Anda di halaman 1dari 11

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

ANALISIS TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN


KEUANGAN DI TINGKAT DADIA
(Studi Kasus pada Dadia Punduh Sedahan di Desa Pakraman Bila
Bajang)
1 Ni
1 Anantawikrama

Ketut Juni Kalmi Dewi,


Tungga Atmadja, 2 Nyoman Trisna Herawati

Jurusan Akuntansi Program S1


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

email: {nasya_winnie@yahoo.com, anantawikramatunggaatmadja@gmail.com,


aris_herawati@yahoo.co.id}@undiksha.ac.id
Abstrak
Selama ini, bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan di dadia yang
berupa laporan keuangan belum didukung oleh standar-standar yang memadai,
sehingga rata-rata seluruh dadia tidak membuat laporan keuangan. Salah satu dadia
itu adalah Dadia Punduh Sedahan yang terletak di Desa Pakraman Bila Bajang.
Sumber pemasukan utama (reguler) dadia ini berasal dari iuran wajib berupa
peturunan dan iuran wajib bagi warga dadia yang ada di luar Bali (ngampel).
Pemasukan non reguler berasal dari sumbangan partai politik, danapunia, dan sesari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) darimana saja sumber pemasukan
Dadia Punduh Sedahan, 2) mengapa Dadia Punduh Sedahan tidak membuat laporan
keuangan, 3) bagaimana proses pertanggungjawaban yang dilakukan oleh dadia
terkait untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas.
Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menekankan
pada persepsi dan perilaku manusia. Teknik analisis data yang digunakan yaitu: 1)
reduksi data, 2) penyajian data, 3) penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; 1) Sumber pemasukan reguler dadia
berasal dari peturunan (iuran wajib), pengampel (iuran wajib bagi warga dadia di luar
Bali), dan pendapatan bunga pinjaman. Sumber pemasukan non reguler dadia
berasal dari sumbangan partai politik, danapunia, dan sesari. 2) Alasan dadia Punduh
Sedahan tidak membuat laporan keuangan yaitu; transaksi yang tidak rutin terjadi,
lingkup organisasi yang kecil, dan kompetensi warga dadia yang kurang. 3)
Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan di Dadia Punduh Sedahan dilakukan
dengan cara mengumumkan pemasukan dan pengeluaran, serta menempel laporan
keuangan sederhana di papan pengumuman dadia.
Kata Kunci: Transparansi, Akuntabilitas, Dadaia, Pengelolaan Keuangan
Abstract
So far, the form of the responsibility of the financial management at the level of
dadia which is in the form of financial statement has not been supported by adequate
standards. One of the dadias is Dadia Punduh Sedahan which is situated at Bila
Bajang traditional village. The main resource of founds (regular) of this dadia are the
obligatory contribution peturunan from the members who do not stay oustside Bali
and the obligatory contribution ngampel from the members who stay outside Bali.
The non regular contributions are derived from the volunteer contribution dana punia
made by any political party and sesari. This present study was intended to 1) identify
what were the sources of funds received by Dadia Punduh Sedahan, 2) identify why

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
Dadia Punduh Sedahan did not make any financial statement, 3) how the process of
responsibility was made by the dadia in order to be transparent and accountable.
This present study was conducted using qualitative method which gives
emphasis on the human perception and bahaviour. The data were analyszed using 1)
data reduction, 2) data presentation, and 3) conclusion drawing.
The result of the study showed that 1) the regular source of the funds received
by dadia were derived from the obligatory contribution peturunan made by the
members who stay in Bali, and the obligatory contribution pengampel made by
members who stay outside Bali, and the interest earned from the loans given to the
members. The non regular source of dadia were derived from the contribution made
by any political party, dana punia (volunteer contributon), and sesari. 2) The reasons
why Dadia Punduh Sedahan did not make any financial statement were that: the
transaction did not make place regularly, the scope of the organization was small, and
the members were less competent. 3) The responsibility for the financial management
at Dadia Punduh sedahan was shown by announcing the revenues and expenditures,
and attaching the simple financial statement on the dadias announcement board.
Keywords: Transparence, Accountability, Dadia, Financial Management

PENDAHULUAN
Transparansi
dan
akuntabilitas
menjadi suatu hal yang sangat penting bagi
pengelolaan keuangan di setiap organisasi,
baik organisasi pemerintahan maupun
organisasi non pemerintahan. Transparansi
merupakan organisasi secara terbuka
menyediakan informasi yang material dan
relevan serta mudah diakses dan dipahami
oleh pemangku kepentingan (Atmadja, dkk,
2013:19). Sedangkan akuntabilitas adalah
kewajiban organisasi untuk memberikan
pertanggungjawaban atau menjawab dan
menerangkan kinerja serta tindakan
seseorang/pemimpin suatu unit organisasi
kepada pihak yang memiliki hak atau yang
berwenang meminta pertanggungjawaban
(Lembaga Administrasi Negara dan Badan
Pengawasan
Keuangan
dan
Pembangungan RI, 2002:12 dalam Lestari
(2014). Untuk terwujudnya transparansi dan
akuntabilitas harus didukung dengan danya
sistem
pengelolaan
dan
pelaporan
keuangan
yang
baik
agar
dapat
menghasilkan informasi yang relevan dan
mudah
dimengerti
oleh
pemangku
kepentingan.
Laporan keuangan menjadi suatu hal
yang sangat penting untuk diberikan
kepada pemberi amanah karena melalui
laporan keungan, pemeberi amanah dapat
mengetahui posisi keuangan organisasi dan
dapat
digunakan
untuk
mengambil
keputusan-keputusan
tertentu
untuk
mendukung
kelangsungan
suatu
organisasi.
Laporan
keuangan
juga

