Anda di halaman 1dari 46

KONSULTASI PUBLIK

Draft Raperda
Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis Pantura Jakarta

Tuty Kusumawati
Kepala Bappeda Provinsi DKI Jakarta

22 Oktober 2015

ISI PAPARAN

1. Dasar Hukum dan Proses Penyusunan Raperda

2. Substansi Raperda
3. Koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Provinsi/Kabupaten Berbatasan

Gagasan Reklamasi
Latar Belakang Masalah

Dalam RTRW, salah satu


pengembangan Jakarta
ditetapkan ke arah utara

Degradasi Kualitas Lingkungan


Kecenderungan pembangunan yang
meninggalkan pantai
Keterbatasan lahan daratan Jakarta
Masalah-masalah lainnya seperti
kenaikan muka air laut, banjir rob dan
land Subsidence

Gagasan

Mewujudkan suatu Kawasan


Reklamasi Water Front City
sebagai Kawasan Strategis
Provinsi
Dengan konsep Subsidi Silang
antara kegiatan Reklamasi
dengan Peningkatan Kualitas
Daratan (Pantai Lama)

Perjalanan Dasar Hukum


Penetapan Kawasan Strategis Pantura

Keppres No. 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta

1995

Perda No. 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan


Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura Jakarta

1996

SK. Gubernur KDKI Jakarta No. 1090 Tahun 1996 tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Badan Pengendali Reklamasi Pantura Jakarta

Kepmeneg Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas No.


KEP.920/KET/10/1997 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan
Pantai Utara Jakarta

SK. Gubernur KDKI Jakarta No. 220 Tahun 1998 tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Badan Pelaksana Reklamasi Pantura Jakarta (jo. SK. Gub. No.
972 Tahun 1995)

Perda No. 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI
Jakarta

SK. Gubenur KDKI Jakarta No. 138 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Reklamasi Pantai Utara Jakarta

Perpres Nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan


Jabodetabekpunjur

Persetujuan KLHS Teluk Jakarta oleh Kementerian LH (Disepakati oleh 3


provinsi: DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten)

Perda Nomor 1 tahun 2012 tentang RTRW 2030

Pergub Nomor 121 tahun 2012 tentang Penataan Ruang Kawasan


Reklamasi Pantura Jakarta

1997
1998
1999
2000
2008
2011

2012

Proses Penyusunan Raperda RTR Pantura


Jakarta
2011

Mulai Replanning Pantura:


Penentuan Bentuk dan Koordinat Pulau-Pulau Reklamasi
KLHS Teluk Jakarta disusun oleh MenLH
Mengkomodir Kawasan Strategis Pantura Jakarta pada
RTRW 2030
Penyusunan Naskah Akademis untuk RTR Kawasan Strategis
Pantura Jakarta

2012

Lanjutan penyusunan Naskah Akademis


FGD dan Seminar untuk penjaringan
Penyusunan Konsep Struktur dan Pola Ruang untuk Raperda RTR
aspirasi dilaksanakan pada tanggal 22
Kaw. Strategis Pantura
/11, 29/11 dan 5/12
Penetapan Kaw. Strategis Provinsi Pantura Jakarta pada RTRW 2030 Mengundang Pemprov, Pem. Pusat,
Penerbitan Pergub Nomor 121 Tahun 2012 sebagai bridging s.d
BUMN/BUMD, LSM, Perguruan Tinggi,
Raperda RTR Kawasan Strategis Pantura selesai disusun
Pengembang, unsur Masyarakat terkait
Koordinasi dengan pakar dan stakeholders terkait untuk
FGD dan Seminar untuk penjaringan
lanjutan penyusunan konsep struktur dan pola ruang
aspirasi tanggal 17/12 dan 19/12
Penyusunan konsep kelembagaan
Mengundang Pemprov, Pem. Pusat,
Penyusunan Legal Drafting Raperda RTR Kawasan
BUMN/BUMD, LSM, Perguruan Tinggi,
Strategis Pantura
Pengembang, Unsur Masyarakat terkait

2013

2014

Koordinasi dengan pakar dan stakeholders terkait untuk pemantapan


detail struktur dan pola ruang per pulau
Penyesuaian struktur dan pola ruang dengan ketentuan yang berlaku
Penggambaran peta skala 1:5000 dan tabel intensitas

2015

Lanjutan Koordinasi dengan pakar dan stakeholders terkait untuk


sosialisasi penyesuaian desain yang dilakukan
Finalisasi penggambaran peta skala 1:5000
Finalisasi legal drafting dan seluruh lampiran tabel dengan tingkat
kedetailan rencana setara dengan RDTR dan PZ daratan

Sosialisasi Raperda kepada SKPD


dilaksanakan pada 23/12

Pendekatan Pengembangan
Kawasan Strategis Pantura
Perpres 54/2008
Penataan Ruang
Jabodetabekpunjur

