Anda di halaman 1dari 6

TOPIK II

KALIBRASI ALAT UKUR PAM

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kalibrasi adalah memastikan kebenaran nilai-nilai yang
ditunjukan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran atau nilai-nilai
yang diabadikan pada suatu bahan ukur dengan cara membandingkan
dengan nilai konvensional yang diwakili oleh standar ukur yang
memiliki kemampuan telusur ke standar Nasional atau Internasional.
Dengan kata lain kalibrasi merupakan suatu kegiatan untuk
menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukan alat inspeksi,
alat pengukuran dan alat pengujian.
Kalibrasi alat ukur PAM diartikan sebagai pengecekan kembali
kecepatan alat ukur konsumsi air (volume terpakai) milik PAM dengan
alat ukur lain yang dianggap lebih tepat pengukurannya. Semua jenis
alat termasuk juga alat ukur tentunya akan mengalami kerusakan yang
mempengaruhi fungsi alat ukur tersebut maupun akibat kesalahan
penggunaan dalam pengukuran. Untuk mengurangi kesalahan dalam
pengukuran tersebut, alat-alat yang akan digunakan perlu dilakukannya
kalibrasi terlebih dahulu. Pengkalibrasian dapat dilakukan dengan cara
membandingkan dua data dengan menggunakan alat ukur yang
berbeda. Pada percobaan tentang kalibrasi, alat ukur yang digunakan
untuk membandingkan data adalah thermometer dan termocoupel (alat
untuk mengukur suhu).
Diharapkan saat melakukan perhitungan faktor kalibrasi PAM
dapat mengurangi ketidaktelitian dari perhitungan PAM maupun untuk
menghindari kerusakan yang lebih apabila alat ukur tersebut
sebelumnya telah mengalami kerusakan. Sehingga alat tersebut dapat
segera diamati agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Selain itu,
untuk menghindari terjadinya pengeluaran biaya yang besar akibat
rusaknya alat ukur.

2.
3.

Tujuan Praktikum
Tujuan dari percobaan Topik II Kalibrasi Alat Ukur PAM
adalah untuk mengkalibrasi alat ukur PAM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum topik II Kalibrasi Alat Ukur PAM dilaksanakan pada
hari Senin, 1 Desember 2014 pada pukul 10.00 11.00 WIB bertempat
di Perumahan Klodran Indah RT 01 RW 09, Colomadu, Karanganyar.

B. Tinjauan Pustaka
Semua peralatan yang digunakan atau kalibrasi, termasuk peralatan
untuk pengukuran subsider seperti kondisi lingkungan yang mempunyai
pengaruh signifikan pada akurasi atau keabsahan hasil pengujian.
Pengambilan sampel harus dikalibrasi sebelum digunakan untuk
memastikan bahwa semua peralatan tersebut sesuai dengan tujuan dan
memberikan hasil yang dapat dipercaya. Konsistensi hasil pengukuran atau
kalibrasi dengan presisi dan akurasi yang tinggi serta validitas dan
ketertelusuran pengukuran dapat dicapai dan dijamin dengan kalibrasi
peralatan (Hadi, 2007).
Kalibrasi adalah serangkaian pekerjaan di bawah kondisi tertentu
yang menetapkan hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh suatu alat
ukur, sistem pengukuran, nilai yang ditunjukkan oleh suatu besaran bahan
(material measurement) atau bahan acuan, dan nilai yang diketahui yang
berkaitan dari suatu besaran ukur. Suatu kalibrasi yang benar tidak
melibatkan penyetelan suatu alat, tetapi dapat menunjukkan kebutuhan
penyetelan. Fungsi utama dari sebuah proses kalibrasi adalah untuk
membandingkan satu alat ukur atau sistem yang memiliki hubungan yang
sudah diketahui, dengan standar nasional (ataupun Internasional) dengan
suatu alat ataupun sistem lain yang hubungannya dengan standar nasional
(maupun standar Internasional) tidak diketahui (Masri, 2013).
Air sangat penting dalam sumber kehidupan. Air merupakan
sumber alam yang unik dan bahkan misterius. Saat perubahan suhu, air

merubah wujudnya menjadi cairan, padat (es), atau uap air. Tidak sepeti
sumber alam lainnya, air tidak dapat dihancurkan dalam proses
penggunaannya (Havener, 1993).
Pengolahan air bersih adalah suatu usaha teknis yang dilakukan
untuk memberikan perlindungan pada sumber air dengan perbaikan mutu
asal air sampai menjadi mutu yang diinginkan dengan tujuan agar aman
dipergunakan oleh masyarakat pengkonsumsi air bersih. Secara umum
tahap-tahap dari proses penjernihan air ini sendiri terdiri dari aerasi,
prasedimentasi,

koagulasi-flokulasi,

sedimentasi,

desinfekasi,

dan

reservoir. Air bersih merupakan air baku untuk air minum rumah tangga,
yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang berasal dari sumber air
permukaan, cekungan air tanah, atau air hujan yang memenuhi mutu
tertentu sebagai air baku untuk air minum (Narita et al., 2011).
Persyaratan dari air bersih antara lain jernih, tidak berwarna, tidak
berasa dan berbau, pH netral, tidak beracun dan bebas mikroorganisme.
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan
organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan hasil
buangan industri. Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme,
bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawasenyawa organik serta tumbuh-tumbuhan. Bau dan rasa pada air dapat
ditimbulkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga, gas

H2 S

yang terbentuk dalam kondisi aerobik, dan adanya senyawa organik.


Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air
dan efisiensi klorinasi. Kehadiran senyawa kimia dalam air bersih seperti
unsur arsen (As) serta kehadiran besi (Fe) dalam air bersih juga merupakan
racun terhadap manusia (Hafni, 2012).
Sistem penyediaan air memakai dasar-dasar aliran pada saluran
terbuka dan aliran pada pipa, tergantung dari bentuk penampang dan
kondisi aliran. Aliran pada saluran terbuka diklasifikasikan berdasarkan
perbandingan antara gaya-gaya inersia dengan gaya akibat kekentalannya

menjadi tiga bagian, yaitu : aliran laminer dan aliran turbulen. Hampir
pada seluruh aliran di lapangan bersifat turbulen, namun hanya pada batasbatasnya (dasar saluran dan tebing saluran) ada bagian kecil aliran yang
bersifat laminer (Kodoatie, 2002).
Aliran laminer dan turbulen ini dibedakan berdasarkan pada
karakteristik internal aliran. Apabila aliran mempunyai kecepatan relatif
rendah atau fluidanya sangat viskos, gangguan yang mungkin dialami oleh
medan aliran akibat getaran, ketidakteraturan permukaan batas, relatif
lebih cepat teredam oleh viskositas fluida tersebut dan aliran fluida
tersebut disebut aliran laminar. Fluida dapat dianggap bergerak dalam
bentuk lapisan-lapisan dengan pertukaran molekuler yang hanya terjadi
diantara lapisan-lapisan yang berbatasan untuk kondisi tersebut. Gangguan
yang timbul semakin besar hingga tercapai kondisi peralihan pada
kecepatan aliran yang bertambah besar atau efek viskositas yang
berkurang. Terlampauinya kondisi peralihan menyebabkan sebagian
gangguan tersebut menjadi semakin kuat, dimana partikel bergerak secara
fluktuasi atau acak dan terjadi pencampuran gerak partikel antara lapisanlapisan yang berbatasan, kondisi aliran yang demikian disebut dengan
aliran turbulen (Faruk dan Kamiran, 2012).
Aliran turbulen mempunyai koefisien gesek yang lebih tinggi
dibandingkan

dengan

aliran

laminar. Tingginya

koefisien

gesek

berpengaruh secara langsung pada besarnya penurunan tekanan dan


besarnya energi yang diperlukan untuk mengalirkan fluida. Apabila fluida
mengalir melalui suatu percabangan makaa akan terjadi separasi yang
mengakibatkan terjadinya kerugian tekanan (Salimin, 2009).
C. Alat, Bahan, dan Cara Kerja
1. Alat
a. Ember
2. Bahan
a. Air PAM
3. Cara Kerja
a. Menyiapkan ember sebagai alat ukur.

b. Mengisi ember dengan air PAM dengan bukaan kran besar, bukaan
kran sedang, dan bukaan kran kecil.
c. Mencatat angka awal yang tertera dalam meteran PAM.
d. Mematikan kran lain, sehingga meteran PAM hanya mengukur
air yang akan diukur volumenya.
e. Mematikan kran air bila sudah mencapai ukuran yang diinginkan.
f. Mencatat angka akhir yang tertea dalam meteran PAM.
g. Menghitung volume air dengan dasar meteran PAM.

DAFTAR ISI
Faruk, Umar dan Kamiran. 2012. Analisis Pengaruh Aliran Turbulen Terhadap
Karakteristik Lapisan Batas pada Pelat Dasar Panas. Jurnal Sains dan
Seni ITS. Vol. 01, No. 01.

Hadi, Anwar. 2007. Pemahaman dan Penerapan ISO/IEC 17025: 2005


Persyaratan Umum Laboratorium pengujian dan Laboratorium
Kalibrasi. Gramedia. Jakarta.
Hafni. 2012. Proses Pengolahan Air Bersih pada PDAM Padang. Jurnal
Momentum. Vol. 13, No. 02.
Havener, Robert D. 1994. Environment and Agriculture Reethingking
Development Issues for the 21st Century. Winrock International Institute
for Agriculture Development. USA.
Kodoatie, Robert J. 2002. Hidrolika Terapan Aliran Pada Saluran Terbuka dan
Pipa. Andi Offset. Yogyakarta.
Masri, Teguh Perdana. 2013. Kalibrasi Internal Pipet Volumetrik 10 mL pada
Laboratorium Kimia Dasar. Akademi Analisis Kesehatan Universitas
Abdurrab.
Narita , Kadek., Bambang Lelono dan Syamsul Arifin. 2011. Penerapan Jaringan
Syaraf Tiruan Untuk Penentuan Dosis Tawa PadaProses Koagulasi
Sistem Pengolahan Air Bersih. Jurusan Teknik Fisika ITS.
Salimin. 2009. Pengaruh Perubahan Aliran Terhadap Koefisien Kerugian.
Dinamika Jurnal Ilmiah Teknik Mesin. Vol. 01, No. 01.

Anda mungkin juga menyukai