merupakan wujud dari transparansi dan


akuntabilitas suatu entitas.
Provinsi Bali merupakan salah satu
provinsi di Indonesia yang terkenal dengan
istilah negeri seribu pura dan memiliki
berbagai keunikan tradisi atau kebudayaan
yang diwariskan secara turun-temurun oleh
nenek moyangnya. Mengingat tentang
tradisi atau kebudayaan yang ada di Bali,
maka tidak terlepas dari keberadaan desadesa yang di dalamnya juga terdapat
organisasi yang lebih kecil dan biasanya
dikenal dengan sebutan dadia.
Dadia merupakan klen kecil patrilineal
yang ada di daerah Bali Hindu dan Bali
Aga, berupa sekelompok kekerabatan yang
terdiri atas gabungan rumah tangga yang
berasal dari satu nenek moyang dan satu
sama lain terkait melalui garis keturunan
laki-laki. Oleh karena dadia merupakan
salah satu bentuk organisasi yang ada di
pedesaan di Bali, tentu saja memiliki
berbagai bentuk pengelolaan keuangan.
Selama ini pengelolaan keuangan yang ada
di tingkat dadia dapat dikatakan sederhana,
karena
bentuk
pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan yang berupa
laporan keuangan belum didukung oleh
standar-standar yang memadai.
Dari beberapa desa yang ada di Bali,
Desa Pakraman Bila Bajang merupakan
salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Kubutambahan, Kabupaten Buleleng yang
hampir seluruh dadianya tidak membuat
laporan keuangan. Salah satu dari dadia itu
adalah Dadia Punduh Sedahan. Sumber

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
pendapatan utama (reguler) dari dadia
tersebut adalah berasal dari iuran wajib
(peturunan) kurang lebih berjumlah Rp
200.000,00 dan iuran wajib bagi warga
dadia yang da di luar Bali (ngampel) yang
berjumlah Rp 200.000,00. Sehingga dapat
diketahui bahwa total pendapatan reguler
Dadia Punduh Sedahan adalah Rp
24.400.000,00, hasil ini diperoleh dari
jumlah warga yang tidak ngampel yaitu
sebanyak 115 orang ditambah dengan
jumlah warga dadia yang ngampel yaitu
sebanyak 7 orang, sehingga total seluruh
warga Dadia Punduh Sedahan adalah 122
orang. Untuk pendapatan non reguler Dadia
Punduh
Sedahan
diperoleh
dari
sumbangan partai politik, danapunia dan
sesari.
Dadia Punduh Sedahan memiliki aset
sebesar Rp 40.000.000,00 dan jumlah ini
dapat digolongkan cukup besar untuk
organisais kecil seperti dadia. Akan tetapi,
berdasarkan informasi yang diperoleh,
bahwa aset sebesar Rp 40.000.000,00 ini
hanya berasal dari kas dan direncanakan
untuk membangun, namun belum ada bukti
tertulis yang telah dibuat seperti adanya
laporan keuangan. Oleh sebab itu, perlu
diketahui alasan tidak dibuanya laporan
keuangan oleh para pemegang amanah di
dadia, padahal dadia memiliki pendapatan
yang diperoleh dari warga dadia sendiri
sehingga alangkah baiknya jika para
pemegang amanah di dadia membuat
laporan
keuangan
sebagai
wujud
transparansi
dan
akuntabilitas
dari
pemegang amanah kepada pemberi
amanah. Dengan tidak dibuatnya laporan
keuangan
tentu
saja
menyebabkan
transparansi dan akuntablitas di dadia
tersebut menjadi rendah dan perlu
dipertanyakan.
Selain
itu,
alasan
dilkukannya penelitian ini karena Dadia
Punduh Sedahan juga merupakan dadia
peneliti sendiri, sehingga peneliti juga ingin
memulai penelitian dari yang terdekat
dengannya. Dadia Punduh Sedahan
merupakan dadia yang warganya mayoritas
orang kaya, dan dadia tersebut tergolong
dadia yang cukup sering melakukan
pembangunan atau merenovasi pelinggih
dengan cara meminta iuran pada
warganya.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka


beberapa permasalahan penelitian yang
akan dijawab dalam penelitian ini, yaitu; 1)
darimana saja Dadia Punduh Sedahan
memperoleh pemasukan, 2) mengapa
Dadia Punduh Sedahan tidak membuat
laporan keuangan, 3) bagaimana proses
pertanggungjawaban yang dilakukan oleh
dadia terkait untuk menjaga transparansi
dan akuntabilitas.
METODE
Pelaksanaan
penelitian
ini
menggunakan metode kualitatif yang
menekankan pada persepsi dan perilaku
manusia. Data dalam penelitian ini
dikumpulkan dari sumber primer yaitu data
yang diperoleh dari informan dengan cara
terjun ke lapangan secara langsung, serta
sumber sekunder yaitu data yang diperoleh
dari dokumen-dokumen, artikel atau tulisan
yang terkait dengan masalah penelitian.
Penelitian ini menggunakan infroman yang
ditunjuk secara purposive, artinya informan
ditunjuk
berdasarkan
sejauh
mana
pemahaman informan mengenai maslaah
yang dikaji dalam rumusan masalah
penelitian.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan melakukan wawancra mendalam
terhadap informan, observasi dan studi
dokumen. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
sejalan dengan teknik analaisis interaktif
(interactive model of analysis) yang
dikemukakan oleh Moleong (2004) dalam
Andriani (2014), yaitu; 1) reduksi data (data
reduction), 2) penyajian data (data display),
3) penarikan kesimpulan (verifkasi).
PEMBAHASAN
Struktur Organisasi Dadia Punduh
Sedahan
Di Bali aparat-aparat pengurus di
desa disebut dengan prajuru desa, dan di
dadia disebut dengan prajuru dadia. Fungsi
dari prajuru dadia ini adalah untuk
keperluan mengatur hubungan sesama
warga dadia, warga dadia dengan
lingkungan tempat tinggalnya, begitu pula
hubungan antara warga dadia dengan
Tuhan (Surpha, 2002:57). Sejalan dengan
hal tersebut, sebagai suatu organisasi

