Anda di halaman 1dari 7

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 4

TOR TUGAS SPA 4

PALANGKA RAYA CITY WALK


1. TUJUAN PERANCANGAN
a. Memahami cara merancang suatu fasilitas dalam suatu kawasan yang telah
ditentukan temanya oleh klien;
b. Mengenali Karakter Fisik Bangunan dan Karakter Kegiatan yang sesuai dengan
fasilitas yang disediakan dan tema yang digunakan;
c. Mengenali struktur sirkulasi dan pola massa banyak dalam suatu kawasan;
dan
d. Mengintegrasikan beberapa fasilitas (massa bangunan) yang berbeda ke
dalam suatu tema;
2. PENEKANAN DALAM PERANCANGAN
a. Arsitektural
SPA 4 merupakan studio peningkatan kemampuan mahasiswa dari merancang
berbasis fungsi menjadi merancang berbasis fungsi dan tema. Sebagai
perkenalan dalam mengaplikasikan suatu tema ke dalam suatu obyek
perancangan, maka pada SPA 4 ini mempergunakan penekanan perancangan
Citywalk, yaitu jalur pejalan kaki di dalam kota yang terbentuk dari deretan
bangunan maupun olahan lansekap. Jadi Citywalk merupakan pedestrian
dengan sarana perbelanjaan yang lengkap serta dikelola oleh suatu
pengembang usaha sehingga dapat berkembang dan mendatangkan
keuntungan (The Urban Land Institute, 1985 ; Astarie F, 2004 ; Restiyanti C,
2007).
Citywalk sebenarnya tidak lebih dari koridor jalan yang dikhususkan untuk
deretan toko. Namun yang membedakan di sini adalah jalan-jalan tersebut
berada dalam lahan properti milik pengembang usaha dimana jalan-jalan
tersebut diperuntukkan sebagai ruang publik dan bebas dari kendaraan
bermotor. Koridor pada Citywalk adalah bersifat terbuka (tanpa AC) dan
cukup lebar (6-12 meter), dimana koridor tersebut dapat memberikan nyaman
pada iklim tropis. Aktivitas pada Citywalk adalah seiring dengan gaya hidup
yang berkembang pada saat ini, dimana dapat menjadi tempat nongkrong
(hang out), jalan-jalan, dan berbelanja seperti barang teknologi, fashion,
kuliner, barang kerajinan, serta rekreasi dan olahraga. Persimpangan dari
koridor Citywalk biasanya digunakan sebagai ruang terbuka dan panggung
pertunjukan (stage). Dimana ruang ini sekaligus berfungsi sebagai
penghubung atau penyatu massa bangunan yang biasanya terpisah-pisah
berdasarkan kefungsian dan peruntukannya.
b. Elemen Citywalk
* Ruang Terbuka (Open Space)

Merupakan persimpangan dari koridor Citywalk sering digunakan sebagai


Ruang Terbuka dan Panggung Pertunjukan.
* Pedestrian
Pedestrian pada Citywalk merupakan fitur pedestrian yang teduh dan
nyaman menggunakan teknik pembayangan, kantilever, dan kanopi.
Zona Pedestrian pada Koridor Citywalk wajib mengandung (The Urban Land
Institute, 1985):
1. Curb Zone, yaitu zona pencegahan air masuk ke area pedestrian ;
2. Furnishing Zone, yaitu zona peletakan street furniture (pohon, signage,
tempat sampah, dll) ;
3. Through Pedestrian Zone, yaitu zona bagi pengguna pedestrian untuk
berlalu-lintas ;
4. Frontage Zone, yaitu zona transisi antara zona pedestrian dan garis
bangunan. Pada zona ini biasanya diletakkan kursi-kursi, boks telepon &
ATM, tiang-tiang utilitas, dan lain-lain.
* Bangunan Pertokoan
Sebagai kawasan dengan tujuan komersial dan profit, maka bangunan
Citywalk akan berkiblat pada pusat perbelanjaan yang modern, dengan ciri
khas (Booth Norman, 1983) :
1. Pola Bangunan
Pertimbangan utama pengembang dalam menentukan pola bangunan
adalah penempatan penyewa utama dimana diatur sedemikian rupa
sehingga penyewa utama dengan penyewa lainnya membentuk
konfigurasi antara lain:

a. Bentuk Linier / Strip, merupakan deretan toko-toko yang membentuk


garis lurus dan dipersatukan oleh kanopi dan pedestrian yang
terdapat disepanjang bagian depan toko-toko ;
b. Bentuk L & U, merupakan pengembangan bentuk linier dengan
memperluas salah satu atau kedua dari ujung untuk penyewa utama ;
c. Mall, merupakan daerah bagi pejalan kaki yang terletak diantara
bentuk linier bagi pejalan kaki untuk hilir-mudik berbelanja ;

