Draft Raperda
Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis Pantura Jakarta
Tuty Kusumawati
Kepala Bappeda Provinsi DKI Jakarta
22 Oktober 2015
ISI PAPARAN
2. Substansi Raperda
3. Koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Provinsi/Kabupaten Berbatasan
Gagasan Reklamasi
Latar Belakang Masalah
Gagasan
1995
1996
SK. Gubernur KDKI Jakarta No. 1090 Tahun 1996 tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Badan Pengendali Reklamasi Pantura Jakarta
SK. Gubernur KDKI Jakarta No. 220 Tahun 1998 tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Badan Pelaksana Reklamasi Pantura Jakarta (jo. SK. Gub. No.
972 Tahun 1995)
Perda No. 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI
Jakarta
SK. Gubenur KDKI Jakarta No. 138 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Reklamasi Pantai Utara Jakarta
1997
1998
1999
2000
2008
2011
2012
2012
2013
2014
2015
Pendekatan Pengembangan
Kawasan Strategis Pantura
Perpres 54/2008
Penataan Ruang
Jabodetabekpunjur
Perda 1/2012
RTRW DKI Jakarta 2030
PENGEMBANGAN
KAWASAN
REKLAMASI
PANTURA
Persetujuan KLHS
Teluk Jakarta
oleh Kementerian LH
Disepakati DKI Jakarta,
Jawa Barat, Banten
Rencana
KEK Marunda
Penjaringan
Pendapat, Sosialisasi,
dan Diseminasi
bersama Stakeholders
terkait
ISI PAPARAN
2. Substansi Raperda
3. Koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Provinsi/Kabupaten Berbatasan
Terdiri dari 20 Bab, 147 Pasal, lampiran peta dan tabel yang menjelaskan secara rinci
struktur dan pola ruang per pulau dan ketentuan pendukungnya
Tingkat kedalaman adalah rencana detail yang setara dengan Perda Nomor 1 Tahun 2014
tentang RDTR dan Peraturan Zonasi
: Ketentuan Umum
: Wilayah Perencanaan
: Kebijakan, Tujuan, Strategi
: Kedudukan dan Jangka Waktu
: Arahan Pengembangan
: Rencana Struktur Ruang
: Rencana Pola Ruang
: Rencana Pemanfaatan Ruang
: Peraturan Zonasi
: Perizinan dan Rekomendasi
: Insentif dan Disinsentif
Bab XII
1.
Merupakan amanat dari Perda No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW DKI
Jakarta 2030
2.
3.
Mengatur rencana tata ruang detail dan peraturan zonasi tiap pulau
(Perda No. 1 Tahun 2014 tentang RDTR dan Peraturan Zonasi tidak
mengatur pulau hasil reklamasi)
4.
penyusunan
Panduan
Rancang
Kota
PT. Kapuk
Naga Indah
PT. Muara
Wisesa
PT. PJA
79 Ha
PT. Jakarta
Propertindo
380 Ha
276
Ha 312
Ha
PT. MKY
PT. Pelindo
PT. Taman
Harapan Indah
Sub Kawasan
Barat
Berbatasan
dengan Kab.
Bekasi
PT. Jaladri
PT. PJA
63
284 190 161
Ha
Ha Ha Ha
405
Ha
PT. MKY
PT. PJA
Sub Kawasan
Tengah
587
Ha
316
Ha
K
447
Ha
Pemprov .
DKI Jakarta
PT. Pelindo
Sub Kawasan
Timur
379
Ha
344
Ha
463
Ha
369
Ha
Tujuan Pembangunan
Kawasan Strategis Pantura Jakarta
1.
2.
3.
4.
5.
Barat
Timur
Tengah
1. Utilitas kota yang harus disediakan di kawasan Pantura mencakup: prasarana drainase, air
bersih, air limbah, sampah, energi dan telekomunikasi.
2. Standar pelayanan utilitas di Kawasan Pantura haruslah:
- menggunakan teknologi ramah lingkungan
- Dilakukan secara terpadu dengan mempertimbangkan skala layanan, lokasi dan
model pengelolaan yang optimal
- dibangun secara mandiri untuk kawasan reklamasi Pantura DKI Jakarta, artinya
menjadi kewajiban pengelola pulau reklamasi dan tidak diperkenankan membebani
wilayah daratan DKI Jakarta kecuali untuk jaringan telekomunikasi.