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
meskipun dalam skala kecil, Dadia Punduh
Sedahan juga memiliki struktur organisasi.
Berdasarkan
hasil
observasi
yang
dilakukan, dadia ini memiliki struktur
organisasi yang terdiri atas 1 orang Kelian
Dadia, 1 orang Sekretaris Dadia dan 1
orang Bendahara Dadia. Dengan begitu
tentu saja struktur organsasi di Dadia
Punduh Sedahan sangatlah sederhana.
Pemimpin daida dikenal dengan
sebuan kelian dadia. Kelian dadia memiliki
tugas untuk menangani pekerjaan pda saat
piodalan, sehingga menjadi kelian dadia
harus sudah menikah karena dalam
menangani pekerjaan saat piodalan, kelian
dadia
laki-laki
akan
mengarahkan
pekerjaan yang dilakukan oleh warga dadia
yang
laki-laki,
sedangkan
untuk
mengarahkan pekerjaan yang wanita
dilakukan oleh istri dari kelian dadia.
Kelian Dadia Punduh Sedahan bernama
Komang Suastika. Namun, kelian dadia
Punduh Sedahan saat ini sudah tidak
memiliki
istri
lagi
sehingga
yang
mengarahkan pekerjaan untuk warga dadia
yang wanita saat piodalan di dadia adalah
istri dari Jro Mangku
Dadia Punduh
Sedahan. Kelian dadia dipilih oleh warga
dadia secara langsung berdasarkan
kepercayaan atas kemampuan yang dimiliki
orang yang ditunjuk tersebut.
Bendahara dadia bertugas untuk
menangani keuangan dadia, karena seperti
organisasi lainnya, dadia juga memiliki
dana yang perlu dipegang oleh orang-orang
berkompeten dalam hal keuangan. Ini
bertujuan agar nantinya tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan di dalam dadia,
seperti tindak korupsi, penggelapan uang,
dan pencucian uang. Dalam pemilihan
bendahara dilakukan secara langsung oleh
warga dadia, biasanya warga dadai memilih
orang yang sudah dipercaya dan diketahui
jujur. Bendahara Dadia Punduh Sedahan
bernama I Komang Tusta Kalmawan.
Kesukarelaan bendahara Dadia Punduh
Sedahan dapat disimak dari kutipan
wawancara berikut.
....Itu memang sudah menjadi
suatu kewajiban sebagai anggota di
organisasi terutama daida, karena
dadia merupakan perkumpulan
keluarga besar kita. Apabila bukan
kita sebagai anggota dadia yang

mau menjadi bendahara dadia


masa orang lain yang kita
suruh?kan ini organisasi keluarga
kita sendiri.
Sekretaris Dadia Punduh Sedahan
bertugas untuk mencatat jumlah waga
dadia, menangani masalah surat-menyurat,
membuat proposal, dan hal-hal lain yang
terkait
dengan
administrasi
dadia.
Sekretaris
Dadia
Punduh
Sedahan
bernama Kade Edi Susila Jaya. Alasan
beliau bersedia menjadi sekretaris karena
sudah dipilih oleh warga. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan wawancara dengan
beliau berikut.
....karena memang sudh ditunjuk
sama warga dadianya, selain itu
kan beli juga memang warga dadi
jadi otomatis mau tidak mau harus
mau jadi sekretaris.
Dapat
disimpulkan
bahwa
rata-rata
perangkat dadia dipilih oleh warga dadianya
sendiri dengan modal kepercayaan dan
kejujuran. Warga dadia bebas memilih
orang yang diinginkan untuk menjadi
perangkat dadia asalkan orang tersebut
sudah dipercayai dan jujur. Pemilihan
dilakukan berdasarkan paruman warga
dadia di Pura Dadia.
Sumber-sumber Pemasukan Dadia
Terdapat
dua
jenis
sumber
pemasukan yang dimiliki oleh Dadia
Punduh Sedahan, yaitu yang berasal dari
dadia itu sendiri atau disebut dengan
pemasukan reguler dan yang berasal dari
luar dadia atau disebut dengan pemasukan
non reguler. Pemasukan reguler yang
dimiliki Dadia Punduh Sedahan yaitu
berasal dari peturunan, pengampel, dan
pendapatan bunga pinjaman.
Peturunan di dadia didasarkan pada
kesepakatan bersama melalui paruman
yang
jumlahnya
ditentukan
dengan
menyesuaikan harga BBM (Bahan, Bakar,
Minyak). Selain disesuaikan dengan harga
BBM, jumlah peturunan juga ditentukan
berdasarkan uang kas yang ada di dadia.
Beberapa waktu lalu Dadia Punduh
Sedahan
melakukan
pembangunan
bangunan bertingkat yaitu Bale Pangebatan
yang menghabiskan biaya sekitar Rp
165.000.000,00. Pada waktu itu, warga
dadia diminta untuk melakukan peturunan

