Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB VI
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
6.1 Kegiatan Yang Dilaksanakan
Kegiatan yang dilaksanakan meliputi :
1) Studi Reconnaissance
Untuk mendapatkan studi recoinnaissance yang baik, maka harus dilakukan studi
terdahulu dan survey pendahuluan.
Review studi terdahulu berupa studi-studi terdahulu yang berhubungan dengan
kondisi eksisting dan rencana lokasi pengembangan. Studi terdahulu dapat dilakukan
terhadap Rencana Induk Pelabuhan daerah dan/atau nasional, peraturan dan
keputusan yang berpengaruh dan DED Pelabuhan eksisting.
Sedangkan Survey Reconnaissance (survey pendahuluan) adalah pengamatan lokasi
berupa:
- Mengamati fasilitas pelabuhan eksisting dan perbandingannya terhadap master
plan sesuai dengan kebutuhan eksisting apakah sesuai dengan masterplan.
- Pengumpulan data-data sekunder meliputi kondisi pelabuhan yang ada (informasi
teknis dan operasional) dan masterplan/rencana pengembangan pelabuhan.
- Mengamati secara visual kerusakan-kerusakan yang terjadi pada fasilitas
pelabuhan, melakukan identifikasi dan pemetaan kerusakan seperti:
a) Deformasi berlebih baik lokal (tekuk) maupun global (lendutan)
b) Retak pada elemen struktur beton
c) Korosi pada besi tulangan dan baja profil elemen struktur
d) Penurunan tanah dan longsoran pada timbunan
- Di samping itu, dilakukan pula pengumpulan data-data sekunder meliputi kondisi
pelabuhan yang ada (informasi teknis dan operasional) dan masterplan/rencana
pengembangan pelabuhan.
2) Survey Bathimetri dan Topografi
Wilayah survey bathimetri seluas 40 Ha dan topografi seluas 20 Ha (luas dapat
berubah sesuai dengan hasil survey reconnaissanse) untuk mendapatkan gambaran
tentang konfigurasi dasar laut/sungai di sekitar pelabuhan eksisting, profil/potongan
melintang pantai, laut/sungai dan areal darat, koordinat fasilitas pelabuhan
eksisting.
3) Survei Hidrooceanografi
Yakni survey untuk mengukur kedudukan pasang surut, kedudukan dan arah arus,
arah gelombang dominan, tinggi gelombang dan periode gelombang dan kondisi
areal darat beserta fasilitasnya, serta pengambilan sampel sedimen dasar dan layang
yang diuji komposisinya di laboratorium.
4) Survey dan Penyelidikan Tanah
Pekerjaan ini berupa penelitian di lapangan dan di laboratorium yang bertujuan
untuk mengetahui struktur dan jenis tiap lapisan tanah di bawah permukaan. Data
hasil penyelidikan tanah ini dimaksudkan sebagai data untuk perencanaan konstruksi
dermaga di lokasi bersangkutan. Hasil tersebut harus memadai sebagai analisa
perencanaan dan perhitungan yang meliputi:
- Perencanaan sistem pondasi
- Analisa daya dukung untuk pondasi
Dokumen Penawaran
VI-1
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Dokumen Penawaran
VI-2
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Mulai
Pekerjaan Persiapan
Survey Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
Tidak
Diskusi
Ya
Pengumpulan Data Sekunder dan Studi
Terdahulu yang terkait
Investigasi
Geoteknik
Perhitungan &
Penggambaran Hasil
Pengukuran
Analisa
Laboratorium
Analisa Hydrodinamika
laut
Analisa
Geoteknik
Data Master
Plan
Pelabuhan
dan Layout
Pelabuhan
Survei kondisi
Konstruksi
eksisting :
Hammer test
Core drill
Compression
test
Sand cone
test
Pile integrity
Uji karbonasi
Laporan Antara
Tidak
Diskusi
Ya
Analisis &Perhitungan
Detail Desain Dermaga
Tidak
Stabil ?
Ya
Penggambaran
Dokumen Penawaran
VI-3
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Perhitungan
BOQ & RAB
Tidak
Diskusi
Pembuatan
Dokumen Tender
Laporan
Penunjang
Ya
Laporan Akhir
Selesai
Dokumen Penawaran
VI-4
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
2)
3)
Dokumen Penawaran
VI-5
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Dasar lubang bor di mana akan diambil contoh tanah harus bersih dari sisa
pengeboran dengan memompakan air ke dalam lobang bor yang berfungsi
untuk membersihkan sisa-sisa tanah yang tertinggal, lama mencuci minimum 5
menit sebelum diadakan pengambilan sampel.
Ujung bawah casing pada saat itu harus berada pada dasar lubang bor untuk
menghindari adanya longsoran-longsoran pada dasar lubang dan sisa
pengeboran (sludge)
Segera setelah lubang bor bersih, tabung contoh tanah ditekan ke dalam
tanah dengan tekanan tenaga manusia. Penekanan harus dilakukan dengan
hati-hati, continuous (single movement) dan perlahan agar air yang terdapat
dalam tabung diberi kesempatan keluar melalui katup ( ball-valve) yang
terdapat pada kepala tabung (connector head). Dalam segala hal tidak
diperkenankan menekan tabung dengan pukulan.
Sebelum tabung ditarik dari dalam tanah, tabung harusdiputar 3600 untuk
melepaskan tabung bersama isinya dari tanah dan kemudian diangkat keluar
dari dalam tabung.
Tanah pada kedua ujung tabung harus dibuang secukupnya dan ruangan itu
kemudian diberi parafin panas sebagai penutup dan pelindung tanah dalam
tabung. Tebal parafin pada bidang bawah minimum 1 cm dan pada bidang
atas minimum 3 cm.
Untuk pelaksanaan uji laboratorium, sampel dapat dipotong di lapangan
dengan hati-hati sesuai dengan panjang yang diperlukan dan tidak boleh
merusak keaslian sampel sisanya yang belum diuji.
Pengangkutan sampel harus dilakukan hati-hati, dijaga dari guncangan dan
beda temperatur yang tinggi (panas sinar matahari dll), sedapat mungkin
pengujian dilakukan pada laboratorium yang dekat jaraknya dengan lokasi
pengeboran (bila terdapat laboratorium yang memenuhi syarat).
Untuk jenis tanah khusus yang sukar diambil undisturbed sampel-nya dengan
cara biasa, harus digunakan tabung sampel yang sesuai: soft cohessive soil
dengan alat piston sampler, non cohessive soil dengan alat piston sampler
atau core cutter sampler, dan hard cemented soil dengan core barrel.
Standard Penetration Test (SPT)
Pelaksanaan SPT pertama kali pada kedalaman -1 meter dari sea bed, SPT kedua
dan selanjutnya dimulai setelah pengambilan undisturbed sample pada kedalaman
-3 meter dari sea bed (interval 2 meter).
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi adalah:
Tabung SPT harus mempunyai ukuran diameter OD 2 inch/profil ID 138 inch,
panjang 24 inch menggunakan split spoon sampler type.
Hammer yang dipakai untuk melakukan penumbukan seberat 140 lbs (63,5
kg), tinggi jatuh bebas hammer adalah 30 inch (75 cm).
Sebelum melakukan percobaan SPT, casing harus diturunkan sampai dasar
lubang. Lubang bor kemudian dibersihkan dari sisa pengeboran dari tanah
yang ada di dasar lubang bor seperti yang diuraikan pada undisturbed
sampling (h.1), h.2), h.3).
Perhitungan dilakukan sebagai berikut:
a. Tabung SPT ditekan ke dalam dasar lubang sedalam 15 cm.
b. Untuk setiap interval 10 cm dilakukan perhitungan jumlah pukulan untuk
memasukkan tabung ke dalam tanah sampai dicapai 3 x 10 cm.
Tabung diangkat ke permukaan tanah dan split spoon sampler dibuka. Sludge
yang terdapat dalam tabung harus dibuang, kemudian terhadap sampel
diadakan klasifikasi. Unified soil classification dipergunakan untuk menyusun
-
4)
Dokumen Penawaran
VI-6
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
laboratorium test. Untuk itu sampel harus dimasukkan dalam kantong plastik
yang ditutup dengan baik dan diberi identitas nomor boring dan
kedalamannya.
Percobaan SPT dihentikan setelah didapatkan harga SPT-60 sebanyak 3 (tiga)
kali berturut-turut (pengeboran tetap dilaksanakan hingga kedalaman -30
meter dari seabed dengan memakai core tube system/diamond bit).
Gambar 6. 2. Contoh hasil Grafik Standart Penetrasi Test di Teluk Ampimoi Kab. Yapen
(Sumber: SID Pelabuhan Perintis Ampimoi, 2012)
Dokumen Penawaran
VI-7
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
1
2
= 100Ba Bb sin 2m Ta Bt
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
B. Survey Bathimetri
Survey Bathimetri sebagai salah satu cara untuk mengetahui kedalaman suatu perairan
, menjadi persyaratan yang mutlak dalam perencanaan suatu dermaga. Dalam
Pekerjaan Perencanaan Dermaga ini selain di lakukan Survey Bathimetri di Lokasi
Rencana Dermaga juga dilakukan Survey Bathimetri untuk memperoleh manuver dan
Alur Pelayaran Kapal yang memenuhi persyaratan.
Survey Bathimetri dilakukan dengan metode Akustik / SONAR (Sound Navigation and
Ranging). Metode ini merupakan pendeteksian benda-benda atau target di dalam laut/
danau dengan mempertimbangkan proses perambatan suara, karakteristik suara,
media dan kondisi target. Berupa sinyal akustik yang diemisikan dan refleksi yang
diterima dari target atau obyek di dalam air. Metode ini sangat fleksibel untuk luasan
yang kecil, maupun sedang.
Survey Bathimetri dalam pekerjaan ini juga memakai echosounder dimana metode ini
memiliki detail ketelitian yang baik dan dapat memperoleh cakupan daerah kerja yang
cukup luas serta terhubung dengan GPS (Global Position System) sebagai penentu
posisi koordinat dengan bantuan sinyal dari satelit.
ANTENA GPS
TIANG ANTENA
PERAHU
MUKA AIR
TRANSDUCER
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Pengukuran jarak basis lebih dari 200 m diukur dengan alat ukur optik ( Theodolit
Wild T2), untuk jarak basis kurang dari 200 m boleh memakai alat pengukur
panjang pita baja (meetbond).
