Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

GEOPOLITIK INDONESIA
( WAWASAN NUSANTARA )

Oleh :
Alvin Wahyu SP

145030200111002

Muhammad Bagus Seto 145030207111079


Moh. Yusuf Wahyudi

145030200111005

Yogi Prasetyo

145030201111087

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS


JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Dalam

kehidupan

berbangsa dan

bernegara

keanekaragaman

(pendapat, kepercayaan, hubungan, dsb) memerlukan suatu perekat agar bangsa


yang bersangkutan dapat bersatu guna memelihara keutuhan negaranya.
Suatu bangsa dalam menyelengarakan kehidupannya tidak terlepas dari
pengaruh lingkungannya, yang didasarkan atas hubungan timbal balik atau kaitmengait antara filosofi bangsa, idiologi, aspirasi, dan cita-cita yang dihadapkan
pada kondisi sosial masyarakat, budaya dan tradisi, keadaan alam dan wilayah
serta pengalaman sejarah.
Upaya

pemerintah

dan

rakyat

menyelengarakan

kehidupannya,

memerlukan suatu konsepsi yang berupa Wawasan Nasional yang dimaksudkan


untuk menjamin kelangsungan hidup, keutuhan wilayah sertajati diri. Kata
wawasan berasal dari bahasa Jawa yaitu wawas (mawas) yang artinya melihat
atau memandang, jadi kata wawasan dapat diartikan cara pandang atau cara
melihat.
Kehidupan

negara

senantiasa

dipengaruhi

perkembangan

lingkungan strategik sehinga wawasan harus mampu memberi inspirasi pada suatu
bangsa dalam menghadapi berbagai hambatan dan tantangan yang ditimbulkan
dalam mengejar kejayaanya.
Dalam mewujudkan aspirasi dan perjuangan ada tiga faktor penentu
utama yang harus diperhatikan oleh suatu bangsa :
1.

Bumi/ruang dimana bangsa itu hidup

2. Jiwa, tekad dan semangat manusia I rakyat


3. Lingkungan
Wawasan Nasional adalah cara pandang suatu bangsa yang telah
menegara tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensinya yang
terhubung

(interaksi

bernegara

di

&

interelasi)

serta pembangunannya

di

serba
dalam

tengah-tengah lingkungannya baik nasional, regional, maupun

global.
1.2.

Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai

berikut :

1. Wilayah sebagai ruang hidup bangsa


2. Wawasan nusantara sebagai pandangan geopolitik bangsa Indonesia
3. Implementasi wawasan nusantara dalam berbagai bidang kehidupan
berbangsa

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Wilayah sebagai ruang hidup bangsa
Menurut Ir. Soekarno di hadapan Sidang BPUPKI (Setneg, tt:
66), orang dan tempat tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, setelah
membangsa orang menyatakan tempat tinggalnya sebagai negara, selanjutnya
pengertian negara tidak hanya wilayah tempat tinggal, namun diartikan lebih
luas (telah dibahas pada Bab III). Karena orang dan tempat tinggal tidak dapat
dipisahkan, perebutan ruang menjadi hal yang menimbulkan konflik antar
antar manusia hingga kini. Untuk dapat mempertahankan ruang hidupnya
bangsa harus mempunyai kesatuan cara pandang yang dikenal sebagai
wawasan nasional. Ilmuwan politik dan militer menyebutnya sebagai
geopolitik.
Konsep wawasan nasional setiap bangsa berbeda. Hal ini
berkaitan erat dengan profil diri bangsa (sejarah, pandangan hidup, ideologi,
budaya) dan geografi. Kedua unsur pokok inilah yang harus diperhatikan
dalam pembuatan konsepsi geopolitik bangsa dan negara. Untuk dapat
melaksanakan wawasannya bangsa perlu menyusun konsep geostra-tegi.
Strategi sendiri merupakan bagian dari politik, hal ini seperti diungkapkan
dalam teori para panglima perang. Clauswitz menyatakan Perang merupakan
kelanjutan dari politik, sedangkan strategi adalah ilmu/seni untuk
memenangkan perang. Oleh karenanya membahas geopolitik tidak lepas
membahas geostrategi.
Konsep

wawasan

kebangsaan

tentang

wilayah

mulai

dikembangkan sebagai ilmu pada akhir abad XIX dan awal abad XX.
Konsepsi ini dikenal sebagai geopolitik, yang pada mulanya membahas
geografi dari segi politik negara (state). Selanjutnya berkem-bang konsep
politik (dalam arti distribusi kekuatan) pada hamparan geografi negara,
sehingga tidaklah berlebihan bahwa geopolitik sebagai ilmu baru dicurigai
sebagai upaya pembenaran pada kosepsi ruang (Sunardi. 2004: 157). Oleh
karena itu dalam membahas masalah wawasan nasional, disamping
3

