Jakarta terletak pada lapisan tipis sedimen tebal yang berpotensial memiliki
amplifikasi gelombang seismic yang sangat tinggi. Namun demikian, informasi yang
tersedia yang berhubungan dengan model bawah permukaan dan kedalaman
batuan dasar belum cukup untuk analisis bahaya seismic. Pada penelitian ini,
metode mikrotremor digunakan untuk mengestimasi geometri dan kecepatan
gelombang S pada lapisan sedimen. Metode SPAC diaplikasikan untuk
memperkirakan kurva disperse, sedangkan kecepatan gelombang S di estimasi
menggunakan pendekatan algoritma genetik. Analisis profil 1D dan 2D kecepatan
gelombang S menunjukkan sepanjang garis U-S, lapisan sedimen menebal ke arah
utara. Yang mana hal tersebut memiliki hubungan positif dengan cross section
geologi yang didapat dari borehole untuk kedalaman 300m. data SPT dari site BMKG
digunakan untuk memverifikasi profil 1D kecepatan gelombang S. Analisis
mikrotemor mencapai bedrock pada range 359-608m yang digambarkan pada
cross section arah U-S. klasifikasi/tingkatan site juga di estimasi pada tiap site,
berdasarkan pada rata2 kecepatan gelombang S sampai dengan kedalaman 30m.
site UI- ISTN berada pada kelas D (medium soil), sedangakan BMKG berada pada
kelas E (soft soil).
Pendahuluan
Jakarta adalah salah satu kota besar di Indonesia yang mana pemerintah Jakarta
memprioritaskan pada persiapan pembuatan peta mikrozonasi seismic. Hal ini telah
dilakukan melalui pertimbangan beberapa aspek, seperti seismisitas, infrastruktur,
populasi, dst yang mana Jakarta memiliki resiko tinggi. Analisis respon site adalah
bagian dari studi mikrozonasi yang mempertimbangkan efek guncangan tanah yang
mana dihitung dengan menggunakan hasil pemeriksaan geoteknik yang lengkap.
Informasi bawah permukaan, seperti kedalaman bedrock dan karakteristik
perubahan tanah, merupakan parameter penting dalam analisis perubahan respon
tanah terkait analisis bahaya di permukaan.
Studi pendahuluan yang berhubungan dengan geologi bawah tanah Jakarta telah
dilakukan oleh Padmosukismo dan Yahya [1] dan menunjukkan konfigurasi U-B
cekungan jawa dan sub basin Ciputat dimana kota Jakarta berada. Turkandi et al. [2]
telah melakukan pemetaan geologi regional dan Fachri, et al.[3] mempelajari
tentang hidrostratigrafi dari cekungan air tanah. Hasil dari studi ini memberikan
informasi yang sangat penting, namun lebih jauh studi untuk tujuan teknik
kegempaan masih diperlukan untuk mendapatkan parameter fisis dan posisi dari
bedrock.
Pada studi ini, metode microtremor array diterapkan untung menyelidiki keadaan
bawah permukaan di Jakarta dan untuk membangun model stratigrafi berdasarkan
parameter kecepatan gelombang S. Kelebihan dari metode ini adalah
Pengukuran microtremor array dilakukan di Jakarta pada 10 site sepanjang line U-S,
dari ANCL ke UI (gbr.1), untuk menentukan kedalaman bedrock dan site class. Untuk
memperoleh objek diatasnya, kami menggunakan array/susunan kecil dan besar
untuk survey dangkal dan dalam, dan sebaliknya. Data borehole pada kedalaman
150m pada site BMKG telah tersedia, jadi datnya dapat digunkan untuk
memverifkasi model 1D kecepatan gelombang S yang didapat dari analisa data
microtremor bersama dengan data SPT (standard penetration test).
2. Setting Geologi
Jakarta terletak pada sub Basin Ciputat di Northwest Java Basin. Sub Basin Ciputat
terisi oleh sedimen tersier dan kuarter dan dikontrol oleh struktur geologi dengan
dominan arah U-S yang membentuk zona tinggian dan rendahan.
Mengacu pada peta geologi regional [2 dan 3], sequence stratigrafi dari tua ke
muda sebagai berikut; pertama, formasi Rengganis (Miosen awal), kemudian
formasi Bojongmanik di bagian barat, yang membentuk struktur menjari dengan
formasi Jatiluhur di bagian timur yang berada di atasnya (miosen tengah),
sedangkan di atas dari kedua formasi tadi adalah formasi Klapanunggal (miosen
akhir), formsai Genteng (Pliosen awal), dan formasi nSerpong (Pliosen akhir).
Batuan sedimen kuarter yang menutupi seluruh area Jakarta antara lain :Tuff Banten
(Plio-Pleistosen), batuan gunung api muda (pleistosen), kipas alluvium, sedimen
pantai dan alluvium.
Gbr 1. Lokasi pengukuran mikrotremor array sepanjang garis UI-ANCL dan deep
borehole