Konsep Green City,


Eco2 City dan Self
Sufficient City

Perda Nomor 1 Tahun


2014 tentang RDTR
dan Peraturan Zonasi

Reklamasi berbentuk pulau


dengan jarak kanal lateral
200 300m dari pantai lama

Perda 1/2012
RTRW DKI Jakarta 2030

PENGEMBANGAN
KAWASAN
REKLAMASI
PANTURA

Kawasan Reklamasi Pantura


sebagai salah satu Kawasan
Strategis Provinsi

Persetujuan KLHS
Teluk Jakarta
oleh Kementerian LH
Disepakati DKI Jakarta,
Jawa Barat, Banten

Lokasi dan Fungsi


Utilitas Vital

Rencana
KEK Marunda
Penjaringan
Pendapat, Sosialisasi,
dan Diseminasi
bersama Stakeholders
terkait

Pelabuhan Antar Pulau


dan
Pelabuhan Perikanan

ISI PAPARAN

1. Dasar Hukum dan Proses Penyusunan Raperda

2. Substansi Raperda
3. Koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Provinsi/Kabupaten Berbatasan

Isi Raperda RTR Kawasan Pantura Jakarta

Terdiri dari 20 Bab, 147 Pasal, lampiran peta dan tabel yang menjelaskan secara rinci
struktur dan pola ruang per pulau dan ketentuan pendukungnya

Tingkat kedalaman adalah rencana detail yang setara dengan Perda Nomor 1 Tahun 2014
tentang RDTR dan Peraturan Zonasi

Isi Bab sbb:


Bab I
Bab II
Bab III
Bab IV
Bab V
Bab VI
Bab VII
Bab VIII
Bab IX
Bab X
Bab XI

: Ketentuan Umum
: Wilayah Perencanaan
: Kebijakan, Tujuan, Strategi
: Kedudukan dan Jangka Waktu
: Arahan Pengembangan
: Rencana Struktur Ruang
: Rencana Pola Ruang
: Rencana Pemanfaatan Ruang
: Peraturan Zonasi
: Perizinan dan Rekomendasi
: Insentif dan Disinsentif

Bab XII

: Pembangunan Kelembagaan dan


Kerjasama Usaha
Bab XIII : Hak, Kewajiban dan Peran
Masyarakat
Bab XIV : Hak Keberatan
Bab XV : Pembinaan dan Pengawasan
Bab XVI : Sanksi Administratif
Bab XVII : Penyidikan
Bab XVIII : Ketentuan Pidana
Bab XIX : Ketentuan Peralihan
Bab XX : Ketentuan Penutup

Kedudukan Raperda Rencana Tata Ruang


Kawasan Strategis Pantura Jakarta

1.

Merupakan amanat dari Perda No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW DKI
Jakarta 2030

2.

Berlakunya Perda ini akan mencabut/menggantikan:

Perda No. 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi


dan RTR Kawasan Pantura Jakarta

Peraturan Gubernur No. 121 Tahun 2012 tentang Penataan


Ruang Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta

3.

Mengatur rencana tata ruang detail dan peraturan zonasi tiap pulau
(Perda No. 1 Tahun 2014 tentang RDTR dan Peraturan Zonasi tidak
mengatur pulau hasil reklamasi)

4.

Sebagai acuan dalam


(PRK)/UDGL per pulau

penyusunan

Panduan

Rancang

Kota

Peta Bentuk Pulau


Kawasan Reklamasi Pantura
Berbatasan dengan
Kab. Tangerang

PT. Kapuk
Naga Indah

PT. Muara
Wisesa

PT. PJA

79 Ha

PT. Jakarta
Propertindo
380 Ha

276
Ha 312
Ha

PT. MKY
PT. Pelindo

PT. Taman
Harapan Indah

Sub Kawasan
Barat

Berbatasan
dengan Kab.
Bekasi

PT. Jaladri
PT. PJA

63
284 190 161
Ha
Ha Ha Ha

405
Ha

PT. MKY
PT. PJA

Sub Kawasan
Tengah
587
Ha
316
Ha
K

447
Ha

Pemprov .
DKI Jakarta

PT. Pelindo

Sub Kawasan
Timur
379
Ha

344
Ha

463
Ha

369
Ha

Tujuan Pembangunan
Kawasan Strategis Pantura Jakarta
1.

terciptanya Kawasan Strategis Pantai Utara


Jakarta yang berfungsi sebagai pusat
perekonomian baru yang berbasis kegiatan
sektor jasa dan ekonomi kreatif
berkelasdunia untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi sekaligus menjaga
keseimbangan ekologis;

2.

Terciptanya Kawasan Strategis Pantura Jakarta


yang pengembangannya berorientasi pada
konsep water front city dengan fokus pada
penyediaan fasilitas ruang publik berkualitas
prima;

3.

