Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Tugas Pemimpin
1. Pengertian Pemimpin
Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang

kepemimpinanya

mengarahkan

bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan. Dari
defenisi tersebut di atas dapat diambil implikasi sebagai berikut :
a. Kepemimpinan menyangkut orang lain dalam hal ini bawahan atau pengikut, tanpa
bawahan semua kualitas kepemimpinan menjadi tidak relevan.
b. Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang antara
pimpinan dan anggota kelompok. Dalam hal ini, pemimpinan mempunyai wewenang
dalam mengarahkan pekerjaan untuk tercapainya tujuan.
c. Pimpinan harus mampu mengendalikan orang-orang dalam organisasi agar perilaku
mereka sesuai dengan perilaku mereka sesuai dengan perilaku yang diinginkan oleh
pimpinan.
Tujuan ini baru dapat direalisasikan bila terdapat kerja sama diantara pimpinan dengan
bawahannya. Kerja sama tersebut dibutuhkan karena terbatasnya kekuatan fisik, mental
dan waktu. Seorang pimpinan harus mempunyai keinginan untuk memimpin dan
menetapkan standar prestasi yang lebih besar bagi dirinya sendiri.
Kepemimpinan yang baik menggerakkan orang pada satu arah yang benar-benar
merupakan minat jangka panjang mereka, bukan menyuruh orang pergi ke jurang. Tidak
menyia-nyiakan sumber daya mereka yang langka dan tidak membangun sisi gelap
keberadaan mereka sebagai manusia (Hasibun, 2006).
2. Tugas Pemimpin
Seorang pemimpin adalah orang yang memiliki beban tanggung jawab di pundaknya,
sehingga ada tugas-tugas yang harus ia jalankan selama memimpin. Seorang pemimpin
jelas memiliki tugas yang terkait dengan peranannya dalam menjalankan kepemimpinan.
Berikut beberapa peranan seorang pemimpin yang menjadi landasan tugas yang perlu
diketahui.
a. Bersikap Adil (Arbitrating)
Dalam menjalankan suatu tanggung jawab, sudah tentu pemimpin akan dihadapi
dengan permasalahan kelompok yang berujung pada pemberian keputusan. Pemimpin
diharuskan untuk mampu bersikap adil dalam memberikan keputusan dari berbagai
macam persoalan yang ada. Bersikap adil berarti mampu menentukan segala

keputusan dari dua permasalahan yang ada. Pemimpin yang mampu bersikap adil
tentunya secara taktis akan mampu memberikan keputusan yang bijak untuk
memecahkan suatu masalah.
b. Memberikan Sugesti (Suggesting)
Seorang pemimpin diharuskan untuk mampu memberikan sugesti kepada anggota
kelompoknya. Pemberian sugesti secara baik dan benar bermanfaat kepada hasil yang
diperoleh pada akhir suatu tujuan. Pemberian sugesti ditujukan untuk merangkul
seluruh anggota dalam satu kesatuan agar koordinasi dan kekompakan anggota dalam
partisipasinya di suatu kelompok dapat terjaga.
c. Mendukung Tercapainya Tujuan (Supplying Objectives)
Dalam menjalankan fungsinya sebagai penggerak anggota di suatu kelompok, seorang
pemimpin diharuskan untuk mampu mendukung segala hal baik yang dapat menjadi
faktor dari tercapainya suatu tujuan kelompok. Seorang pemimpin diharuskan untuk
mampu bersikap tegas dan mendukung segala aspek pemicu keberhasilan tujuan
kelompok. Dengan demikian, visi dan misi dari kelompok tersebut akan berjalan
secara maksimal. Pemimpin diharuskan untuk memiliki semangat yang tinggi dalam
mendukung pencapaian tujuan.
d. Menjadi Katalisator (Catalysing)
Secara umum, katalisator dalam istilah kimia adalah penggerak atau sesuatu yang
mempercepat berjalannya reaksi. Seorang pemimpin dapat dikatakan sebagai
katalisator apabila mampu menunjang segala aspek kemajuan kelompoknya dengan
ide-ide dan tindakan yang baik. Keberhasilan tujuan kelompok ditentukan oleh
kemampuan pemimpin untuk bersikap seperti ini.
e. Menciptakan Rasa Aman (Providing Security)
Anggota dari suatu kelompok sudah sepatutnya mendapatkan rasa aman dari seorang
pemimpin. Seorang pemimpin dikatakan mampu menciptakan rasa aman apabila ia
mampu untuk terus berfikiran positif, teguh pendirian dan mampu memegang segala
kendali dengan jujur yang bijaksana. Pemimpin yang mampu menciptakan rasa aman
adalah pemimpin yang sangat dapat diandalkan.
f. Sumber Inspirasi (Inspiring)
Sudah menjadi kewajiban bagi seorang pemimpin untuk mampu memberikan inspirasi
bagi seluruh anggota kelompoknya. Inspirasi merupakan hal mutlak yang dibutuhkan
oleh seluruh manusia yang membutuhkan semangat untuk menjalani hidup. Inspirasi

