Anda di halaman 1dari 19

BAB I

BANGUNAN OPERASI
Pengertian
Bangunan Operasi adalah bangunan - bangunan yang berfungsi untuk menampung
kegiatan yang menunjang kegiatan operasional, keselamatan penerbangan dan pelayanan umum
di bandar udara.
Dalam merencanakan Bangunan Operasi beberapa kriteria yang penting untuk diperhatikan
antara lain :

Kebutuhan serta fungsi bangunan untuk menunjang operasi bandar udara sesuai tingkat

kebutuhan karyawan dan persyaratan teknis peralatan yang digunakan.


Karakteristik peralatan (dimensi, jumlah, prosedur dan persyaratan pengoperasian alat)

yang akan ditempatkan di bangunan tersebut.


Kondisi fisik dan lingkungan bandar udara.
Kemungkinan untuk ditingkatkan fungsinya atau dikembangkan dimasa yang akan
datang.

Hal - hal tersebut diatas sangat penting untuk menentukan :

Kebutuhan luas untuk setiap jenis dan klasifikasi bangunan sebagai dasar perhitungan

kebutuhan luas.
Tata letak bangunan sesuai dengan persyaratan keselamatan operasi penerbangan dan

operasi peralatan.
Jenis dan sistim konstruksi sehingga memudahkan dalam pembangunan.
Jenis bahan bangunan disesuaikan dengan karakteristik peralatan di dalamnya.

Dengan demikian dalam perencanaan bangunan operasi, harus ada koordinasi dengan
Direktorat - direktorat terkait seperti Direktorat Fasilitas Elektronik dan Elektronika serta
Direktorat Keselamatan Penerbangan, sehingga tercapai suatu bangunan operasi yang ekonomis
serta nyaman bagi penggunanya.
Fungsi
Secara garis besar, fungsi dari bangunan operasi terbagi menjadi :
a. Bangunan umum dan administrasi, yaitu :
Tempat menampung kegiatan yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan
kegiatan operasi penerbangan.

Tempat untuk memenuhi kebutuhan karyawan bandar udara dalam melaksanakan

tugas-tugasnya.
b. Bangunan operasional yaitu :
Tempat menampung kegiatan yang secara langsung menunjang kegiatan Operasi

Penerbangan dan Keselamatan Penerbangan.


Tempat melindungi peralatan telekomunikasi, navigasi dan listrik terhadap

pengaruh kondisi alam serta gangguan lain.


Tempat penyimpanan peralatan yang berkaitan dengan Keselamatan Penerbangan.
c. Bangunan Teknik/Penunjang :
Tempat penyediaan dan penyaluran sember daya listrik yang dibutuhkan Bandar

udara.
Tempat penyimpanan peralatan bandar udara.

Jenis
Bangunan Operasi menurut jenisnya terdiri dari antara lain :
a. Bangunan Umum dan Administrasi
1) Bangunan Administrasi Bandar Udara
2) Rumah Dinas Karyawan
3) Bangunan Umum lain
b. Bangunan Operasional
1) Bangunan PKP-PK
2) Menara Kontrol
3) Stasiun Meteorologi
4) Gedung NDB
5) Gedung VOR
6) Gedung DME
c. Bangunan Teknik/Penunjang
1) Pembangkit Tenaga Listrik (PH)
2) Stasiun Bahan Bakar (DPPU)
3) Hanggar

BAB II
BANGUNAN UMUM DAN ADMINISTRASI

Bangunan Administrasi Bandar Udara


Bangunan Administrasi Bandar Udara merupakan pusat kegiatan operasional dan administrasi
seluruh aktifitas di bandar udara. Kepala bandar udara, kepala divisi dan staf sesuai skema
organisasi berkantor di bangunan sini.
a. Konsep Perencanaan.
Karena kegiatannya tidak langsung berhubungan dengan pelayanan terhadap
penumpang dan pengguna bandar udara, Kantor Administrasi Bandar Udara ini
sebaiknya merupakan bangunan tersendiri yang terpisah dari bangunan terminal

penumpang / cargo.
Untuk memperlancar kegiatannya diperlukan kemudahan akses ke fasilitas -

fasilitas lainnya di dalam bandar udara.