Terwujudnya pembangunan dan pengembangan


Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta yang
bersifat mandiri dan tidak membebani
permasalahan daratan DKI Jakarta;

4.

Terwujudnya revitalisasi daratan pantai utara


DKI Jakarta dan pengembangan Kawasan
Strategis Pantura Jakarta yang
memperhatikan kualitas lingkungan; dan

5.

Terciptanya sistem pengelolaan Kawasan


Strategis Pantura Jakarta yang terintegrasi dan
berkelanjutan.

Arahan Pengembangan (1)


1. Fungsi tiap Sub Kawasan:

Barat: perumahan horizontal dan vertikal, didukung kegiatan


pariwisata dan perkantoran, perdagangan dan jasa skala
internasional yang dikembangkan secara terbatas.

Tengah: perkantoran, perdagangan dan jasa, MICE,


pariwisata yang masing-masing berskala internasional dan
dikembangkan
dengan
intensitas
tinggi,
didukung
perumahan horizontal dan vertikal

Timur: Pelabuhan laut, kawasan utilitas pendukung daratan


Jakarta,
industri,
logistik,
pergudangan,
didukung
perumahan vertikal dan. perkantoran, perdagangan, dan
jasa sebagai penunjang.

2. Setiap pulau wajib mengembangkan RTH seluas minimal 30%


dan RTB seluas minimal 5%.
3. Dikembangkan serasi dengan kawasan lindung dan hutan
bakau di pantai lama.
4. Setiap pulau reklamasi di Sub-Kawasan Barat dan SubKawasan Tengah wajib menyediakan kawasan pantai publik
sepanjang minimal 10% dari panjang garis pantai keseluruhan.
5. Penataan struktur dan pola ruang kawasan diarahkan agar
kawasan bersifat mandiri dan tidak membebani daratan.

Barat

Timur
Tengah

Rencana Sistem dan Jaringan Transportasi


1. Prinsip-prinsip pembangunan sistem dan jaringan transportasi:
a. Keberadaan kawasan reklamasi dikembangkan dengan meminimalkan
dampak terhadap kinerja jaringan transportasi di daratan Jakarta
b. Target pada RTRW tercapai:

60% (enam puluh persen) perjalanan penduduk menggunakan


angkutan umum

kecepatan rata-rata jaringan jalan minimum 35 km/jam

c. Sistem dirancang dengan mengoptimalkan pergerakan dengan angkutan


umum dan non kendaraan bermotor (sepeda dan jalan kaki).
d. Akses kendaraan pribadi antara kawasan reklamasi dan daratan Jakarta
dapat terkoneksi pada jaringan jalan yang ada hingga terbangunnya jalan
arteri baru
2. Angkutan umum massal yang dikembangkan di dalam kawasan adalah
angkutan massal berbasis rel dan berbasis jalan
3. Jalur pedestrian dan jalur sepeda dikembangkan dengan desain sirkulasi dan
koneksi yang berkesinambungan.
4. Penerapan standar parkir maksimal sebagai syarat penyediaan sarana parkir
gedung serta tidak diperbolehkannya parkir on-street di jalan arteri.

Peta Rencana Struktur Ruang

Rencana Sistem Jaringan Pergerakan Per Pulau


(contoh: Pulau C)

Rencana Sistem Prasarana dan Sarana


Sumber Daya Air

1. Pengembangan prasarana drainase:


a. Saluran mikro dengan kala ulang paling singkat 10 tahun;
b. Saluran submakro dengan kala ulang paling singkat 25 tahun
c. Saluran makro dengan kala ulang paling singkat 100 tahun.
2. Pembangunan tanggul pulau reklamasi dirancang dengan kala ulang paling
singkat 1.000 tahun
dengan mempertimbangkan gempa, likuifaksi, kestabilan makro dan mikro,
perpipaan, rembesan (seepage) dan dorongan air tanah ke atas terhadap
konstruksi tanggul (uplift), pasang laut, wind setup, storm surge,
gelombang laut, amblesan tanah, kenaikan muka air laut, residual
settlement dan potensi tsunami;
3. Pulau hasil reklamasi dirancang dengan siklus masa layanan minimal 50
tahun
4. Pemantauan dan pemeliharaan kanal dan saluran dilakukan secara berkala

Rencana Sistem dan Jaringan Utilitas

1. Utilitas kota yang harus disediakan di kawasan Pantura mencakup: prasarana drainase, air
bersih, air limbah, sampah, energi dan telekomunikasi.
2. Standar pelayanan utilitas di Kawasan Pantura haruslah:
- menggunakan teknologi ramah lingkungan
- Dilakukan secara terpadu dengan mempertimbangkan skala layanan, lokasi dan
model pengelolaan yang optimal
- dibangun secara mandiri untuk kawasan reklamasi Pantura DKI Jakarta, artinya
menjadi kewajiban pengelola pulau reklamasi dan tidak diperkenankan membebani
wilayah daratan DKI Jakarta kecuali untuk jaringan telekomunikasi.
- Menggunakan standar pelayanan di standar minimal

3. Tidak membebani wilayah daratan DKI Jakarta:


tidak menggunakan dan/atau mengurangi sumber daya alam dan
binaan serta
tidak menambah beban pencemaran terhadap
wilayah daratan DKI Jakarta.
4. Jaringan air bersih, air limbah, kelistrikan, dan telekomunikasi di setiap pulau dibangun di
dalam jaringan utilitas bawah tanah terpadu.

5. Pembangunan, pengelolaan, dan pemeliharaan sistem dan jaringan utilitas menjadi


tanggung jawab pengelola kawasan

Rencana Pola Ruang dan Peraturan Zonasi (1/3)

1. Setiap pulau wajib memiliki proporsi RTH publik minimal 20% dan
proporsi RTB minimal 5%. RTH dan RTB wajib digambarkan dalam
peta zonasi.
2. Setiap pulau reklamasi di Sub-Kawasan Barat dan Sub-Kawasan
Tengah wajib menyediakan kawasan pantai publik sepanjang minimal
10% dari panjang garis pantai keseluruhan.
3. Seluruh kegiatan fasos fasum harus tergambar pada peta sebagai sub
zona S1/S2/S3/S4/S5, S6, S7.
4. Kanal Vertikal dan Kanal Lateral harus bersih dari kegiatan/bangunan
apapun, kecuali yang memiliki fungsi khusus (contoh: pemisah kolam
air panas/dingin akibat PLTGU, break water untuk keamanan, dll)

Rencana Pola Ruang dan Peraturan Zonasi (2/3)

5. Proporsi KLB pada sub zona campuran, proporsi bangunan komersial paling kurang 50%
dan bangunan hunian paling tinggi 50%
6. Zona perkantoran, perdagangan, dan jasa dan zona campuran dirancang tanpa pagar
untuk mendukung akses pejalan kaki sekaligus memperkuat karakter kawasan.
7. Aturan GSB:

a.Bangunan menghadap ke jalan, pada semua sub zona:


- jalan lebar 12 m: GSB 5 m
- jalan lebar >12 m : GSB 6 m
b.Pada semua sub zona yang berbatasan dengan zona terbuka biru, GSB sesuai dengan
peraturan yang berlaku, kecuali untuk bangunan tengeran
c.Pada zona perkantoran, perdagangan, dan jasa dan zona campuran utamanya yang
berada di jalan arteri, ruang antara GSB dan GSJ harus berupa ruang terbuka publik
yang menyatu dengan jalur pejalan kaki di hadapannya dan tidak boleh dimanfaatkan
untuk pergerakan kendaraan (termasuk lahan parkir ataupun jalur menurunkan
penumpang dari kendaraan), kecuali inlet dan/atau outlet kendaraan di samping gedung

Pembagian Zona dan Sub Zona


(mengacu pada RDTR, tapi disesuaikan
dengan karakter Pantura)
Zona Lindung

Sub Zona Sempadan Pantai

Zona Terbuka Hijau

Sub Zona Terbuka Hijau

Zona Perumahan KDB Sedang Sub Zona Rumah Kecil


Tinggi
Sub Zona Rumah Sedang

Zona Perumahan Vertikal

L.4
H
R.3
R.4

Sub Zona Rumah Besar

R.5

Sub Zona Rumah Flat

R.6

Sub Zona Rumah Susun

R.7

Sub Zona Rumah Susun Umum

R.8

Zona Perkantoran,
Perdagangan dan Jasa
Zona Campuran

Sub Zona Perkantoran,


Perdagangan dan Jasa
Sub Zona Campuran

C.1

Zona Pelayanan Umum dan


Sosial

Sub Zona Prasarana Pendidikan

S.1

Sub Zona Prasarana Kesehatan

S.2

Sub Zona Prasarana Ibadah

S.3

Sub Zona Prasarana Sosial


Budaya
Sub Zona Prasarana Rekreasi
dan Olahraga
Sub Zona Prasarana Pelayanan
Umum
Sub Zona Prasarana Terminal
Sub Zona Terbuka Biru

S.4

Zona Pelayanan Umum dan


Sosial

Zona Terbuka Biru

S.5
S.6
S.7
B.1

Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Pantura

Peta Zonasi dan Tabel Intensitas Per Pulau


(Contoh: Pulau B)

Tabel ITBX

Zonasi untuk Sub Kawasan Timur

Zonasi untuk Sub Kawasan Timur tidak


tergambar sebagaimana pulau lainnya,
dengan pertimbangan:
-

Pulau N (dan sebagian Pulau M di


sub kawasan tengah) adalah
perluasan sekaligus Daerah
Lingkungan Kerja Pelabuhan
Tanjung Priok yang berada di bawah
pengelolaan PT. Pelindo II,
pengaturannya dengan masterplan
tersendiri (melalui Peraturan Menteri)

Pulau O, P dan Q diarahkan untuk


mendukung fungsi pelabuhan, pusat
logistik, utilitas skala kotaPengaturan
Pulau O, P, Q dapat melalui
peraturan perundang-undangan lain.

Saat ini sedang dilakukan tahap awal


penyusunan pre-feasibility study
konsep pengembangan Pulau O,
Pulau P dan Pulau Q.

Kerjasama Usaha

Sebagai bentuk kompensasi atas perizinan yang diberikan kepada Pengembang,


Pemerintah mendapatkan manfaat dengan adanya:
1. Kewajiban, yaitu pengembang wajib:
a. menyediakan prasarana, sarana dan utilitas dasar yang dibutuhkan untuk
setiap pulau yang terdiri dari RTH Publik dan Privat, RTB, dan fasos-fasum;
b. menyediakan infrastruktur penghubung antar pulau; dan
c. memberikan kontribusi berupa pengerukan sedimentasi sungai sekitar pulau
reklamasi.
2. Kontribusi, yaitu pengembang wajib:
a. memberikan kontribusi lahan seluas 5% dari total luas lahan HPL; dan
b. memberikan kontribusi berupa pengerukan sedimentasi sungai di daratan.
3. Pengembang wajib memberikan tambahan kontribusi yang ditujukan untuk
revitalisasi kawasan Utara Jakarta dan daratan Jakarta secara keseluruhan
4. Mekanisme perhitungan, prosedur pembayaran, lokasi, besaran dan jenis
pengenaan akan diatur dengan Peraturan Gubernur.

Rencana Pemanfaatan Ruang

Kelembagaan

Kelembagaan pengelola Kawasan Pantura Jakarta bersifat sama dengan


daratan Jakarta, yaitu dikelola oleh Pemprov. DKI Jakarta melalui SKPD
terkait sesuai dengan Tupoksinya.

Sebagai contoh:

Pada pembangunan jalan di pulau, Dinas Bina Marga berperan sebagai


penerbit rekomendasi teknis untuk IMP bertugas dan bertanggungjawab
mememonitor dan mengawasi implementasi dari IMP tersebut, walaupun
pelaksana utamanya adalah pengembang.

Pada fase pembangunan tanggul pulau reklamasi, Dinas Tata Air


bertugas dan bertanggung jawab untuk memonitor dan mengawasi
implementasi dari IMP Reklamasi yang telah diterbitkan.

Semua perizinan pemanfaatan ruang dan izin-izin lainnya mengikuti


prosedur di daratan Jakarta.

ISI PAPARAN

1. Dasar Hukum dan Proses Penyusunan Raperda

2. Substansi Raperda
3. Koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Provinsi/Kabupaten Berbatasan

Koordinasi dengan Kementerian (1)

BKPRN (melalui
Kementerian
Koordinator
Perekonomian)
Kementerian
Agraria dan Tata
Ruang

Kementerian
Kelautan
dan Pertanian

Sinkronisasi dengan kebijakan di level


nasional
Sinkronisasi dengan RTRWN

Bappeda sudah bersurat


dengan Kemenko Akan
dilaksanakan menunggu
undangan ybs

Hal-hal yang dibahas dalam pertemuan tersebut:


RTR KS Pantura harus disusun dalam bentuk
Perda, (mengacu pada UU Nomor 26 tahun
2007) dan bersifat rencana rinci (mengacu
PermenPU No 20 tahun 2011
Peta Pola Ruang dan Peta Struktur Ruang
harus termuat dalam Perda
Pengendalian pemanfaatan harus diperhatikan
sejak tahap awal dan pengembangannya harus
memperhatikan keterkaitan dengan RTRW 2030
Fleksibiltas rencana tata ruang dapat dimuat
dalam tabel ITBX dalam peraturan zonasi dan
penataan kegiatan dalam 1 blok perencanaan
Pengaturan batas administrasi harus segera
dibahas untuk ditetapkan lebih lanjut.