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
sebesar Rp 600.000,00 dan Rp 200.000,00
jadi total peturunan yaitu Rp 800.000,00 per
kepala keluarga dan ini tergolong jumlah
yang cukup besar untuk peturunan. Berikut
merupakan kutipan wawancara dengan
Bapak Komang Suastika selaku kelian
dadia
terkait
dengan
peturunan
pembangunan.
...untuk peturunan, yang waktu
pembangunan bertingkat itu, (bale
pangebatan) melakukan peturunan
sebesar
Rp
800.000,00,
Rp
600.000,00 untuk yang di atas dan
Rp 200.000,00 untuk yang dibawah
per kepala keluarga, jumlah kepala
keluarga di dadia yaitu sebanyak
120 kk, kemudian sisanya kita
ngambil dari uang kas dadia. Waktu
itu biaya untuk membangunnya
yaitu Rp 165.000.000,00.
Untuk meringankan beban warga yang
tidak mampu di dadia, pengurus Dadia
Punduh Sedahan melakukan kebijakan
dengan melakukan pembayaran bertahap
atau mencicil. Ini berdasarkan pernyataan
dari sekretaris Dadia Punduh Sedahan
Bapak Kadek Edi berikut.
...ya kan dadia kita punya
kebijakan untuk ngasi warga dadia
bayar peturunannya dengan cara
mencicil, jadi itu kan tujuannya
untuk meringankan beban warga
yang tidak mampu. Beda halnya
dengan beli Komange (bendahara),
kalau beli Komange mau langsung
bayar Rp 600.000,00 kan bisa aja.
Pernyataan tersebut diperkuat lagi oleh
pernyataan kelian dadia Bapak Komang
Suastika berikut.
...maka yang kurang mampu iti
pasti berusaha dia. Kebijakannya ya
dengan melakukan pembayaran
mencicil,
misalnya
melakukan
peturunan Rp 800.000,00, itu bisa
dibayar
Rp
50.000,00,
Rp
100.000,00, Rp 200.000,00 per
bulan atau bisa sekalian Rp
800.000,00
dibayar.
Ini
juga
bertujuan agar tidak membebankan
warga yang tidak mampu.
Pengampel juga merupakan sumber
pemasukan reguler yang ada di dadia.
Adapun jumlah pengampel yang dikenakan
bagi warga Dadia Punduh Sedahan adalah

sebesar Rp 200.000,00 per tahun. Tentu


saja jika dilihat dai besarannya, jumlah ini
tergolong sedikit. Namun, jumlah tersebut
sudah disepakati dan dianggap hanya
untuk membayar tenaga ngayah dan saye.
Hal
ini
dapat
dilihat
berdasarkan
pernyataan sekretaris Dadia Punduh
Sedahan Bapak Kadek Edi Susila Jaya
berikut.
....Ya menurut beli itu udah banyak
kok, kalau di desa cuman Rp
75.000,00 lagi. Jadi kan Rp
200.000,00 itu udah banyaklah
namanya. Soalnya Rp 200.000,00
itu modelnya cuman untuk bayar
tenaga ngayah sama sayenya aja,
tapi kalau bebantenan itu tetep kok
dia kena.
Ngampel di Dadia Punduh Sedahan
dulunya sempat akan dihapuskan, akan
tetapi karena banyak warga dadia yang
tidak setuju dihapuskannya ngampel saat
paruman, maka ngampel tidak jadi
dihapuskan dan diambil kebijakan hanya
warga dadia yang ada di luar Bali diizinkan
untuk ngampel. Kutipan berikut dapat
mempertegas lagi alasan tidak diizinkannya
warga dadia yang berada di Bali untuk
melakukan ngampel.
....kalau seandainya yang diluar
Buleleng, seperti merantau ke
Denpasar dikasi ngampel siapa
entar yang ngayah sama saye
kalau ada kegiatan-kegiatan dadia
seperti odalan, soalnya warga dadia
yang di rumah kan sedikit, jadi
kalau dikasi warga yang merantau
ke luar Buleleng ngampel, maka
pergantian
orang-orang
yang
ngayah sama saye itu cepet sekali
jadinya.
Selain berasal dari peturunan dan
ngampel pemasukan reguler Dadia Punduh
Sedahan juga berasal dari pendapatan
bunga pinjaman. Bunga pinjaman yang
dikenakan kepada warga dadia yang
melakukan pinjaman adalah sebesar 3%
dari total pinjaman. Tujuan pengurus dadia
mengizinkan warganya meminjam dana di
dadia agar warga dadia selruhnya hadir
pada saat anggara kasih atau pada saat
paruman. Bunga yang diperoleh dari
pemberian pinjaman ini digunakan untuk
membiayai sumbangan ke dadia lain,

