Anda di halaman 1dari 2

Aspirin

Aspirin memiliki efek analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi. Obat ini menghambat
kedua isoform COX secara non-selektif dan irreversible, sehingga tidak terbentuk
prostaglandin dan tromboxan. Tromboxan berfungsi untuk agregasi trombosit, sehingga obat
ini mampu menghambat agregasi trombosit.
Dosis. Pada nyeri dan demam, oral dewasa 4 dd 0,5-1 g p.c., maks 4 g sehari, anak-anak
sampai 1 tahun 10 mg/kg 3-4x sehari, 1-12 tahun 4-6 dd, di atas 12 tahun 4 dd 320-500 mg,
maks 2 g/hari, rectal dewasa 4 dd 0,5-1 g, anak-anak sampai 2 tahun 2 dd 20 mg/kg, di atas 2
tahun 3 dd 20 mg/kg p.c. Pada rema, oral dan rectal 6 dd 1 g, maks 8 g/hari. Pada serangan
migraine, single dose dari 1 g, 15-0 menit sesudah minum domperidon atau metoklopramida.
Untuk prevensi sekunder infark jantung 1 dd 100 mg dan setelah TIA 1 dd 40-100 mg dengan
loading dose dari 100 mg.
Pada overdosis gejala yang mungkin terjadi hiperventilasi, demam, gelisah, ketosis,
alkalosis pernapasan dan asidosis metabolik. Depresi SSP dapat menyebabkan koma, kolaps
CV dan gagal pernafasan. Pada anak-anak, mengantuk dan asidosis metabolik sering terjadi
disertai hipoglikemia bisa berat.
Administrasi sebaiknya digunakan bersama makanan. Durasi: 4-6 jam. Penyerapan: oral
cepat dan lengkap terutama di bagian pertama duodenum, namun karena bersifat asam,
sebagian zat diserap pula di lambung, BA lebih rendah akibat FPE dan hidrolisa selama
resorpsi; rectal kurang dapat diandalkan, lambat dan tidak menentu sehingga dosisnya perlu
digandakan, topical diserap melalui kulit. Puncak konsentrasi plasma setelah 1-2 jam.
Distribusi: Tersebar luas, melintasi plasenta dan memasuki ASI. Pengikatan protein: 80-90%.
Metabolisme: hati, dikonversi menjadi metabolitnya asam salisilat yang memiliki sifat
analgesic lebih ringan. Ekskresi: Via urin dengan filtrasi glomerular, sekresi tubular aktif
reabsorpsi tubular pasif (sebagai obat tidak berubah); 15-20 menit (plasma t1/2-nya).
Kontraindikasi. hipersensitivitas (serangan asma, urtikaria angioedema, atau rhinitis),
ulserasi peptikum, kehamilan (3rd trimester), pasien dengan hemofilia atau gangguan
engan lesi mukosa lambung, asma atau gangguan alergi, pasien mengalami dehidrasi,
hipertensi yang tidak terkontrol, gangguan fungsi ginjal atau hati, lansia.
Efek samping berupa gangguan traktus gastrointestinal, perdarahan waktu lama, rhinitis,
urtikaria dan ketidaknyamanan epigastrium, angioedema, salicylism, tinnitus; bronkospasme.
Efek yang berpotensi fatal: lambung erosi, ulserasi dan pendarahan, kadang-kadang
penyumbatan saluran napas pada asma, hepatotoksisitas, depresi SSP yang dapat
menyebabkan koma, kolaps CV dan kegagalan respirasi, bronkospasme paroksismal dan
dispnea. Anak-anak kecil yang menderita cacar air atau flu/selesma sebaiknya jangan
diberikan aspirin (melainkan paracetamol) karena beresiko Reye's syndrome yang berbahaya.
Sindroma ini bercirikan muntah hebat, termangu-mangu, gangguan pernapasan, konvulsi
adakalanya koma.
Interaksi dengan alkohol, kortikosteroid, antalgin, fenilbutazon dan oxyphenbutazone
dapat meningkatkan risiko ulserasi GI tract. Aspirin meningkatkan kadar fenitoin.
Menurunkan efek uricosurics dari probenesid dan sulfinpirazon serta diuretika furosemida
dan spironolactone. Kerja analgesiknya diperkuat dengan kodein dan d-propoksifen. Interaksi
yang berpotensi fatal: mempotensiasi efek antikoagulan, metotreksat dan hypoglycaemics
oral

Anda mungkin juga menyukai