Telah dilaksanakan
pada tanggal 28
Agustus 2015

Telah pernah dilaksanakan


pertemuan tanggal 24 April
2015 membahas
sinkronisasi perizinan

Sinkronisasi prosedur perizinan reklamasi


Dampak reklamasi terhadap kehidupan nelayan
perikanan tangkap
Sinkronisasi dengan Pelabuhan Nizam Zachman

Koordinasi dengan Kementerian (2)

Melihat dampak lingkungan reklamasi Pantai


Utara Jakarta dan usaha penanganannya

Kementerian LH
dan Kehutanan

Kementerian PU&PR

Kementerian
Perhubungan

Dampak reklamasi terhadap pengendalian


banjir daratan Jakarta
Pengerukan sedimentasi untuk pemeliharaan
muara sungai

Dampak reklamasi terhadap alur pelayaran


kapal dari Pelabuhan-pelabuhan di sekitar
Pantura Jakarta:

Pelabuhan Tanjung Priok


Pelabuhan Sunda Kelapa
Pelabuhan Nizam Zachman
Pelabuhan Perikanan Muara Angke
Pelabuhan Penumpang Muara Angke
Pengembangan Marunda Centre di Perairan
Pantura Bekasi

Telah pernah
dilaksanakan
pertemuan tanggal
19 Juni 2015
Rencananya akan
bersamaan pada forum
BKPRN yang diketuai
Menko Perekonomian
menunggu
undangan dari ybs
Rencananya akan
bersamaan pada
forum BKPRN yang
diketuai Menko
Perekonomian menunggu
undangan dari ybs

Surat Gubernur kepada Menko Perekonomian selaku


Ketua BKPRN perihal Permohonan fasilitas pembahasan
Draft Rencana Tata Ruang KS Pantura

Koordinasi dengan Kementerian (3)


Tindak lanjut pertemuan dengan KemenhutLH
terkait pertanyaan Komisi 4 DPR-RI
Pertanyaan
Pelaksanan reklamasi
hingga saat ini

Reklamasi sebagai solusi


dari banjir rob

Penjelasan
Reklamasi 17 Pulau saat ini terus berproses dari segi perizinan maupun
pelaksanaan di lapangan. Setelah perencanaan dan perancangan (desain) yang
telah mulai digagas 20 tahun silam, dari seluruh rencana 17 pulau (Pulau A s.d.
Pulau Q) saat ini telah terbangun Pulau D dan sebagian Pulau C di utara
Kawasan Pantai Indah Kapuk yang pembangunannya dimulai sejak sekitar 3
tahun yang lalu.
Baik reklamasi 17 pulau maupun reklamasi sebagai bagian dari NCICD tidak
bertujuan untuk menyelamatkan Jakarta dari banjir rob
Reklamasi hanya merupakan kegiatan pendamping dari rencana
pembangunan Tanggul Laut Raksasa tersebut, yaitu sebagai pendukung
pembiayaan dan berpotensi untuk meningkatkan nilai tambah kegiatan
pembangunan Tanggul Laut Raksasa

Reklamasi melanggar
aturan UU Perikanan dan
Kelautan

Selama ini pengembangan reklamasi 17 pulau dilaksanakan dengan mengacu


pada Keppres Nomor 52 Tahun 1995 yang sampai saat ini belum dicabut dan
masih berlaku.
Secara substansi, aturan-aturan yang tersebut pada Perpres Nomor 122 Tahun
2012 telah terakomodir baik dalam proses perizinan maupun proses
pelaksanaan reklamasi 17 pulau

Pemprov DKI Jakarta harus


menggagas penyusunan
KLHS sebagai bagian dari
review perencanaan tata
ruang

Saat evaluasi RTRW Jakarta 2030 pada Tahun 2017 mendatang, Pemprov.
DKI Jakarta akan mengakomodir dan mengintegrasikan pertimbangan
lingkungan hidup yang dihasilkan pada KLHS untuk program NCICD.

Koordinasi dengan Kementerian (4)


Diskusi dengan KemenhutLH terkait pertanyaan
Komisi 4 DPR-RI
Dugaan bahwa resiko
lingkungan reklamasi Jakarta
tidak terkelola dengan baik
dan himbauan DPR-RI agar
kembali dilakukan AMDAL
atau kajian lingkungan yang
lebih mendalam