membahas sejarah terjadinya konsep wawasan nasional perlu membahas pula


teori geopolitik serta implementasinya pada negara kita.
Sebelum membahas masalah geopolitik (suatu negara) perlu
mendalami ciri khusus negara berdasarkan bentuk geomorfologinya, yaitu
pada konstalasi wilayah secara utuh (darat, laut dan udara) dan perilaku
manusia menghadapi tantangan berdasarkan bentuk geografinya. Negara
(dalam arti wilayah) dapat dibedakan: (1) Dikelilingi daratan (land lock
country); (2) Berbatasan dengan laut, yang dapat dibedakan: (a) negara pulau
(oceanic archipelago), (b) negara pantai (coastal archipelago), (c) Negara
kepulauan (archipelago).
Menurut regim hukum laut lama, laut menjadi pemisah dari
pulau-pulau. Akibat ketentuan ini, negara Indonesia dan banyak negara
nasional baru (pasca Perang Dunia II) menjadi tidak utuh. Oleh karena itu
sejak 1957 Pemerintah Republik Indonesia memperju-angkan agar asas
kepulauan diperbaharui dan baru berhasil tahun 1982. Perjuangan berkat
dukungan negara-negara nasional baru yang memiliki wilayah gugusan pulau.
Kini pengertian asas Negara kepulauan, adalah (UNCLOS 1982, pasal 46):
a. Negara Kepulauan berarti suatu Negara yang seluruhnya terdiri
dari satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau
lain.
b. kepulauan berarti suatu gugusan pulau, termasuk bagian pulau,
perairan

dianta-ranya

dan

lain-lain

wujud

alamiah

yang

hubungannya satu sama lainnya demikian eratnya sehingga pulaupulau, perairan dan wujud alamiah lainnya itu merupakan suatu
kesatuan geografi, ekonomi dan politik yang hakiki, atau secara
historis dianggap sebagai demikian.
Geopolitik Indonesia dinamakan Wawasan Nusantara, dengan
alasan: (1) Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan
(Setneg RI, tt: 66); (2) Berada diantara dua benua (Asia dan Australia) dan
dua lautan (Lautan India dan Lautan Pasifik) sehingga tepatlah bila
dinamakan Nusantara (nusa diantara air); (3) Keunikan lainnya adalah bahwa

wilayah nusantara berada di Garis Khatulistiwa dan diliwati oleh Geo


Stationary Satelite Orbit (GSO).
Untuk melaksanakan konsepsi Wawasan Nusantara, disusun
konsepsi geostrategi yang diberi nama Ketahanan Nasional. Dalam konsepsi
ini bangsa Indonesia menguta-makan pembangunan kekuatan sosial sebagai
prioritas utama dan pembangunan kekuatan fisik prioritas selanjutnya
(Lemhannas 1980: 227). Kekuatan sosial yang terbina dengan baik secara
persuasif akan mampu mengajak masyarakat untuk membangun kekuatan
fisik untuk kesejahteraan dan keamanan negara dan bangsa.
Geopolitik dan Geostrategi serta Implementasi Istilah geopolitik
semula sebagai ilmu bumi politik kemudian berkembang menjadi
pengetahuan tentang sesuatu yang berhubungan geomorfologi (ciri khas
negara yang berupa: bentuk, luas, letak, iklim, dan sumber daya alam) suatu
negara untuk membangun dan membina negara. Para penyelenggara
pemerintah nasional kini menyusun pembinaan politik nasional berdasarkan
kondisi dan situasi geomorfologi dan unsur-unsur lain (penduduk, falsafat dan
sejarah bangsa) secara ilmiah berdasarkan cita-cita bangsa.
Sedangkan geostrategi diartikan sebagai pelaksanaan geopolitik
dalam Negara (Poernomo, 1972), yang pada awalnya diartikan sebagai
geopolitik untuk kepentingan militer. Hal ini tentunya berkaitan dengan arti
strategi itu sendiri, yaitu ilmu atau seni tentang jenderal (the art of
generalship). Strategi itu sendiri semula banyak dikembang-kan oleh kaum
militer yaitu: bagaimana memenangkan perang. Sedangkan perang menurut
Carl von Clausewitz, adalah penyelesaian politik dengan cara lain (Paret,
1985: 393). Dari sejarah dunia kita ketahui bersama bahwa para pemimpin
negara dimasa lampau selalu berasal dari kalangan militer. Namun kini istilah
strategi lebih populer pula di kalangan ekonom, industrialis, bahkan para ahli
pendidikan. Jadi pemikiran strategi kini diartikan bagaimana kita akan
memenangkan pasar untuk keperluan produk kita dan sekaligus untuk
meyakinkan kita bahwa bahan baku dapat terjamin lebih lama (sampai lebih
dari 20 tahun) dari awal perhitungan kita, serta bagaimana kita
menggunakannya seefektif mungkin (Pearson, 1990: 22). Lebih lanjut