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
misalnya di dadia lain melaksanakan
piodalan, maka Dadia Punduh Sedahan
akan
memberikan
sumbangan
atau
berdanapunia dengan menggunakan uang
kas dadia. Selama meminjamkan uang
kepada warga dadia, tidak ada warga dadia
yang tidak membayar pinjaman sama
sekali. Warga dadia yang tidak membayar
biasanya hanya tidka membayar bunga
pinjaman saja. Jadi, pemasukan reguler
Dadia Punduh Sedahan berasal dari 3
sumber saja.
Pemasukan non reguler Dadia
Punduh Sedahan, yaitu berasal dari luar
kegiatan dadia sendiri berupa sumbangan
dari partai politik, danapunia, dan sesari.
Sumbangan partai politik sebenarnya
bantuan sosial dari pemerintah baik
pemerintah pusat ataupun daerah, akan
tetapi partai politiklah yang menjadi
perantaranya. Hal ini diperoleh dari
wawancara
yang
dilakukan
denga
bendahara Dadia Punduh Sedahan berikut.
....sebenarnya bukan partai politik
akan tetapi melalui anggota dewan
sesuai dengan jumlah uang yang
tertera pada proposal yang telah
diajukan sebelumnya....Karena kan
itu merupakan bantuan sosial yang
harus disesuaikan dengan jumlah
proposal
yang
diajukan
dari
berbagai daerah di seluruh Bali. Ini
kan
soalnya
bantuan
sosial
provinsi.
Pengajuan proposal permohonan
sumbangan ini juga tergantung jenis
sumbangan yang akan diberikan. Saat
pembangunan Bale Pangebatan, dadia
memperoleh bantuan dari partai politik
PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) sebesar
Rp 30.000.000,00 dan dari partai Golkar
Rp 20.000.000,00 jadi total sumbangan
untuk dadia adalah Rp 50.000.000,00 dan
masih sangat jauh dari anggaran yang
ditentukan oleh dadia, maka dsri itu,
pengurus dadia melakukan paruman
dengan warga dadia untuk melakukan
peturunan sebesar Rp 800.000,00 dan
seluruh warga dadia menyetujuinya.
Tidak ingin hanya mengandalkan
sumbangan dari partai politik saja,
pengurus
Dadia
Punduh
Sedahan
khususnya kelian dadia sengaja memohon
bantuan dibawah anggaran dan yang

sebenarnya.
Ini
bertujuan
untuk
meningkatkan partisipasi warga dadia
terhadap pembangunan di dadia dan agar
warga dadia merasa memiliki bangunan
yang ada di dadia dan juga ikut
berpartisipasi melakukan yadnya.
Danapunia
juga
termasuk
pendapatan non reguler yang dimiliki oleh
dadia, karena danapunia dilakukan secara
sukarela. Untuk piodalan ageng beberapa
waktu lalu yaitu pada tahun 2012 banyak
warga dadia yang berdanapunia dan yang
paling banyak melakukan danapunia
adalah salah satu warga Dadia Punduh
Sedahan yang ngampel yaitu Gede Sudira.
Beliau
berdanapunia
sebesar
Rp
2.000.000,00.
Tujuan
dilakukannya
danapunia ini untuk beryadnya kepada
leluhur dan dijadikan sebagai kompensasi
oleh warga dadia yang ngampel karena
ketidakmampuannya untuk menghadiri dan
melaksanakan kegiatan seperti ngayah
dan saye pada saat piodalan di dadia. Hal
seperti ini diungkapkan oleh Bapak Gede
Sudira selaku warga ngampel yang
berdanapunia paling besar pada waktu
piodalan tahun 2012 berikut kutipan
wawancara dengan beliau.
....Itu kan sebagai kompensasi,
karena kita ini kan merantau, jarang
bisa pulang, pulang setahun sekali
juga belum tentu, ya toh?itu artinya
kita kan nggak bisa ikut mekrama,
menyame braye. Nah sebagai
kompensasinya
kan
hanya
danapunia yang bisa menggantikan
ketidakhadiran atau tenaga yang
seharusnya kita berikan. Gitu aja
inti sebenernya.
Selain danapunia adapula sumber
pemasukan non reguler lainnya yaitu dari
sesari, sesai ini sejenis dengan danapunia
akan tetapi sesari biasanya akan
dihaturkan terlebih dahulu kepada Ida
Sang Hyang Widhi Wasa dan para leluhur.
Jumlah sesari juga tidak ditentukan karena
tergantung dari keikhlasan hati warga
dadia sendiri.
Alasan Dadia Punduh Sedahan Tidak
Membuat Laporan Keuangan
Membuat laporan keuangan adalah
kewajiban bagi organisasi, baik besar
ataupun kecil. Namun, pada kenyataanya

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
organisasi-organisasi kecil sangat jarang
membuat laporan keuangan dikarenakan
berbagai hal. Adapun alasan-alasan
tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.
1. Transaksi tidak rutin terjadi, maksudnya
karena transaksi di dadia tidak rutin,
maka tidak perlu dibuatkan laporan
keuangan yang lengkap, ini sesuai
dengan pernyataan dari Bendahara
Dadia Punduh Sedahan berikut.
....karena transaksi tidak rutin
terjadi. Tiap bulan hanya dibuatkan
catatan
pembayaran
bunga
pinjaman, dimana pembayarannya
dilakukan pada saat paruman yaitu
setiap anggara kasih (selasa
kliwon) dan pengeluaran kas pada
saat piodalan alit.
2. Lingkup
organisasi
yang
kecil,
maksudnya karena dadia merupakan
suatu organisasi yang kecil jadi
pengurus dadia merasa tidak perlu
membuat laporan keuangan, ini dapat
dilihat dari kutipan wawancara dengan
sekretaris Dadia Punduh Sedahan
Bapak Kadek Edi berikut.
....tapi mau gimana lagi men dadia
kan cuman organisasi kecil, beli aja
ngerasa kayaknya semua dadia
nggak ada yang buat laporan
keuangan.
3. Kompetensi warga dadia yang kurang,
maksudnya warga Dadia Punduh
Sedahan belum tentu mengerti laporan
keuangan yang lengkap, ini sesuai
dengan pernyataan sekretaris Dadia
Punduh Sedahan berikut.
....Kalaupun
dibuatin
(laporan
keuangan) warga juga belum tentu
ngerti sama laporan keuangan,
gimana cara bacanya warga kan
juga belum tentu bisa.
Dadia
Punduh
Sedahan
juga
merupakan salah satu organisasi kecil,
akan tetapi dadia ini membuat laporan
keuangan dalam bentuk yang sederhana.
Berikut pernyataan dari Bendahara Dadia
Punduh Sedahan mengenai pembuatan
laporan keuangan.
....Sebenarnya buat, akan tetapi
hanya
dalam
bentuk
yang
sederhana, saya membuat yang
biar warga dadia itu ngerti aja.

Argumen tersebut sesuai dengan teori


tindakan beralasan Ajzen dan Martin
Fishbein pada tahun 1980 (jogiyanto, 2007
dalam Andriani, 2014) yang menyatakan
bahwa manusia berperilaku dengan cara
yang sadar dan mempertimbangkan segala
informasi
yang
tersedia,
sehingga
pengurus dadia tidak salah jika hanya
membuat laporan keuangan dalam bentuk
yang sederhana. Jadi, dadia tidak perlu
membuat laporan keuangan seperti
organisasi-organisasi besar lainnya yang
lengkap
terdapat
Neraca,
Laporan
Operasional, Arus Kas, Laporan Laba
Rugi, Laporan Perubahan Modal, dan
CaLK, sehingga membuat warga dadia
tidak mengerti.
Untuk membuktikan jika Dadia
Punduh Sedahan membuat atau tidak
laporan keuangan, maka dilakukan
pengecekan
terhadap
pencatatanpencatatan yang telah dibuat oleh
bendahara dadia. Setelah dilakukan
pengecekan terhadap catatan-catatan
keuangan dadia, ternyata Dadia Punduh
Sedahan memang membuat laporan
keuangan, akan tetapi masih dalam bentuk
yang sederhana seperti hanya mencatat
pemasukan dan pengeluaran dadia
menjadi satu tidak dalam bentuk kolom
dan tidka membuat laporan keuangan
lengkap (neraca, laba/rugi, atau laporan
komprehensif). Ada dua laporan keuangan
yang dibuat oleh dadia ini, yang pertama
yaitu laporan keuangan pada saat piodalan
dan laporan keuangan pada saat
pelaksanaan
pembangunan.
Laporan
keuangan pada saat piodalan biasanya
berisi tentang pemasukan berupa sesari,
danapunia, dan peturunan jika dilakukan
peturunan, serta berisi pengeluaran kas
saat piodalan. Laporan keuangan saat
pembangunan biasanya berisi tentang
pemasukan berupa sumbangan dari partai
politik dan peturunan jika dilakukan
peturunan, serta berisi pengeluaran kas
berupa pembelian bahan-bahan bangunan.
Masalah pengeluaran kas, Bendahara
Dadia Punduh Sedahan tergolong ketat
karena semua pengeluaran yang dilakukan
harus ada bukti berupa nota kecuali biaya
parkir dan ojek, seperti yang diungkapkan
sendiri oleh bendahara dadia Bapak
Komang Tusta Kalmawan berikut.

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
...saya juga menerapkan sistem
setiap melakukan pembelian harus
disertakan dengan nota, karena
nota ini kan dipake sebagai bukti
pembelin kita. Jadi, saya lebih
mudah juga dalam melakukan
pencatatannya.
Kelian Dadia Punduh Sedahan juga
sangat menekankan pembuatan laporan
keuangan kepada bendaharanya terutama
untuk laporan keuangan pembangunan,
karena laporan keuangan pembangunan
ini akan dipertanggungjawabkan oleh
dadia kepada para pemberi sumbangan
dana. Hal ini dapat diketahui berdasarkan
wawancara dengan Kelian Dadia Punduh
Sedahan berikut.
...ada, setiap kita megajukan
proposal pembangunan pasti ada
nanti
laporan
pertanggungjawabannya.
Karena
apa? Biar nanti benar-benar
digunakan untuk pembangunan.
Dana sumbangan ini sebenarnya
kan
hanya
bersifat
sebagai
pendorong saja, karena untuk dana
yang sebenarnya itu jauh besarnya
dari sumbangan yang diberikan.
Namanya juga kita membangun kan
pasti memerlukan
biaya yang
besar.
Warga Dadia Punduh Sedahan juga
memaklumi laporan keungan dadia yang
dibuat hanya dalam bentuk yang
sederhana, seperti yang diungkapkan
Bapak Nyoman Arsa selaku warga dadia
berikut.
....Dimaklumi karena mengingat
SDM dadia masih pas-pasan.
Kedepannya diharapkan dapat
dibuat sedetail mungkin.
Berdasarkan
gagasan-gagasan
tersebut dapat diketahui bahwa laporan
keuangan tidak harus terdiri atas akunakun yang sulit dan hanya dimengerti oleh
seorang yang belajar di jurusan ekonomi
dan akuntansi. Namun, dapat pula terdiri
atas akun-akun yang sederhana dan
mudah dipahami oleh warga desa yang
biasanya identik dengan kesederhanaan
dan pemahaman yang kurang mengenai
teori-teori. Tidak perlu sulit yang terpenting
adalah mengerti terhadap maksud dari
akun-akun yang sederhana tersebut.