- Menggunakan standar pelayanan di standar minimal
1. Setiap pulau wajib memiliki proporsi RTH publik minimal 20% dan
proporsi RTB minimal 5%. RTH dan RTB wajib digambarkan dalam
peta zonasi.
2. Setiap pulau reklamasi di Sub-Kawasan Barat dan Sub-Kawasan
Tengah wajib menyediakan kawasan pantai publik sepanjang minimal
10% dari panjang garis pantai keseluruhan.
3. Seluruh kegiatan fasos fasum harus tergambar pada peta sebagai sub
zona S1/S2/S3/S4/S5, S6, S7.
4. Kanal Vertikal dan Kanal Lateral harus bersih dari kegiatan/bangunan
apapun, kecuali yang memiliki fungsi khusus (contoh: pemisah kolam
air panas/dingin akibat PLTGU, break water untuk keamanan, dll)
5. Proporsi KLB pada sub zona campuran, proporsi bangunan komersial paling kurang 50%
dan bangunan hunian paling tinggi 50%
6. Zona perkantoran, perdagangan, dan jasa dan zona campuran dirancang tanpa pagar
untuk mendukung akses pejalan kaki sekaligus memperkuat karakter kawasan.
7. Aturan GSB:
L.4
H
R.3
R.4
R.5
R.6
R.7
R.8
Zona Perkantoran,
Perdagangan dan Jasa
Zona Campuran
C.1
S.1
S.2
S.3
S.4
S.5
S.6
S.7
B.1
Tabel ITBX
Kerjasama Usaha
Kelembagaan
Sebagai contoh:
ISI PAPARAN
2. Substansi Raperda
3. Koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Provinsi/Kabupaten Berbatasan
BKPRN (melalui
Kementerian
Koordinator
Perekonomian)
Kementerian
Agraria dan Tata
Ruang
Kementerian
Kelautan
dan Pertanian
Telah dilaksanakan
pada tanggal 28
Agustus 2015
Kementerian LH
dan Kehutanan
Kementerian PU&PR
Kementerian
Perhubungan
Telah pernah
dilaksanakan
pertemuan tanggal
19 Juni 2015
Rencananya akan
bersamaan pada forum
BKPRN yang diketuai
Menko Perekonomian
menunggu
undangan dari ybs
Rencananya akan
bersamaan pada
forum BKPRN yang
diketuai Menko
Perekonomian menunggu
undangan dari ybs
Penjelasan
Reklamasi 17 Pulau saat ini terus berproses dari segi perizinan maupun
pelaksanaan di lapangan. Setelah perencanaan dan perancangan (desain) yang
telah mulai digagas 20 tahun silam, dari seluruh rencana 17 pulau (Pulau A s.d.
Pulau Q) saat ini telah terbangun Pulau D dan sebagian Pulau C di utara
Kawasan Pantai Indah Kapuk yang pembangunannya dimulai sejak sekitar 3
tahun yang lalu.
Baik reklamasi 17 pulau maupun reklamasi sebagai bagian dari NCICD tidak
bertujuan untuk menyelamatkan Jakarta dari banjir rob
Reklamasi hanya merupakan kegiatan pendamping dari rencana
pembangunan Tanggul Laut Raksasa tersebut, yaitu sebagai pendukung
pembiayaan dan berpotensi untuk meningkatkan nilai tambah kegiatan
pembangunan Tanggul Laut Raksasa
Reklamasi melanggar
aturan UU Perikanan dan
Kelautan
Saat evaluasi RTRW Jakarta 2030 pada Tahun 2017 mendatang, Pemprov.
DKI Jakarta akan mengakomodir dan mengintegrasikan pertimbangan
lingkungan hidup yang dihasilkan pada KLHS untuk program NCICD.
Sinkronisasi dengan
NCICD/PTPIN yang
dikoordinir oleh Menko
Perekonomian
Pada Tahun 2011 pihak Kementerian Lingkungan Hidup telah menyusun KLHS
Teluk Jakarta yang disepakati oleh 3 Provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat dan
Banten
Aspek lingkungan untuk pengembangan Kawasan Pantura Jakarta juga dikaji
dan dibahas pada naskah akademis RTRW Jakarta 2030, naskah akademis
RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta, dan diimplementasikan pada pasalpasal di Raperda RTR Pantura Jakarta
Secara parsial pun untuk setiap pembangunan pulau reklamasi wajib menyusun
AMDAL yang harus disetujui oleh Komisi AMDAL Provinsi DKI Jakarta
Selain AMDAL, Pemprov. DKI Jakarta juga mensyaratkan Izin Membangun
Prasarana Reklamasi atas dasar rekomendasi Dinas Tata Air dan Rekomendasi
Teknis Pengambilan Materian Reklamasi yang diterbitkan Dinas Perindustrian
dan Energi.
