Anda di halaman 1dari 17

Bandar Lampung

SATUAN ACARA PENYULUHAN


1. Pokok bahasan : TB Pada Anak
2. Sub pokok Bahasan :
a. Pengertian Penyakit TB
b. Penularan dan Penyebaran Bakteri TB Pada Anak
c. Gejala Klinis Penyakitr TB Pada Anak
d. Pencegahan Penyakit TB Pada Anak
e. Tindakan Lanjut Pada Anak dengan Penyakit TB
3. Sasaran : Masyarakat
4. Tempat : Puskesmas Cipedes Kelurahan Cipedes
5. Hari/ Tanggal : 01 Maret 2013
6. Waktu : 1x25 menit
7. Tujuan
Umum : Setelah dilakukan penyuluhan,
diharapkan
menambah pengetahuan masyarakat tentang
penyakit TB pada anak.
Khusus : Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan
a. Masyarakat mengerti Pengertian penyakit TB

b. Masyarakat mengerti Penularan dan Penyebaran


Bakteri TB Pada Anak
c. Masyarakat mengerti Gejala Klinis Penyakit TB
Pada Anak
d. Masyarakat mengerti Pencegahan Penyakit TB Pada
Anak
e. Masyarakat mengerti Tindakan Lanjut Anak dengan
Penyakit TB
8. Metode : Penyuluhan dan tanya jawab
9. Media : LeafLet
10. Materi : Terlampir
11. Kegiatan
No Kegiatan Waktu Kegiatan Sasaran
1 Pembukaan 3 menit - Menyiapkan peralatan
- Mengucapkan salam dan menyapa

audience
- Memperkenalkan diri
- Mohon izin dan menjelaskan
maksud dan tujuan
- Menjelaskan pokok bahasan yang
akan disampaikan

2 Inti 7 menit - Menjelaskan materi


- Memberi kesempatan kepada
masyarakat untuk bertanya
3 Jawab

Pertanyaan
- Menjawab pertanyaan
- Evaluasi hasil penyuluhan
No Kegiatan Waktu Kegiatan Sasaran
4 Penutup 5 menit - Membuat kesimpulan dari materi
secara menyeluruh
- Memberikan saran kepada
masyarakat untuk melakukan apa
yang telah disampaikan
- Salam berpamitan dan
mengucapkan terima kasih untuk
partisipasinya
12. Rencana Evaluasi :
a. Apakah Masyarakat mengerti tentang pengertian
penyakit TB?
b. Apakah Masyarakat mengerti penularan dan
penyebaran bakteri TB
pada anak?
c. Apakah Masyarakat mengerti gejala klinis penyakit
TB pada anak ?
d. Apakah Masyarakat mengerti pencegahan penyakit
TB pada anak?
e. Apakah Masyarakat mengerti tindakan lanjut pada
anak dengan TB?
DAFTAR PUSTAKA
TB PADA ANAK
Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Umumnya TB
menyerang paru-paru, sehingga
disebut dengan TB paru. Tetapi kuman TB juga bisa
menyebar ke bagian atau
organ lain dalam tubuh, dan TB jenis ini lebih
berbahaya dari TB paru.

1
Tuberkulosis anak mempunyai permasalahan khusus
yang berbeda dengan orang
dewasa. Pada TB anak, permasalahan yang dihadapi
adalah masalah diagnosis,
pengobatan, pencegahan serta TB dengan keadaan
khusus.
Akhir tahun 1990-an, World Health Organization
memperkirakan bahwa
sepertiga penduduk dunia (2 miliar orang) telah
terinfeksi oleh M. tuberculosis,
dengan angka tertinggi di Afrika, Asia dan Amerika
Latin. Tuberkulosis, terutama
TB paru, merupakan masalah yang timbul tidak hanya
di negara berkembang
tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap
merupakan salah satu penyebab
tingginya angka kesakitan dan kematian, baik di
negara berkembang maupun di
negara maju. Menurut perkiraan WHO pada tahun
1999, jumlah kasus TB baru di
Indonesia adalah 583.000 orang per tahun dan
menyebabkan kematian sekitar
140.000 orang per tahun.
Berbeda dengan TB dewasa, gejala TB anak sering kali
tidak khas. Diagnosis
pasti ditegakkan dengan menemukan kuman TB. Pada
anak, sulit didapatkan
spesimen diagnostik yang dapat dipercaya. Karena
sulitnya mendiagnosis TB
pada anak, sering terjadi overdiagnosis yang diikuti
overtreatment. Di lain pihak,
ditemukan juga underdiagnosis dan undertreatment.
Hal tersebut terjadi karena
sumber penyebaran TB umumnya adalah orang
dewasa dengan sputum basil tahan
asam positif sehingga penanggulangan TB
ditekankan pada pengobatan

pengobatan TB dewasa. Akibatnya penanganan TB


anak kurang diperhatikan.
Definisi
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Umumnya TB
menyerang paru-paru, sehingga
disebut dengan TB paru. Tetapi kuman TB juga bisa
menyebar ke bagian atau
organ lain dalam tubuh, dan TB jenis ini lebih
berbahaya dari TB paru. Bila
kuman TB menyerang otak dan sistem saraf pusat,
akan menyebabkan meningitis
TB. Bila kuman TB menginfeksi hampir seluruh organ
tubuh, seperti ginjal,
jantung, saluran kencing, tulang, sendi, otot, usus,
kulit, disebut TB milier atau
TB ekstrapulmoner.
Tuberkulosis pada anak didefinisikan sebagai
tuberkulosis yang diderita
oleh anak <15 tahun.
1
Seorang anak dikatakan terpapar TB jika anak
memiliki
kontak yang signifikan dengan orang dewasa atau
remaja yang terinfeksi TB, pada
tahap ini test tuberkulin negatif, rontgen toraks negatif.
Infeksi terjadi ketika
seseorang menghirup droplet nuclei
Mycobacterium tuberculosis dan kuman
tersebut menetap secara intraseluler pada jaringan
paru dan jaringan limfoid
sekitarnya, pada tahap ini rontgen toraks bisa
normal atau hanya terdapat
granuloma atau kalsifikasi pada parenkim paru dan
jaringan limfoidnya serta
didapatkan uji tuberkulin yang positif. Sementara itu,
seseorang dikatakan sakit

TB jika terdapat gejala klinis yang mendukung serta


didukung oleh gambaran
kelainan rontgen toraks, pada tahap inilah
seseorang dikatakan menderita
tuberkulosis.
TB ditularkan melalui udara (melalui percikan
dahak penderita TB).
Ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara atau
meludah, mereka memercikkan
kuman TB atau basil ke udara. Seseorang dapat
terpapar dengan TB hanya dengan
menghirup sejumlah kecil kuman TB. Penderita TB
dengan status TB BTA (Basil
Tahan Asam) positif dapat menularkan sekurangkurangnya kepada 10-15 orang
lain setiap tahunnya. Sepertiga dari populasi dunia
sudah tertular dengan TB.
Seseorang yang tertular dengan kuman TB belum
tentu menjadi sakit TB. Kuman
TB dapat menjadi tidak aktif (dormant) selama
bertahun-tahun dengan
membentuk suatu dinding sel berupa lapisan
lilin yang tebal. Bila sistem
kekebalan tubuh seseorang menurun, kemungkinan
menjadi sakit TB menjadi
lebih besar. Seseorang yang sakit TB dapat
disembuhkan dengan minum obat
secara lengkap dan teratur.
Epidemiologi
Akhir tahun 1990-an, World Health Organization
memperkirakan bahwa
sepertiga penduduk dunia (2 miliar orang) telah
terinfeksi oleh M. tuberculosis,
dengan angka tertinggi di Afrika, Asia dan Amerika
Latin.
Menurut perkiraan WHO pada tahun 1999, jumlah
kasus TB baru di
Indonesia adalah 583.000 orang per tahun dan
menyebabkan kematian sekitar