Dengan adanya prinsip tersebut di dalam


pikiran warga Dadia Punduh Sedahan
membuat sikap saaling percaya sesama
warga dadia dan pengurus dapat menjadi
lebih ditingkatkan. Selain itu, hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Andriani (2014) yang menyatakan bahwa
pemahaman terhadap laporan keuangan
tergantung dari kualitas SDM khususnya di
dalam pendidikan, karena masyarakat
desa pada umumnya hanya berlatar
belakang pendidikan tamat SMA atau
meskipun kuliah belum tentu memiliki latar
belakang pendidikan yang sesuai dengan
bidangnya sekarang, misalnya bendahara
Dadia Punduh Sedahan yang memiliki latar
belakang pendidikan D3 Teknik Elektro.
Hal ini tentu saja sangat jauh dari bidang
pekerjaan yang digeluti sekarang yaitu
sebagai bendahara, sehingga laporan
keuangan dibuat hanya sepengetahuan
bendahara saja.
Pertanggungjawaban
Keuangan
Dadia Punduh Sedahan
Pertanggungjawaban
pengelolaan
keuangan di dadia Punduh Sedahan
dilakukan dengan cara yang sederhana
yaitu dengan mengumumkan pemasukan
dan pengeluaran yang dilakukan pada saat
melakukan kegiatan baik itu piodalan
ataupun
pembangunan.
Untuk
pertanggungjawaban pada saat piodalan
biasanya dilakukan keesokan pagi setelah
piodalan dilaksanakan. Ini dapat dilihat
pada pernyataan Kelian Dadia Punduh
Sedahan berikut.
....Disiarkan, kan sekarang odalan
nah besok paginya itu dah
disiarkan, ya katakanlah sumber
pemasukan
sekian,
ditambah
dengan sesari, pokoknya semua
sumber pemasukan itu disana dah
dirangkum, kemudian dibandingkan
dengan jumlah pengeluaran, dapet
dah saldonya.
Dengan cara diumumkan inilah warga
Dadia Punduh Sedahan dapat mengetahui
posisi keuangan dadianya. Apabila ada
yang tidak sesuai dengan pencatatan
sebelumnya, warga dadia akan memprotes
pengurus
dan
mempertanyakatan
keuangannya, sehingga warga Dadia
Punduh Sedahan tergolong kritis terhadap

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
masalah
keuangan.
Untuk
pertanggungjawaban pembangunan juga
biasanya
dilakukan
dengan
cara
diumumkan pada saat selesai melaspasin
bangunan, kemudian yang diumumkan
tersebut akan ditempel kembali pada
papan pengumuman dadia, sehingga
warga
dadia
yang
tidak
jelas
mendengarkan penjelasan pengurus pada
saat pengumuman laporan keuangan,
dapat pula langsung melihat laporan
keuangan tersebut di papan pengumuman
dadia. Seperti yang dinyatakan oleh
bendahara Dadia Punduh Sedahan berikut.
...Selain
itu
pertanggungjawabannya juga akan
diumumkan melalui paruman dadia
pada saat selesai melaspasin
bangunan baru tersebut, dan akan
ditempel pada papan pengumuman
daida. Begitu juga dengan sisa kas
yang dimiliki dadia sekarang.
Selain
membuat
pertanggungjawaban kepada warga dadia,
pengurus
dadia
juga
membuat
pertanggungjawaban
berupa
laporan
pertanggungjawaban kepada pemberi
sumbangan dana pembangunan yaitu
pemerintah pusat atau pemerintah daerah
dan warga dadia sendiri. Ini bertujuan agar
pemerintah yang memberikan sumbangan
dana dapat mengetahui secara jelas
mengenai pengeluaran-pengeluaran yang
dilakukan dan tidak terjadi adanya
penggelapan dana oleh pengurus dadia,
serta agar swadaya warga dadia, seperti
warga dadia yang ada di Denpasar
memberikan
sumbangan
material
bangunan berupa atap senilai Rp
2.100.000,00 kepada dadia dapat diketahui
oleh pemberi sumbangan. Mengarsip
catatan keuangan juga dilakukan oleh
pengurus Dadia Punduh Sedahan agar
warga dadia yang telah memberikan
sumbangan
teruutama
sumbangan
material bangunan dapat mengetahui
jumlah pengeluaran yang dilakukan oleh
pengurus dadia. Hal ini dapat diketahui
dari kutipan wawancara berikut dengan
Bapak Komang Suastika selaku kelian
dadia.
...terus catatannya itu perlu juga
diarsip oleh bendahara karena
siapa tau nanti perkumpulan dadia

yang di Denpasar nanya, soalnya


kan mereka nyumbang atapnya
sebesar Rp 2.100.000,00 itu. Selain
itu, walaupun bangunan sudah
selesai, jika suatu saat nanti ada
pengecekan dari atas soalnya kita
kan juga mengajukan permohonan
bantuan ke atas, dan biar mereka
juga tau swadaya krama dadia kita.
Seluruh warga Dadia Punduh
Sedahan baik pengurus ataupun warganya
sadar bahwa pertanggungjawaban kepada
publik itu sangat penting agar akuntabilitas
pengurus dadia tetap terjaga dan tercipta
suau kepengurusan yang bersih tanpa
adanya keraguan di hati warga dadia. Hal
ini dapat diketahui dari kutipan wawancara
dengan Kelian Dadia Bapak Komang
Suastika berikut.
....penting, sangat penting sekali
itu, kayak waktu ini kan udah
disiarkan ke warga dadianya....
Sedangkan menurut salah satu warga
dadia
Bapak
Nyoman
Arsa
pertanggungjawaban pengurus kepada
warga dadia dianggap penting dapat dilihat
pada kutipan berikut.
....Penting karena biar diketahui
oleh seluruh warga dadia, berapa
persen
menghabiskan
dana,
apakah kurang atau sisa...warga
dadia juga tidak ada yang protes
karena pengurus sudah dianggap
terbuka.
Kembali
lagi
pada
hanya
bermodalkan
kepercayaanlah
suatu
integritas dan tanggungjawab yang dimiliki
harus dapat dijaga dengan baik. Namun,
sebagai
pengurus
dadia
tidak
diperbolehkan juga terlalu memanfaatkan
kepercayaan yang diberikan oleh warga
dadia, karena dengan begitu warga dadia
akan berprasangka dan tidak mempercayai
pengurus lagi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Ada dua jenis pemasukan di Dadia
Punduh Sedahan, yaitu pemasukan
reguler dan non reguler. Untuk pemasukan
reguler di Dadia Punduh Sedahan, berasal
dari peturunan (iuran wajib), ngampel
(iuran wajib bagi warga dadia di luar Bali),
dan
pendapatan
bunga
pinjaman.
Sedangkan untuk pemasukan non reguler