Jika jumlah pegawai yang bekerja relatif besar, selain mempunyai akses ke
fasilitas - fasilitas di dalam bandar udara, kemudahan akses dengan fasilitas

transportasi umum juga patut dipertimbangkan.


b. Analisa kebutuhan ruang.
Luas bangunan yang dibutuhkan untuk Kantor Administrasi Bandar Udara akan berbeda beda tergantung kepada besarnya kegiatan bandar udara. Berdasarkan standar Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Direktorat Tata Bangunan mengenai bangunan perkantoran, luas
total Kantor Administrasi Bandar Udara yang dibutuhkan dapat dihitung dengan
ketentuan sebagai berikut :
Standar ruang kerja : 8 m2 / orang.
Standar servis ( toilet, pantry, gudang ) serta sirkulasi : maksimum 40% dari luas

total.
Standar daerah parkir mobil : luas 1parkir mobil = 25 m2 luas kantor.
Kebutuhan luas 1 parkir mobil = 35 m2.

Rumah Dinas Karyawan


Pada kondisi tertentu, misalnya bila ada pendaratan darurat, bandar udara harus siap dioperasikan
selama 24 jam, maka alangkah baiknya jika pegawai - pegawai Bandar udara tinggal berdekatan
dengan tempatnya bertugas.

Untuk itu perlu disediakan fasilitas tempat tinggal karyawan yang berdekatan dengan lokasi
bandar udara. Tempat tinggal ini berupa rumah dinas, artinya rumah tersebut boleh ditempati
oleh karyawan beserta keluarganya selama dia bertugas di bandar udara tersebut.
a. Konsep perencanaan
Untuk kelancaran tugas, rumah dinas karyawan sebaiknya mempunyai jarak yang

relatif dekat dengan bandar udara.


Bila rumah dinas karyawan akan di bangun didalam areal bandar udara, sebaiknya
diletakkan di sisi darat dan tidak mengganggu kegiatan operasional bandar udara.

Seperti pada rumah tinggal umumnya, perencanaan rumah dinas karyawan juga harus
memperhatikan syarat - syarat keamanan, kenyamanan dan kesehatan, seperti :

Arah orientasi rumah, sedapat mungkin seluruh ruangan mendapat sinar

matahari yang cukup.


Adanya ventilasi yang baik dan hubungan dengan udara luar cukup.
Sanitasi yang baik, dan sebagainya.

Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya No. 051/KPTS/CK/1984


tentang perumahan dinas, perhitungan luas lahan dan perumahan karyawan bandara
adalah sebagai berikut :

Kelas

B
C

Luas persil/ Luas

Pemakai

Lahan (m2)

Bangunan

350

(m2)
120

- pejabat esalon II, atau

70

- pegawai gol. IV/d keatas


- pejabat esalon III, atau

200

120

50

- pegawai gol. IV/a sampai dengan IV/c


- pejabat esalon IV, atau

100

36

- pegawai gol III/a sampai dengan III/d


- pegawai gol. II/d kebawah

Bangunan Umum Lain

a. Kantor Keamanan
Kantor keamanan merupakan pusat kegiatan keamanan di bandar udara. Kegiatan kegiatan utama yang di tampung di kantor ini antara lain : Kantor kepala keamanan,
ruang briefing, locker / penyimpanan dan fasilitas penunjang seperti toilet, gudang dan
sebagainya.
1) Konsep perencanaan.
Untuk kelancaran kegiatan pengawasan keamanan, kantor keamanan sebaiknya
Dekat dengan sirkulasi utama tempat keluar / masuk bandar udara.
Mempunyai kemudahan hubungan dengan fasilitas lain.
2) Lokasi Penempatan.
Pos penjagaan ditempatkan di pintu masuk dan pintu keluar area bandar udara dan
pada titik-titik yang dianggap rawan. Sedangkan untuk pusat operasinya bisa
ditempatkan di bangunan administrasi bandar udara.
b. Kantin
Kantin disediakan untuk melayani kebutuhan akan makanan dan minuman bagi karyawan
maupun pengunjung bandar udara.
1) Konsep perencanaan.
Kantin umum sebaiknya diletakkan di daerah publik yang mudah dilihat

dan mudah dicapai.


Kantin sebaiknya mempunyai dapur tersendiri serta mempunyai tempat

pembuangan sampah dan limbah yang tersendiri pula.


Karena perletakannya di daerah publik, maka tempat pembuangan sampah
dan limbah sebaiknya tertutup dan rapi, sehingga tidak terexpose dan tidak
menyebarkan bau yang dapat mengundang lalat dan hewan - hewan yang
tidak diinginkan.

BAB III
BANGUNAN OPERASIONAL

Bangunan Pkp-Pk

Karena keterkaitannya yang sangat erat, uraian tentang bangunan PKP-PK di bawah ini juga
memperhatikan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/94/IV/98
tanggal 30 April 1998 tentang Persyaratan Teknis dan Operasional Fasilitas Pertolongan
Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran.
a. Fungsi Bangunan PKP-PK
Bangunan PKP-PK merupakan tempat untuk menampung :
1) Kegiatan dan alat yaitu :
Penyimpanan peralatan pertolongan kecelakaan

penerbangan

dan

pemadam kebakaran beserta para personilnya.