Sinkronisasi dengan
NCICD/PTPIN yang
dikoordinir oleh Menko
Perekonomian

Pada Tahun 2011 pihak Kementerian Lingkungan Hidup telah menyusun KLHS
Teluk Jakarta yang disepakati oleh 3 Provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat dan
Banten
Aspek lingkungan untuk pengembangan Kawasan Pantura Jakarta juga dikaji
dan dibahas pada naskah akademis RTRW Jakarta 2030, naskah akademis
RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta, dan diimplementasikan pada pasalpasal di Raperda RTR Pantura Jakarta
Secara parsial pun untuk setiap pembangunan pulau reklamasi wajib menyusun
AMDAL yang harus disetujui oleh Komisi AMDAL Provinsi DKI Jakarta
Selain AMDAL, Pemprov. DKI Jakarta juga mensyaratkan Izin Membangun
Prasarana Reklamasi atas dasar rekomendasi Dinas Tata Air dan Rekomendasi
Teknis Pengambilan Materian Reklamasi yang diterbitkan Dinas Perindustrian
dan Energi.
Keseluruhan proses di atas telah menunjukkan keseriusan dan komitmen
Pemprov. DKI Jakarta dalam mengedepankan aspek lingkungan untuk
pengembangan Kawasan Pantura Jakarta
Walaupun reklamasi 17 pulau ini lebih dahulu digagas oleh Pemprov. DKI Jakarta,
namun perencanaannya telah bersinergi dengan gagasan NCICD yang dikoordinir
oleh Menko Perekonomian. Apabila melihat RTRW Jakarta 2030, sebenarnya cikal
bakal dari NCICD juga telah terakomodir pada RTRW Jakarta 2030
Sedangkan untuk reklamasi sebagai bagian dari NCICD untuk pembiayaan Tanggul
Laut Raksasa, hal tersebut masih harus menunggu revisi dari Perpres Nomor 54
Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Jabodetabekjur
Mengingat NCICD adalah program unggulan Pemerintah Pusat sebagai upaya
penyelamatan kawasan Ibu Kota Negara, maka seyogyanya diterbitkan dahulu
secara legal payung hukum untuk NCICD di tingkat Pemerintah Pusat dan
selanjutnya RTRW Provinsi DKI Jakarta dapat ditinjau ulang untuk penyesuaiannya
pada masa evaluasi 5 tahunan
Kelembagaan reklamasi 17 pulau terpisah dengan kelembagaan NCICD.

Surat MenLH kepada Gubernur DKI Jakarta, Bupati


Tangerang dan Bupati Bekasi tentang Hasil Pelaksanaan
KLHS Kawasan Teluk Jakarta

Koordinasi dengan Kementerian (5)


Penanganan Dampak Lingkungan
Dampak
Kenaikan Muka Air Laut

Penanganan/Penjelasan
Pada dasarnya reklamasi 17 pulau tidak menyebabkan bertambah
buruknya banjir rob di daratan Jakarta akibat kenaikan muka air laut dan
bahkan keberadaan pulau reklamasi dapat mengurangi serangan
gelombang laut ke daratan lama (berfungsi sebagai breakwater).
Secara sederhana juga dapat dipertimbangkan bahwa reklamasi
mengambil pasir dari laut di tempat lain dipindahkan ke pantai utara
Jakarta atau dengan kata lain mereklamasi laut dilakukan dengan bahan
yang diambil dari laut juga, dari laut kembali ke laut, sehingga proses
keseimbangan akan terjaga.

Koordinasi dengan Kementerian (6)


Penanganan Dampak Lingkungan
Dampak
Sedimentasi pada Kanal
Lateral dan Kanal
Vertikal

Penanganan/Penjelasan

Pada dasarnya pemeliharaan kanal lateral dan kanal vertikal di Kawasan


Pantura Jakarta harus dilaksanakan secara menerus untuk mencegah
banjir dan kerusakan lingkungan, dan hal ini menjadi kewajiban dari
Pengembang.
Sebagai payung hukum, telah diterbitkan Pergub Nomor 146 Tahun 2014
tentang Pedoman Teknis Membangun dan Pelayanan Perizinan Prasarana
Reklamasi kawasan Strategis Pantura Jakarta yang mengatur:
Penentuan batas reklamasi;
Standar tingkat keamanan;
Arahan pencegahan banjir (a.l. harus meminimalkan penyebaran
sedimen dan padatan di perairan sekitarnya antara lain dengan
pemasangan silt screen, pengerukan sedimen pada muara sungai
secara berkala minimal 1 kali dalam 3 tahun, pelebaran sungai dan
kanal untuk meningkatkan kapasitas penampungan dll)
Pengendalian dampak lingkungan.
Tahapan penerbitan IMP Reklamasi
Konsep perancangan teknis reklamasi, penelitian dan finalisasinya
Persyaratan administratif dan studi pendukung
Pemantauan dan Pengawasan Konstruksi

Secara berulang, hal tersebut juga disyaratkan pada beberapa dokumen


perizinan: Izin Prinsip, Izin Pelaksanaan, AMDAL dan Perjanjian Kerja
Sama

Koordinasi dengan Kementerian (7)


Penanganan Dampak Lingkungan
Dampak
Degradasi Biota Laut

Berkurangnya pasir DKI


Jakarta karena dijadikan
Sumber Material Reklamasi

Penanganan/Penjelasan

Berdasarkan AMDAL terlihat bahwa bahkan tanpa adanya reklamasi


pulau, saat ini kondisi Teluk Jakarta, khususnya sampai dengan batas 8m telah mengalami degradasi, dapat diidentifikasi dari rendahnya
beberapa indikator seperti tutupan karang hidup, keanekaragaman biota
laut, hasil tangkapan ikan, dll.

Berkenaan dengan hal tersebut maka secara umum reklamasi 17 pulau


tidak memperburuk kondisi biota laut saat ini.

