DOSEN PENGAMPU:
LILIS FEBRIYANTI, M.Farm.Apt
KELOMPOK 1 :
ANY SRI HANDAYANI
(141550004)
(141550005)
(141550025)
(141550001)
(141550022)
(141550014)
(141550026)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan farmasi di Indonesia sudah dimulai semenjak zaman Belanda,
sehingga teknologi steril sebagai salah satu bagian dari ilmu farmasi mengalami
dinamika yang begitu cepat. Teknologi Steril merupakan ilmu yang mempelajari tentang
bagaimana membuat suatu sediaan (Injeksi volume kecil, Injeksi volume besar, Infus,
Tetes Mata dan Salep Mata) yang steril, mutlak bebas dari jasad renik, patogen, atau non
patogen, vegetatif atau non vegetatif (tidak ada jasad renik yang hidup dalam suatu
sediaan). Teknologi steril berhubungan dengan proses sterilisasi yang berarti proses
mematikan jasad renik (kalor, radiasi, zat kimia) agar diperoleh kondisi steril. Tentunya
di setiap fakultas mendapatkan mata kuliah tersebut, karena teknologi steril berperan
penting dan menjadi mata kuliah pokok farmasi.
Dalam teknologi steril, kita dapat mempelajari tentang bagaimana menghasilkan
atau membuat sediaan yang steril, sediaan steril dapat dibuat secara sterilisasi kalor
basah, kalor kering, penyaringan, sterilisasi gas, radiasi ion dan teknik aseptik. Kemudian
sediaan steril tersebut dilakukan uji sterilitas, uji pirogenitas (ada atau tidaknya pirogen).
Pada saat kuliah teknologi steril akan kita dapatkan sediaan dalam bentuk larutan,
emulsi, suspensi dan semi solid yang steril (bebas dari pirogen).
Infus adalah salah satu bentuk sediaan obat dalam dunia farmasi yang
mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan sediaan obat lainnya. Infus adalah sediaan
cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90 selama 15
menit. Selain itu infus dapat digunakan untuk keadaan pengobatan darurat, untuk pasien
yang muntah muntah atau tidak sadarkan diri, dan tidak bisa menyebabkan iritasi di
dalam lambung dibandingkan dengan sediaan tablet, infus juga merupakan sediaan
dalam farmasi yang wajib bebas dari pirogen dan harus steril dalam pembuatannya.
Sehingga efek obat dapat langsung bekerja karena langsung berhubungan dengan darah.
Laktat dalam ringer laktat sebagian besar dimetabolisme melalui proses
glukoneogenesis. Setiap satu mol laktat akan menghasilkan satu mol bikarbonat. Pasien
dengan kondisi hamil memiliki kadar laktat yang berbeda karena plasenta menghasilkan
laktat yang akan menuju sirkulasi maternal.
BAB II
DASAR TEORI
A. Teori singkat
Sediaan steril adalah sediaanterapeutis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup. Sterilisasi adalah proses yang dirancanguntuk menciptakan
keadaan steril. Secara tradisional keaadan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta
sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semuamikroorganisme hidup.Adapun
syarat-syarat sediaan parenteral volume besar yaitu steril, bebas pirogen, isotonis,
isohidris, bebas partikelasing, aman, jernih, stabil baik secarafisika, kimia, maupun
mikrobiologi, tidak terjadi reaksi antar bahan dalam formula,dikemas dalam wadah dosis
tunggal, tidak mengadung bahan baktersid karenavolume cairan terlalu besar,
penggunaanwadah yang sesuai, sehingga mencegahterjadinya interaksi dengan bahan
obat,dan sesuai antara bahan obat yang adadalam wadah dengan etiket, dan tidak terjadi
pengurangan kualitas selama penyimpanan. Salah satu sediaan yang termasuk sediaan
steril parenteral volume besar adalah sediaan infus.