d. Cluster, pada penerapan cluster lebih ditekankan kepada penggunaan


beberapa massa bangunan yang berdiri sendiri yang dipisahkan oleh
jalur pejalan kaki dan taman.
2. Penataan Bangunan
Tingkat enclosure yang tinggi didapat dari ada atau tidaknya batas,
seperti halnya dinding pada bangunan. Ketika kelompok bengunan
membentuk ruang di tengah, namun masih memungkinkan untuk
memandang keluar area tersebut, maka akan terbentuk apa yang
disebut spatial leaks. Untuk meningkatkan enclosurenya, dapat
digunakan elemen lain, misalnya vegetasi atau menggunakan
overlapping sisi bangunan.

Spatial Leaks
Overlapping
Vegetasi
Kelompok bangunan yang ditata membentuk sebuah garis tidak akan
menciptakan suatu enclosure yang jelas, sehingga tidak membentuk
sebuah ruang. Begitu juga halnya dengan kelompok bangunan yang
disusun acak, tanpa penataan yang dirancang.

Teknik paling mudah untuk menata kelompok bangunan untuk


menciptakan sebuah ruang adalah dengan membentuk dinding fasade
mengeliling yang menerus, karena ruang ditengahnya akan mudah
terasa. Namun ruang yang dihasilkan akan terasa statis dan sulit
melakukan pergerakan.

Dengan menciptakan central space ruang yang tercipta memiliki hirarki


yang sejajar. Dalam komposisi ruang yang tercipta, tidak terdapat suatu
fokus. Untuk menciptakan fokus dalam ruang, dapat dibuat ruang utama
dengan sub ruang-sub ruang disekitarnya.

3. Karakter Bangunan
Karakter bangunan mempengaruhi kualitas ruang yang diciptakan.
Karakter bangunan meliputi material & bahan, warna, tekstur, detail, dan
komposisi dari fasade bangunan yang mempengaruhi personalitas dari

ruang luar di sekitar bangunan. Fasade bangunan dapat memberikan


kesan dan impresi yang sesuai dengan keinginan perancangan bagi
lingkungan disekitarnya.
4. Kelompok Bangunan dan Ruang yang Terbentuk
a. Ruang terbuka yang memusat, konsep dasar dari tipe ini adalah
menata kelompok bangunan mengelilingi sebuah ruang terbuka yang
memusat yang menghubungkan seluruh bangunan. Kelemahan tipe
ruang ini adalah ruang yang terbentuk memiliki tingkat enclosure
yang kuat, sehingga terbentuk suatu dead end. Manusia dipaksa
memasuki ruang ini, dan bukan melewati ruang ini.

b. Ruang terbuka yang menjadi fokus, Konsep dari tipe ruang ini adalah
membentuk ruang terbuka sebagai fokus dengan membuka salah
satu sisi, sehingga memungkinkan adanya pandangan menuju sisi
tersebut. Namun untuk tetap menciptakan enclosure, dapat
digunakan elemen lansekap lainnya.

c. Ruang linier, yaitu ruang memanjang yang terbentuk dari penataan


bangunan memanjang dan menciptakan ruang pada salah satu atau
kedua ujungnya.

d. Ruang linier organik, yaitu ruang memanjang yang terbentuk dari


penataan bangunan memanjang dan menciptakan ruang pada salah
satu atau kedua ujungnya, namun memiliki jalur yang tidak
sederhana. Misalnya memiliki sudut pada setiap jarak tertentu.

* Olahan Lansekap
1. Sirkulasi Ruang Luar, yaitu sistem sirkulasi yang sangat erat
hubungannya dengan pola penempatan aktivitas dan pola penggunaan
tanah sehingga merupakan pergerakan dari ruang yang satu ke ruang yang
lain. Dalam perencanaan sirkulasi ruang luar ini perlu dipertimbangkan
faktor kenyamanan. Kenyamanan dapat berkurang akibat dari penataan
sirkulasi yang kurang baik, misalnya tidak adanya pembagian ruang untuk
sirkulasi kendaraan
dan manusia.
2. Karakteristik Lansekap