Kedalaman diukur dengan alat perum gema ( echosounder) dengan ketelitian yang
tinggi dan telah mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa. Alat perum gema yang
dimaksud adalah alat gema yang mencatat kedalaman baik secara analog maupun
digital.
Setiap hari Penyedia Jasa Konsultansi harus melakukan bar-check terhadap alat
echosounder yang dipakai sebelum dan sesudah pekerjaan sounding. Salah satu
hasil bar-check dilampirkan dalam laporan (bar-check untuk setiap beda kedalaman
1 m, jarak kedalaman minimal 5x = 5 m, lebih dalam lebih teliti).
Bidang surutan yang dipakai sebagai dasar pengukuran dan data-data pengamatan
pasang surut yang asli di lapangan harus dibawa untuk diperlihatkan kepada Tim
Evaluasi saat pembahasan Laporan Antara.
Bidang surutan yang dipakai adalah 0,00 m-LWS.
Semua kertas echosounder hasil pengukuran dan data-data sudut asli di lapangan
harus dibawa untuk diperlihatkan kepada Tim Evaluasi saat pembahasan Laporan
Antara.
Posisi pemeruman
Posisi sounding ditentukan dengan salah satu dari cara-cara sebagai berikut:
a) Cara Snellius dengan mengunakan 2 buah sextant
Dalam Laporan Antara harus dilampirkan data-data lapangan dengan urutan
sebagai berikut:
- Titik-titik yang dipakai dan rencana lembar-lembar busur (arch-sheet).
- Perhitungan lembar-lembar busur yang sudah dicek.
- Daftar seluruh pasangan sudut dari tiap posisi fixed sounding (dalam daftar
rapih).
b) Cara perpotongan dua jarak dengan mengunakan alat elektronik (MRS III dan
sejenisnya).
c) Cara gabungan jalur arah dan jarak dengan menggunakan pengukur sudut
elektronik.
Untuk cara-cara dalam butir a), b) dan c) dalam Laporan Antara harus
dilampirkan data-data lapangan dengan urutan sebagai berikut:
- Sketsa titik-titik lengkap dengan pembagian lembarnya (sheet).
- Daftar sudut-sudut dan jarak-jarak lengkap dengan formula/cara
perhitungan (dalam daftar rapih).
d) Cara gabungan Raai dan potongan/cutting (dipergunakan untuk areal yang
tidak luas)
Bila terdapat areal di dekat garis pantai yang tidak dapat di-sounding, maka
kedalamannya harus diukur dengan bandul pengukur hand-load atau disipat datar
(levelling) dari darat.
Selama pekerjaan sounding, kecepatan kapal harus tetap dipertahankan konstan
(maksimum 4 knot) dan berada dalam satu jalur, dengan posisi echosounder tetap
diaktifkan.
Haluan perum diusahakan tegak lurus pantai atau dermaga, sedangkan untuk
pengontrolan kedalaman pada jalur sounding dilakukan dengan cara sounding
silang minimal 3 jalur.
Jarak antar raai pada area rencana pengembangan adalah 10,0 m, sedangkan
diluar area pengembangan 25,0 m.
Secara bersamaan selain kita mempersiapkan perahu beserta peralatan
echosounder kita juga melakukan pengamatan pasang surut. Bak Ukur pasang
Dokumen Penawaran
VI-11
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
16.
17.
C.
1)
surut kita pasang di lokasi yang memungkinkan kita dapat memantaunya selama
pekerjaan berlangsung dengan terlebih dahulu ketinggian bak ukur kita ukur
elevasinya terhadap Bench Mark Referensi.
Pengamatan Pasang Surut dilakukan setiap 30 atau 20 menit agar diperoleh nilai
muka air yang sesuai setiap menitnya saat data hasil sounder kita olah
Peralatan yang harus kita seting terlebih dahulu di badan perahu adalah
Transducer dan antena GPS sesuai dengan gambar dibawah.
Pekerjaan Pemetaan
Metode Pemetaan
Perhitungan dalam pembuatan peta hidrografi disajikan dalam lintang/bujur
(apabila didapatkan BM berkoordinat geografis) dengan metode:
Ellipsoide : bessel 1841.
Proyeksi : mercator.
Skala peta : untuk kolam pelabuhan 1:1.000, untuk alur pelayaran 1:2.500.
Meridian utama yang dipakai adalah Jakarta Baru.
Dalam hal tidak didapatkan titik tetap, koordinat geografis bisa menggunakan
sistem lokal (X,Y) atau UTM (dengan persetujuan Pengguna Jasa).
Peta menggunakan kertas ukuran A1 dan bila luas daerah yang disurvey
melebihi ukuran di atas, peta dibagi dalam beberapa lembar. Peta harus dibuat
dengan skala besar yang memperlihatkan area survey secara keseluruhan.
Peta hidrografi dan topografi dibuat di atas kertas kalkir dengan posisi selalu
menghadap Utara.
Penulisan angka-angka kedalaman pada masing-masing jalur maksimum 10
cm untuk skala 1:1.000 dan maksimum 25 m untuk skala 1:2.500.
Jarak antara lajur sounding adalah 25 m, kecuali untuk daerah di sekitar
rencana dermaga digunakan jarak antara 10 m.
Dokumen Penawaran
VI-12
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
3) Gambar Potongan
Untuk lokasi tertentu (alternatif rencana dermaga dan trestle) diharuskan membuat
gambar-gambar potongan melintang setiap jarak 25 m dengan skala vertikal 1:100
dan skala horizontal 1:500 atau 1:1.000 sejumlah minimum 3 profil untuk setiap
alternatif (kecuali bila ada ketentuan lain dalam aanwijzing). Dalam gambar harus
terlihat posisi potongan profil.
6.2.2.3 Survei Hidrooceanografi
Pekerjaan Hidrooceanografi seperti yang tergambarkan dalam diagram alir berikut
ini (gambar 6.5):
Grafik Hubungan
Arus dan
kecepatan arus
Data Arus :
Average Cell
Cell1 (dasar perairan)
Cell 2
Cell 3 (tengah
perairan)
Cell 4
Cell 5 (permukaan)
Grafik analisis
current rose
dalam bentuk
gambar mawar
arus & tabel
Grafik analisis
world current
untuk
mengetahui
residu arus
Data Survey
Hidro-Oseanografi
Data pasang
surut
Grafik pasut
pengamatan
Data
angin dari
BMG
Data
gelombang
Tinggi dan
periode
gelombang
signifikan harian
Pengolahan data
pasut dgn metode
admiralty
Analisis hubungan
kondisi angin dan
gelombang angin
Analisis
deformasi
gelombang
Verifikasi
pemodelan
gelombang
Dokumen Penawaran
VI-13
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
B. Pengukuran Arus
Pengukuran arus sebaiknya dilakukan pada saat pasang purnama (spring tide) dan
pasang perbani (neap tide) masing-masing selama 24 jam.
Kecepatan arus diukur dengan peralatan ADCP tipe Multi Cell Argonout-XR. Pada
pengukuran kecepatan aliran dengan ADCP, kecepatan aliran diukur pada 3 titik
kedalaman (d), yaitu pada 0.2 d, 0.6 d, dan 0.8 d. Pengukuran ini harus bersamaan
dengan periode pengukuran pasang surut agar kedalaman aliran saat pengukuran
kecepatan dapat diketahui. Data arus diukur selama 5 kali 24 jam (lima hari), dengan
interval perekaman waktu adalah setiap 10 menit sekali.
Dokumen Penawaran
VI-14
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Gambar 6.7. A: satu set perlengkapan ADCP; B: proses pemasangan ADCP; C: proses
pemantauan ADCP setiap pagi hari; dan D: proses download perekaman data ADCP.
Data Arus diukur di periran dalam di sekitar rencana dermaga pelabuhan. Data
pengukuran lapangan dilakukan selama 5 hari, maka didapatkan besar dan arah arus
total. Besar dan arah arus ini diuraikan komponennya menjadi komponen U (timurbarat) dan V (utara-selatan). Besar komponen U didapat dari rumus :
Dir
U V Total sin
180
Sedangkan besar komponen V didapat dari :
Dir
V V Total cos
180
Dengan nilai adalah 3,14 dan dir merupakan arah arus. Hasil dari perhitungan
komponen U dan V ini kemudian di plot kedalam grafik. Perangkat lunak yang
digunakan dalam plot grafik ini adalah CD-Oceanography.
Gambar 6.9. Contoh Data Hasil Pengukuran Kecepatan Arus Maksimum, Minimum
dan Rata-rata di Perairan Teluk Ampimoi.
(Sumber : SID Pelabuhan Perintis Ampimoi, 2012)
Dokumen Penawaran
VI-15
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Gambar 6.10. Contoh Data Hasil Pengukuran Kecepatan Arus Kedalaman Rata-Rata Di
Perairan Teluk Ampimoi .
(Sumber : SID Pelabuhan Perintis Ampimoi, 2012)
.
Gambar 6.11. Contoh Hasil Pengukuran Current Rose Kedalaman Cell 8 (Gbr Kiri) Dan
Edalaman Cell 9 (Gbr Kanan) Di Perairan Teluk Ampimoi.
(Sumber : SID Pelabuhan Perintis Ampimoi, 2012)
Gambar 6.12. Contoh Hasil Scatter Plot Kecepatan Arus Kedalaman Cell 8 (Gbr Kiri) Dan
Kedalaman Cell 9 (Gbr Kanan) Di Perairan Teluk Ampimoi.
(Sumber : SID Pelabuhan Perintis Ampimoi, 2012)
Dokumen Penawaran
VI-16
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
C. Gelombang
Data gelombang diukur di perairan dalam di Laut Jawa di sekitar rencana
Pelabuhan Batu Bara. Data gelombang diukur untuk mendapatkan parameter
gelombang seperti tinggi gelombang (H) dan periode gelombang (T).
Pengambilan data gelombang menggunakan Wave and Current Deploy By
Sontek Argonout XR. Data gelombang diukur selama 120 jam (lima hari).
Gambar 6.13. Contoh Tinggi Gelombang Harian Hasil Pembacaan ADCP Pada Permukaan
Air Di Perairan Teluk Ampimoi.
(Sumber : SID Pelabuhan Perintis Ampimoi, 2012)
Gambar 6.14. Contoh Periode Gelombang Harian Hasil Pembacaan ADCP Pada Permukaan
Air Di Perairan Teluk Ampimoi.
(Sumber : SID Pelabuhan Perintis Ampimoi, 2012)
Dokumen Penawaran
VI-17
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Gambar 6.15. Contoh Raw Data Tinggi Dan Periode Gelombang Hasil Pembacaan ADCP
Pada Permukaan Air Di Perairan Teluk Ampimoi.
(Sumber : SID Pelabuhan Perintis Ampimoi, 2012)
Gambar 6.16. Grafik Pengamatan Pasang Surut Perairan Teluk Ampimoi Tanggal 15
Dokumen Penawaran
VI-18
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Gambar 6.17. Grafik Verifikasi Permodelan Dengan Data Pengamatan Pasang Surut
Gambar 6.18. Grafik Permodelan Pasang Surut Perairan Teluk Ampimoi Tanggal 15
Juli 2012 30 Juli 2012.
(Sumber : SID Pelabuhan Perintis Ampimoi, 2012)
6.2.2.4 Survey Kondisi Fasilitas Pelabuhan Eksisting
Pengujian dengan metode Non Destructive yaitu pengujian Hammer Test dengan
alat Concrete Test Hammer Silver Schimidt, pengujian ini dilakukan dengan
memberikan beban impact pada permukaan beton dengan suatu masa yang diaktifkan
dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari
masa tersebut akibat tumbukan yang terjadi dapat memberikan indikasi kekerasan
beton tersebut. Standar yang digunakan dalam pengujian ini adalah ASTM C-805 [4].
Pengujian Core Drill yang nantinya dilakukan uji compression test. Uji Core Drill
merupakan metode Destructive yang secara langsung mendeterminasi kekuatan beton
sebenarnya pada suatu struktur. Umumnya nilai Core Drill diperoleh untuk
mengevaluasi dan menilai apakah kekuatan suatu struktur beton sesuai dengan mutu
yang direncanakan, karena sampel Core diambil secara langsung dari struktur yang
Dokumen Penawaran
VI-19
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
diamati ACI 214.4R-03 [1]. Ukuran diameter Core yang digunakan adalah 4 inchi
dengan standar yang digunakan dalam pengujian ini adalah ASTM C-42.
A. Uji Hammer Beton
Adalah pengujian kuat tekan beton yang sifatnya non distructive / tidak merusak,
terutama digunakan pada bangunan yang sudah berdiri. Permukaan beton yang akan
diuji dibersihkan terlebih dahulu dengan batu gerinda, sehingga permukaan bersih dan
rata. Ukuran bidang untuk pengujian 10 x 10 cm. Alat yang digunakan adalah
SilverSchmidt Concrete Hammer Test tipe N. Cara pengujian dengan cara permukaan
beton dipukul, yaitu dengan menekan alat sehingga akan menghasilkan pantulan /
rebound, nilai pantulan dibaca pada skala yang tersedia. Untuk 1 bidang (1 titik)
pengujian dilakukan sebanyak 9 kali, hasil pukulan kemudian dibaca. Semakin banyak
bidang yang diuji akan semakin teliti penggambaran mutu beton yang diuji. Pengetesan
dilakukan dengan menggunakan hammer digital.
(a)
(b)
Gambar 6.19. Pengujian hammer pada kolom (a) dan pada pelat (b)
Dilaksanakan dengan prosedur kerja sebagai berikut.
a) Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi :
- setiap elemen struktur yang diuji harus diberi identitas
- Hammer yang dipakai harus sudah dikalibrasi dengan testing anvil sesuai
ketentuan yang berlaku atau petunjuk dari pabrik pembuatnya ;
- bila acara visual tampak kelainan khusus, diharuskan melakukan uji karbonasi
sebelum dilakukan hammer test;
- hasil pengujian harus ditandatangani oleh teknisi pelaksana yang ditunjuk sebagai
penanggung jawab pengujian ;
- laporan pengujian harus disyahkan oleh kepala laboratorium dengan dibubuhi
nama, dan tanda tangan ;
- dilakukan sebagai indikator menilai keseragaman mutu beton
b) Bidang Uji harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
- permukaan beton yang akan diuji harus merupakan permukaan yang padat,
halus, dan tidak dilapisi oleh plesteran atau bahan pelapis lainnya;
- bidang uji yang dipilih harus kering dan halus, bebas dari tonjolan-tonjolan atau
lubang-lubang;
Dokumen Penawaran
VI-20
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
- lokasi-lokasi bidang uji harus ditentukan sesuai dengan dimensi elemen struktur
dan jumlah nilai uji yang diperlukan untuk perhitungan perkiraan kekuatan beton;
- permukaan bidang uji diberi tanda batas lokasi untuk titik-titik uji dengan
2
Dokumen Penawaran
VI-21
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Pengujian kuat tekan sampel core drill dilaksanakan dengan metoda semi-destructive
testing coredrill berdasarkan ASTM C 42/C 42M 04 : Standard test Methode for
obtaining and Testing Drilled Cores and Sawed Beams of Concrete. Sampel yang
diambil dengan mengebor bidang konstruksi berbentuk silinder diameter benda uji 70
mm dengan tinggi bervariasi dari 100 mm 200 mm.
Sebelum dilakukan pengujian, benda uji dipotong kemudian didiamkan minimal 1x24
jam agar kadar air sesuai dengan yang terpasang di lapangan. Agar permukaan benda
uji dapat rata maka digunakan capping dari belerang, baik pada permukaan atas
maupun bawah. Pengujian kuat tekan dilakukan dengan mesin uji tekan Computer
Dokumen Penawaran
VI-22
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
MPa
Dimana :
P : Gaya tekan (N)
A : Luas bidang tekan (mm2)
Berdasarkan ASTM C39/C39M, jika terjadi perbandingan antara L/D diluar 1,8-2,2 maka
ada faktor koreksi, hasil kokoh tekan dikalikan dengan faktor koreksi L/D. Untuk
konversi kokoh tekan kubus (K menurut PBI 71), hasil kokoh tekan silinder setelah
dikoreksi faktor L/D dibagi koefisien 0.83.
Tabel 6.1. Faktor koreksi L/D
L/D
1.75 1.50 1.25
Faktor Koreksi 0.98 0.96 0.93
1.00
0.87
Sebelum dilakukan pengambilan sampel core drill, bidang yang akan di bor dilakukan
pemetaan mutu beton menggunakan hammer. Setiap bagian yang akan di bor core
drill, terlebih dahulu dilakukan hammer test.
Uji core drill ini bertujuan untuk memperoleh benda uji beton dalam bentuk silinder
langsung dari lapangan, dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut.
a) Pengambilan Beton Inti
Dokumen Penawaran
VI-23
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
- Perbandingan panjang terhadap diameter yang lebih tepat adalah a) 2,0 jika kuat
tekan yang dihasilkan dibandingkan terhadap kuat tekan silinder, b) 1,0 jika kuat
tekan dibandingkan terhadap kuat tekan kubus.
- Perbandingan ukuran agregat maksium dalam beton dengan diameter beton inti
harus lebih besar dari 1:3, atau diameter benda uji beton inti untuk benda uji
kuat tekan harus lebih dari tiga kali ukuran nominal maksimum dan agregat kasar
dalam beton keras
- Benda uji beton iti yang akan digunakan utuk pengujian kekuatan harus
diambilkan dari beton keras yang umumnya tidak boleh kurang dari 14 hari.
- Sebelum memutuskan untuk melakukan pengeboran beton inti, perlu
mempertimbangkan terlebih dahulu tujuan pengujian dan penginterpretasian
data.
- Beton inti harus diambil:
1) Pada titik yang jauh dan sambungan dan tepid an elemen struktur dari pada
tempat tempat yang sedikit mungkin atau tidak ada tulangan.
2) Tegak lurus pada komponen struktur beton yang posisinya horizontal/vertikal,
harus dipilihkan pada tempat yang tidak boleh membahayakan struktur, yaitu
tidak boleh terlalu dekat dengan sambungan.
b) Pengeboran
- Jika tidak ditetapkan, pengeboranbeton inti harus tegak lurus pada permukaan
sedemikian rupa sehingga tidak merusak beton inti. Posisi alat bor harus dijaga
agar tidak berubah posisi atau bergoyang selama pengeboran
- Diameter beton inti dengan ukuran minimum 100 mm
- Pengukuran beton inti, sesuai metode uji ASTM C 174
- Factor pebandingan perlu ditentukan, apakah terhadap kuat tekan kubus atau
terhadap kuat tekan silinder.
- Benda uji yang cacat karena terlalu banyak terdapat rongga adanya
serpihan/agregat kasar yang lepas, tulangan besi yang lepas dan ketidakteraturan
dimensi, tidak boleh digunakan untuk uji kuat tekan.
c) Pengujian dan Hasil
- Pengujian harus dilakukan sesuai dengan SNI 03-1974-1990 Metode Pengujian
Kuat Tekan Beton. Beton inti tidak boleh diuji dalam keadaan retak, atau lepas
lapisan kapingnya. Bersihkan permukaan benda uji dan pasir dan kotoran lain.
Jika benda uji yang akan diuji masih basah, keringkan permukaannya. Catat
kondisi permukaan pada saat di uji.(basah atau kering)
- Kuat tekan benda uji ditentukan dengan membagi beban maksimum dengan luas
penampang yang dihitung dan diameter rata-rata dan dinyatakan hasilnya sampai
ketelitian 0,5 MPa atau 0,5 N/mm2 .
C. Compression Strength Test
Dilakukan untuk memperoleh data kuat tekan beton di laboratorium sebagai
pembanding hasil uji hammer test. Dilaksanakan dengan prosedur kerja sebagai
berikut.
- Tempatkan benda uji pada alat compression strength test
- Lakukan uji tekan sesuai prosedur standar terhadap benda uji (sample core drill)
dari lapangan dan catat hasilnya
- Lakukan evaluasi terhadap hasil pengujian tes tekan.
D. Sand Cone test
Uji ini ilakukan untuk mengetahui kepadatan tanah timbunan. Dilaksanakan dengan
prosedur kerja sebagai berikut.
Dokumen Penawaran
VI-24
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
- Tempatkan alat sand cone pada lokasi tanah timbun yang akan diuji
- Lakukan pengujian sand cone sesuai prosedur standar dan catat hasilnya dalam
formulir standar
- Lakukan evaluasi terhadap hasil pengujian, apakah kepadatannya mencapai 90%
kepadatan maksimum atau tidak
- Jumlah pengujian sebanyak 4 (empat) titik per lokasi.
E. Pile Integrity Test (PIT)
Uji ini dilakukan pada tiang pancang untuk mengetahui apakah terjadi patahan pada
tiang pancang dan letak lokasi patahannya. Dilaksanakan dengan prosedur kerja
sebagai berikut.
- Tempatkan alat sensor PIT pada lokasi tiang yang akan diuji.
- Lakukan pengujian PIT sesuai prosedur standar dan catat hasilnya dalam formulir
standar
- Lakukan evaluasi terhadap hasil pengujian, apakah terjadi patahan atau tidak.
- Jumlah titik pengujian diambil sebanyak 20% dari jumlah titik tiang pancang yang
ada.
6.3 Pekerjaan Analisa Data
6.3.1 Analisa Data Geologi Teknik / Mekanika tanah
Analisa data geologi teknik / mekanika tanah harus dilakukan oleh Laboratorium
Teknik yang telah diakreditasi oleh pemerintah. Pada contoh-contoh tanah yang terambil,
baik tanah asli maupun contoh tanah yang terganggu akan dilakukan beberapa macam
percobaan laboratorium, sehingga data parameter dan sifat-sifat tanahnya dapat
diketahui. Jenis dan macam percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Pekerjaan survei mekanika tanah berupa pemboran inti (Rotary Core Drilling), pada
hakekatnya untuk mendapatkan nilai dari standar penetrasi test (SPT) selanjutnya
dijadikan sebagai dasar didalam mengambil keputusan untuk menentukan jenis pondasi
yang sesuai dengan kondisi karakteristik dari lapisan tanah di kawasan lokasi pekerjaan,
untuk mengetahui sifat-sifat keteknikan dari lapisan tanah dengan tepat dibutuhkan
sejumlah pengujian antara lain :
Pemboran Inti (Rotary Core Drilling) sebanyak 1 titik di pelabuhan perintis teluk
Ampimoi Kabupaten Kepulauan Yapen dan 1 titik di pelabuhan penyeberangan Waren
Kabupaten Waropen, kedalaman masing masing 30.00 meter, berguna untuk
mengetahui susunan lapisan tanah dari mulai permukaan hingga pada kedalaman yang
mampu sebagai dasar tumpuan pondasi.
Standart Penetrasi Test (SPT), Interval 2.00 meter, berguna sebagai dasar perhitungan
daya dukung tanah.
Pemeriksaan contoh tanah terganggu ( disturbed sample) yang representative dari
lapisan tanah.
Pemeriksaan laboratorium contoh tanah tidak terganggu / tanah asli (undisturbed
sample) , bertujuan untuk mengetahui secara pasti sifat dari karakteristik dari jenis
tanah tersebut.
Selain pemboran inti untuk mendapatkan nilai SPT, juga dilakukan pemeriksaan
laboratorium terhadap tanah yang berada di lokasi pekerjaan seperti di bawah ini.
Pemeriksaan Kadar Air, Berat Jenis, dan Berat Isi Tanah
Analisa Hydrometer
Pemeriksaan Konsistensi Atterberg
Percobaan Pemampatan (B)
Pengujian Triaxial (Quick Test)
Dokumen Penawaran
VI-25
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Letak titik titik pengambilan contoh tanah asli adalah sama dengan titik bor. Contoh
tanah diambil pada setiap lapisan tanah yang berbeda strukturnya. Semua hasil analisa
data geologi teknik harus mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum digunakan
untuk tahapan perencanaan selanjutnya.
6.3.2 Analisa Data angin
Data angin sekunder dari Badan Meteorologi dan Geofisika BMG Biak yag diukur di
darat dan dilakukan dalam waktu beberapa tahun pengukuran. Data angin sekunder untuk
dapat digunakan sebagai peramalan gelombang, harus ditransformasikan terlebih dahulu
menjadi data angin laut dan dilakukan koreksi. Koreksi dilakukan untuk mengkondisikan
angin darat sebagai angin yang terjadi di laut. Tahapan koreksi terhadap data angin
dilakukan berdasarkan metode Breschneider (1954) oleh Resio dan Vincent (1977) dalam
CERC (1984).
Gambar 6.26. Keadaan Angin Di Perairan Pulau Owi, Biak, Selama 10 Tahun Terakhir
(Thn 1999 - 2009).
(Sumber : Data BMKG Kelas I Frans Kaisiepo, Biak, Papua)
6.3.3 Peramalan Gelombang Karena Angin
Angin yang bertiup di atas permukaan laut merupakan pembangkit utama
gelombang. Sifat-sifat gelombang dipengaruhi oleh tiga bentuk angin (Hutabarat dan
Evans, 1984), yaitu :
1. Kecepatan angin, umumnya semakin kencang angin yang bertiup semakin besar
gelombang yang terbentuk dan gelombang ini mempunyai kecepatan yang tinggi dan
panjang gelombang yang besar.
2. Waktu angin bertiup, tinggi kecepatan dan panjang gelombang seluruhnya cenderung
untuk meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu pada saat angin pembangkit
gelombang mulai bertiup.
3. Jarak tanpa rintangan dimana angin bertiup (fetch), di lautan bebas kemungkinan lebih
besar dan sering mempunyai panjang gelombang sampai beberapa ratus meter.
Dokumen Penawaran
VI-26
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
START
yes
(fecth limited)
no (duration limited)
no (fully developed)
F = Fmin
FINISH
Gambar 6.27. Diagram alir proses pembentukan gelombang dengan data angin
Angin yang bertiup di atas permukaan air akan memindahkan energinya ke air.
Kecepatan angin akan menimbulkan tegangan pada permukaan laut, sehingga permukaan
air yang semula tenang akan terganggu dan timbul riak gelombang kecil di atas
permukaan air, apabila kecepatan angin bertambah, riak tersebut menjadi semakin besar
dan secara berkelanjutan akan terbentuk gelombang. Semakin lama dan semakin kuat
angin berhembus, semakin besar gelombang yang terbentuk (Triatmodjo, 1999).
Fetch Pelabuhan Serui yang diperhitungkan yaitu dari arah Barat Daya, Selatan, dan
Tenggara. Perhitungan fetch tersebut dijelaskan sebagai berikut :
a. Perhitungan Fetch Arah Barat Daya
Perhitungan fetch arah Barat Daya pada Pelabuhan Serui diperlihatkan pada gambar
6.28.
Dokumen Penawaran
VI-27
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Sudut ()
42
36
30
24
18
12
6
0
6
12
18
24
30
36
42
Total
Cos Xi (km)
0,74
1,67
0,81
1,85
0,87
1,85
0,91
1,97
0,95
2,05
0,98
2,22
0,99
200,00
1,00
200,00
0,99
200,00
0,98
200,00
0,95
200,00
0,91
200,00
0,87
134,65
0,81
125,62
0,74
116,75
13,51
109,661
Xi cos (km)
1,24
1,50
1,60
1,80
1,95
2,17
198,90
200,00
198,90
195,63
190,21
182,71
116,61
101,63
86,76
1481,62
Dokumen Penawaran
VI-28
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Sudut ()
42
36
30
24
18
12
6
0
6
12
18
24
30
36
42
Total
Cos Xi (km)
0,74
200,00
0,81
200,00
0,87
200,00
0,91
200,00
0,95
146,55
0,98
129,90
0,99
121,90
1,00
204,70
0,99
82,80
0,98
62,45
0,95
59,40
0,91
57,04
0,87
57,88
0,81
60,40
0,74
60,68
13,51
122,481
Xi cos (km)
148,63
161,80
173,21
182,71
139,38
127,06
121,23
204,70
82,35
61,09
56,49
52,11
50,13
48,86
45,09
1654,83
Dokumen Penawaran
VI-29
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Sudut ()
42
36
30
24
18
12
6
0
6
12
18
24
30
36
42
Total
Cos
0,74
0,81
0,87
0,91
0,95
0,98
0,99
1,00
0,99
0,98
0,95
0,91
0,87
0,81
0,74
13,51
Xi (km)
89,90
65,50
59,70
58,20
57,40
59,30
60,18
65,56
84,86
98,62
103,28
117,98
123,01
151,81
150,83
Xi cos (km)
66,81
52,99
51,70
53,17
54,59
58,00
59,85
65,56
84,40
96,46
98,23
107,78
106,53
122,82
112,09
1190,97
88,149
Dokumen Penawaran
VI-30
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
dari hasil pengamatan di lapangan . Data gelombang lepas pantai yang diperlukan berupa
informasi gelombang harian.
Prosedur Simulasi Gelombang dan arus
Prosedur dalam simulasi model gelombang an arus dibagi menjadi beberapa tahap
sebagai berikut :
a. Menentukan konsep model.
Pada tahap ini dilakukan penentuan kondisi batas area yang akan dimodelkan yang
meliputi :
batas area daratan dan perairan,
batas perairan yang akan dimodelkan dengan perairan yang tidak dimodelkan.
b. Pembangkitan jaring elemen.
Setelah batas area yang akan dimodelkan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah
pembangkitan jaring elemen pada area tersebut. Jaring elemen pada simulasi model
gelombang dengan program CGWAVE dan SMS ini berbentuk elemen segitiga.
c. Data masukan
Setelah elemen area terbentuk tahap selanjutnya adalah pemasukan parameter atau
data kondisi batas. Kondisi batas tersebut meliputi amplitudo, arah dan periode
gelombang, gaya gravitasi bumi, serta jumlah iterasi dan ketelitian yang akan dicapai
(tingkat konvergensi hitungan).
d. Running simulasi model gelombang
Setelah input data selesai langkah selanjutnya adalah proses running (eksekusi) model
simulasi gelombang.
e. Keluaran hasil simulasi.
Hasil dari running model simulasi model gelombang dengan CGWAVE dan SMS dapat
ditampilkan berupa grafik, gambar kontur dan animasi.
Berikut adalah contoh hasil pemodelan gelombang dan arus pada berbagai alternative
layout Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPSC).
Gambar 6.31. Contoh Kontur Permodelan Tinggi Gelombang Kala Ulang di Teluk Amphimoi
Zona 1 (Arah datang gelombang : Barat Daya).
(Sumber: SID Pelabuhan Perintis Ampimoi, 2012)
Dokumen Penawaran
VI-32
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Gambar 6.32. Contoh Kontur Permodelan Tinggi Gelombang Kala Ulang di Teluk Amphimoi
Zona 2 (Arah datang gelombang : Barat Daya)
(Sumber: SID Pelabuhan Perintis Ampimoi, 2012)
Gambar 6.33. Contoh Hasil Permodelan Arus pada Kondisi Surut menuju Pasang (Zona 2).
6.4 Dasar-Dasar Perencanaan Dermaga
6.4.1 Kapal
a. Beberapa Definisi Kapal
Panjang, lebar dan sarat (draft) kapal yang akan menggunakan pelabuhan
berhubungan langsung pada perencanaan pelabuhan dan fasilitas-fasilitas yang
harus tersedia di pelabuhan.
Dokumen Penawaran
VI-33
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Lpp
Loa
Displacement Tonnage, DPL (Ukuran Isi Tolak) adalah volume air yang
dipindahkan oleh kapal, dan sama dengan berat kapal. Ukuran Isi Tolak Kapal
bermuatan penuh disebut dengan Displacement Tonnage Loaded, yaitu berat kapal
maksimum. Apabila kapal sudah mencapai Displacement Tonnage Loaded masih
dimuati lagi, kapal akan terganggu stabilitasnya sehingga kemungkinan kapal
tenggelam menjadi besar. Ukuran isi tolak dalam keadaan kosong disebut dengan
Displacement Tonnage Light, berat kapal tanpa muatan. Dalam hal ini berat kapal
adalah termasuk perlengkapan berlayar, bahan bakar, anak buah kapal dan
sebagainya.
Deadweight Tonnage, DWT (Bobot Mati) yaitu berat total muatan kapal di
mana kapal dapat mengangkut dalam keadaan pelayaran optimal ( draft maksimum).
Jadi DWT adalah selisih antara Displacement Tonnage Loaded dan Displacement
Tonnage Light.
Gross Register Tons, GRT (Ukuran Isi Kotor) adalah volume keseluruhan ruang
kapal (1 GRT = 2,83 m = 100 ft).
Netto Regieter Tons, NRT (Ukuran Isi Bersih) adalah ruangan yang disediakan
untuk muatan dan penumpang, besarnya sama dengan GRT dikurangi dengan
ruangan-ruangan yang disediakan untuk nahkoda dan anak buah kapal, ruang
mesin, gang, kamar mandi, dapur, ruang peta. Jadi NRT adalah ruangan-ruangan
yang dapat didayagunakan, dapat diisi dengan muatan yang membayar uang
tambang.
Sarat (Draft) adalah bagian kapal yang terendam air pada keadaan muatan
maksimum, atau jarak antara garis air pada beban yang direncanakan (designed
load water line) dengan titik terendah kapal.
Panjang total (legth overall, Loa) adalah panjang kapal dihitung dari ujung
depan (haluan) sampai ujung belakang (buritan).
Panjang garis air (legth between perpendiculars, Lpp) adalah panjang antara
kedua ujung design load water line.
Lebar kapal (beam) adalah jarak maksimum antara dua sisi kapal.
b. Jenis Kapal
Selain dimensi kapal, karakteristik kapal seperti tipe dan fungsinya juga
berpengaruh terhadap perencanaan pelabuhan. Tipe kapal berpengaruh pada tipe
pelabuhan yang akan direncanakan. Sesuai dengan fungsinya, kapal dapat
dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai berikut ini.
1. Kapal penumpang
Kapal yang digunakan untuk mengangkut penumpang, pada umumnya kapal
penumpang mempunyai ukuran yang relative lebih kecil.
2. Kapal barang
Kapal barang khusus dibuat untuk mengangkut barang. Pada umumnya kapal
barang mempunyai ukuran yang lebih besar dari pada kapal penumpang. Kapal
ini jugga dapat dibedakan menjadi beberapa macam sesuai dengan barang yang
Dokumen Penawaran
VI-34
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Dokumen Penawaran
VI-35
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
b. Tinjauan Pelayaran
Dermaga yang akan dibangun harus mudah dilalui kapal-kapal yang akan
menggunakannya. Kapal yang berlayar dipengaruhi oleh faktor-faktor alam seperti
angin, gelombang dan arus yang dapat menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada
badan kapal. Faktor tersebut semakin besar apabila pelabuhan terletak di pantai yang
terbuka ke laut, dan sebaliknya pengaruhnya berkurang pada pelabuhan yang terletak
di daerah yang terlindungi secara alam. Pada umumnya angin dan arus mempunyai
arah tertentu yang dominan. Diharapkan bahwa kapal-kapal yang sedang memasuki
pelabuhan tidak mengalami dorongan arus pada arah tegak lurus sisi kapal. Demikian
juga, sedapat mungkin kapal-kapal harus memasuki pelabuhan pada arah sejajar
dengan arah angin dominan. Gelombang yang mempunyai amplitudo besar akan
menyebabkan diperlukannya kedalaman saluran pengantar yang lebih besar, karena
pada keadaan tersebut kapal-kapal berisolasi (bergoyang naik turun dengan fluktuasi
muka air).
c. Tinjauan Sedimentasi
Pengerukan untuk mendapatkan kedalaman yang cukup bagi pelayaran di daerah
perairan pelabuhan memerlukan biaya yang cukup besar. Pengerukan ini dapat
dilakukan pada waktu membangun pelabuhan maupun selama perawatan. Pengerukan
selama perawatan harus sedikit mungkin.
Pelabuhan harus dibuat sedemikian rupa sehingga sedimentasi yang terjadi harus
sedikit mungkin (kalau bisa tidak ada). Untuk itu di dalam perencanaan pelabuhan
harus ditinjau permasalahan sedimentasi.
Proses erosi dan sedimentasi tergantung pada sedimen dasar dan pengaruh
hidrodinamika gelombang dan arus. Jika dasar laut terdiri dari material yang mudah
bergerak, maka arus dan gelombang akan mengerosi sedimen dan membawanya
searah dengan arus. Sedimen yang ditranspor tersebut bisa berupa bed load
(menggelinding, menggeser di dasar laut) seperti misalnya pasir atau melayang untuk
sedimen suspensi (lumpur, lempung). Apabila kecepatan arus berkurang (misalnya di
perairan pelabuhan) maka arus tidak lagi mengangkut sedimen sehingga akan terjadi
sedimentasi di daerah tersebut. Proses sedimentasi ini sulit untuk ditanggulangi, oleh
karena itu masalah ini harus diteliti dengan baik untuk dapat memprediksi resiko
pengendapan. Sedimen yang ada di daerah pantai bisa berupa pasir atau sedimen
suspensi. Sedimen suspensi biasanya berasal dari sungai-sungai yang bermuara di
pantai.
d. Tinjauan Gelombang dan Arus
Gelombang menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada kapal dan bangunan
pelabuhan. Unutk menghindari gangguan gelombang terhadap kapal yang berlabuh
maka dinuat bangunan pelindung yang disebut pemecah gelombang (breakwater).
Di dalam tinjauan pelayaran, diharapkan bahwa kapal-kapal dapat masuk ke
pelabuhan menurut alur pelayaran lurus (tanpa membelok) dan alur tersebut harus
searah dengan arah penjalaran gelombang terbesar dan arah arus. Suatu mulut
pelabuhan yang besar akan besar akan memudahkan kapal memasuki pelabuhan.
Akan tetapi pada umumnya persyaratan-persyaratan untuk kemudahan pelayaran
tidak bisa semuanya terpenuhi. Mulut pelabuhan yang besar dan menghadap arah
datangnya gelombang akan menyebabkan masuknya energi gelombang yang besar ke
pelabuhan, sehingga menggangu kapal yang sedang berlabuh. Demikian juga mulut
Dokumen Penawaran
VI-37
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Dokumen Penawaran
VI-38
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
H=d+G+R+P+S+K
Dimana :
d = draft kapal
G = gerak vertikal kapal karena gelombang dan squat
R = ruang kebebasan bersih
P = ketelitian pengukuran
S = pengendapan sedimen antara dua pengerukan
K = toleransi pengerukan
Dokumen Penawaran
VI-39
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
karena adanya salinitas dan kondisi muatan. Angka koreksi minimum adalah
sebesar 0,3 meter.
b) Squat
Squat adalah pertambahan draft kapat terhadap muka air yang disebabkan
oleh kecepatan kapal. Squat ini diperhitungkan berdasarkan dimensi dan
kecepatan kapal dan kedalaman air. Kecepatan air di sisi kapal akan naik
disebabkan karena gerak kapal. Berdasarkan hukum Bernoulli, permukaan air
akan turun karena kecepatan bertambah. Squat akan tampak jelas di saluran
sempit, tetapi juga terjadi di saluran dengan lebar tak terhingga. Dua faktor yang
menentukan besar squat adalah kedalaman alur pelayaran dan kecepatan kapal.
Squat dihitung berdasarkan kecepatan maksimum yang diijinkan.
Besar squat dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut yang
didasarkan pada percobaaan di laboratorium.
Dengan :
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Garis lurus yang menghubungkan dua kurva lengkung harus mempunyai panjang
minimum 10 kali panjang kapal terbesar.
Sedapat mungkin alur tersebut harus mengikuti arah arus dominan, untuk
memperkecil alur melintang.
Jika mungkin, pada waktu kapal terbesar masuk pada air pasang, arus
berlawanan dengan arah kapal yang datang.
Gerakan kapal akan sulit apabila dipengaruhi oleh arus atau angin melintang. Hal
ini dapat terjadi ketika kapal bergerak dari daerah terbuka ke perairan terlindung.
Untuk itu maka lebar alur dan mulut pelabuhan harus cukup luas.
Pada setiap alur terdapat apa yang disebut titik tidak boleh kembali di mana kapal
tidak boleh berhenti atau berputar, dan mulai dari titik tersebut kapal-kapal
diharuskan melanjutkan sampai ke pelabuhan. Titik tersebut harus terletak
sedekat mungkin dengan mulut pelabuhan dengan merencanakan/membuat
tempat keluar yang memungkinkan kapal-kapal yang mengalami kecelakaan
dapat meninggalkan tempat tersebut, atau dengan membuat suatu lebar
tambahan.
Apabila terdapat belokan maka belokan tersebut harus berupa kurva lengkung.
Jari-jari busur pada belokan tergantung pada sudut belokan terhadap sumbu alur.
Apabila arus melintang tidak ada dan kecepatan berkisar antara 7 dan 9 knot, jarijari minimum untuk kapal yang membelok tanpa bantuan kapal tunda adalah seperti
pada gambar 2.26.
R 3 L, untuk < 25
R 5 L, untuk 25 < < 35
R 10L, untuk > 35
dengan,
R
: jari-jari belokan (m)
L
: panjang kapal (m)
: sudut belokan ()
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
penambatan yaitu sebesar lebar kapal, sedangkan lebarnya tidak kurang dari yang
diperlukan untuk penambatan dan keberangkatan kapal yang aman. Lebar kolam di
antara dua dermaga yang berhadapan ditentukan oleh ukuran kapal, jumlah
tambatan dan penggunaan kapal tunda. Apabila dermaga digunakan untuk
tambatan tiga kapal atau kurang, lebar kolam di antara dermaga adalah sama
dengan panjang kapal (Loa). Sedang dermaga untuk empat kapal atau lebih, lebar
kolam adalah 1,5 Loa.
Tabel 6.7. Luas Kolam untuk Tambatan
Penggunaan
Tipe
Tanah Dasar atau
Jari-jari (m)
Tambatan
Kecepatan Angin
Tambatan
Pengangkeran baik
Loa + 6H
bias
Penungguan di
berputar
Pengangkeran jelek
Loa + 6H + 30
lepas
pantai
360
atau
Bongkar
Tambatan
Pengangkeran baik
Loa + 4,5H
muat barang
dengan dua
Pengangkeran jelek
Loa + 4,5H + 25
jangkar
Penambatan
Kec. Angin 20 m/d
Loa + 3H + 90
selama
ada
Kec. Angin 30 m/d
Loa + 4H + 145
badai
H = kedalaman air
(Sumber : Pelabuhan, Bambang Triatmodjo, 2003)
Tabel 6.8. Luas Kolam untuk Tambatan Pelampung
Tipe Penambatan
Luas
Lingkaran dengan jari-jari (Loa +
Tambatan pelampung tunggal
25 m)
Segiempat dengan panjang dan
Tambatan pelampung ganda
lebar (Loa + 50 m) dan L/2
(Sumber : Pelabuhan, Bambang Triatmodjo, 2003)
a) Kolam Putar
Luas kolam putar yang digunakan untuk mengubah arah kapal minimum
adalah luasan lingkaran dengan jari-jari 1,5 kali panjang kapal total (Loa) dari
kapal terbesar yang menggunakannya. Apabila perputaran kapal dilakukan
dengan bantuan jangkar atau menggunakan kapal tunda, luas kolam putar
minimum adalan luas lingkaran dengan jari-jari sama dengan panjang total kapal
(Loa).
b) Kedalaman Kolam Pelabuhan
Dengan memperhitungkan gerak osilasi kapal karena pengaruh alam seperti
gelombang, angin dan arus pasang surut, kedalaman kolam pelabuhan adalah 1,1
kali draft kapal pada muatan penuh di bawah elevasi muka air rencana.
Kedalaman tersebut diberikan dalam tabel 6.9.
Tabel 6.9. Kedalaman Kolam Pelabuhan
Bobot
Kedalaman (m)
Bobot
Kedalaman
(m)
Dokumen Penawaran
VI-44
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
2,000
4,5
3,000
5,0
5,000
6,0
8,000
6,5
10,000
7,0
15,000
7,5
20,000
9,0
30,000
10,0
Kapal Barang (DWT)
700
4,5
1,000
5,0
2,000
5,5
3,000
6,5
5,000
7,5
8,000
9,0
10,000
10,0
15,000
11,0
20,000
11,5
30,000
12,0
40,000
13,0
50,000
14,0
Kapal Barang Curah (DWT)
10,000
9,0
15,000
10,0
20,000
11,0
30,000
12,0
40,000
50,000
70,000
90,000
100,000
150,000
2,000
5,5
3,000
6,5
5,000
7,5
10,000
9,0
15,000
10,0
20,000
11,0
30,000
12,0
40,000
13,0
50,000
14,0
60,000
15,0
70,000
16,0
80,000
17,
Kapal Ferry (GRT)
1,000
4,5
2,000
5,5
3,000
6,0
4,000
6,5
6,000
7,5
8,000
8,0
10,000
8,0
13,000
8,0
Kapal Peti Kemas (DWT)
20,000
12,0
30,000
13,0
40,000
14,0
50,000
15,0
12,5
13,0
15,0
16,0
18,0
20,0
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Catatan :
Kapal kecil
Kapal sedang dan besar
Kapal sangat besar
6.4.4.2 Dermaga
Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan
menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menaik-turunkan
penumpang. Dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang merapat
dan bertambat pada dermaga tersebut. Dalam mempertimbangkan ukuran dermaga
harus didasarkan pada ukuran-ukuran minimal sehingga kapal dapat bertambat atau
meninggalkan dermaga maupun melakukan bongkar muat barang secara aman, cepat
dan lancar.
Dermaga dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu wharf atau quai dan jetty atau
pier atau jembatan.
Wharf adalah dermag ayang paralel dengan pantai dan biasanya berimpit dengan
garis pantai. Wharf juga dapat berfungsi sebagai penahan tanah yang dibelakangnya.
Jetty atau pier adalah dermaga yang menjorok ke laut. Berbeda dengan wharf yang
digunakan untuk merapat pada satu sisinya, pier bisa digunakan pada satu sisi atau
dua sisinya. Jetty ini biasanya sejajar dengan pantai dan dihubungkan dengan daratan
oleh jembatan yang biasanya membentuk sudut tegak lurus dengan jetty, sehingga pier
dapat berbentuk T atau L.
1) Pemilihan Tipe Dermaga
Dermaga dibangun untuk melayani kebutuhan tertentu. Pemilihan tipe
dermaga sangat dipengaruhi oleh kebutuhan yang akan dilayani (dermaga
penumpang atau barang yang bias berupa barang satuan, curah atau cair),
ukuran kapal, arah gelombang dan angin, kondisi topografi dan tanah dasr laut,
dan yang paling penting adalah tinjauan ekonomi untuk mendapatkan bangunan
yang paling ekonomis. Pemilihan tipe dermaga didasarkan pada tinjauan berikut
ini.
a) Tinjauan Topografi Daerah Pantai
Di perairan yang dangkal sehingga kedalaman yang cukup agak jauh dari
darat, penggunaan jetty akan lebih ekonomis karena tidak diperlukan
pengerukan yang besar. Sedang di lokasi di mana kemiringan dasar cukup
curam, pembuatan pier dengan melakukan pemancangan tiang di perairan
yang dalam menjadi tidak praktis dan sangat mahal. Dalam hal ini pembuatan
wharf adalah lebih tepat. Di suatu daerah yang akan dibangun daerah industry
dekat pantai, di mana daerah daratan rendah maka diperlukan penimbunan
dengan menggunakan pasir hasil pengerukan di laut. Untuk menahan tanah
timbunan diperlukan dinding penahan tanah. Dinding penahan tanah tersebut
dapat juga digunakan sebagai dermaga dengan menambah fasilitas tambatan,
bongkar muat, perkerasan di halaman dermaga dan sebagainya. Dermaga ini
disebut bulkhead wharf (wharf penahan tanah).
b) Jenis Kapal yang Dilayani
Dermaga yang melayani kapal minyak (tanker) dan kapal barang curah
mempunyai konstruksi yang ringan dibanding dengan dermaga barang
potongan (general cargo), karena dermaga tersebut tidak memerlukan
Dokumen Penawaran
VI-46
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
peralatan bongkar muat barang yang besar (kran), jalan kereta api, gudanggudang dan sebagainya. Untuk melayani kapal tersebut penggunaan pier akan
lebih ekonomis. Oleh karena minyak dikeluarkan dari kapal pada satu titik
(tempat pengeluaran minyak) dengan menggunakan pipa, maka lebar dan
panjang dermaga dapat diperpendek. Umtuk itu diperlukan dolphin guna
mengikat bagian haluan dan buritan kapal. Penjelasan tentang dolphin
diberikan dalam pembahasan alat penambat. Dermaga yang melayani barang
potongan dan peti kemas menerima beban yang besar di atasnya, seperti
kran, barang yang dibongkar muat, peralatan transportasi (kereta api, truk).
Untuk keperluan tersebut dermaga tipe wharf akan lebih cocok. Untuk kapal
tanker atau kapal barang curah yang sangat besar, sementara kapal sebesar
itu jarang menggunakan pelabuhan. Untuk melayani kapal tersebut dibuat
tambatan di lepas pantai, dan bongkar muat barang dilakukan oleha kapal
yang lebih kecil atau menggunakan pipa bawah laut.
c) Daya Dukung Tanah
Kondisi tanah sangat menentukan dalam pemilihan tipe dermaga. Pada
umumnya tanah di dekat daratan mempunyai daya dukung yang lebih besar
daripada tanah di dasar laut. Dasar laut umumnya terdiri dari endapan yang
belum padat. Ditinjau dari daya dukung tanah, pembuatan wharf atau dinding
penahan tanah lebih menguntungkan. Tetapi apabila tanah dasar berupa
karang pembuatan wharf akan mahal karena untuk memperoleh kedalaman
yang cukup di depan wharf diperlukan pengerukan. Dalam hal ini pembuatan
pier akan lebih murah karena tidak diperlukan pengerukan dasar karang.
2) Wharf
Wharf adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan dapat berimpit dengan
garis pantai atau tegak menjorok ke laut. Wharf dibangun apabila garis
kedalaman laut hampir merata dan sejajar dengan garis pantai. Wharf biasanya
digunakan untuk pelabuhan barang potongan atau peti kemas di mana
dibutuhkan suatu halaman terbuka yang cukup luas untuk menjamin angkutan
barang. Perencanaan wharf harus memperhitungkan tambatan kapal, peralatan
bongkar muat barang dan fasilitas transportasi darat. Karakteristik kapal yang
akan berlabuh mempengaruhi panjang wharf dan kedalaman yang diperlukan
untuk merapatnya kapal.
Menurut strukturnya wharf dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
Dermaga konstruksi terbuka di mana lantai dermaga didukung oleh tiang-tiang
pancang.
Dermaga konstruksi tertutup atau solid, seperti dinding massa, kaison, turap
dan dinding penahan tanah.
Gambar 6.39 adalah contoh wharf konstruksi terbuka. Balok dan lantai struktur
utama berada di bagian bawah yang didukung tiang-tiang, dan di atasnya diberi
timbunan untuk menambah berat sehingga mempunyai stabilitas yang lebih baik.
Dokumen Penawaran
VI-47
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Wharf tipe tertutup biasanya berimpit dengan garis pantaidan juga berfungsi
sebagai penahan tanah di belakangnya. Gambar 6.40 adalah wharf tipe tertutup
yang terbuat dari sel turap baja, yang sering digunakan apabila kedalaman air
tidak lebih besar dari 15 meter dan tanah dasar mampu mendukung bangunan
massa di atasnya. Bagian dari sel tersebut biasanya dibuat slab beton dan dinding
untuk menahan tanah di belakangnya. Sel terbuat dari turap baja yang dipancang
melingkar dam mampu menahan gaya tarik untuk menahan bahan isian di
dalamnya, sehingga membentuk dinding massa (gravitas) yang cukup berat dan
mampu menahan penggulingan.
Gambar 6.41 adalah wharf dari turap yang dipancang ke dalam tanah. Turap
terbuah dari kayu, beton atau baja. Dalam hal gambar tersebut bagian atas turap
ditahan oleh tali baja dan angker yang diletakkan pada jarak yang aman. Sedang
dalam gambar 6.42 bagian atas turap ditahan oleh tiang pancang miring yang
dapat menahan tarikan. Apabila kedalaman air kecil dan tanah dasar cukup baik,
turap bisa dipancang sampai kedalaman yang cukup besar dan dapat berfungsi
sebagai kantilever.
Dokumen Penawaran
VI-48
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Kaison beton juga banyak digunakan sebagai wharf seperti yang ditunjukkan
dalam gambar 6.43. dalam gambar tersebut kaison diletakkan pada pondasi dari
tumpukan batu. Bagian dalam kaison diisi dengan batu untuk menambah berat
bangunan sehingga lebih stabil terhadap tekanan tanah di belakangnya. Kaison
bisa dibuat di tempat kering dan kemudian diturunkan dengan melakukan
pengerukan tanah kolam pelabuhan di depannya, seperti terlihat daam gambar
6.44.
Dokumen Penawaran
VI-49
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Dokumen Penawaran
VI-50
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Dokumen Penawaran
VI-51
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
d
b
= Lp 2e
= 3A / (d 2e)
Dimana :
Lp : panjang dermaga
A : luas gudang
L
: panjang kapal yang ditambat
b : lebar gudang
n : jumlah kapal yang ditambat
a
: lebar apron
e
: lebar jalan
nilai a dan e dapat dilihat dalam gambar 6.49
Dokumen Penawaran
VI-52
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Gambar 6.50 dan 6.51 adalah beberapa ukuran pier jari yang digunakan untuk
dua dan empat tambatan. Slip yang digunakan untuk empat tambatan harus
cukup besar untuk gerakan kapal yang masuk dan keluar dengan bantuan kapal
tunda. Apabila A dan B adalah luas gudang transit dan lebar kapal, maka
beberapa ukuran yang lain adalah :
1. Pier dua tambatan
2. Pier empat tambatan
Panjang pier :
Panjang pier :
Lp = Loa + 50 m
Lp = 2Loa + 65 m
Lebar pier :
Lebar pier :
Bp = 2a + b
Bp = 2a + b
Lebar slip:
Lebar slip:
S = 2B + 35 m
S = 2B + 50 m
Panjang gudang :
Panjang gudang :
d = L (c + e)
d = L (c + e)
Lebar gudang :
Lebar gudang :
b =A/d
b =A/d
Nilai a dan c dapat dilihat dalam gambar 6.49.
Dokumen Penawaran
VI-53
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
E=
W . V
Cm . Ce . Cs . Cc
2.g
dimana :
E
= energi benturan (ton meter)
V
= komponen tegak lurus sisi dermaga dari kecepatan kapal
pada saat membentur dermaga (m/det)
W
= displacement (berat) kapal
G
= percepatan gravitasi
Cm
= koefisien massa
Ce
= koofisien eksentrisitas
Cs
= koefisien kekerasan (diambil 1)
Cc
= koefisien bentuk dari tambatan (diambil 1)
Kecepatan merapat kapal salah satu faktor penting dalam perencanaan
dermaga dan sistem fender, yang dapat ditentukan dari nilai pengukuran
atau pengalaman. Secara umum kecepatan merapat kapal diberikan dalam
tabel di bawah ini.
Tabel 6.10. Kecepatan Merapat Kapal pada Dermaga
Kecepatan Merapat
Ukuran Kapal
Pelabuhan
(DWT)
Laut Terbuka (m/dt)
(m/dt)
< 500
0,25
0,3
500 < 10.000
0,15
0,2
10.000 < 30.000
0,15
0,15
> 30.000
0,12
0,15
(Sumber : Pelabuhan, Bambang Triatmodjo, 2003)
Koefisen massa tergantung pada gerakan air di sekeliling kapal, yang
dapat dihitung dengan persamaan :
Cm = 1 +
Cb =
.d
2 . Cb . B
W
Lpp . B . d . o
dimana :
Cb
d
B
Lpp
o
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
ditimbulkan oleh kapal akan hilang oleh perputaran tersebut. Sisa energi
akan diserap oleh dermaga.
Koefisien eksentrisitas adalah perbandingan antara energi sisa dan
energi kinetik kapal yang merapat, dan dapat dihitung dengan rumus berikut:
1
1 + (l / r)
Ce =
dimana :
l
=
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Dermaga
Dolphin
b)
: l = Loa
: l = Loa
Rw = 0,42 . Qa Aw
dimana :
Qa
= 0,063 . V
(2.45)
dengan:
Rw
= gaya akibat angin (kg)
Qa
= tekanan angin (kg/m)
V
= kecepatan angin (m/dt)
Aw
= proyeksi bidang yag tertiup angin (m)
c)
d)
Dokumen Penawaran
VI-57
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Gaya tarikan kapal dengan ukuran yang tidak tercantum dalam Tabel 6.11
(kapal dengan bobot kurang dari 200 ton dan lebih dari 100.000 ton) dan
fasilitas tambatan pada cuaca buruk harus ditentukan dengan
memperhatikan cuaca dan kondisi laut, konstruksi alat penambat dan data
pengukuran gaya tarikan.
Tabel 6.11. Gaya Tarikan Kapal
Gaya Tarik pada
Gaya Tarik pada Bitt
Bobot Kapal (GRT)
Bollard (ton)
(ton)
200 - 500
15
15
501 1.000
25
25
1.001 2.000
35
25
2.001 3.000
35
35
3.001 5.000
50
35
5.001 10.000
70
50 (25)
10.001 15.000
100
70 (25)
15.001 20.000
100
70 (35)
20.001 50.000
150
100 (35)
50.001 100.000
200
100 (50)
Nilai dalam kurung adalah untuk gaya pada tambatan yang dipasang di sekitar tengah kapal yang
mempunyai tidak lebih dari 2 tali pengikat
e)
Dokumen Penawaran
VI-58
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
dermaga. Gaya yang harus ditahan oleh dermaga tergantung pada tipe
dan konstuksi fender dan defleksi dermaga yang diijinkan. Fender juga
melindungi rusaknya cat badan kapal karena gesekan antara kapal dan
dermaga yang disebabkan oleh gerak karena gelombang, arus dan
angin. Fender harus dipasang di sepanjang dermaga dan letaknya harus
sedemikian rupa sehingga dapat mengenai kapal. Oleh karena kapal
mempunyai ukuran yang berlainan maka fender harus dibuat agak tinggi
pada sisi dermaga. Ada beberapa tipe fender yaitu fender kayu, fender
karet dan fender gravitasi.
a) Fender Kayu
Fender kayu bisa beurpa batang-batang kayu yang dipasang
horisontal atau sejumlah batang kayu vertikal. Panjang fender sama
dengan sisi atas dermaga sampai muka air. Fender kayu ini
mempunyai sifat untuk menyerap energi.
2)
b) Fender Karet
Karet banyak digunakan sebagai fender. Bentuk paling
sederhana dari fender ini berupa ban-ban luar mobil yang dipasang
pada sisi depan di sepanjang dermaga. Fender ban mobil ini
digunakan kapal-kapal kecil.
Fender karet mempunyai bentuk berbeda seperti fender tabung
silinder dan segiempat, blok karet berbentuk segiempat dan fender
Raykin. Sesuai dengan perkembangan kapal tanker dengan ukuran
yang sangat besar, telah dikembangkan pula fender karet untuk bisa
menahan benturan kapal-kapal tanker raksasa, yang dikenal dengan
fender karet tipe V dan H.
c) Fender Gravitasi
Selain jenis fender seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
telah dikembangkan pula fender gravitas yang digantung di
sepanjang dermaga. Fender ini terbuat dari tabung baja yang diisi
dengan beton dan sisi depannya diberi pelindung kayu dengan berat
sampai 15 ton. Apabila terbentur kapal, fender tersebut akan
bergerak ke belakang dan ke atas, sedemikian sehingga kapal dapat
dikurangi kecepatannya, karena untuk dapat menggerakkan ke
belakang diperlukan tenaga yang cukup besar. Prinsip kerja fender
ini adalah mengubah energi kinetis menjadi energi potensial.
Dengan memasang sejumlah fender di sepanjang dermaga, energi
benturan kapal dapat diserap. Besar energi yang diserap tiap fender
tergantung pada bentuk kapal dan gerak kapal pada waktu
membentur dermaga.
Perencanaan Fender
Kapal yang merapat ke dermaga membentuk sudut terhadap sisi
dermaga dan mempunyai kecepatan tertentu. Dalam perenanaan fender
dianggap bahwa kapal bermuatan penuh dan merapat dengan sudut 10
terhadap sisi depan dermaga.
Pada saat merapat tersebut sisi depan kapal membentur fender, dan
hanya sekitar setengah dari bobot kapal yang secara efetif menimbulkan
energi benturan yang diserap olhh fender dan dermaga. Kecepatan
merapat kapal diproyeksikan dalam arah tegak lurus dan memanjang
dermaga. Komponen dalam arah tegak lurus sisi dermaga diperhitungkan
untuk merencanakan fender.