Infus adalah suatusediaan steril berupa larutan atau emulsi bebas pirogen sedapat
mungkin dibuat isotonis terhadap darah yang disuntikkan langsung kedalam vena dalam
volume relatif
pengurangan kualitas selama penyimpanan. Salah satu sediaan yang termasuk sediaan
steril parenteral volume besar
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, Infus adalah sediaan cair yang dibuat
dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90 selama 15 menit. Menurut
Farmakope Indonesia edisi IV Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari
simplisia nabati dengan air pada suhu 90 selama 15 menit.
Infus adalah proses mengekstraksi unsur-unsur substansi terlarutkan (khususnya
obat) atau terapi dengan cara memasukkan cairan ke dalam tubuh. Infus adalah tindakan
memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan.
Infus adalah teknik penusukan vena melalui transkutan dengan stilet tajam yang
kaku, seperti angiokateter atau dengan jarum yang disambungkan pada spuit. Infus
memasukkan cairan (cairan obat atau makanan) dalam jumlah yang banyak dan waktu
yang lama ke dalam vena dengan menggunakan perangkat infus (infus set) secara
tetesan.
Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum ke
dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zatzat makanan dari tubuh.
Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal, dalam wadah plastik
atau gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel
lain.
Oleh
karena
volumenya yang besar, pengawet tidak pernah digunakan dalam infus intravena
untuk
menghindari
toksisitas
yang mungkin
disebabkan
oleh
pengawet
itu
adalah
larutan
yang
isotonis untuk meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis
maupun hipertonis dapat digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah,
larutan
hipertonis
diberikan
untuk
infus
globul
fase
terdispersi untuk
infus
menyebabkan
masalah
terhadap absorbsi obat. Sedangkan kerugiannya yaitu obat yang diberikan sekali
lewat intravena maka obat tidak dapat dikeluarkan dari sirkulasi seperti dapat
dilakukan untuk obat bila diberikan per oral, misalnya dengan cara dimuntahkan.
Pembuatan infus ini mengacu pada penggunaannya sebagai cairan infus yang dapat
menstabilkan
fisiologis
jumlah
normal,
elektrolit-elektrolit
yang
sama
kadarnya
dalam cairan
elektrolitnya agar sesuai dengan batas-batas atau jumlah elektrolit yang normal
pada plasma. Selain itu, digunakan pengisotonis dekstrosa yang diharapkan mampu
menambah kalori bagi pasien serta meningkatkan
stamina
karena
biasanya kondisi
pasien yang kekurangan elektrolit dalam keadaan lemas (sehingga perlu diinfus).
Infus
ringer
digunakan
untuk
untuk mengatasi
kondisi
kekurangan
volume darah, larutan natrium klorida 0,9% - 1,0% menjadi kehilangan maka secara
terapeutik sebaiknya digunakan larutan ringer, larutan ini mengandung KCl dan
CaCl2 disamping NaCl
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu
sebelum
digunakan
secara
aman diperlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta
asam basa. Tindakan ini merupakan metode efektif dan efisien dalam memberikan suplai
cairan ke dalam kompartemen intravaskuler.
Terapi intravena dilakukan berdasarkan order dokter dan perawat bertanggung
jawab dalam pemeliharaan terapi yang dilakukan. Pemilihan pemasangan terapi
intravena didasarkan pada beberapa faktor, yaitu tujuan dan lamanya terapi, diagnosa
pasien, usia, riwayat kesehatan dan kondisi vena pasien. Apabila pemberian terapi
intravena
dibutuhkan
dan
diprogramkan
oleh
dokter,
maka
perawat
harus
mengidentifikasi larutan yang benar, peralatan dan prosedur yang dibutuhkan serta
mengatur dan mempertahankan sistem.
Infus Ringer adalah larutan steril Natrium klorida, Kalium klorida, dan Kalsium
klorida dalam air. Kadar ketiga zat tersebut sama dengan kadar zat-zat tersebut dalam
larutan fisiologis. Larutan ini digunakan sebagai penambah cairan elektrolit yang
diperlukan tubuh.