Jenis, jumlah dan besarnya peralatan/kendaraan tergantung dari jenis

pesawat udara terbesar yang beroperasi di bandar udara tersebut.


2) Air untuk PKP-PK
Air untuk PKP-PK diperlukan untuk pembuatan busa pemadam

kebakaran.
Air untuk kebutuhan PKP-PK tidak perlu air bersih yang dapat diminum,

dan disediakan dalam suatu bak khusus.


Cadangan air yang dibutuhkan untuk operasi PKP-PK minimum 400%
dari jumlah kebutuhan air yang dipersyaratkan sesuai kategori bandar
udara.

Kategori

Panjang Pesawat yang Beroperasi di Jumlah Kendaraan Volume Bak

Bandara*
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Bandara tersebut (a) dalam (m1)*


0<a<9
9 a < 12
12 a < 18
18 a < 24
24 a < 28
28 a < 39
39 a < 49
49 a < 61
61 a < 76
76 a < 90

b. Konsep Perencanaan.
1) Perletakan.

PKP-PK*
1
1
1
1
1
2
2
2
3
3

Air (m3)
10
10
10
20
30
60
80
-

Lokasi bangunan PKP-PK harus dipertimbangkan untuk mempunyai akses


langsung ke landasan, taxiway dan apron. Pada bandar udara yang besar, dapat
disediakan bangunan PKP-PK lebih dari satu unit, dimana setiap bangunannya
mempunyai akses sedekat mungkin dengan landasan sehingga dapat merespon
kecelakaan dalam waktu yang singkat.
2) Konstruksi.
Bangunan PKP-PK harus dilengkapi dengan bak penampungan air yang
kapasitasnya sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Air dalam bak
penampungan tersebut harus tersedia minimal untuk pemadaman api selama 2
jam. Konstruksi bangunan PKP-PK harus disesuaikan dengan jenis, berat dan
ukuran (tinggi, panjang dan lebar) kendaraan yang dimiliki oleh bandar udara
tersebut.
3) Organisasi ruang bangunan PKP-PK.
a) Ruang peralatan teknis / kendaraan terdiri dari :
i. Garasi kendaraan PKP-PK.
ii. Bengkel (workshop) yang diletakkan di sisi darat.
iii.
Gudang.
b) Ruang staf terdiri dari :
i. Ruang kantor.
ii. Ruang pengamat.
iii.
Ruang kelas.
iv. Ruang istirahat.
v. Ruang makan.
vi. Kamar mandi / WC.
vii. Dapur.

Menara Kontrol
a. Fungsi utama menara kontrol :
Tempat memantau / mengawasi area - area di dalam dan sekitar bandar udara

yang telah ditentukan untuk diawasi, untuk menjaga keselamatan penerbangan.


Tempat untuk memantau / mengawasi, memandu dan berkomunikasi dengan
pesawat udara baik yang sedang melakukan pendekatan ke bandar udara, yang
akan lepas landas, maupun yang sedang melakukan pergerakan di apron atau

taxiway.
b. Syarat syarat Operasional

1) Dari dalam tower, seorang controller (pengawas) harus bisa memantau


/mengawasi area - area di dalam dan sekitar bandar udara yang telah ditentukan
untuk di awasi. Dalam hal ini pengawas bisa melihat dari ujung landasan ke ujung
landasan yang lain tanpa adanya gangguan pandangan.
2) Menara kontrol harus dilengkapi dengan alat - alat yang memungkinkan controller
untuk dapat berkomunikasi segera dan akurat dengan pesawat terbang yang
sedang dipandunya.
3) Faktor penting dalam merencanakan menara kontrol :
Menentukan perletakannya, biasanya sedekat mungkin dengan titik tengah

area bandar udara dimana pesawat melakukan pergerakan.


Menentukan ketinggian kabin menara kontrol, dimana ketinggiannya tidak
merupakan halangan (obstacle) bagi operasi penerbangan di bandar udara

tersebut.
Ketinggian dinding kabin menara kontrol kurang lebih sebatas pandangan

mata manusia normal (kira - kira 1,5 m dari lantai kabin).


Makin tinggi menara kontrol, makin mudah pemantauan optimum yang
dapat dicapai, tetapi perlu diperhatikan :
o Makin tinggi menara kontrol, makin besar pula biaya konstruksi.
o Makin besar pula resiko pelanggaran terhadap batas ketinggian

yang telah ditentukan (obstacle limitation surfaces).