140.000 orang per tahun. Jumlah seluruh kasus TB


anak dari 7 Rumah Sakit Pusat
Pendidikan di Indonesia selama 5 tahun (1998-2002)
adalah 1086 penyandang
TB. Kelompok usia terbanyak adalah 12-60 bulan
(42,9%), sedangkan untuk bayi
<12 bulan didapatkan 16,5%.
Terdapat beberapa faktor risiko yang mempermudah
terjadinya infeksi TB
maupun timbulnya penyakit TB pada anak. Faktorfaktor tersebut dibagi menjadi
faktor risiko infeksi dan faktor risiko progresi infeksi
menjadi penyakit. Faktor
risiko terjadinya infeksi TB antara lain anak yang
terpajan dengan orang dewasa
dengan TB aktif (kontak TB positif), daerah endemis,
kemiskinan, lingkungan
yang tidak sehat dan tempat penampungan umum
(panti asuhan, penjara atau panti
perawatan lain), yang banyak terdapat pasien TB
dewasa aktif.
Anak yang terinfeksi TB tidak selalu akan mengalami
sakit. Berikut ini
adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan
berkembangnya infeksi TB menjadi
sakit TB. Faktor risikonya adalah usia, infeksi baru yang
ditandai dengan adanya
konversi uji tuberkulin (dari negatif menjadi positif)
dalam 1 tahun terakhir,
malnutrisi, keadaan imunokompromais, diabetes
mellitus, gagal ginjal kronik.
Etiologi
Terdapat 60 lebih spesies Mycobacterium, tetapi
hanya separuhnya yang
merupakan patogen terhadap manusia. Hanya
terdapat 5 spesies dari
Mycobacterium yang paling umum menyebabkan
infeksi, yaitu: M. Tuberculosis,

M. Bovis, M. Africanum, M. Microti dan M. Canetti. Dari


kelima jenis ini M.
Tuberkulosis merupakan penyebab paling penting dari
penyakit tuberkulosis pada
manusia. Ada 3 varian M. Tuberkulosis yaitu varian
humanus, bovinum dan
avium. Yang paling banyak ditemukan menginfeksi
manusia M. Tuberkulosis
varian humanus.
M. Tuberkulosis berbentuk batang, tidak
membentuk spora, tidak
berkapsul, nonmotil, pleomorfik, dan termasuk bakteri
gram positif lemah, serta
memiliki ukuran panjang 1-10 mikrometer dan
lebarnya 0,2-0,6 mikrometer. M.
Tuberkulosis tumbuh optimal pada suhu 37-41
0
C dan merupakan bakteri aerob
obligat yang berkembang biak secara optimal pada
jaringan yang mengandung
banyak udara seperti jaringan paru. Dinding sel yang
kaya akan lipid menjadikan
basil ini resisten terhadap aksi bakterisid dari antibodi
dan komplemen. Sebagian
besar dari dinding selnya terdiri atas lipid
(80%), peptidoglikan, dan
arabinomannan. Lipid membuat kuman tahan terhadap
asam sehingga disebut
BTA dan kuman ini tahan terhadap gangguan kimia
dan fisika. Oleh karena
ketahanannya terhadap asam, M. Tuberkulosis dapat
membentuk kompleks yang
stabil antara asam mikolat pada dinding selnya dengan
berbagai zat pewarnaan
golongan aryl methan seperti carbolfuchsin, auramine
dan rhodamin. Kuman ini
dapat bertahan hidup di udara yang kering atau
basah karena kuman dalam