Air beserta unsur-unsur didalamnya yang diperlukan untuk kesehatan sel disebut
cairan tubuh. Cairan tubuh dibagi menjadi dua yaitu :
1. Cairan Intraseluler, cairan ini mengandung sejumlah ion Na dan klorida serta hampir
tidak mengandung ion kalsium, tetapi cairan ini mengandung ion kalium dan fosfat
dalam jumlah besar serta ion Magnesium dan Sulfat dalam jumlah cukup besar.
2. Cairan Ekstraseluler, cairan ini mengandung ion Natrium dan Klorida dalam jumlah
besar, ion bikarbonat dalam jumlah besar, tetapi hanya sejumlah kecil ion Kalium,
Kalsium, Magnesium, Posfat, Sulfat, dan asam-asam organic.
Keseimbangan air dalam tubuh harus dipertahankan supaya jumlah yang diterima
sama dengan jumlah yang dikeluarkan. Penyesuaian dibuat dengan penambahan atau
pengurangan jumlah yang dikeluarkan sebagai urin juga keringat. Ini menekankan
pentingnya perhitungan berdasarkan fakta tentang jumlah cairan yang masuk dalam
bentuk minuman maupun makanan dan dalam bentuk pemberian cairan lainnya.
Elektrolit yang penting dalam komposisi cairan tubuh adalah Na, K, Ca, dan Cl.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dibuatlah sediaan infus Ringers
sebagai pengganti cairan tubuh. Infus adalah larutan dalam jumlah besar, terhitung
mulai dari 10 ml yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan peralatan
yang cocok. Infus intravena adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas
pirogen, dan sedapat mungkin dibuat seperti darah, disuntikan langsung ke dalam vena
dan volume relatif besar. Infus intravena tidak diperbolehkan mengandung bakterisida,
dan zat dapar larutan dalam infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel.
Persyaratan :
1. Infus intravena tidak mengandung bakterisida, zat dapar, zat pengawet, isotonis,
jernih, dan bebas pirogen.
2. Ion natrium (Na+) dalam injeksi berupa natrium klorida dapat digunakan untuk
mengobati hiponatremia, karena kekurangan ion tersebut dapat mencegah retensi air
sehingga dapat menyebabkan dehidrasi.
3. Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam
cairan intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa serta
isotonis sel.
4. Ion kalsium (Ca2+), bekerja membentuk tulang dan gigi, berperan dalam proses
penyembuhan luka pada rangsangan neuromuskuler. Jumlah ion kalsium dibawah
konsentrasi normal dapat menyebabkan iritabilitas dan konvulsi.
5. Ion Magnesium (Mg2+) juga diperlukan tubuh untuk aktivitas neuromuskuler sebagai
koenzim pada metabolisme karbohidrat dan protein.
BAB III
METODE KERJA
R/
NaCl
2,15 gram
KCl
75 mg
CaCl
82,5 mg
API ad
250 mL
A. Pra Formulasi
1. NaCl (natrium klorida)
a. Bobot molekul : 58,44
b. Pemerian : Kristal tidak berbau tidak berwarna atau serbuk Kristal putih,
tiap 1g setara dengan 17,1 mmol NaCl.
c. Kelarutan : 1bagian larut dalam3 bagian air, 10 bagian gliserol, sedikit larut
dalam etanol, larut dalam 250 bagian etanol 95%, larut dalam 2,8 air dan dalam
2,6 bagian air pada suu 100 C.
d. Sterilisasi : autoklaf atau filtrasi
e. Stabilitas : stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat menyebabkan
pengguratan partikel dari tipe gelas.
f. pH : 4,5-7
g. OTT : logam Ag, Hg, Fe
h. Kosentrasi atau dosis : lebih dari
selama 1 jam.
Injeksi
NaCl
mengandung
2,5-4 mEq/ml.
Na dalam
dan
dalam
air
panas,
larut
dalam air panas, larut dalam 14 bagian gliswerin, praktis tidak larut
dalam eter, aceton, etanol dan alkohol.
d. pH : 4-8, 7 untuk larutan pada suhu 15C.
e. Dosis : konsentrasi kalium pada ryte iv tidk lebih dari 40 mEq/L dengan
kecepatan 20 mEq/jam
(untuk
hipokalemia).
Untuk mempertahankan
g. Stabilitas : stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, ditempat
sejuk dan kering.
h. Kegunaan : biasa digunakan dalam sediaan parenteral sebagai senyawa
pengisotonis, dan juga sebagai sumber ion Kalium.
i. OTT : larutan KCl iv inkompatibel dengan protein hidrosilat, perak dan
garam merkuri.
j. Sterilisasi : dengan autoklaf atau filtrasi.
k. Fungsi / Efek Farmakologi : agen tonisitas l; sumber ion kalium
3. CaCl2 (kalsium diklorida)
a. Pemerian : granul atau serpihan, putih, keras, tidak, berbau Kelarutan :
mudah larut dalam air (1,2 bagian), dalam etanol (4 bagian), dan dalam
etanol mendidih (2 bagian), sangat mudah larut dalam air panas (0,7 bagian).
b. Rumus molekul : 147,02
c. pH : 4,5-9,2
d. OTT : karbonat, fosfat, sulfat, tartrat, sefalotin sodium, CTM dengan
tetrasiklin membentuk kompleks.
e. Rute pemberian : intra vena
f. Stabilitas : injeksi kalsium dilaporkan inkompatibel dengan larutan intra vena
yang mengandung banyak zat aktif. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
g. Kegunaan : untuk mempertahankan elektrolit tubuh, untuk hipokalemia,
sebagai elektrolit yang esensial bagi tubuh untuk mencegah kekurangan ion
kalsium yang menyebabkan iritabilitas dan konvulsi.
h. Sterilisasi : autoklaf
i. Farmakologi : penting untuk fungsi integritas dari
saraf
muscular,
2,15 gram
250 ml
0,86 gram
100ml
0,03 gram
100 ml
= 0,86%
= 0,03%
c. CaCl2 :
82,5mg
250 ml
0,033 gram
100 ml
= 0,033%
E0,5% : 0,70
Note: dikarenakan nilai ekivalensi pada NaCl tidak terdapat di
Farmakope, maka menggunakan cara perhitungan Osmolaritas
2. Osmolaritas
a. NaCl 0,86%
Dik : 1) Larutan 0,86% NaCl
2) BM NaCl : 58,44
3) Jumlah ion NaCl : 2
Dit : M Osmolaritas NaCl ?
0,86 gram
8,6 gram
Jwb : Larutan 0,86% NaCl =
=
100ml
Liter
M Osmole/L :
g
zat terlarut x 1000 x jumlah ion
Liter
BM zat terlarut
8,6 x 1000 x 2
58,44
= 294,31
b. KCl 0,03%
Dik : 1) Larutan 0,03% KCl
2) BM KCl : 74,55
3) Jumlah ion KCl : 2
Dit : M Osmolaritas KCl ?
Jwb : Larutan 0,03% KCl =
M Osmole/L :
0,03 gram
100 ml
g
zat terlarut x 1000 x jumlah ion
Liter
BM zat terlarut
0,3 x 1000 x 2
74,55
c. CaCl2 0,033%
Dik : 1) Larutan 0,033% CaCl2
2) BM CaCl2 : 147,02
3) Jumlah ion CaCl2 : 3
Dit : M Osmolaritas CaCl2 ?
Jwb : Larutan 0,33% CaCl2 =
M Osmole/L :
0,3 gram
Liter
= 8,05
0,033 gram
100 ml
0,33 gram
Liter
g
zat terlarut x 1000 x jumlah ion
Liter
BM zat terlarut
0,33 x 1000 x 3
147,02
= 6,73
ISOTONIS
range : ( 270-328)
C. Perhitungan Bahan
- Volume yang akan dibuat
-
=250 ml
10
Volume berlebih yang dibuat 10% = 100 x 250 ml = 25 ml + 250 ml = 275 ml
D. Penimbangan Bahan
a. NaCl
275
250
b. KCl
275
250
275
250
c. CaCl2
0,1
= 100
l. Sterilkan botol infus yang berisi larutan dalam autoclaf dengan suhu 11501160C selama 10 menit
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
infus
sehingga
ringer.
Infus
Ringer mengandung
berbagai
macam
elektrolit,
digunakan
untuk
secara fisiologis. Infus Ringer adalah larutan steril Natrium klorida, Kalium
klorida,
dan
Kalsium
klorida
dalam
melalui Pembuatan Sediaan Infus Ringer intravena tetes demi tetes dengan bantuan
peralatan yang cocok.
Larutan Ringer sering
digunakan
untuk
mengisi
cairan yang
hilang
setelah kehilangan darah akibat trauma, operasi, atau cedera kebakaran. Hal
sediaan
ini
adalah
mengecek apakah
larutan ini isotonis atau tidak. Pada pemberian intravenus dalam volume kecil,
isotonis bukanlah suatu syarat yang mutlak. Hal ini karena jumlah cairan tubuh
jauh lebih besar dibandingkan jumlah cairan yang dimasukkan sehingga terjadi
pengenceran
yang
cepat.
Tetapi
besar daripada
darah)
maka
intravenus
hipertonis
(tekanan
sel darah
hipotonis (tekanan osmotik lebih kecil daripada darah) maka dapat terjadi hemolisis
yaitu eritrosit akan pecah.
Pengecekan isotonis
larutan dilakukan
dengan
perhitungan menggunakan
formula
dilarutkan
didalam
aquadest bebas pirogen. Ion natrium (Na+) dalam infus berupa natrium klorida dapat
digunakan untuk mengobati hiponatremia, karena kekurangan ion tersebut dapat
mencegah retensi air sehingga dapat menyebabkan dehidrasi. NaCl digunakan
sebagai larutan pengisotonis agar sediaan infus
NaCl, dimana
larutan
tersebut
setara
dengan
0,9%
larutan
cairan tubuh.
Kalium
klorida
(KCl),
rangsangan
neuromuskuler.
menyebabkan
iritabilitas
dan konvulsi. Kalsium yang dipakai dalam bentuk CaCl 2 yang lebih mudah
larut dalam air.
Setelah masing-masing bahan larut sempurna kemudian dicampurkan di dalam
backer
glass
yang
telah
ditara
dan ditambahkan
dengan
aquadest
bebas
pirogen di bawah batas tanda tara. Setelah itu dilakukan pengecekan pH. Hal ini
dimaksudkan agar sediaan tidak menyebabkan phlebesetis (inflamasi pada pembuluh
darah) dan throbosis (timbulnya gumpalan darah yang dapat menyumbat pembuluh
darah). Selain itu, tujuan dari pengaturan pH ini adalah agar sediaan yang dibuat tetap
stabil pada penyimpanan. Namun jika dalam uji ini belum memenuhi persyaratan pH
maka perlu dilakukan penyesuaian pH agar memenuhi syarat. Jika terlalu asam, maka
bisa ditambah larutan NaOH 0,1 N. Dan jika terlalu basa dapat ditambah larutan HCl
0,1 N. Obat suntik sebaiknya mempunyai pH yang mendekati pH fisiologis yang
artinya isohidris dengan darah dan cairan tubuh lainnya. Pada sediaan kami, pH
yang kami dapat yaitu 4, ini berarti pH pada sediaan yang kami buat adalah tidak
memenuhi syarat pH cairan infus dimana pH pada larutan yang kami buat kurang dari
5, ini bisa saja disebabkan kaena degradasi dari banyak senyawa obat dalam larutan
dapat dipercepat atau diperlambat secara ekponensial oleh nilai pH yg naik atau turun
dari rentang pH nya. Nilai pH yang di luar rentang dan paparan terhadap temperatur
yang tinggi adalah faktor yang mudah mengkibatkan efek klinik dari obat secara
signifikan, akibat dari reaksi hidrolisis dan oksidasi. Larutan obat atau suspensi obat
dapat stabil dalam beberapa hari, beberapa minggu, atau bertahun-tahun pada
formulasi aslinya, tetapi ketika dicampurkan dengan larutan lain yg dapat
mempengaruhi nilai pH nya, senyawa aktif dapat terdegradasi dalam hitungan menit.
Sistem pH dapar yang biasanya terdegradasi dari asam atau basa lemah dan garamnya
biasanya ditambahkan ke dalam sediaan cair ditambahkan untuk mempertahankan
pHnya pada rentang dimana terjadinya degradasi obat minimum. Tujuan utama
pengaturan pH dalam sediaan infus ini adalah untuk mempertinggi stabilitas obat,
misalnya perubahan warna, efek terapi optimal obat, menghindari kemungkinan
terjadinya reaksi dari obat tersebut, sehingga obat tersebut mempunyai aktivitas dan
potensi. Selain itu, untuk mencegah terjadinya rangsangan atau rasa sakit seaktu
disuntikkan. pH yang terlalu tinggi akan menyebabkan nekrosis jaringan sedangkan
pH yang terlalu rendah menyebabkan rasa sakit jika disuntikkan. Infus harus bebas
pirogen karena pirogen
menyebabkan
kenaikan
suhu tubuh
yang
nyata,
demam, sakit badan, kenaikan tekanan darah arteri, kira-kira 1 jam setelah injeksi.
larutan
dilakukan
karbon aktif dihitung terhadap volume total larutan, kemudian dihangatkan pada
suhu 60-70C
larutan
penyaring
disaring
sampai
kedalam wadah berupa botol gelas dengan volume yang sesuai. Sterilisasi
yang
dilakukan untuk larutan Ringer laktat adalah termasuk sterilisai akhir dimana
sterilisasi dilakukan setelah larutan dimasukan ke dalam wadah.
Metode sterilisasi untuk larutan ini adalah sterilisasi uap (panas basah). Pada
umumnya, metode sterilisasi ini digunakan untuk
sediaan
farmasi
dan
bahan-
bahan yang tahan terhadap temperatur yang digunakan dan terhadap penembusan
uap air, tetapi tidak timbul efek yang tidak dikehendaki akibat uap air
tersebut Sterilisasi
uap
air
ini
lebih
efektif dibandingkan
sterilisasi
suhu
panas
121 C
wadah
tidak
tertutup oleh
etiket,
hal
ini
dilakukan
untuk
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Infus Ringer adalah larutan steril Natrium klorida, Kalium klorida, dan
Kalsium klorida dalam air untuk obat suntik yang diberikan melalui intravena
2.
3.
4.
5.
setelah injeksi.
6. Untuk menghilangkan pirogen larutan dilakukan
1.
DAFTAR PUSTAKA
Departement of pharmaceutical Science. 1982. Martindale the Extra Pharmacoeia
28th edition. London: The Pharmaceutical Press.
Farmakope Indonesia Edisi ketiga. 1979. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Formularium Nasional Edisi Kedua. 1978. Departemen Kesehatan Repiblik Indonesia.
Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta : Andi.
Wade, Ainley and Paul J.Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, second
edition. London : The Pharmaceutical Press.
Departemen kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan; 1979.
Departemen kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan; 1995.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi ketiga.
Jakarta: UI-press; 1994.