cara
maka dapat
dianggap bahwa penggunaan hak pilih / hak suara warga negara dalam pemilihan
umum, pada hakekatnya adalah sebagai bentuk tanggung jawab untuk berpartisipasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui proses pemilihan umum, rakyat
(warga negara) menyerahkan kekuasaannya / kedaulatannya kepada pemerintah
(dalam arti luas yang mencakup Presiden beserta pembantu pembantunya yaitu
para menteri, serta parlemen baik di tingkat pusat maupun daerah) untuk
mengelola / mengurus organisasi yang dinamakan negara. Pada umumnya, negara
sebagai asosiasi
1[1] Miriam Budiardjo. Dasar Dasar Ilmu Politik. Jakarta (Penerbit: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2000) Halaman 60.
dalam
B. PERMASALAHAN
Dalam praktek kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, pemilihan
umum (Pemilu) merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam tataran Indonesia
sebagai negara demokrasi. Esensi dari pemilihan umum (Pemilu) adalah
pelaksanaan kedaulatan rakyat yang selanjutnya merepresentasikan kedaulatan
tersebut kepada organ organ penyelenggara negara (dan daerah - daerah sebagai
bagian dari negara), seperti; Presiden dan Wakil Presiden, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Namun
demikian, dalam kenyataannya masih banyak warga negara (rakyat) yang
sesungguhnya
sebagai
pemegang
peranan
(role
occupant)
penting,
tidak
Secara umum dapat dikatakan bahwa keadaan tersebut disebabkan oleh hal hal
yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
ad.1. Banyak warga negara (masyarakat) yang tidak bersedia menggunakan hak
pilihnya / hak suaranya.
ad.2. Data daftar pemilih yang tidak akurat.
C. METODOLOGI PENELITIAN
Penulisan makalah ini merupakan suatu rangkaian dari kegiatan ilmiah untuk
mempelajari dan membahas
ilmiah. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian, yang dipergunakan sebagai
pedoman untuk mengumpulkan data data serta melakukan kajian atau telaah
terhadap fenomena fenomena yuridis. Sehingga penulisan makalah ini sebagai
suatu bentuk karya ilmiah sesuai dengan prosedur penelitian yang berfokuskan
masalah (problem focused research).
Metodologi penelitian sebagai sarana pengumpulan data yang dipergunakan oleh
Penulis dalam makalah ini, adalah:
a. Penelitian lapangan (field research) melalui metode pengumpulan data primer atau
data dasar (primary data / basic data) yaitu mengumpulkan informasi langsung dari
masyarakat sebagai sumber pertama.
b. Penelitian kepustakaan (library research) melalui metode pengumpulan data
sekunder (secondary data) yaitu mencakup peraturan perundang undangan, buku
buku, dokumen dokumen resmi, media cetak dan media online, hasil hasil
penelitian yang berwujud laporan laporan, yurisprudensi, dan sebagainya.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Agar pembahasan dalam karya ilmiah ini dapat dengan mudah ditelaah dan
difahami, maka penulisan makalah ini disusun secara sistematis, sebagai berikut:
A.
B.
C.
D.
A.
hak suaranya.
B. Data daftar pemilih yang tidak akurat.
C. BAB III: Penutup
A. Kesimpulan.
B. Saran saran.
BAB II
ANALISIS
A.
yang
dilaksanakan
di
Indonesia,
pada
hakekatnya
adalah
pengejawantahan dari nilai nilai demokrasi yang berdasarkan atas hukum. Dalam
Penjelasan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia, sangat tegas
dinyatakan bahwa; 1) Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat),
tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat), dan 2) Pemerintahan
berdasarkan atas atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme
(kekuasaan yang tidak terbatas). Undang Undang Dasar 1945 sebagai hukum
dasar (grundnorm) negara Indonesia, pada pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa
Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang undang.
Pemilu sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat, secara khusus
disebutkan dalam pasal
22 E ayat (1)
berikut:
Pemerintah
merupakan
suatu
kumpulan
aktivitas
yang
negara demokrasi seperti Indonesia, maka partisipasi politik masyarakat juga sangat
diharapkan untuk menggunakan hak pilihnya / hak suaranya. Dengan perkataan lain,
masyarakat sebagai
3[3] Pikiran Rakyat Online. Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Turun. Edisi:
Kamis, 29 November 2012.
beberapa faktor, yakni trust terhadap penyelenggara, sikap dan budaya politik,
teknis, DPT, sosialisasi, dan administrasi4[4].