keadaan dorman. Dan dari keadaan dorman ini kuman


dapat reaktivasi kembali.
Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit
intraseluler yaitu di dalam
sitoplasma makrofag karena pada sitoplasma makrofag
banyak mengandung lipid.
Kuman ini bersifat aerob, sifat ini menunjukan bahwa
kuman ini menyenangi
jaringan yang tinggi mengandung oksigen sehingga
tempat predileksi penyakit ini
adalah bagian apikal paru karena tekanan O
2
pada apikal lebih tinggi dari pada
tempat lainnya.
M. Tuberkulosis dapat tumbuh pada medium klasik
yang terdiri kuning
telur dan glyserin (medium Lowenstein-Jensen).
Bakteri ini tumbuh secara
lambat, dengan waktu generasi 12- 24 jam.
Pengisolasian dari spesimen klinis dari
media sintetik yang solid membutuhkan waktu
3-6 minggu dan untuk uji
sensitivitas terhadap obat membutuhkan tambahan
waktu 4 minggu. Sementara
itu, pertumbuhan bakteri ini dapat dideteksi
dalam 1- 3 minggu dengan
menggunakan medium cair yang selektif seperti
BACTEC dan uji sensitivitas
terhadap obat hanya membutuhkan waktu tambahan
3-5 hari.
Patogenesis
Paru merupakan port d entree lebih dari 98 % kasus
infeksi TB. Karena
ukurannya yang sangat kecil (<5 m), kuman TB
dalam droplet nuklei yang
terhirup dapat mencapai alveolus. Pada
sebagian kasus, kuman TB dapat

dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme imunologis


non spesifik. Akan tetapi
pada sebagian kasus, tidak seluruhnya dapat
dihancurkan. Pada individu yang
tidak dapat menghancurkan seluruh kuman, makrofag
alveolus akan memfagosit
kuman TB yang sebagian besar dihancurkan. Akan
tetapi, sebagian kecil kuman
TB yang tidak dapat dihancurkan akan terus
berkembang biak dalam makrofag,
dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag. Selanjutnya
kuman TB membentuk
lesi ditempat tersebut, yang dinamakan fokus primer
Ghon.
Dari fokus primer Ghon, kuman TB menyebar
melalui saluran limfe
menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe
yang mempunyai saluran
limfe ke lokasi fokus primer. Penyebaran ini
menyebabkan terjadinya inflamasi
disaluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe
(limfadenitis) yang terkena. Jika
fokus primer terletak di lobus bawah atau tengah,
kelenjar limfe yang akan terlibat
adalah kelenjar limfe parahilus (perihiler), sedangkan
jika fokus primer terletak di
apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar
paratrakeal. Gabungan antara fokus
primer, limfangitis, dan limfadenitis dinamakan
kompleks primer.
Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB
hingga terbentuknya
kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa
inkubasi. Masa inkubasi
TB berlangsung selama 2-12 minggu, biasanya selama
4-8 minggu.
6
Pada saat

terbentuknya kompleks primer, infeksi TB primer


dinyatakan telah terjadi. Setelah
terjadi kompleks primer, imunitas seluler tubuh
terhadap TB terbentuk, yang
dapat diketahui dengan adanya hipersensitivitas
terhadap tuberkuloprotein, yaitu
uji tuberkulin positif. Selama masa inkubasi uji
tuberkulin masih negatif. Pada
sebagian besar individu dengan sistem imun yang
berfungsi baik, pada saat sistem
imun seluler berkembang, proliferasi kuman TB
terhenti. Akan tetapi sebagian
kecil kuman TB akan dapat tetap hidup dalam
granuloma. Bila imunitas seluler
telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk
kedalam alveoli akan segera
dimusnakan oleh imunitas seluler spesifik (cellular
mediated immunity, CMI ).
Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer
dijaringan paru
mengalami resolusi secara sempurna membentuk
fibrosis atau kalsifikasi setelah
mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi, tetapi
penyembuhannya biasanya
tidak sesempurna fokus primer dijaringan paru. Kuman
TB dapat tetap hidup dan
menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini,
tetapi tidak menimbulkan
gejala sakit TB.
Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi.
Komplikasi yang
terjadi dapat disebabkan oleh fokus di paru atau di
kelenjar limfe regional. Fokus
primer di paru dapat membesar dan menyebabkan
pneumonitis atau pleuritis
fokal. Jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian
tengah lesi akan mencair
dan keluar melalui bronkus sehingga
meninggalkan rongga di jaringan paru