Pantulan cahaya di kaca jendela kabin dari sinar matahari serta silau

lampu harus dijaga seminimal mungkin.


Untuk meminimalkan halangan pandangan kontroller, ukuran tiang dan
dinding penyangga atap kabin sebaiknya dijaga sekecil mungkin. Untuk
itu penggunaan kaca menjadi pilihan yang paling tepat, namun perlu
diperhatikan pemilihan jenis kaca yang sedapat mungkin tidak

mengakibatkan silau (di Indonesia misalnya kaca ray ban).


Ketinggian ambang jendela dan lebarnya konsol panel juga perlu

diperhatikan agar tidak menghalangi pandangan controller.


Penggunaan material yang kedap suara perlu dipertimbangkan apabila
kegiatan di lingkungan di sekitar menara kontrol banyak menghasilkan

kebisingan.
Perletakan area kerja di dalam kabin menara pengawas dipengaruhi oleh :
o Lokasi menara terhadap area dimana pesawat melakukan manuver.

o Arah approach (pendekatan) yang biasanya digunakan oleh


pesawat di bandar udara yang bersangkutan.
o Jumlah kegiatan operasional yang dilakukan di tower tersebut
(misalnya, kontrol kedatangan dan keberangkatan, kontrol lalu
lintas udara, ground movement, lighting dan sebagainya).
Oleh sebab itu, lay out/perletakan area kerja di kabin menara kontrol

akan berbeda - beda di tiap - tiap bandar udara.


Untuk menghindari modifikasi struktur bangunan yang cukup besar, maka
fleksibilitas dan antisipasi kebutuhan operasional di masa yang akan
datang perlu menjadi faktor penting yang harus dipertimbangkan.

c. Syarat syarat Struktur.


Secara umum, struktur menara kontrol yang ideal adalah :
Mempunyai ketinggian sesuai yang dibutuhkan.
Mempunyai ruangan yang cukup luas untuk menampung kegiatan personil dan

peralatan.
Fleksibel untuk kemungkinan pengembangan di masa datang.
Pada kasus menara kontrol yang ditempatkan di atas bangunan terminal, seringkali
terbatas untuk dikembangkan saat kebutuhan akan peralatan maupun personel
meningkat. Oleh sebab itu di bandar uadara bandar udara yang trafficnya
diharapkan akan meningkat, sebaiknya mempunyai lokasi menara kontrol yang
terpisah/berdiri sendiri dan didesain khusus untuk memenuhi kegiatan operasional

ATC.
Hemat energi.
Aman dan nyaman.
Ekonomis.

d. Komponen menara control


Menara kontrol berdiri sendiri (terpisah dari bangunan terminal), mempunyai 3
komponen utama : kabin, shaft dan dasar bangunan.
1) Kabin
Ruangan di dalam kabin harus cukup luas tetapi tidak perlu berlebihan,
karena ruangan yang terlalu luas dengan ketinggian jendela dan
tepian/garis atap yang berlebihan akan membatasi pandangan controller.

Salah satu negara bagian di Amerika Serikat menyarankan kabin yang


berbentuk poligon dengan dimensi sebagai berikut :
Tingkat
Kegiatan
dalam Kabin
Rendah
Sedang
Besar

Perkiraan Jumlah Personil yang Area Kabin


di Bekerja
Kabin
<6
6 12
> 12

Bersamaan

di

dalam (m2)
21
32
50

Faktor - faktor yang mempengaruhi ukuran menara kabin :


o Jumlah, lokasi dan besarnya kegiatan pengontrolan.
o konsol panel.
Arah orientasi kabin terhadap runway (landasan pacu) utama :
o Ke arah dimana tidak ada halangan yang menghalangi pandangan
controller dalam memantau runway tersebut.
o Seminimal mungkin menghindari silau cahaya matahari ketika
controller sedang mengawasi area - area penting, terutama saat

matahari berada di horizon.


Untuk mengurangi pantulan cahaya dari konsol panel dan memberi
keteduhan pada saat matahari sedang tinggi, jendela kaca sebaiknya
dipasang miring ke arah luar. Kaca jendela sebaiknya dibuat dua lapis
(untuk daerah beriklim dingin), bebas distorsi dan cukup rapat sehingga

kedap air.
Permukaan dinding interior dan tiang penyangga atap sebaiknya dicat
dengan warna gelap dan tidak mengkilat (dof) untuk menghindari pantulan

cahaya.
Jarak antara lantai dan langit - langit kabin kurang lebih 3 m. Bagian tepi
langit - langit luar bisa di dibuat miring ke luar untuk lebih meluaskan
pandangan ke atas. Langit - langit juga sebaiknya dari material yang kedap
suara dan dicat dengan warna abu - abu atau hitam dof untuk menghindari

pantulan cahaya.
Apabila tidak tersedia pembersih jendela otomatis, perlu dibuatkan juga
overstek/balkon di sekeliling kabin sebagai jalan untuk membersihkan
jendela kabin secara manual.