Reklamasi Pantura Jakarta melarang pengambilan pasir dari wilayah


Provinsi Dki Jakarta sebagai sumber material reklamasi

Hal tersebut dipayungi oleh Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta


Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum pasal 16 ayat 2 yang
berbunyi "Setiap orang atau badan dilarang mengambil pasir laut dan
terumbu karang yang dapat merusak kelestarian lingkungan biota laut di
perairan lepas pantai

Pengembang wajib memperoleh izin dari pihak otoritas sumber


pengambilan material reklamasi, dan saat ini sebagian besar
pengembang memperoleh izin dari Provinsi Banten dan BangkaBelitung.

Izin Prinsip mensyaratkan Pengembang untuk memperoleh


rekomendasi dari Dinas Perindustrian dan Energi untuk Perencanaan
Pengambilan Material Reklamasi

Koordinasi dengan Kementerian (8)


Penanganan Dampak Lingkungan
Dampak
Kehidupan Nelayan
menjadi terganggu akibat
reklamasi

Penanganan/Penjelasan
Konsep subsidi silang diterapkan, dimana pengembang pulau
reklamasi dibebankan kewajiban untuk merevitalisasi daratan pantai
lama a.l melalui penyediaan permukiman dan prasarana sarana
penunjangnya yang memenuhi standar untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat disana, termasuk juga para nelayan
tangkap, utamanya di kawasan Muara Angke dan Marunda.
Hasil Studi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Pantura Jakarta
yang kami laksanakan Tahun 2014 menunjukkan bahwa kualitas
perairan di dekat daratan relatif kurang cocok untuk perikanan
tangkap, dan selama ini nelayan tangkap umumnya beraktivitas
sudah semakin menjauhi pesisir Jakarta dan mendekati perairan
Kepulauan Seribu
Bentuk pulau-pulau reklamasi yang mengharuskan adanya kanal
lateral dan kanal vertikal memungkinkan alur pelayaran tetap terjaga
sehingga nelayan masih dapat berlayar dan melaksanakan
aktivitasnya di laut lepas.
Sedangkan pemasaran hasil perikanan tangkap tetap masih
bertumpu ke wilayah Daratan Jakarta dan oleh karena itu kami
merencanakan tetap mempertahankan lokasi Tempat Pelelangan
Ikan (TPI), bahkan seiring dengan rencana revitalisasi kawasan
pantai lama, sarana dan prasarana pemasaran perikanan tangkap ini
akan lebih ditata dengan lebih baik.

Koordinasi dengan Kementerian (9)


Penanganan Dampak Lingkungan
Dampak
Keberadaan Hutan
Mangrove Terancam

Penanganan/Penjelasan
-

Melanjutkan amanat pada RTRW 2030, Raperda Pantura juga


mengamanatkan Pulau C, D, E agar dikembangkan serasi dengan
kawasan lindung dan hutan bakau di pantai lama (pasal 13)

PT. Kapuk Naga Indah sebagai pengembang Pulau C, D, E


dibebankan kewajiban untuk memelihara hutan mangrove existing
dan ybs juga berinisiatif untuk menanam tambahan hutan mangrove
di selatan pulau C, D, E dengan lebar 30 meter.

Pengawasan secara berkala dilaksanakan oleh BPLHD dan Dinas


Kelautan Pertanian.

Sinkronisasi dengan Pemerintah


Provinsi/Kabupaten yang Berbatasan

Sinkronisasi struktur dan pola ruang Kawasan


Pantura dengan struktur dan pola ruang
Kabupaten Bekasi

Sinkronisasi rencana reklamasi untuk


pengembangan Terminal Marunda Centre di
Perairan Pantura Kabupaten Bekasi

Sinkronisasi struktur dan pola ruang


Kawasan Pantura dengan struktur dan pola
ruang Kabupaten Tangerang

Sinkronisasi struktur dan pola ruang Pulau A


dan Pulau B Kawasan Pantura Jakarta
dengan rencana reklamasi di perairan
Pantura Kabupaten Tangerang

Pemantapan batas administrasi wilayah


Kabupaten Tangerang dengan Provinsi DKI
Jakarta

Pemprov. Jawa Barat


dan Pemkab. Bekasi

Pemprov. Banten dan


Pemkab. Tangerang

Telah pernah
dilaksanakan
pertemuan tanggal 5
Juni 2015 dan akan
dibahas secara
internal pada BKPRN
Prov. Jawa Barat

Akan dilaksanakan
segera

Terima Kasih

41

Contoh Izin Prinsip Pulau G

Contoh Perpanjangan Izin Prinsip Pulau G

Contoh Izin Membangun Prasarana Reklamasi Pulau G

Contoh Izin Pelaksanaan Pulau G

Surat MenLH kepada Gubernur DKI Jakarta, Bupati


Tangerang dan Bupati Bekasi tentang Hasil Pelaksanaan
KLHS Kawasan Teluk Jakarta

Anda mungkin juga menyukai