a. Material Bangunan, merupakan salah satu yang menentukan visual


image dari City Walk dengan kriteria pemilihan material bangunan
(The Urban Land Institude, 1985. Shopping Center Development
Handbook):
Durability (Daya tahan)
Ease maintenance (kemudahan pemeliharaan)
Waterproofing and insulation qualities (Tahan air dan kualitas
insulasi)
Local availability (Ketersediaan lokal)
Speed of assembly (Kecepatan pemasangan)
Appearance (Penampilan)
b. Kanopi, pada pusat perbelanjaan konvensional, ensensi dari
melindungi pedestrian tidak hanya untuk cuaca yang buruk tetapi juga
untuk kenyamanan saat berbelanja dalam segala cuaca. Kanopi dapat
berupa kantilever dari dinding bangunan atau dapat didukung oleh
kolom atau pilar. Tinggi dan lebar kanopi akan ditentukan oleh proporsi
tepat gaya arsitekturalnya. Dengan kanopi lebih dari 12 kaki, dinding
bangunan bagian bawah menyediakan permukaan ideal untuk
penempatan signs. Ketika kanopi ditempatkan pada sepanjang fasade
pusat perbelanjaan terbuka, jendela belanja dan jendela pajangan
dapat dijadikan sebagai daya tarik pembeli untuk membeli maupun
membandingkan harga barang yang terdapat dalam toko tersebut.
Selain itu pelanggan bebas untuk melihat barang pajangan tanpa
perlu menjelaskan bahwa mereka hanya melihat-lihat. Kanopi dapat
meningkatkan daya tarik pada penampilan jendela yang besar.
c. Pertamanan
Fungsi pertamanan pada pusat perbelanjaan, yaitu:
Pertamanan dapat digunakan untuk membangun buffer visual ;
Pertamanan dalam area parkir harus menyediakan daerah
untuk parkir sepeda, wadah sampah, dan bangku-bangku serta
perabotan jalan lainnya ;
Pertamanan dapat digunakan sebagai elemen desain utama
dalam pusat perbelanjaan.
d. Signing
Signing yang baik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
rancangan. Pada pusat perbelanjaan signing diharapkan tidak
menimbulkan polusi visual (sampah visual) dengan menerapkan
prinsip-prinsip signing pada pusat perbelanjaan, yaitu:
Signing penting sebagai penunjuk arah ;
Signing merupakan bagian yang tidak terpisahkan bangunan ;
Signing di dalam pusat perbelanjaan dapat digunakan sebagai
pemersatu dari elemen desain ;
Exterior sign dapat digunakan untuk mengarahkan pelanggan
menuju restoran dan ritel-ritel khusus lainnya dalam cara
penyampaian arsitektural yang menarik.

e. Night Lighting
Pencahayaan pada malam hari merupakan kebutuhan bagi kelancaran
aktivitas, keamananan publik, dan fasilitas perparkiran, dengan
menerapkan prinsip-prinsip:
Pencahayaan sign pada malam hari merupakan elemen penting
dari desain exterior bangunan ;
Penggunaan jenis lampu diharapkan dapat seimbang antara
efek estetika dan penggunaan energi, hal tersebut dapat diatasi
dengan pengembangan sumber cahaya yang lebih efisien
(bermain pada elevasi penempatan titik lampu) ;
Idealnya, perlengkapan pencahayaan pada keseluruhan area
harus selaras dengan skala dan karakter arsitektural pusat
perbelanjaan.
f. Service & Disposal
Daerah pengiriman dan pembuangan merupakan fasilitas utama
layanan bagi truk
untuk bongkar muat barang dan mengangkut sampah. Daerah
fungsional ini harus diletakan pada daerah yang sebaik mungkin tidak
terlihat oleh pelanggan/pengunjung.

3. KETENTUAN PELAKSANAAN STUDIO


a. Lokasi Palangka Raya City Walk adalah di sekitar Universitas Palangka Raya
(detail lokasi terlampir);
b. Terdapat 4 (empat) Tahap Penilaian (Pin Up), yaitu:
1. Tahap 1 (Kelayakan Studio) --> Desain Brief
2. Tahap 2 (Nilai Tugas + Kelayakan Studio) --> Skematik Desain Tapak
3. Tahap 3 (Nilai UTS + Kelayakan Studio) --> Skematik Desain Bangunan
4. Tahap 4 (Nilai UAS) --> PAPAR!
c. Lamanya Pelaksanaan Studio adalah 12 Minggu;
d. Wajib asistensi minimal 8 kali (masing-masing Pin Up mensyaratkan 2 x
asistensi)
e. Produktivitas mahasiswa dibuktikan oleh Kartu Kendali Produk SPA 4, dan
kualitas produk dinilai pada Tahap Penilaian (Pin Up).
Adapun fasilitas-fasilitas yang disediakan pada masing-masing zona yang ada pada
Palangka Raya City Walk ini adalah sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai