telah
dilaksanakan
5) Anggaran dalam pelaksanaan kegiatan
b. Evaluasi hasil

116

Dari evaluasi proses yang telah dijabarkan sebelumnya maka


dilaksanakan juga evaluasi hasil untuk mengetahui bagaimana hasil
dari setiap kegiatan dengan agen pembahasan sebagai berikut:
1) Materi yang disampaikan dapat dipahami oleh peserta
2) Manfaat yang didapat ketika program dilaksanakan
3) Kepekaan peserta akan keberfungsian sosial

2. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan program ini merupakan suatu target untuk
mengukur

keberhasilan

yang

dapat

dimanfaatkan

oleh

peserta

(masyarakat Kampung Ciharegem dan Pemerintah Desa Ciburial)


diantaranya:
a. Indikator Keberhasilan Proses
Berdasarkan evaluasi proses yang hendak dicapai, maka proses
dikatakan berhasil dengan baik jika:
1) Pelaksanaan pembentukan masyarakat tangguh bencana melalui
program community based disaster risk management melibatkan
semua aspek sistem partisipan dan kegiatan berjalan lancar.
2) Semua sistem partisipan berperan aktif dalam kegiatan
b. Indikator Keberhasilan Hasil
Indikator keberhasilan hasil dapat dilihat dari tercapainya tujuan yang
akan dicapai, antara lain:
1) Meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai program
Community Based Disaster Risk Management (CBDRM)
2) Meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai mitigasi dan
bentuk-bentuknya serta prosedur pelaksanaannya
3) Meningkatnya pengetahuan, keterampilan serta relasi antar
seluruh masyarakat.

117

Anda mungkin juga menyukai