Tanpa meninggalkan syarat keselamatan, balkon/overstek tersebut beserta


railingnya sebaiknya didesain seminimum mungkin agar tidak menjadi
halangan pandangan dari arah kabin ke bawah menara kontrol.

2) Shaft
Fungsi shaft pada menara kontrol adalah :
Sebagai pendukung kabin.
Menyediakan akses ke kabin berupa tangga atau lift.
Sebagai sarana penempatan kabel, pipa utilitas dan sanitasi.
Menyediakan ruang untuk menampung kegiatan-kegiatan penunjang
kegiatan utama, misalnya kantor, gudang, toilet dan ruang istirahat.
3) Bangunan Dasar (Base Building).
Apabila dibutuhkan, bangunan di dasar menara kontrol dapat didesain menjadi
satu ataupun multi lantai. Fungsi utama dasar bangunan antara lain adalah :
Tempat pencapaian unit - unit kontrol dari luar ke bangunan menara.
Menyediakan ruang untuk menampung kegiatan service yang berkaitan
dengan kegiatan ATC.
Tidak semua menara kontrol lengkap mempunyai 3 komponen bangunan tersebut
di atas. Ada beberapa jenis kombinasi antara lain :
Menara kontrol yang tidak mempunyai base building/ bangunan dasar
menampung kegiatan-kegiatan penunjangnya di shaft, selain itu shaft juga
tidak membutuhkan lahan yang luas. Kerugiannya, bila kegiatan
bertambah, sulit untuk mengadakan ekspansi (perluasan) ruang. Kegiatan
service yang diletakkan di lantai yang berbedabeda di shaft dapat
menyebabkan hubungan yang kurang erat antara satu kegiatan dengan
kegiatan laoin yang seharusnya saling menunjang, juga dalam hal
komunikasi bisa mengakibatkan adanya hambatan apabila diletakkan

dalam bangunan yang terpisah.


Menara kontrol yang mempunyai base/bangunan dasar dan memfungsikan
shaft

akan

menghasilkan

penggunaan

ruang

secara

maksimum.

Kerugiannya, ekspansi ruang di dalam shaft menjadi terbatas. AC yang


terpisah mungkin dibutuhkan untuk mengkondisikan udara di kabin, shaft
dan bangunan dasar.

Menara kontrol yang mempunyai base/dasar bangunan tetapi tidak


memfungsikan

shaft,

membatasi

penggunaan

shaft

hanya

untuk

menempatkan peralatan mekanikal dan elektrikal, dan tidak untuk


menampung kegiatan personel. Kombinasi ini menghasilkan fleksibilitas
tinggi untuk pengembangan ruang di masa mendatang dan memberikan
ruang

sirkulasi

yang

nyaman

dan

efisien.

Kerugiannya,

akan

membutuhkan lahan yang luas, desain ruang yang lebih lebar serta akan
membutuhkan biaya yang lebih besar dalam pembangunannya.
Material bangunan yang digunakan di struktur dan internal bangunan
sebaiknya dipilih yang tahan api. Selain itu untuk mengantisipasi bahaya
kebakaran kabin, shaft dan base bangunan juga harus dilengkapi dengan
pintu-pintu dan jalan keluar darurat, smoke detector, alarm dan pemadam api.

Stasiun Meteorologi
a. Fungsi Stasiun Meteorologi.
Sebagai tempat untuk pengamat cuaca (antara lain : iklim, angin, temperatur, curah hujan,
kelembaban) di wilayah lokasi bandar udara.
b. Peletakan
Pada bandar udara kecil sebaiknya di letakkan didekat kantor operasional dan

pada akses yang dilewati crew pesawat udara.


Lokasi stasiun opservasi harus :
o Mempunyai pandangan jelas ke bandar udara.
o Mempunyai aksesbilitas yang tinggi.
o Bila bandar udara mempunyai dua landasan, maka diletakkan diantara

kedua landasan.
c. Konsep
Stasiun Meteorologi pada dasarnya terdiri dari tiga bagian :
1) Meteorologi center, mempunyai ruang kantor yang pada dasarnya terdiri dari tiga
unit :
Unit teknis, untuk memperoses data dan briefing.
Ruang kantor.
Ruang penyimpanan alat.
2) Stasiun observasi yang terdiri dari :
Taman.