sangat dibutuhkan oleh seseorang yang memiliki target pencapaian mutlak dalam
hidup. Seorang pemimpin yang baik jelas akan mampu memberikan inspirasi yang
baik bagi setiap anggota kelompoknya.
g. Bersikap Menghargai (Praising)
Menghargai berarti mengakui kemampuan dari seseorang. Menghargai berarti
mengerti basis dan kompetensi pencapaian berharga yang mampu diraih oleh
seseorang. Pemimpin yang baik perlu memiliki peranan yang kuat dalam sikap
menghargai seorang bawahannya, baik dalam situasi dan kondisi hati yang baik
ataupun buruk, pemimpin harus bisa bersikap secara dinamis dalam menghargai
anggota. Sikap rendah hati ini pun jelas diperlukan oleh seorang pemimpin dalam
mewujudkan bentuk kepemimpinan ideal bagi kelompoknya (AbiUmmi, 2015)
B. Tipe, Teknik dan Proses Pengambilan Keputusan
1. Tipe Pengambilan Keputusan ( Decision making)
Tipe Pengambilan keputusan adalah tindakan manajemen dalam pemilihan alternative
untuk mencapai sasaran. Keputusan dibagi dalam 3 tipe :
a. Keputusan terprogram/keputusan terstruktur
Keputusan yang berulang-ulang dan rutin, sehingga dapat diprogram. Keputusan
terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pada manjemen tingkat bawah. Contoh :
keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan piutang,dll.
b. Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur
Keputusan yang sebagian dapat diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan
sebagian tidak terstruktur. Keputusan ini sering bersifat rumit dan membutuhkan
perhitungan-perhitungan serta analisis yang terperinci. Contoh : Keputusan membeli
sistem komputer yang lebih canggih, keputusan alokasi dana promosi.
c. Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur
Keputusan yang tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini
terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tidak
terstruktur tidak mudah untuk didapatkan dan tidak mudah tersedia dan biasanya
berasal dari lingkungan luar (Nugraha, 2012).
2. Teknik Pengambilan Keputusan
Teknik pengambilan keputusan adalah suatu penerapan ilmu dan teknologi untuk
mengambil suatu keputusan dari sebuah pilihan atau masalah yang dihadapi. Untuk
membuat

lebih

terstruktur

proses-proses

pengambilan

keputusan,

para

pakar

mengeluarkan metode-metode yang membuat pengambilan keputusan dapat dilakukan


secara sistematis dan terarah agar tujuan yang diinginkan tercapai.
Teknik-Teknik Pengambilan Keputusan antara lain :

a. Brainstorming
Jika sekelompok orang dalam suatu organisasi menghadapi suatu situasi problematic
yang tidak terlalu rumit, dan dapat diidentifikasikan secara spesifik mereka
mengadakan diskusi dimana setiap orang yang terlibat diharapkan turut serta
memberikan

pandangannya.

Pada

akhir

diskusi

berbagai

pandangan

yang

dikemukakan dirangkum, sehingga kelompok mencapai suatu kesepakatan tentang


cara-cara yang hendak ditempuh dalam mengatasi situasi problematic yang dihadapi.
Penting diperhatikan dalam teknik ini yaitu:
Gagasan yang aneh dan tidak masuk akal sekalipun dicatat secara teliti.
Mengemukakan sebanyak mungkin pendapat dan gagasan karena kuantitas
pandanganlah yang lebih diutamakan meskipun aspek kualitas tidak diabaikan.
Pemimpin diskusi diharapkan tidak melakukan penilaian atas sesuatu pendapat atau
gagasan yang dilontarkan, dan peserta lain diharapkan tidak menilai pendapat atau
gagasan anggota kelompok lainnya.
Para peserta diharapkan dapat memberikan sanggahan pendapat atau gagasan yang
telah dikemukakan oleh orang lain.
Semua pendapat atau gagasan yang dikemukakan kemudian dibahas hingga
kelompok tiba pada suatu sintesis pendapat yang kemudian dituangkan dalam
bentuk keputusan.
b. Synetics
Seorang diantara anggota kelompok peserta bertindak selaku pimpinan diskusi.
Diantara para peserta ada seorang ahli dalam teori ilmiah pengambilan keputusan.
Apakah ahli itu anggota organisasi atau tidak, tidak dipersoalkan. Pimpinan mengajak
para peserta untuk mempelajari suatu situasi problematik secara menyeluruh.
Kemudian masing-masing anggota kelompok mengetengahkan daya pikir kreatifnya
tentang cara yang dipandang tepat untuk ditempuh. Selanjutnya pimpinan diskusi
memilih hasil-hasil pemikiran tertentu yang dipandang bermanfaat dalam pemecahan
masalah. Dan tenaga ahli menilai melakukan penilaian atas berbagai gagasan
emosional dan tidak rasional yang telah disaring oleh pimpinan diskusi serta kemudian
menggabungkannya dengan salah satu teori ilmiah pengambilan keputusan dan
tindakan pelaksanaan yang diambil.
c. Consensus Thinking
Orang-orang yang terlibat dalam pemecahan masalah harus sepakat tentang hakikat,
batasan dan dampak suatu situasi problematik yang dihadapi, sepakat pula tentang

teknik dan model yang hendak digunakan untuk mengatasinya. Teknik ini efektif bila
beberapa orang memiliki pengetahuan yang sejenis tentang permasalahan yang
dihadapi dan tentang teknik pemecahan yang seyogyanya digunakan. Orang-orang
diharapkan mengikuti suatu prosedur yang telah ditentukan sebelumnya. Kelompok
biasanya melakukan uji coba terhadap langkah yang hendak ditempuh pada skala yang
lebih kecil dari situasi problematik yang sebenarnya.
d. Delphi
Umumnya digunakan untuk mengambil keputusan meramal masa depan yang
diperhitungkan akan dihadapi organisasi. Teknik ini sangat sesuai untuk kelompok
pengambil keputusan yang tidak berada di satu tempat.
Pengambil keputusan menysun serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan suatu
situasi peramalan dan menyampaikannya kepada sekelompok ahli. Para ahli tersebut
ditugaskan untuk meramalkan, apakah suatu peristiwa dapat atau mungkin terjadi atau
tidak. Jawaban dari anggota kelompok tadi dikumpulkan dan masing-masing anggota
ahli mempelajari ramalan yang dibuat oleh masing-masing rekannya yang tidak
pernah ditemuinya. Pada kesempatan berikutnya, rangkaian pertanyaan yang sama
dikembalikan kepada para anggota kelompok dengan melampirkan jawaban yang telah
diberikan oleh para anggota kelompok pada putaran pertama serta hal-hal yang
dipandang sudah merupakan kesepakatan kelompok. Apabila pendapat seseorang ahli
berbeda maka memberikan penjelasannya secara tertulis. Tiap-tiap jawaban diberikan
kode tertentu sehingga tidak diketahui siapa yang memberikan jawaban. Jawaban
tersebut di atas dilakukan dengan beberapa putaran. Pengedaran daftar pertanyaan dan
analisa oleh beberapa ahli dihentikan apabila telah diperoleh bahan tentang ramalan
kemungkinan terjadi sesuatu peristiwa di masa depan.
e. Fish bowling
Sekelompok pengambil keputusan duduk pada suatu lingkaran, dan di tengah
lingkaran ditaruh sebuah kursi. Seseorang duduk di kursi tersebut hanya dialah yang
boleh bicara untuk mengemukakan pendapat ide dan gagasan tentang suatu
permasalahan. Para anggota lain mengajukan pertanyaan, pandangan dan pendapat.
Apabila pandangan orang yang duduk di tengah tersebut telah dipahami oleh semua
anggota kelompok dia meninggalkan kursi dan digantikan oleh orang yang lain untuk
kesempatan yang sama. Setelah itu semua pandangan didiskusikan sampai ditemukan
cara yang dipandang paling tepat.

f. Didactic interaction
Digunakan untuk suatu situasi yang memerlukan jawaban ya atau tidak. Dibentuk
dua kelompok, dengan satu kelompok mengemukakan pendapat yang bermuara pada
jawaban ya dan kelompok lainnya pada jawaban tidak. Semua ide yang
dikemukakan baik pro maupun kontra dicatat dengan teliti. Kemudian kedua
kelompok bertemu dan mendiskusikan hasil catatan yang telah dibuat. Pada tahap
berikutnya terjadi pertukaran tempat. Kelompok yang tadinya mengemukakan
pandangan pro beralih memainkan peranan dengan pandangan kontra.
g. Collective Bargaining
Dua pihak yang mempunyai pandangan berbeda bahkan bertolak belakang atas suatu
masalah duduk di satu meja dengan saling menghadap. Masing-masing pihak datang
dengan satu daftar keinginan atau tuntutan dengan didukung oleh berbagai data,
informasi dan alasan-alasan yang diperhitungkan dapat memperkuat posisinya dalam
proses tawar-menawar yang terjadi. Jika pada akhirnya ditemukan bahwa dukungan
data dan informasi serta alasan-alasan yang dikemukakan oleh kedua belah pihak
mempunyai persamaan, maka tidak terlalu sukar untuk mencapai kesepakatan. Tetapi
sebaliknya, pertemuan berakhir tanpa hasil yang kemudian sering diikuti dengan
timbulnya masalah yang lebih besar (Siagian, S.P,2007).
3. Proses Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan merupakan tahap-tahap yang harus dilalui atau digunakan
untuk mengambil keputusan, tahap-tahap ini merupakan keragka dasar sehingga setiap
tahap dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa sub tahap disebut langkah yang lebih
khusus atau spesifik dan lebih operasional.
Proses pengambilan keputusan terdiri atas 3 tahap, antara lain sebagai berikut :
a. Penemuan masalah
Tahap ini merupakan tahap untuk mendefinisikan masalah dengan jelas, sehingga
perbedaan antara masalah dan bukan bukan masalah ( misalnya isu) menjadi jelas.
Sehingga masalah yang dihadapi dapat di cari model dan jalan keluar yang sesuai.
b. Pemecahan Masalah
Tahap ini merupakan tahap penyelesaian terhadap masalah yang sudah ada atau sudah
jelas. Langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut :
Identifikasi alternatif-alternatif keputusan untuk memecahkan masalah
Perhitungan mengenai faktor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya atau di
luar jangkauan manusia, identifikasi peristiwa-peristiwa di masa datang (state of
nature)