Menyikapi realita sosial bahwa dewasa ini terdapat tendensi menurunnya animo
dan partisipasi masyarakat dalam Pemilu maka berbagai upaya telah dilakukan.
Upaya tersebut antara lain dengan mengadakan Seminar tentang pemilu yang
diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tanggal 16 Nopember
2011, dengan melibatkan Partai Politik (Parpol), Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), Organisasi Masa (Ormas), media massa, Pemantau Pemilu, dan Perguruan
Tinggi .Seminar tersebut dimaksudkan untuk memperoleh input dan solusi terhadap
kecenderungan menurunnya tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilu dan
Pemilukada5[5].
Pada umumnya secara sosiologis kemasyarakatan dapat diidentifikasi beberapa
alasan
masyarakat dalam Pemilu, maka dapat diartikan bahwa semakin tinggi pula tingkat
legitimasi suatu proses penetapan sebuah keputusan.
Secara sosiologis, partisipasi politik masyarakat untuk berperan serta dalam
pemilihan umum berkaitan dengan kesadaran hukum masyarakat itu sendiri.
Kesadaran hukum masyarakat dihubungkan dengan tanggung jawab terhadap
bangsa dan negara Indonesia, maka berpartisipasi masyarakat dalam pemilu
sebagai sarana
hukum yang berlaku. Sebaliknya, apabila kesadaran hukum sangat rendah, maka
derajat kepatuhan terhadap hukum juga tidak tinggi. Dengan demikian, pendapat
tersebut berkaitan dengan berfungsinya hukum dalam masyarakat atau effektivitas
dari ketentuan ketentuan hukum di dalam pelaksanaannya. Dengan lain
perkataan, kesadaran hukum menyangkut masalah, apakah ketentuan hukum
tertentu benar benar berfungsi atau tidak dalam masyarakat 6[6]. Berkaitan
dengan pembahasan dalam permasalahan makalah ini, yang dimaksud dengan
hukum tersebut adalah
pemilihan
umum.
Penggunaan hak pilih dalam pemilihan umum secara sosiologis dianggap
sebagai tanggung jawab warga negara terhadap negara didasarkan pada prinsip
bahwa antara negara dan warga negara terdapat hubungan hukum ketatanegaraan.
Oleh karena itu, dalam konteks pemilu, antara negara dan warga negara dapat
melakukan
menggunakan hak pilihnya dalam pemilu sebagai bentuk tanggung jawab terhadap
negara. Negosiasi hak tersebut dilakukan melalui sosialisasi oleh pemerintah
(mewakili kepentingan negara) di satu pihak dengan warga negara di pihak lain.
Negosiasi tersebut diharapkan dapat menyelesaikan masalah partisipasi masyarakat
agar bersedia menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum, yang sebenarnya
hak tersebut telah dimiliki dan melekat pada warga negara yang telah memenuhi
syarat syarat tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Munir Fuady yang
menyatakan, negosiasi hak bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang timbul
sehubungan dengan pelaksanaan hak yang sebelumnya sudah ada 7[7].
6[6] Soerjono Soekanto, Mustafa Abdullah. Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat.
Jakarta (Penerbit: Rajawali Pers, 1987) Halaman 215 216.
7[7] Munir Fuady. Teori Teori Dalam Sosiologi Hukum. Jakarta (Penerbit: Prenada
Media Group, 2011) Halaman 354 355.
jajarannya
di
tingkat
bawah
harus
secara
jujur
dan
transparan
menyampaikan data pemilih kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai user
(pengguna) data. Begitu pula, prilaku anggota atau komisioner KPU harus
profesional, independen dan cermat menyusun Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang
akan dijadikan acuan dalam pemilihan umum. Prilaku aparat pemerintah sebagai
penyedia data dan anggota atau komisioner KPU ini perlu tetap diawasi agar tidak
terjadi kecurangan kecurangan atau manipulasi dalam menyusun dan menetapkan
daftar pemilih.