geostrategi didefinisikan sebagai: Kebijakan untuk me-nentukan saranasarana, untuk mencapai tujuan politik dengan memanfaatkan konstelasi
geografi. Sebagai akibatnya geostrategi menjadi upaya menguasai sumber
daya (terutama sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui) untuk tujuan
kelangsungan hidup bangsa.
Beberapa

Pandangan

Para

Pemikir

Geopolitik

Sebelum

membahas wawasan nasional terlebih dahulu perlu pembahasan tentang


beberapa pendapat dari para penulis geopolitik:
1. Friedrich Ratzel (1844-1904). Teori yang dikemukakan adalah teori
Ruang yang konsepsinya dipengaruhi oleh ahli biologi Charles Darwin. Ia
menyamakan negara sebagai makhluk hidup yang makin sempurna serta
membutuhkan ruang hidup yang makin meluas. Pendapat ini dipertegas
Rudolf Kjellen (1864-1922) dengan teori kekuatan, yang pada pokoknya
menyatakan bahwa negara adalah satuan politik yang menyeluruh serta
sebagai

satuan

biologis

yang

memiliki

intelektualitas.

Dengan

kekuatannya mampu ekploitasi negara primitif agar negaranya dapat


swa sembada. Beberapa pemikir sering menyebutnya sebagai Darwinisme
sosial.
2. Karl Haushoffer (1869-1946). Teori Ruang dan Kekuatan, dikenal pula
sebagai Teori Pan Regional: (a) lebensraum (ruang hidup) yang cukup, (b)
autarki (swasembada), (c) dunia dibagi 4 Pan Region, setiap region
dipimpin satu bangsa yang unggul, (d) Pan region terdiri dari Pan
Amerika (USA), Pan Asia Timur (Jepang), Pan Rusia India (Rusia), Pan
Eropa Afrika (Jerman). Dari pembagian daerah inilah kita dapat segera
tahu percaturan politik masa lalu (yang sedikit rasis) dan masa depan.
3. Sir Halford Mackinder (1861-1947). Teori Daerah Jantung (dikenal pula
sebagai wawasan benua). Menurutnya, jika ingin menguasai dunia, harus
kuasai Daerah Jantung, untuk itu diperlukan kekuatan darat yang
memadai. Teori ahli geografi ini mungkin terkandung agar negara lain
selalu berpaling pada pembentukan kekuatan darat. Dengan demikian
tidak mengganggu pengembangan armada laut Inggris. Tentang
pembagian daerah dapat disimpulkan: (1) dunia terdiri: 9/12 air, 2/12
pulau dunia (Eropa, Asia, Afrika), 1/12 pulau lain, (2) daerah terdiri: (a)

Daerah Jantung (heartland), terletak di pulau dunia yaitu: Rusia, Siberia,


Sebagian Mongolia, (b) Daerah Bulan Sabit Dalam (inner cresent)
meliputi: Eropa Barat, Eropa Selatan, Timur Tengah, Asia Selatan, Asia
Timur, dan (c) Bulan Sabit Luar (outer cresent) meliputi: Afrika,
Australia, Amerika/Benua Baru.
4. Sir Walter Raleigh (1554-1618) dan Alfred Thayer Mahan (1840-1914).
Teori Kekuatan Maritim yang dicanangkan oleh Raleigh, bertepatan
dengan kebangkitan armada Inggris dan Belanda yang ditandai: dengan
kemajuan