(kavitas).
Kelenjar limfe parahilus atau paratrakeal yang mulanya
berukuran normal
pada awal infeksi, akan membesar karena
reaksi inflamasi yang berlanjut,
sehingga bronkus akan terganggu. Obstruksi parsial
pada bronkus akibat tekanan
eksternal menimbulkan hiperinflasi di segmen distal
paru melalui mekanisme
ventil. Obstruksi total dapat menyebabkan ateletaksis
kelenjar yang mengalami
inflamsi dan nekrosis perkijuan dapat merusak dan
menimbulkan erosi dinding
bronkus, sehingga menyebabkan TB endobronkial atau
membentuk fistula. Massa
kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada
bronkus sehingga menyebabkan
gangguan pneumonitis dan ateletaksis, yang sering
disebut sebagai lesi segmental
kolaps-konsolidasi.
Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya
imunitas seluler, dapat
terjadi penyebaran limfogen dan hematogen. Pada
penyebaran limfogen, kuman
menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk
kompleks primer atau berlanjut
menyebar secara limfohematogen. Dapat juga
terjadi penyebaran hematogen
langsung, yaitu kuman masuk ke dalam sirkulasi darah
dan menyebar ke seluruh
tubuh. Adanya penyebaran hematogen inilah
yang menyebabkan TB disebut
sebagai penyakit sistemik.
Penyebaran hematogen yang paling sering terjadi
adalah dalam bentuk
penyebaran hematogenik tersamar. Melalui cara ini,
kuman TB menyebar secara
sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak
menimbulkan gejala klinis.

Kuman TB kemudian mencapai berbagai organ


diseluruh tubuh, bersarang di
organ yang mempunyai vaskularisasi baik, paling
sering di apeks paru, limpa dan
kelenjar limfe superfisialis. Selain itu, dapat juga
bersarang di organ lain seperti
otak, hati, tulang, ginjal, dan lain-lain. Pada umumnya,
kuman di sarang tersebut

tetap hidup, tetapi tidak aktif, demikian pula dengan


proses patologiknya. Sarang
di apeks paru disebut dengan fokus Simon,
yang di kemudian hari dapat
mengalami reaktivasi dan terjadi TB apeks paru saat
dewasa.
Pada anak, 5 tahun pertama setelah terjadi
infeksi (terutama 1 tahun
pertama) biasanya sering terjadi komplikasi TB.
Menurut Wallgren, ada tiga
bentuk dasar TB paru pada anak, yaitu
penyebaran limfohematogen, TB
endobronkial, dan TB paru kronik. Tuberkulosis
paru kronik adalah TB
pascaprimer sebagai akibat reaktivasi kuman di
dalam fokus yang tidak
mengalami resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarang
terjadi pada anak tetapi sering
terjadi pada remaja dan dewasa muda.
Tuberkulosis ekstrapulmonal, yang biasanya juga
merupakan manifestasi
TB pascaprimer, dapat terjadi pada 25-30% anak yang
terinfeksi TB. Tuberkulosis
sistem skeletal terjadi pada 5-10% anak yang
terinfeksi, paling banyak terjadi
dalam 1 tahun, tetapi dapat juga 2-3 tahun setelah
infeksi primer. Tuberkulosis
ginjal biasanya terjadi 5-25 tahun setelah infeksi
primer.
Gambar 3.1. Patogenesis tuberkulosis

Anda mungkin juga menyukai