Stasiun.
Pump sheed.
3) Menara dan peralatan radar cuaca.

Gedung NDB
Sebelum membahas tentang gedung NDB, ada baiknya dijelaskan tentang fungsi NDB itu
sendiri. NDB (Non Directional Beacon) memancarkan gelombang listrik ke pesawat udara untuk
menunjukkan arah stasiun NDB tersebut.
a. Fungsi Gedung NDB
Gedung NDB berfungsi sebagai tempat meletakkan dan melindungi peralatan NDB dari
pengaruh luar seperti hujan, angin, kelembaban, pencurian dan sebagainya.
b. Jenis NDB
1) Berdasarkan jarak layanan :
High Range (jarak jauh)
Dengan jarak layan 550 km (300 nm).
Medium Range (jarak sedang)
Dengan jarak layan 275 km (150 nm).
Low range (jarak dekat)
Dengan jarak layan 90 km (60 nm).
2) Berdasarkan lokasi :
Enroute NDB menunjukkan jalur penerbangan yang telah ditentukan.
Terminal NDB, membantu pesawat yang akan melakukan pendekatan ke
landasan (approach).
ILS Compass Locator (comlo)/locator, menuntun pesawat ke arah ILS.
3) Berdasarkan jenis antena :
Antena vertikal :
Tinggi antena 11 m.
Antena tipe T :
Bentangan kawat sejarak 105 m diantara dua tiang setinggi 20 m.
c. Lokasi NDB
Enroute NDB : Pada jalur penerbangan yang ditentukan atau pada suatu bandar udara.
Terminal NDB : Di dalam atau disekitar bandar udara.
Lokator : Di lokasi middle atau outer maker.
d. Standar Tapak.
1) Luas lahan
High range : 100 m X 100 m.

Medium range : 100 m X 100 m.


Low range : 100 m X 100 m.
2) Tidak boleh ada struktur metal pada radius 300 m dari titik tengah lahan NDB,
yang melebihi ketinggian 3 dari titik tengah dasar antena NDB.
3) Lahan harus rata dan bebas penghalang.
Berdasarkan seminar tentang Aerodrome oleh pemerintah Jepang tahun 1984 :

Radius tapak tinggi antena.


Tidak boleh ada struktur metal pada radius 50 m dari antena.

Berdasarkan FAA, dalam FAA Advisory Circular AC 150/5.300-2D/3/10/80. :


a) Luas lahan
Untuk antena vertikal : 8 m X 8 m
Untuk antena tipe T : 105 m X 45 m
b) Tidak boleh ada struktur metal pada radius 30 m dari antena.
c) Lahan harus rata dan berdrainase baik.
e. Kebutuhan Ruang
Kebutuhan ruang dalam gedung NDB antara lain :
Ruang peralatan.
Ruang generator.
Ruang teknisi.
Toilet.
Gudang.
Ruang peralatan dan ruang generator merupakan ruang yang mutlak harus berada dalam
gedung NDB. Ruangan-ruangan lainnya merupakan ruang-ruang sekunder sesuai dengan
kebutuhan, misalnya bila letak gedung NDB berjauhan dengan fasilitas-fasilitas lain yang
ada di bandar udara, maka diperlukan ruangan-ruangan penunjang seperti ruang teknisi,
toilet, gudang dan sebagainya.
Besarnya luasan gedung NDB tergantung dari besarnya peralatan dan generator yang
akan ditempatkan di gedung tersebut. Beberapa standar luasan bangunan NDB yang telah
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara antara lain 24 m2, 48 m2, 96 m2.
Bila NDB difungsikan untuk Enroute maka Gedung NDB ditempatkan pada jalur
penerbangan yang telah ditentukan. Untuk terminal NDB bisa diletakkan di dalam atau
disekitar bandar udara. Area bebas yang diperlukan untuk lokasi dan bangunan NDB
minimal seluas 100 X 100 m dan bebas dari bangunan tinggi setinggi 30 dari kaki antena
serta tidak boleh ada struktur metal pada radius 50 m dari antena.

Gedung VOR
a. Fungsi VOR
Fungsi VOR (Very High Frequency Omni Range) adalah memancarkan sinyal radio yang
memberikan informasi mengenai titik lokasi pesawat udara.
b. Jenis VOR
1) Berdasarkan penggunaan :
Enroute VOR
Adalah VOR yang lokasinya sedemikian rupa sehingga ketinggian terbang
minimum pada jalur yang dilayani oleh VOR tersebut juga dapat dilayani
oleh VOR bandar udara sekitarnya.
Terminal VOR
VOR yang lokasinya di dalam atau disekitar bandar udara.
2) Berdasarkan cara kerja :
C-VOR (Convensional)
D-VOR (Doppler)
3) Berdasarkan sistem instalasi :
Tipe Mountain Top (berlokasi di puncak gunung).
Tipe Flat Land (berlokasi di tanah datar).
VOR biasanya dilengkapi juga dengan DME (Distance Measuring Equipment)
atau TACAN (Tactical Air Navigation System) yang keduanya berfungsi untuk
memberikan informasi mengenai jarak VOR yang dilengkapi dengan TACAN
disebut juga dengan VORTAC.
c. Lokasi VOR
Lokasi VOR terutama dipilih pada titik-titik perpanjangan garis tengah landasan pacu,
atau tempat yang ditentukan bagi keselamatan operasi penerbangan. Untuk menentukan
hal ini perlu koordinasi dengan Direktorat Fasilitas Elektronika dan Listrik, dan
Direktorat Keselamatan Penerbangan.
d. Standar Tapak
Menurut standar yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara :
Luas lahan : 400 m X 400 m.
Sampai radius 600 m, bangunan dan benda tumbuh lainnya dibatasi besar dan

tingginya sampai maksimum 1.


Tidak boleh ada jaringan tegangan tinggi pada jarak tangensial minimal 2.000 meter.

Dalam seminar The Seminar in Aerodrome yang diselenggarakan oleh pemerintah


Jepang tahun 1984 menyatakan :
1) Untuk VOR yang dilengkapi dengan TACAN :
Tipe Flat Land Enroute C-VOR :
o Bila ht : hv + 6 meter, maka D : 30 meter ~ 600 meter
o Bila ht : hv + 3 meter, maka D : 60 meter ~ 600 meter
Tipe Flat Land Terminal C-VOR :
o Bila ht : hv + 3 meter, maka D : 30 meter
Tipe Flat Land Enroute D-VOR :
o Bila ht : hv + 6 meter, maka D : 60 meter ~ 600 meter
Tipe Mountain - Top Enroute C-VOR atau D-VOR :
o Bila ht : hv + 6 meter, maka D : 60 meter ~ 600 meter
Tipe Mountain - Top Terminal C-VOR atau D-VOR :
o Bila ht : hv + 6 meter, maka D : 60 meter ~ 600 meter
Catatan :
Ht : tinggi antena TACAN
Hv : tinggi titik pusat VOR
D : jarak antara antena VOR dengan antena TACAN
2) Sekeliling VOR harus rata dan bebas penghalang (bangunan maupun benda
tumbuh).
Menurut FAA dalam FAA Advisory Circular, AC 150/5300-2D, 3/10/80, untuk
TVOR :
a) Jarak antara T-VOR dengan :
Garis tengah landasan, minimum 150 meter.
Garis tengah jalan pesawat, minimum 45 meter.
Struktur metal, minimum 150 meter.
Jaringan listrik dan telephone, minimum 360 meter.
Pohon, minimum 300 meter.
Pada jarak 300 meter ~ 600 meter tidk boleh ada pohon melebihi

ketinggian 2 dihitung dari dasar antena T-VOR.


Lahan harus rata pada radius minimum 60 meter. Pada radius 60 meter
300 meter diijinkan kemiringan menurun maksimum 4 %.

e. Kebutuhan Ruang.
Secara garis besar, ruang-ruang yang dibutuhkan dalam gedung VOR antara lain :
Ruang peralatan.
Ruang genset.
Ruang battery.
Ruang kerja/kantor.
Ruang-ruang penunjang seperti toilet, gudang, dan sebagainya.

Antara ruang peralatan, ruang genset, ruang battery dan ruang tenaga mempunyai
hubungan yang sangat erat, karena terkait satu dengan yang lain. Yang perlu diperhatikan
dalam perencanaan adalah adanya saluran-saluran kabel dibawah lantai yang
menghubungkan ruang-ruang tersebut. Untuk itu dalam merencanakan pembangunan
gedung VOR, koordinasi dengan Direktorat yang terkait sangatlah diperlukan, dalam hal
ini adalah koordinasi dengan Direktorat Fasilitas Elektronika dan Listrik.

Gedung DME
a. Fungsi DME
DME (Distance Measuring Equipment) adalah alat bantu navigasi udara yang secara
terus menerus dan akurat memberikan informasi jarak (slant range distance) ke pesawat
udara yang dilengkapi peralatan DME dari lokasi stasiun di darat.
Sistem DME terdiri dari 2 (dua) komponen utama yaitu :
Komponen yang ditempatkan di pesawat udara yang disebut dengan interogator.
Komponen yang ditempatkan di darat yang disebut dengan transponder.
b. Lokasi DME
Untuk dapat memberikan informasi yang akurat secara terus menerus mengenai posisi
pesawat udara maka DME sebaiknya ditempatkan pada lokasi yang sama (colocated)
dengan VOR dan memenuhi ketentuan-ketentuan seperti berikut :
Coxial co-location dimana antena VOR dan antena DME ditempatkan pada

sumbu vertikal yang sama.


Ofset location.

Apabila VOR dan DME itu digunakan di wilayah terminal untuk prosedur pendekatan
(approach) atau prosedur lain yang membutuhkan ketepatan tinggi bagi posisi pesawat
udara, pemisahan antena VOR dan DME tidak lebih dari 30 meter kecuali pada Doppler
VOR dimana DME merupakan peralatan lain, pemisahan antena dapat dilakukan dengan
jarak lebih dari 30 meter tetapi tidak melebihi 80 meter. Apabila VOR dan DME
digunakan untuk kebutuhan lain, pemisahan antena tidak melebihi 600 meter.
c. Kebutuhan ruang DME
1) Fungsi gedung DME
Fungsi gedung DME

adalah

untuk

melindungi

peralatan

DME

dari

pengaruhpengaruh luar yang dapat menyebabkan kerusakan peralatan DME

tersebut. Ruang-ruang yang dibutuhkan untuk menunjang kinerja peralatan DME


antara lain :
Ruang peralatan.
Ruang genset.
Ruang tenaga.
Ruang battery.
Ruang kerja/kantor.
Ruang penunjang.
2) Persyaratan
Secara umum persyaratan ruang DME sama dengan ruang VOR. Oleh sebab itu,
seperti persyaratan teknis di atas maka gedung DME bisa digabung menjadisatu
dengan gedung VOR.
BAB IV
BANGUNAN TEKNIK / PENUNJANG
Power House ( PH )
a. Fungsi.
Fungsi Power House (PH) adalah tempat beroperasinya generator listrik atau pusat
pembangkit tenaga listrik bandar udara. PH sendiri disediakan apabila disuatu bandar
udara tidak dijangkau oleh listrik dari PLN atau apabila listrik dari PLN (power
generator), mengalami pemadaman sehingga listrik yang dipakai diperoleh dari genset
yang ada di PH tersebut (standby generator).
b. Lokasi Penempatan.
PH ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak ada jalur kabel pelayanan yang terlalu
panjang. Disamping itu apabila sewaktu-waktu terjadi kerusakan atau pemadaman listrik
oleh PLN, lokasi PH tersebut dengan cepat dapat dicapai oleh teknisi listrik sehingga
tidak sampai terlalu lama mengganggu aktifitas dari Bandar udara yang dilayani.
c. Konsep Perencanaan.
Ruang yang diperlukan pada bangunan power house adalah :
Ruang generator/genset.
Ruang transformer/ruang panel.
Ruang perbaikan dan gudang penyimpanan alat.
Ruang sub stasiun atau ruang panel TM dan TR.
Ruang pompa (pump house).
Apabila lokasi gedung PH tersendiri dan jauh dari bangunan-bangunan lain, maka
diperlukan ruang-ruang lain seperti :
Ruang kerja/kantor

Ruang istirahat
Gudang
Toilet

d. Kebutuhan ruang.
Luasan dari ruang genset pada bangunan PH tergantung dari besaran genset/generator
yang diperlukan di bandar udara. Kapasitas genset yang dipakai pada suatu bandar udara
tidak sama besar, tetapi disesuaikan dengan besar dari pada bandar udara yang dilayani.
Ada beberapa macam genset dengan kapasitas yang berbeda-beda, yaitu :
Genset dengan kapasitas 500 KVA.
Genset dengan kapasitas 300 KVA.
Genset dengan kapasitas 250 KVA.
Genset dengan kapasitas 100 KVA.
Genset dengan kapasitas 50 KVA.
Genset dengan kapasitas 25 KVA.
Genset dengan kapasitas 15 KVA.
Apabila ruang-ruang penunjang direncanakan menjadi satu dengan ruang genset, maka
luasan ruang yang diperlukan dapat dilihat seperti tabel berikut :
No

Jenis Ruang

1
Ruang generator/genset
2
Ruang transformer/substation
3
Ruang CCR
4
Ruang panel genset
5
Ruang kerja/kantor
6
Ruang istirahat
7
Gudang
8
Toilet
9
Ruang tunggu + teras
Luas

Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV


(m2)
84
45
42
18
18
12
3
18
240

(m2)
49
21
20
15
9
6
120

(m2)
30
18
48

(m2)
16
8
24

Anda mungkin juga menyukai