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
berasal dari luar kegiatan dadia sendiri
berupa sumbangan dari partai politik
(bantuan sosial pemerintah), danapunia,
dan sesari.
Ada beberapa alasan Dadia Punduh
Sedahan
tidak
membuat
laporan
keuangan, yaitu: (1) transaksi yang tidak
rutin terjadi, (2) lingkup organisasi yang
kecil, maksudnya karena dadia merupakan
suatu organisasi yang kecil jadi pengurus
dadia merasa tidak perlu membuat laporan
keuangan, (3) kompetensi warga dadia
yang kurang, maksudnya warga Dadia
Punduh Sedahan belum tentu mengerti
laporan keuangan yang lengkap. Namun,
sebaiknya untuk ke depan pengurus Dadia
Punduh Sedahan membuat laporan
keuangan yang lengkap.
Pertanggungjawaban
pengelolaan
keuangan di Dadia Punduh Sedahan
dilakukan dengan cara yang sederhana
yaitu dengan mengumumkan pemasukan
dan pengeluaran yang dilakukan pada saat
melakukan kegiatan. Selain itu, pengurus
dadia juga akan menempel laporan
keuangannya di papan pengumuman
dadia, sehingga warga dadia dapat
melihatnya.
Peneliti dalam penelitian ini memiliki
keterbatasan waktu dalam melaksanakan
wawancara mendalam dengan informan
karena informan tidak ada di tempat saat
akan dilakukan wawancara, dan peneliti
perlu menjelaskan kembali maksud dari
pertanyaan yang diajukan apabila informan
tidak
mengerti.
Untuk
penelitian
selanjutnya, keterbatasan penelitian ini
dapat diatasi dengan menambah alokasi
waktu untuk melakukan wawancara dan
membuat
pertanyaan
yang
mudah
dipahami oleh informan.

Universitas Diponegoro
Semarang.
Atmadja,
Anantawikrama
Tungga.2007.
Dekonstruksi
Terhadap Ideologi Dibalik
Pemilihan
Jurusan
Di
Perguruan
Tinggi
(Studi
Kasus
Pada
Mahasiswi
Jurusan
D3
Akuntansi
Fakultas Pendidikan Ilmu
Pengetahuan
Sosial
Ikip
Negeri
Singaraja).Desertasi
Universitas
Pendidikan
Ganesha Singaraja.
---------.2012.Kajian
Kritis
Kebangkrutan
Lembaga
Perkreditan Desa di Desa
Pakraman
Bontihing,
Kecamatan Kubutambahan,
Buleleng, Bali.Desertasi yang
Tidak
Diterbitkan
pada
Program
Doktor
Ilmu
Akuntansi, Fakultas Ekonomi
dan
Bisnis,
Universitas
Brawijaya.
Atmadja,
Anantawikrama
Tungga,
dkk.2013.Akuntansi
Manajemen
Sektor Publik.Singaraja:Universitas
Pendidikan Ganesha.
Cresswell,J.W.2010.Research
Design
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif
dan
Mixed.[Penerjemah:A.Fawaid].Yog
yakarta:Pustaka Pelajar.
Gitosudarmo, Indriyo dan I Nyoman
Sudita.2000.Perilaku
Keorganisasian.Yogyakarta:BPFE

DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita,
Rahardjo.2011.Pengelolaan
Pendapatan
&
Anggaran
Daerah.Yogyakarta:Graha Ilmu

Ikatan Akuntan Indonesia.2009.Pernyataan


Standar
Akuntansi
Keuangan.Jakarta: Ikatan Akuntan
Indonesia.

Aryawan, Budi Krena.2006.Penerapan


Sanksi Terhadap Pelanggaran
Awig-Awig Desa Adat Oleh Krama
Desa Di Desa Adat Mengwi
Kecamatan Mengwi Kabupaten
Badung Propinsi Bali. Tesis

Komara, Endang.2011.Filsafat Ilmu dan


Metodologi Penelitian.Bandung:PT
Refika Aditama.
Mardiasmo.2009.Akuntansi
Publik.Yogyakarta:ANDI.

Sektor

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

Suwardjono.2005.Teori
Akuntansi.Yogyakarta:BPFE.
Lestari,Ayu
Komang
Dewi.2014.
Membedah Akuntabilitas Praktik
Pengelolaan
Keuangan
Desa
Pakraman
Kubutambahan,
Kecamatan
Kubutambahan,
Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali
(Sebuah Studi Interpretif Pada
Organisasi
Publik
Non
Pemerintahan). Jurnal Jurusan S1
Akuntansi Universitas Pendidikan
Ganesha 2 (1).

Subroto,Agus.2009.Akuntabilitas
Pengelolaan Dana Desa (Studi
Kasus Pengelolaan Alokasi Dana
Desa di Desa-Desa dalam Wilayah
Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten
Temanggung Tahun 2008). Tesis
Program Studi Magister Sains
Akuntansi Universitas Diponegoro
Semarang.
Surpha,

I Wayan.2002.Seputar Desa
Pakraman
dan
Adat
Bali.Denpasar:Pustaka Bali Post

Winanti,Ni Putu.2009.Pura Keluarga dan


Pratima.Denpasar:Pustaka Bali Post.

Anda mungkin juga menyukai