Pembuatan alat (sarana) untuk mengevaluasi atau mengukur hasil, biasanya


berbentuk tabel hasil (pay off table)
Pemilihan dan penggunaan model pengambilan keputusan.
c. Pengambilan keputusan
Keputusan yang diambil adalah berdasarkan pada keadaan lingkungan atau kondisi
yang ada, seperti kondisi pasti, kondisi beresiko, kondisi tidak pasti, dan kondisi
konflik (Yulianiselvi, 2014).
C. Keterlibatan Bawahan Dalam Pengambilan Keputusan
Konsep peran serta dalam pengambilan keputusan mula-mula diperkenalkan oleh
French et al.(1960), ketika mengatakan bahwa peran serta menujukan suatu proses antara dua
atau lebih pihak yang mempengaruhi satu terhadap yang lainnya dalam membuat rencana,
kebijakan, dan keputusan. Peran serta bawahan dalam mengambil keputusan sesungguhnya
lahir dari desakan kebutuhan psikologis yang mendasar pada setiap individu.
Keinginan untuk berperan serta menurut Archbold (1976) didorongkan oleh kebutuhan
akan hasrat akan kekuasaan, ingin memperoleh pengakuan, dan hasrat untuk bergantung pada
orang lain, tetapi juga sebaliknya tempat orang bergantung. Pentingnya peran serta bawahan
dalam pengambilan keputusan juga diakui oleh Alutto dan Belasco (1972), karena dengan
demikian ada jaminan bahwa pemeran serta(karyawan) tetap mempunyai kontrol atas
keputusan-keputusan yang diambil. Apabila pemeran serta tidak dapat mengontrolnya, maka
organisasi akan mengalami kerugian, sama dengan tidak ada peran serta sama sekali.
Para menejer akan sulit untuk membuat keputusan tanpa melibatkan para bawahannya,
keterlibatan ini dapat formal seperti pengguanaan kelompok dalam pembuatan keputusan;
atau informal seperti permintaan akan gagasan-gagasan.
Bantuan para bawahan dapat terjadi pada setiap tahap proses pembuatan keputusan.
Bermacam-macam bentuk peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan telah
diperkenalkan oleh sejumlah penulis. Seprti Cotton et al. (1988) yang mencoba mengadakan
penelitian terhadap berbagai karya tulis tersebut dengan mengumpulkan lebih dari 400 artikel
tentang peran serta dalam pengambilan keputusan. Dimana setiap artikel itu diklasifikasikan
ke dalam lima sifat peran serta, yaitu ; formal-tidak formal, langsung-tidak langsung, tingkat
pengaruhnya isi dari keputusan, dan jangka waktunya singkat atau lama. Dari lima sifat peran
serta itu dengan memperhatikan berbagai bentuk peran serta yang tersedia dalam kepustakaan,
dirumuskanlah enam kombinasi bentuk peran serta, yaitu:
1. Peran serta pengambilan keputusan dalam bidang tugas,
2. Peran serta konsultatif,
3. Peran serta jangka pendek,

4. peran serta informal,


5. Hak milik karyawan,
6. Peran serta perwakilan.
D. Gaya Pembuatan Keputusan
Secara teoritis ada 4 gaya pengambilan keputusan yang biasanya dilakukan oleh seorang
pemimpin. Keempat gaya tersebut adalah:
1. Gaya Direktif
Cenderung bersifat efisien, logis, pragmatis, dan sistematis dalam memecahkan
masalah
Berfokus pada fakta dan penyelesaian masalah secara lebih cepat.
Cenderung berfokus jangka pendek
Gemar menggunakan kekuasaan, ingin mengontrol, secara umum menggambarkan
kekeuasaan yang otokratik
2. Gaya Analitik
Hasil keputusan didasarkan atas inputan hasil analisis
Lebih banyak mempertimbangkan beragam informasi dan alternetif dibandingkan
gaya direktif
Pengambilan keputusan diambil dalam jangka waktu agak lama
Menggambarkan pemimpin yang otokratik
3. Gaya Konseptual
Memecahkan masalah dengan pandangan yang luas
Suka mempertimbangkan banyak pilihan dan kemungkinan masa depan
Melibatkan banyak orang untuk memperoleh beragam informasi dan banyak
menggunakan intuisi dalam peng keputusan
Berani mengambil resiko dan seringkali menemukan solusi yang kreatif
Ketidakpastian dalam pengambilan keputusan
4. Gaya Perilaku
Cenderung bekerja dengan orang lain dan terbuka dalam pertukaran pendapat
Cenderung menerima saran, sportif dan bersahabat
Suka informasi yang verbal dan menghindari konflik serta peduli pada kebahagiaan
org lain
Terkadang, keputusannya tidak tegas dan sulit mengatakan tidak jika keputusan
tersebut akan berdampak kerugian pada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abi Ummi, (2015), tugas-utama-seorang-pemimpin. (Online)
(http://tugas-utama-seorang-pemimpin.com, diakses tanggal 30 September 2015)
http://degung-wira.blogspot.co.id/2012/10/4-gaya-pengambilan-keputusan.html diakses Tanggal
30 September 2016
Hasibuan, Malayu S. P. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Nugraha, (2012) tipe-tipe-pengambilan-keputusan. (Online)


( http:// tipe-tipe-pengambilan-keputusan.html, diakses Tanggal 30 September 2016)
Siagian, S.P,(2007), teknik-metode-pengambilan-keputusan. (Online)
(http://teknik-metode-pengambilan-keputusan.htm, diakses Tanggal 30 September 2016)
Yuliani Selvi, (2014), proses-pengambilan-keputusan. (Online)
http://privateselv.blogspot.co.id/proses-pengambilan-keputusan.html diakses Tanggal 30
September 2016)

Anda mungkin juga menyukai