teknologi

perkapalan

dan

pelabuhan

serta

semangat

perdagangan yang tidak lagi mencari emas dan sutera di Timur sematamata (Simbolon, 1995: 425). Pada masa ini pula lahir tentang pemikiran
hukum laut internasional yang berlaku sampai tahun 1994 (setelah
UNCLOS 1982 disetujui melalui SU PBB). Menurut Sir W. Raleigh:
Siapa yang kuasai laut akan kuasai perdagangan dunia/kekayaan dunia
dan akhirnya menguasai dunia, oleh karena itu harus memiliki armada
laut yang kuat. Sebagai tindak lanjut maka Inggris berusaha menguasai
pantai-pantai benua, paling tidak menyewanya. Sementara itu, menurut
Alfred T. Mahan, Laut untuk kehidupan, sumber daya alam banyak
terdapat di laut, oleh karena harus dibangun armada laut yang kuat untuk
menjaganya.
5. Giulio Douhet (1869-1930) dan William Mitchel (1879-1936). Awal abad
XX merupakan kebangkitan ilmu pengetahuan penerbangan. Kedua orang
ini mencita-citakan berdirinya Angkatan Udara. Dalam teorinya,
menyebutkan bahwa kekuatan udara mampu beroperasi hingga garis
belakang lawan serta kemenangan akhir ditentukan oleh kekuatan udara.
6. Nicholas J. Spykman (1893-1943). Teori Daerah Batas (Rimland theory).
Teorinya dipengaruhi oleh Mackinder dan Haushoffer, terutama dalam
membagi daerah. Dalam teorinya tersirat bahwa: (a) Dunia menurutnya
terbagi 4 daerah, yaitu: Heartland, Offshore continents belt (rimland),
Oceanic belt dan New World (benua Amerika), (b) Menggunakan
kombinasi kekuatan darat, laut, udara untuk kuasai dunia, (c) Daerah
Rimland akan lebih besar pengaruhnya dalam percaturan politik dunia

dari pada daerah jantung, (d) Wilayah Amerika yang paling ideal dan
menjadi negara terkuat.
7. Bangsa Indonesia. Wawasan bangsa Indonesia tersirat melalui UUD 1945
antara lain: (a) Ruang hidup bangsa terbatas diakui internasional, (b)
Setiap bangsa sama derajatnya, berkewajiban menjaga perdamaian dunia,
(c) Kekuatan bangsa untuk mempertahankan eksistensi dan kemakmuran
rakyat.
Geopolitik dalam Praktek Kenegaraan
Dari teori geopolitik timbul upaya membuat perbatasan wilayah negara yang
dikenal sebagai boundary. Pemikiran maritim dari Mahan, bahwa kekuatan
negara tidak tergantung dari luas faktor daratan dengan isinya namun
tergantung pula faktor luasnya akses ke laut berikut bentuk pantainya. Bentuk
pantai

yang

memudahkan

pengembangan

menjadi

pelabuhan

besar

membentuk masyarakat yang kosmopolitan. Oleh karena itu Mahan


berpendapat bahwa ada 4 (empa) faktor yang harus diperhatikan yaitu:
1. Situasi geografi, yaitu topomorfologi yang dikaitkan dengan ada tidaknya
akses ke laut dan penyebaran penduduk.
2. Kekayaan Alam dan Zona Iklim, yaitu faktor yang mengkaitkan
kemampuan industri dengan kemandirian penyediaan pangan.
3. Konfigrasi Wilayah Negara, yang sangat memengaruhi karakter rakyat
dan orientasi wawasannya.
4. Jumlah Penduduk
Lebih lanjut Mahan menaruh perhatian pada konfigurasi wilayah
negara serta pengaruhnya pada karakter rakyat. Karakter orang pegunungan
akan berbeda dengan rakyat di daerah dataran rendah maupun di daerah
kepulauan. Pendapat Mahan ini dikembangkan oleh Ratzel yang menyatakan
bahwa agar negara menjadi kuat dibutuhkan daratan yang luas dan akses ke
laut. Dari pendapat ini pada abad XX Jerman berupaya memperluas daratan
ke arah Timur dengan semboyan Drang nach Osten.
Pemikiran geografi politik sampai pada akhir abad XIX
didominasi oleh pendapat Ratzel dan Mahan yang menganggap negara
8

sebagai organisme dan memengaruhi perilaku kehidupan manusianya. Para


penulis geopolitik memandang bahwa wilayah suatu negara merupakan hal
yang utama yang harus diperhatikan dalam menyusun strategi negara. Tokohtokoh penganut paham determinis dalam tulisannya menerbitkan doktrin
kekuatan.
Pada permulaan abad XX banyak penulis Perancis yang
beranggapan bahwa negara sebagai organisme hidup memiliki moral dan
spiritual sehingga negara bukan merupakan suatu ruang hampa. Dalam negara
ada semangat nasionalisme, yang berupa antara lain: rasa kebangsaan, faham
kebangsaan, cinta tanah air.
Rudolf Kjellen menamakan pengetahuan geopolitik menjadi
Science of the State. Pengetahuan yang melahirkan ajaran untuk
mengantisipasi berlakunya hukum alamiah tentang organisme pada negara.
Menurut Kjellen akan muncul beberapa negara besar saja yang memengaruhi
negara kecil. Bila dikaitkan pada masa itu maka negara yang akan menjadi
besar adalah negara yang memiliki jalur-jalur pelayaran niaga. Dengan
bertitik tolak pada doktrin wawasan maritim dari Raleight, Inggris
mengembangkan