Dokumen Penawaran
VI-59
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
K=Fd
Gambar 6.54 menunjukkan kapal yang membentur dermaga pada
saat merapat. Energi yang membentur dermaga adalah E. Karena
benturan tersebut fender memberikan gaya reaksi F. Apabila d adalah
defleksi fender, maka terdapat hubungan berikut ini.
E=Fd
V = F d
F=
dengan :
F
: gaya bentur yang serap sistem fender.
d
: defleksi fender.
V
: komponen kecepatan dalam arah tegak lurus sisi dermaga.
W
: bobot kapal bermuatan penuh.
kapal
epatan
c
e
k
=
V
v = V sin 10
10
KAPAL
E
Fd/2
PIER
Gambar 6.54. Benturan Kapal pada Dermaga
Tipe fender yang digunakan dan penempatannya pada sisi depan
dermaga harus dapat melindungi dan menyerap energi benturan dari
semua jenis dan ukuran kapal untuk berbagai elevasi muka air laut.
Dalam arah horisontal jarak antara fender harus ditentukan
sedemikian rupa sehingga dapat menghindari kontak langsung antara
kapal dan dinding dermaga.
Persamaan berikut dapat digunakan untuk menentukan jarak
maksimum antara fender.
L = 2 . (r - (r h))
dimana :
L
= jarak maksimum antara fender (m)
r
= jari-jari kelengkungan sisi haluan kapal (m)
h
= tinggi fender (m)
Apabila data jari-jari kelengkungan sisi haluan kapal tidak diketahui,
maka persamaan berikut dapat digunakan sebagai pedoman untuk
perhitungan.
Kapal barang dengan bobot 500 50.000 DWT
Log r = -1,055 + 0,650 . log . (DWT)
Dokumen Penawaran
VI-60
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Alat Penambat
Alat penambat adalah suatu konstruksi yang digunakan untuk
keperluan sebagai berikut :
Mengikat kapal pada waktu berlabuh agar tidak terjadi pengeseran
atau gerak kapal yang disebabkan oleh gelombang, arus dan angin.
Menolong berputarnya kapal.
Alat penambat ini bisa diletakkan di darat (dermaga) dan di dalam
air. Menurut macam konstruksinya alat penambat dapat dibedakan
menjadi tiga macam berikut ini :
Boulder pengikat
Pelampung penambat
Dolphin
a) Boulder / Alat Pengikat
Kapal yang berlabuh ditambatkan ke dermaga dengan mengikat
tali-tali penambat ke bagian haluan, buritan dan badan kapal. Talitali penambat tersebut diikatkan pada alat penambat yang dikenal
dengan bitt yang dipasang di sepanjang sisi dermaga. Bitt dengan
ukuran yang lebih besar disebut dengan bollard (corner mooring
post) yang diletakan pada kedua ujung dermaga atau di tempat
yang agak jauh dari sisi muka dermaga.
Bitt digunakan untuk mengikat kapal pada kondisi cuaca normal.
Sedangkan bollard selain untuk mengikat pada kondisi normal dan
pada kondisi badai, juga dapat digunakan untuk mengarahkan kapal
merapat ke dermaga atau untuk membelok / memutar terhadap
ujung dermaga. Alat penambat ini ditanam pada dermaga dengan
menggukan baut yang dipasang memlalui pipa yang ditempatkan di
dalam beton. Dengan cara tersebut memungkinkan mengganti baut
jika rusak. Alat pengikat ini biasanya terbuat dari besi cor berbentuk
silinder yang pada ujung atasnya dibuat tertutup dan lebih besar
sehingga dapat menghalangi keluarnya tali kapal yang diikatkan.
Supaya tidak menggangu kegiatan di dermaga maka tinggi bolder
dibuat tidak boleh lebih dari 50cm diatas lantai dermaga. Gambar
6.55 menunjukkan kedua tipe alat pengikat. Jarak dan jumlah
minimum bitt untuk beberapa ukuran kapal diberikan dalam tabel
6.12.
Dokumen Penawaran
VI-61
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Jumlah Minimal /
Tambatan
4
6
6
8
8
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
c)
Dolphin
Dolphin adalah konstruksi yang digunakan untuk menambat
kapal tangker berukuran besar yanng biasanya digunakan bersamasama dengan pier dan wharf untuk memperpendek panjang
bangunan tersebut. Dolphin ini banyak digunakan pada pe1ayanan
bongkar muat barang curah. Alat penambat ini direncanakan untuk
bisa menahan gaya horisontal yang ditimbulkan oleh benturan kapal,
tiupan angin dan dorongan arus yang mengenai badan kapal pada
waktu ditambatkan. Gaya-gaya tersebut dapat dihitung dengan cara
yang sama seperti dalam perencanaan dermaga. Dolphin dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu dolphin penahan (breasting
dolphin) dan dolphin penambat (mooring dolphin).
Dolphin penahan mempunyai ukuran lebih besar, karena
direncanakan untuk menahan benturan kapal kelika berlabuh dan
menahan tarikan kapal karena pengaruh tiupan angin, arus dan
gelombang. Alat penambat ini dilengkapi dengan fender untuk
menahan benturan kapal, dan boulder untuk menempatkan tali
kapal, guna menggerakkan kapal di sepanjang dermaga dan
menahan tarikan kapal. Dolphin penambat tidak digunakan untuk
menahan benturan, tetapi hanya sebagai penambat. Pelampung
penambat diletakkan di belakang dermaga dan membentuk sudut
sekitar 45 terhadap haluan dan buritan kapal. Pelampung
penambat juga dilengkapi dengan boulder. Gaya tarik maksimal satu
tali pengikat tidak lebih dari 50 ton.
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Dimensi Kapal
(DWT)
s.d. 500
501 1.000
1.001 2.000
2.001 3.000
3.001 4.000
4.001 5.000
> 5.000
Faceline
(m-LWS)
4
5
6
8
10
11
12
Panjang Dermaga
(m)
50
70
80
90
100
120
140
Beb
a
nh
oris
ont
al
Dokumen Penawaran
VI-64
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Dokumen Penawaran
VI-65
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
P tiang = b x A tiang
= 0,33 fc x A tiang
Dimana :
A tiang
P tiang
fc
2. Terhadap Pemancangan
Dengan rumus pancang A. Hiley dengan tipe single acting drop hammer. (Bowles,
1993, dalam Sardjono, 1996) :
RU
Ef x W x H
W e 2 x Wp
x
1
W Wp
C1 C2 C3
2
dimana :
Ef
= Efisiensi alat pancang
Wp
= Berat sendiri tiang pancang
W
= Berat hammer
e
= Koefisien pengganti beton
H
= Tinggi jatuh hammer
= Penurunan tiang akibat pukulan terakhir
C1
= Tekanan izin sementara pada kepala tiang dan penutup
C2
= Simpangan tiang akibat tekanan izin sementara
C3
= Tekanan izin sementara
Ru
= Batas maksimal beban (ton)
Pa
= Batas beban izin yang diterima tiang
N
= Angka Keamanan
Pa
= 1/n x Ru
3. Terhadap Kekuatan Tanah
Dengan rumus daya dukung pondasi tiang pancang (dalam Sardjono, 1991) :
A q c JHP k
3
5
dimana :
Q
= daya dukung pondasi tiang pancang (ton)
A
= luas penampang tiang pancang (cm)
p
= nilai conus (kg/cm2)
JHP
= nilai total friction
k
= keliling penampang tiang
Dari perhitungan daya dukung tiang pancang di atas diambil nilai terkecil.
b. Perhitungan Efisiensi Tiang
Efisiensi grup tiang pancang berdasarkan perumusan dari Uniform Building Code
dari AASHO (dalam Sardjono, 1991) :
Eff = 1 -
n - 1 m m - 1n
90
m.n
dimana :
m
= jumlah baris
Dokumen Penawaran
VI-66
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
d
s
V M
Pmax =
dimana :
Pmax
n
X
Y
ny
x X max
X
2
M x x Ymax
nx Y 2
max
max
x
y
nx
ny
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
Menurut cara Brooms, defleksi yang terjadi dapat dicari dengan rumus (dalam
Sardjono, 1996) :
Yo
2H
L2 h
b. Mobile crane
c. Ponton (dalam jumlah cukup)
d. Tug boat
e. Work boat
Gambar pelaksanaan harus dapat memberi pedoman kepada pelaksana dalam
mewujudkan konstruksi yang direncanakan. Pedoman tersebut antara lain menyangkut:
posisi konstruksi, dimensi konstruksi, volume konstruksi, elevasi konstruksi, tahapan
Dokumen Penawaran
VI-68
Pengadaan Jasa Konsultansi Detail Engineering Design Pembangunan/Rehabilitasi Pelabuhan Serui Provinsi Papua
Tahun Anggaran 2015
konstruksi, dll. Seluruh gambar pelaksana harus dilengkapi dengan skala, ukuran, elevasi
berdasarkan lebih kurang 0,00 m-LWS, kualitas yang akan dicapai (misalkan: mutu baja,
mutu beton), dll. Seluruh gambar pelaksanaan dibuat dengan menggunakan komputer (CAD)
dan soft copy-nya diserahkan bersama Laporan Akhir kepada Pengguna Jasa. Gambar
pelaksanaan meliputi:
a. Gambar lay-out (dilengkapi dengan garis kontur, arah mata angin, skala posisi
BM, dll)
b. Gambar denah (misalkan posisi tiang, balok, dll)
c. Gambar potongan memanjang dan melintang
d. Gambar detail
Pada setiap kolom keterangan pada gambar kontruksi, dilengkapi dengan keterangan
gambar dan spesifikasi teknis yang terkait.
Gambar konstruksi dilengkapi dengan grafik pasang surut, bor log,korelasi (statigrafi)
tanah antar bor log, tataletak rencana fasilitas pelabuhan dengan keterangan titik sondir dan
boring, denah fasilitas pelabuhan, tampak, potongan dan detail konstruksi.
Dalam gambar pelaksanaan dilampirkan data: grafik pasang surut, profil tanah, peta
hidrografi dan topografi.
6.7 Acuan Standar Rencana konstruksi dermaga
Technical Standard and Commenteries for Port and Harbour Fasilities in
Dokumen Penawaran
VI-69