Keseluruhan proses di atas telah menunjukkan keseriusan dan komitmen
Pemprov. DKI Jakarta dalam mengedepankan aspek lingkungan untuk
pengembangan Kawasan Pantura Jakarta
Walaupun reklamasi 17 pulau ini lebih dahulu digagas oleh Pemprov. DKI Jakarta,
namun perencanaannya telah bersinergi dengan gagasan NCICD yang dikoordinir
oleh Menko Perekonomian. Apabila melihat RTRW Jakarta 2030, sebenarnya cikal
bakal dari NCICD juga telah terakomodir pada RTRW Jakarta 2030
Sedangkan untuk reklamasi sebagai bagian dari NCICD untuk pembiayaan Tanggul
Laut Raksasa, hal tersebut masih harus menunggu revisi dari Perpres Nomor 54
Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Jabodetabekjur
Mengingat NCICD adalah program unggulan Pemerintah Pusat sebagai upaya
penyelamatan kawasan Ibu Kota Negara, maka seyogyanya diterbitkan dahulu
secara legal payung hukum untuk NCICD di tingkat Pemerintah Pusat dan
selanjutnya RTRW Provinsi DKI Jakarta dapat ditinjau ulang untuk penyesuaiannya
pada masa evaluasi 5 tahunan
Kelembagaan reklamasi 17 pulau terpisah dengan kelembagaan NCICD.
Penanganan/Penjelasan
Pada dasarnya reklamasi 17 pulau tidak menyebabkan bertambah
buruknya banjir rob di daratan Jakarta akibat kenaikan muka air laut dan
bahkan keberadaan pulau reklamasi dapat mengurangi serangan
gelombang laut ke daratan lama (berfungsi sebagai breakwater).
Secara sederhana juga dapat dipertimbangkan bahwa reklamasi
mengambil pasir dari laut di tempat lain dipindahkan ke pantai utara
Jakarta atau dengan kata lain mereklamasi laut dilakukan dengan bahan
yang diambil dari laut juga, dari laut kembali ke laut, sehingga proses
keseimbangan akan terjaga.
Penanganan/Penjelasan
Penanganan/Penjelasan
Penanganan/Penjelasan
Konsep subsidi silang diterapkan, dimana pengembang pulau
reklamasi dibebankan kewajiban untuk merevitalisasi daratan pantai
lama a.l melalui penyediaan permukiman dan prasarana sarana
penunjangnya yang memenuhi standar untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat disana, termasuk juga para nelayan
tangkap, utamanya di kawasan Muara Angke dan Marunda.
Hasil Studi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Pantura Jakarta
yang kami laksanakan Tahun 2014 menunjukkan bahwa kualitas
perairan di dekat daratan relatif kurang cocok untuk perikanan
tangkap, dan selama ini nelayan tangkap umumnya beraktivitas
sudah semakin menjauhi pesisir Jakarta dan mendekati perairan
Kepulauan Seribu
Bentuk pulau-pulau reklamasi yang mengharuskan adanya kanal
lateral dan kanal vertikal memungkinkan alur pelayaran tetap terjaga
sehingga nelayan masih dapat berlayar dan melaksanakan
aktivitasnya di laut lepas.
Sedangkan pemasaran hasil perikanan tangkap tetap masih
bertumpu ke wilayah Daratan Jakarta dan oleh karena itu kami
merencanakan tetap mempertahankan lokasi Tempat Pelelangan
Ikan (TPI), bahkan seiring dengan rencana revitalisasi kawasan
pantai lama, sarana dan prasarana pemasaran perikanan tangkap ini
akan lebih ditata dengan lebih baik.
Penanganan/Penjelasan
-
Telah pernah
dilaksanakan
pertemuan tanggal 5
Juni 2015 dan akan
dibahas secara
internal pada BKPRN
Prov. Jawa Barat
Akan dilaksanakan
segera
Terima Kasih
41