kekuatan

maritim

dengan

menguasai

pantai-pantai

sepanjang Eropa, Asia, Afrika dan Amerika untuk dapat mempertahankan


the life line of the British Empire (Basrie, 1995: 11).
Mackinder melihat bahwa konflik antar negara sebenarnya
bukan karena konflik negara maritim tetapi justru pada negara dalam
heartland (Euro-Asia). Yaitu konflik antara kekuatan negara daratan dengan
negara kepulauan dan pinggiran, yang menurutnya negara jantung akan lebih
unggul. Teori yang cukup kita dikenal ini adalah: Who rules East Europe
commands the heartland. Who rules the Heartland commands the World
Island. Who rules World Island commands the World. (Poernomo, 1973: 73)

Haushoffer mengembangkan teori geopolitik antara lain tentang Lebensraum,


(teori yang membenarkan perluasan wilayah sehubungan pertambahan
penduduk untuk dapat menunjang swasembada). Kesatuan Region (teori

pembagian daerah) yang membenarkan negara besar dan maju untuk


mengatur dan sekaligus menyetujui ekspansi ke wilayah yang ditentukan.
Teori-teori ini disitir Adolf Hitler dalam bukunya Mein Kampf. Doktrin
Hoka I Chiu digunakan di Jepang, sehingga berkembang semangat rasialis
dan mem-bangkitkan militerisme pada sejumlah negara di Eropa dan Asia.
Meskipun teori gepolitik Haushofer dianut oleh Hitler, namun ia tidak
sependapat untuk menyerbu Rusia sehingga ia tidak populer lagi di the Third
Riech (Baker, dalam EA vol 13, 1971: 859).
Geostrategi dalam Praktek Kenegaraan
Negara maju (terutama Imperium Barat) sangat terpengaruh oleh teori
Haushoffer dan Mahan, sehingga mereka berusaha mengupayakan ruang
hidup yang cukup. Upaya itu dilaksanakan dengan bentuk kolonisasi atas
negara yang mereka anggap masih kurang berbudaya (budaya diartikan
sebagai hasil upaya manusia untuk meningkatkan kehidupan-nya). Dengan
demikian sampai pada awal Perang Dunia I Imperium Barat (terutama Inggris
dan Perancis) menguasai wilayah seluas 84 % daratan dunia (Huntington,
1996: 51). Sedangkan sisanya tidak sepenuhnya merdeka seperti negaranegara Amerika Latin dan beberapa negara Asia yang dijadikan buffer state
karena adanya perebutan wilayah negara imporium Barat. Perebutan wilayah
tersebut tidak lepas dari revolusi teknologi transportasi dan persenjataan.
Imperium Barat berupaya menguasai sisa daratan yang masih merdeka.
Gambaran tersebut tersirat bahwa geopolitik Imporium Barat
berupaya menguasa dunia. Geostrategi yang digelarnya adalah strategi global
yang menitik beratkan pada kemampuan teknologi bangsanya. Inggris dan
Belanda melalui teknologi maritim sehingga menitik beratkan pada doktrin
kekuatan laut sedangkan Perancis melalui doktrin kekuatan darat. Jerman
yang bersatu (akhir abad XIX) berupaya bangkit sehingga untuk melebarkan
ruang hidupnya kurang berarti dibandingkan Inggris dan Perancis. Spanyol
dan Portugal yang bangkit lebih dulu mengalami surut. Sedangkan Rusia
setelah kekalahannya dengan Jepang menitik beratkan geostrateginya pada
penguasaan daratan (doktrin Mackinder).

