Anda di halaman 1dari 3

uda Dan Menginspirasi

Samuel Putra, Jawara Sains Dunia hingga


Lulus Summa Cumlaude di Oxford
Jakarta - Satu lagi anak muda Indonesia yang membuat bangga, dialah Samuel Leonardo
Putra (21). Dia sukses lulus summa cum laude di Universitas Oxford, universitas nomor
wahid dunia 2016 versi Times Higher Education!
"Sebenarnya dulu nggak kepikiran sama sekali ke Inggris. Dari awal tak punya cita-cita ke
luar negeri, apalagi ke Inggris karena kan biayanya mahal kan poundsterling," tutur Samuel
saat berbincang dengan detikcom di Grand Indonesia, Jakarta Pusat, yang ditulis Selasa
(11/10/2016).
Samuel yang juga peraih medali perak pada Olimpiade Kimia Internasional (OKI) tahun 2012
ini lantas mendapat informasi dari Anton Wardaya, seorang guru dan koordinator kurikulum
yang saat itu bekerja di Surya Institute yang bekerja sama dengan SMA Samuel, SMA MH
Thamrin Jakarta tentang adanya kesempatan beasiswa Reach Oxford Scholarship untuk
negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Untuk bisa dapat beasiswa ini, syaratnya mesti diterima dulu di sana. Melamar dulu seperti
biasa, bila lamarannya diterima Oxford, baru dapat melamar beasiswa. Saya ikuti proses
masuknya," imbuh pemuda kelahiran Jakarta, 23 November 1994 ini.
Kebetulan di SMA MH Thamrin juga memakai kurikulum internasional, sehingga ijazahnya
bisa langsung melamar ke kampus-kampus di Inggris. Berbagai macam tes mulai dari
mengisi formulir aplikasi, esai, referensi dari guru hingga tes masuk berupa pelajaran
matematika, fisika, kimia pun dijalani.
"Sudah lolos segala macam dokumen, tahap terakhir kan interview. Mereka paling selektif
tahap interview. Interview di Oxford bukan motivasi, visi dan misi, tapi pertanyaan akademis.
Saya melamarnya kan teknik kimia, pertanyaan akademisnya kimia, fisika dan matematika
yang bukan level SMA. Oxford mau cari tahu apakah kita mampu menjawab pertanyaan,
seberapa cepat kita dapat menangkap pelajaran," tuturnya.

"Mereka (Oxford) nggak mengharapkan untuk bisa langsung menjawab, tapi memberi kita
clue, mereka lihat seberapa cepat kita bisa menangkap pertanyaannya, kecepatan analisa, mau
kita fokus kecepatan menangkap materi baru. Pertanyaannya sih ada empat, tapi menantang
semua," imbuhnya.

Hasil tes masuk Samuel saat itu diterima, namun sayang lamaran beasiswanya dari Reach
Oxford tak lolos. Beasiswa Reach Oxford hanya memberikan beasiswa pada satu hingga dua
orang tiap tahun. Bisa dibayangkan ketatnya persaingan beasiswa Reach Oxford.
Namun, pintu beasiswa Reach Oxford yang tertutup membuka pintu beasiswa lainnya.
Karena berhasil meraih perak dalam Olimpiade Kimia Internasional, maka Samuel pun
mendapatkan beasiswa Olimpiade Sains Internasional (OSI) dari Pemerintah Indonesia.
Beasiswa OSI adalah jalur beasiswa khusus untuk pemenang olimpiade sains dunia.
"Pemenang olimpiade sains internasional memang diberi beasiswa ke mana saja ke seluruh
dunia. Yang dapat medali emas dikuliahkan sampai S3, yang perak sampai S2 dan yang
perunggu S1. Itu full beasiswa, uang kuliah dan biaya hidup," jelas dia.
Meski mendapat beasiswa penuh, adakalanya beasiswa itu terlambat 2 bulan. Atau kurs
rupiah terhadap poundsterling berubah. Bila hal ini yang terjadi, Samuel mesti menjelaskan
kepada pihak kampus untuk memberikan tenggang pembayaran 2 bulan. Bila kurs rupiah
berselisih jauh dengan poundsterling, Samuel bisa menambalnya dengan menjadi guru les
privat sains untuk siswa SMA atau dibantu yayasan yang memberikan beasiswa di
kampusnya.
Dia lantas berhasil menyelesaikan S1 di jurusan teknik kimia Oxford dalam waktu 3 tahun
dengan kategori First Class, yang setara dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,5-4. Di
Inggris, penilaian memang tak memakai kuantitatif seperti IPK/GPA namun penggolongan
kualitatif seperti First Class, Second Upper (setara IPK 3-3,5), Second Lower (setara IPK 2,53) dan Third (setara IPK 2-2,5).
Selain masuk kategori First Class, Samuel juga mendapat predikat tambahan summa
cumlaude. Predikat ini diberikan bagi mahasiswa yang menempati peringkat top 5% di
angkatannya. Nah, Samuel sukses menempati peringkat top 4%.
Selain masuk kategori First Class, Samuel juga mendapat predikat tambahan
summa cumlaude. Predikat ini diberikan bagi mahasiswa yang menempati peringkat
top 5% di angkatannya. Nah, Samuel sukses menempati peringkat top 4%.

Karena S1 lulus dengan nilai dan predikat gemilang, maka pihak Oxford mempersilakan
Samuel langsung menempuh S2. Pendidikan S2 ini, masih dibiayai beasiswa OSI dari
Pemerintah Indonesia. Jenjang S2 di jurusan yang sama ini ditempuhnya dalam waktu 1
tahun, dengan predikat yang sama gemilangnya dengan S1.

Summa Cumlaude dalam 2 jenjang di universitas nomor satu dunia, bagaimana bisa?
"Saya terbiasa kerja keras. Background saya yang olimpiade itu kan proses seleksinya
panjang, pelatihan sana-sini, belajar dari pagi sampai malam, bahkan weekend. Etos kerjanya
sudah biasa, ketika kuliah nggak kesulitan, rasanya ringan saja. Saat mengikuti seleksi
Olimpiade kita kan belajar analisa soal, menangkap pelajaran yang levelnya lebih tinggi. Nah
semangat belajar itu yang saya pertahankan, belajar semaksimal mungkin. Puji Tuhan
hasilnya ada," tutur Samuel yang sudah kembali ke Inggris untuk melanjutkan S3 di kampus
yang sama ini.
(nwk/miq)

Anda mungkin juga menyukai