Pemerintah dan KPU memegang peranan penting agar masyarakat sebagai
pemegang hak pilih dapat menggunakan haknya dalam pemilu. Oleh karena dalam
kenyataannya, banyaknya masyakat yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam
pemilu tidak semata mata disebabkan keengganan mereka untuk menggunakan
hak pilihnya, akan tetapi karena nama mereka tidak terdapat dalam Daftar Pemilih
Tetap (DPT). Dengan demikian pemerintah dan KPU diharapkan dapat menjalankan
peranannya dalam
kedaulatan rakyat dalam negara Indonesia. Peranan pemerintah dan KPU dalam
pelaksanaan pemilu di Indonesia, dalam hal ini yang dimaksudkan peranan yang
sebenarnya dilakukan (actual role). Meskipun dalam kedudukannya
sebagai
dianggap oleh diri sendiri (perceived role), 4) peranan yang sebenarnya dilakukan
(actual role)8[8].
Peranan pemerintah dan KPU untuk melakukan kegiatan menghimpun data
pemilih yang akurat secara langsung ke lapangan (Rukun Tetangga, Kelurahan,
8[8] Soerjono Soekanto. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penegakkan Hukum.
Jakarta (Penerbit: RajaGrafindo Persada, 2008) Halaman 20.
Selanjutnya,
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
- Pelaksanaan Pemilu sangat penting artinya dalam suatu negara demokrasi seperti
Indonesia, oleh karena itu partisipasi politik masyarakat juga sangat diharapkan
-
partisiapasi
masyarakat
dalam
Pemilu
disebabkan
sebagian
masyarakat Indonesia namanya tidak terdapat dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT).
- Secara sosiologis kemasyarakatan maka dapat diidentifikasi beberapa alasan sikap
warga negara Indonesia yang tidak bersedia menggunakan hak pilihnya, antara lain:
1. Adanya sikap apatis dari keyakinan masyarakat bahwa memilih atau tidak memilih
tidak mempengaruhi kehidupan mereka secara signifikan.
2. Para calon yang bertarung tidak memiliki kapasitas untuk mewujudkan harapan
3.
mereka.
Sebagian masyarakat beranggapan bahwa kebutuhan ekonomi lebih penting
ketatanegaraan.
- Secara sosiologis, kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilihan
umum sangat berkaitan erat dengan Perilaku aparat pemerintah dalam hal ini
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) beserta jajarannya di tingkat bawah harus
secara jujur dan transparan menyampaikan data pemilih kepada Komisi Pemilihan
Umum (KPU) sebagai user (pengguna) data. Begitu pula, prilaku anggota atau
komisioner KPU harus profesional, independen dan cermat menyusun Daftar
Pemilih Tetap (DPT) yang akan dijadikan acuan dalam pemilihan umum. Prilaku
aparat pemerintah sebagai penyedia data dan anggota atau komisioner KPU ini
perlu tetap diawasi agar tidak terjadi kecurangan kecurangan atau manipulasi
dalam menyusun dan menetapkan daftar pemilih.
B. SARAN SARAN
-
Perlu dilakukan sosialisasi tujuan pemilihan umum dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara untuk meningkatkan daya dorong atau motivasi masyarakat (warga
negara) pada setiap pemilihan umum.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
(Bibliografi)
Budiardjo Miriam. Dasar Dasar Ilmu Politik. Jakarta (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama) Tahun 2000;
Fuady, Munir. Teori Teori Dalam Sosiologi Hukum. Jakarta (Penerbit: Kencana Prenada
Media Group) 2011;
P., Trubus Rahardiansah, Endar Pulungan. Pengantar Sosiologi Hukum. Jakarta (Penerbit:
Universitas Trisakti) 2005;
Pikiran Rakyat Online. Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Turun. Edisi: Kamis, 29
November 2012;
Salman, Anthon F. Susanto. Beberapa Aspek Sosiologi Hukum. Bandung (Penerbit: PT.
Alumni) 2012;
Soekanto, Soerjono. Beberapa Catatan Tentang Psikologi Hukum. Bandung (Penerbit: PT.
Alumni) 1979;
-------. Mengenal Sosiologi Hukum. Bandung (Penerbit: Alumni) 1982;
--------. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta (Penerbit: PT.
RajaGrafindo Persada) 2008;
--------. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta (Penerbit: CV. Rajawali) 1982;
Soekanto, Soerjono, Mustafa Abdullah. Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat. Jakarta
(Penerbit: CV. Rajawali) 1982;
Watapedia, Media Online. Pemilu: Faktor Penyebab Turunnya Paartisipasi Dalam Pemilu.
Edisi 17 November 2011.
Zamzami, Mukhtar. Materi Kuliah Sosiologi Hukum, Memahami Sosiollogi Hukum. Jakarta
(Universitas Jaya Baya) 2012;