10

Perang Dunia (PD) I pada hakikatkannya adalah upaya


imperium Perancis dan Inggris untuk mengecilkan, Austria-Hungaria, Jerman
(dan Turki) dan mengikat Rusia agar tidak mencari daerah panas dengan
membantu Balkan yang sedang kacau. Aliansi ini ikut berupaya
memerdekakan Yunani dan memerangi rakyat Balkan yang ingin mendirikan
negara nasional (Hirst, 2001: 95). Akhir PD I seperti kita ketahui bersama
kemenangan ada dipihak sekutu (Inggris dan Perancis) yang dibantu Amerika
Serikat. Mereka membagi wilayah Turki, yang dikenal sebagai The Ottoman
Heritage (Robert, 2002: 932-944). Geostrategi yang diterapkan semboyan
hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri.Pada kenyataannya
imperium Barat memperkenalkan sistem protektorat, sebagai kontra dari
konsep Rusia (Komunis) yang ingin memerdekan rakyat terjajah.
Untuk tetap mempertahankan sistem negara liberal moderen,
imperium Barat menekankan tetap perlunya mepertahankan keeksklusifan
teritorial (Hirst, 2001: 83), yang meliputi: perdamaian internal, legitimasi
pendinastian dan sistem perdagangan. Jerman mencoba bangkit dengan
mempraktekkan teori geopolitik Haushoffer dengan mengajak Italia dan
Jepang untuk bergabung dengan mendirikan persekutuan poros (Axis). Oleh
karenanya Perang Dunia II tidak dapat dihindarkan dan lebih dahsyat, yang
pada hakikatnya merupakan pelaksanaan geopolitik dari negara Axis, yaitu
mencari pusat-pusat sumber daya alam. Jerman memperluas wilayahnya ke
arah Timur dengan semboyan Drang nach Osten (Sunardi, 2004: 164),
sedangkan Jepang dan Italia ke arah Selatan, yaitu Asia Timur dan Afrika
Utara bagian Timur.
Demikian gambaran geopolitik dan geostrategi negara-negara
yang berdaulat hingga pada akhir PD II. Pasca PD II, dunia seolah dibagi dua
yakni blok negara-negara liberal (Negara Barat) dan blok negara-negara
sosialis (Negara Sosialis). Kedua blok ini pada PD II dikenal sebagai sekutu
(Alien) melawan blok Axis (poros). Negara Jerman Barat dan Jepang kini
menjadi Blok Liberal. Oleh karenanya membahas geopolitik negara berdaulat
kita akan membahas perimbangan kekuatan (balance of power). Perimbangan
kekuatan akan berbeda pada setiap waktu namun pada dasarnya adalah

11

bagaimana negara yang berdaulat berbagi wilayah untuk dikuasai.


Perimbangan Kekuatan abad XVIII yaitu antara Dinasti Bourbon (Perancis)
yang berhadapan dengan Dinasti Habsburg (Austria) untuk saling berebut
wilayah daratan Eropa (Morgenthau, 2006: 348).
Pasca PD II geostrategi negara-negara pemenang perang adalah
strategi global yang kemudian dikenal sebagai globalisasi. Negara-negara
pemenang perang, baik negara liberal maupun sosialis berlomba untuk
mencari mitra baru. Mereka membentuk pakta pertahanan dan bahkan
bermitra dengan ex musuh. Jepang dirangkul dan dipayungi oleh Amerika
Serikat selama Jepang bersedia menjadi negara demokrasi liberal, termasuk
sistem agraria dan pendidikan (Roberts, 2004: 1062). Sebagai akibatnya
pertumbuhan ekonomi dan teknologi Jepang lebih pesat daripada negara
bekas jajahan dan bahkan negara pemenang perang. Demikian pula dengan
Jerman Barat yang lebih pesat kebang-kitan sebagai akibat perang dari pada
Perancis dan negara-negara Eropa kontinental pada umumnya. Sedangkan
pada blok sosialis kemajuan ekonomi tidak begitu mengembirakan.
Pasca PD II, melahirkan banyak negara nasional yang
merupakan negara bekas jajahan. Negara-negara baru ini masih dalam upaya
membangun identitas baru dan menjadi incaran kedua blok untuk dirangkul
dan diberi bantuan untuk pembangunan wilayahnya dengan mencontoh pada
salah satu blok. Akhirnya terbentuk negara dunia ketiga dan dikenal pula
sebagai negara sedang berkembang. Dalam perjalanan sejarah selanjutnya
negara ini menjadi sasaran rebutan oleh kedua blok yang bertikai. Perang
fisik kemungkinan tidak terjadi, namun pada blok Barat berkembang Teori
Domino yang menyatakan bahwa apabila satu negara jatuh ke blok timur
maka tetangganya akan ikut bergabung dengan negara blok Timur. Cara
mengatasinya dengan jalan persuasi kepada negara dunia ketiga agar bersedia
bergabung ke dalam blok Barat melalui penetrasi teknologi mutahir yang
pada hakekatnya merupakan kolonialisme baru.

2.2 Wawasan nusantara sebagai pandangan geopolitik bangsa Indonesia


12

A. Paham Geopolitik Bangsa Indonesia


Paham geopolitik bangsa Indonesia terumuskan dalam konsepsi
Wawasan Nusantara. Bagi bangsa Indonesia, geopolitik merupakan
pandangan baru dalam mempertimbangkan Faktor-faktor geografis
wilayah Negara untuk mencapai tujuan nasionalnya. Untuk indonesia,
geopolitik adalah kebijakan dalam rangka mencapai tujuan nasional
dengan memanfaatkan keuntungan letak geografis Negara berdasarkan
pengetahuan ilmiah tentang kondisi geografis tersebut.
Secara geografis, Indonesia memiliki ciri khas, yakni diapit dua
samudra dan dua benua serta terletak dibawah orbit geostationary Satellite
Orbit (GSO), dan Indonesia bisa disebut sebagai Benua Maritim Indonesia.
Wilayah Negara Indonesia tersebut dituangkan secara yuridis formal dalam
Pasal 25A UUD 1945 Amandemen IV. Atas dasar itulah indonesia
mengembangkan paham geoplitik nasionalnya, yaitu Wawasan Nusantara.
Dan secara historis, wilayah Indonesia sebelumnya adalah wilayah bekas
jajahan belanda yang dulunya disebut Hindia Belanda.
Berdasarkan fakta geografis dan sejarah inilah, wilayah
Indonesia beserta apa yang ada di dalamnya dipandang sebagai satu
kesatuan. Pandangan atau Wawasan Nasional Indonesia ini dinamakan
Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara sebagai konsepsi geopolitik
Bangsa Indonesia.

B. Perumusan Wawasan Nusantara


Konsepsi Wawasan Nusantara dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan, yaitu dalam ketetapan MPR mengenai GBHN.
Secara berturut-turut ketentuan tersebut adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Tap MPR No. IV \ MPR \ 1973


Tap MPR No.IV \ MPR \ 1978
Tap MPR No. II \ MPR \ 1983
Tap MPR No. II \ MPR \ 1988
Tap MPR No. II \ MPR \ 1993
13

6. Tap MPR No. II \ MPR \ 1998


Dalam ketetapan tersebut dinyatakan bahwa Wawasan dalam
penyelenggaraan pembangunan nasional mencapai Tujuan Pembangunan
Nasional adalah Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara adalah
wawasan nasional yang bersumber dari pancasila dan UUD 1945.
Hakikat dari wawasan nusantara adalah kesatuan bangsa dan
keutuhan wilayah Indonesia. Cara pandang bangsa Indonesia tersebut
mencakup:
1. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik
2. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi
3. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial
Budaya
4. Perwujudan

kepulauan

Nusantara

sebagai

Satu

Kesatuan

Pertahanan Keamanan.

14

2.3 Implementasi wawasan nusantara dalam berbagai bidang kehidupan


berbangsa
Imlementasi wawasan nusantara bertujuan untuk menerapkan wawasan
nusantara dalam kehidupan sehari-hari yang mencakup bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya, serta pertahanan nasional.
Bidang Politik
Dalam kehidupan politik ini akan menciptakan iklim penyelenggaraan
negara yang lebih sehat dan dinamis. Hal tersebut tampak di dalam wujud
pemerintahan yang aspiratif, kuat serta terpercaya yang dibangun sebagai
penjelmaan kedaulatanrakyat.
Bidang Ekonomi
Dalam

kehidupanekonomiiniakanterciptanyatatananekonomi

yang

menjaminpemenuhandanmeningkatnyakesejahteraandankemakmuranrakyatdenga
nmeratadanadil.

Di

sisilain,

ImplementasiWawasan

mencerminkansikaptanggungjawabpengelolaanSumberDayaAlam

Nusantara
(SDA)

yang

selalumemperhatikankebutuhanmasyarakattiapdaerahsecaratimbalbalikdankelestar
ianSumberDayaAlam (SDA) itusendiri.
Bidang Sosial & Budaya
DalamkehidupanSosialBudayaakanmenciptakansikaplahirdanbatin yang
mampuuntukmenerima,
mengakuidanmenghormatisegalabentukperbedaanataukebhinekaansebagaikenyata
anhidupsekaligusmenjadikaruniadari

Sang

Pencipta.

ImplementasiSosialBudayainijugaakanmenciptakankehidupanmasyarakatdanbang
sa yang lebihrukundanbersatutanpamembeda-bedakan agama.
Bidang Pertahanan & Keamanan
DalamkehidupanPertahanan&Keamananakanmenumbuhkembangkan
rasa

kesadarancintatanah

air

danbangsa

yang

nantinyaapabiladiterapkanakanmembentuksikapBela Negara dalamdiritiapWarga


Negara Indonesia. KesadarandanSikapCinta Tanah Air danbangsasertaBela
Negara

iniakanmenjadisalahsatu

nantinyasebagaipenggerakpartisipasiWarga

modal
Negara

utama
Indonesia

yang
di

dalammenanggapiberbagaibentukdatangnyaancaman,
15

seberapapunkecilnyadandarimana

pun

datangnya,

atausetiapgejala

membahayakankeselamatanbangsadankedaulatannegara.

yang
Di

dalampembinaanseluruhaspekkehidupannasional,
dijelaskansebagaimanadiatasbahwaImplementasiWawasan

Nusantara

harusmenjadinilai yang menjiwaisegenenapperaturanperundang-undangan yang


berlaku di setiap strata seluruh Indonesia.Namun, disampingitujugaWawasan
Nusantara di implementasikandalamsegenappranatasosial yang berlaku di
masyarakatdalamnuansakebhinekaansehinggaakanmenciptakankehidupan

yang

lebihakrab, peduli ,hormat, tolerandantaatkepadahukum.


Adapun contoh implementasi wawasan nusantara dalam berbagai bidang,
yaitu :
BidangPolitik
Kekayaan di seluruh wilayah Nusantara, baik potensial maupun efektif,
adalah modal dan milik bangsa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di seluruh
wilayah Indonesia secaramerata.
Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial budaya
Masyarakat Indonesia adalah satu bangsa yang harus memiliki kehidupan
serasi dengan tingkat kemajuan yang merata dan seimbang sesuai dengan
kemajuan bangsa.
BidangEkonomi
Tingkat perkembangan ekonomi harus seimbang dan serasi di seluruh
daerah tanpa mengabaikan ciri khas yang memiliki daerah masing-masing.
Kehidupan perekonomian di seluruh Indonesia diselenggarakan sebagai
usaha bersama dengan asas kekeluargaan dalam sisteme konomi kerakyatan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
BidangSosial&Budaya
Budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu kesatuan dengan corak
ragam budaya yang menggambarkan kekayaan budaya bangsa. Budaya Indonesia
tidak menolak nilai- nilai budaya asing asalkan tidak bertentangan dengan nilainilai budaya bangsa sendiri dan hasilnya dapat dinikmati.

16

Pemerataan pendidikan di semua daerah dan program wajib belajar harus


diprioritaskan bagi daerah tertinggal
Pelestarian budaya, pengembangan museum, dan cagar budaya
Bidang Pertahanan & Keamanan
Bahwa ancaman terhadap satu pulau satu daerah pada hakikatnya adalah
ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.
Tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk
ikut serta dalam pertahanan dan keamanan negara dalam rangka pembelaan
negara dan bangsa.

Pengembangan usaha kecil adalah


perwujudan Wawasan Nusantara
dalam bidang ekonomi

Pemilihan umum adalah salah satu


bentuk perwujudan Wawasan
Nusantara dalam bidang politik

Pemerataan pendidikan adalah perwujudan dari Wawasan


Nusantara dalam bidang Sosial & Budaya

17

KESIMPULAN
KESIMPULANWawasan nusantara adalah cara pandang bangsan
Indonesiatentang diri dan lingkungan sekitarnya berdasarkan ide nasionalnyayang
berlandaskan pancasila dan UUD 1945 yang merupakanaspirasi bangsa Indonesia
yang merdeka berdaulat dalammencapai tujuan perjuangan nasional. Ruang
lingkup wawasannusantara antara lain :
- Kesatuan politik
- Kesatuan ekonomi
- Kesatuan sosial budaya
- Kesatuan pertahanan keamanan
Fungsinya sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu-rambu
dalam menentikan segala kelejaksaan keputusan, tindakandan perbuatan bagi
penyelenggaraan ditingkat pusat dan daerahmaupun bagi seluruh rakyat Indonesia
dalam
kehidupanbermasyarakat,
berbangsa
dan
bernegara.
Beberapaimplementasinya yaitu :
- Pada kehidupan politik
- Pada kehidupan ekonomi
- Pada kehidupan sosial budaya
- Pada kehidupan pertahanan keamanan

18

Daftar Pustaka

Achmad Fauzi, Pancasila, Tinjauan Konteks Sejarah, Filsafat Ideologi


Nasional dan Ketatanegaraan Republik Indonesia, Malang:PT. Danar
Jaya Brawijaya University Press, 2003.
Adnan Buyung Nasution, Aspirasi Pemerintah Konstitusional di Indonesia,
Jakarta:Grafitti, 1995.

19

Anda mungkin juga menyukai