Anda di halaman 1dari 9

Hiperglikemia berarti terlalu banyak glukosa yang beredar dalam darah, dengan

kata lain bisa kita sebut dengan gula darah tinggi. Ketika glukosa darah terus
menerus tinggi, maka seseorang bisa didiagnosis dengan diabetes melitus atau
kencing manis. Tanpa pengobatan, diabetes dapat merusak organ termasuk
ginjal, mata dan saraf. Adanya gula dalam darah kita, itu berasal dari makanan
(karbohidrat) yang dicerna oleh sistem pencernaan kita. Sistem pencernaan
memecah karbohidrat menjadi glukosa (gula sederhana). Gula sederhana ini
kemudian diangkut ke setiap sel melalui aliran darah. Ketika ada banyak gula
dalam darah, pankreas mengeluarkan hormon insulin, yang memungkinkan
glukosa untuk bergerak masuk ke dalam sel. Setelah berada di dalam sel,
glukosa merubakan bahan bakar bersama dengan oksigen untuk menghasilkan
energi. Umumnya, kadar glukosa darah diatur sangat ketat oleh insulin sesuai
dengan kebiasaan makan seseorang dan tingkat aktivitas. Lebih lanjut silahkan
baca: Pengaturan Gula Darah Hiperglikemia berarti terlalu banyak glukosa yang
beredar dalam darah sehingga kalau diukur gula darah begitu tinggi, yaitu
diatas normal (Normal = 60-110 mg/dL) ini berkebalikan dengan hipoglikemia.
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kadar gula darah tinggi adalah
diabetes melitus yang dapat disebabkan oleh sindrom Cushing dan penyakit hati
(lebih lanjut dijelaskan kemudian). Tanpa pengobatan, diabetes dapat merusak
organ-organ dalam tubuh, termasuk ginjal, mata dan saraf. Ini juga merupakan
faktor risiko penting terjadinya penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh
darah lainnya. Penyebab Gula Darah Tinggi Hiperglikemia yang terjadi terus
menerus bisa menjadi penyakit kencing manis atau diabetes melitus, ada
beberapa jenis yaitu: Diabetes tipe 1 karena kurangnya insulin Diabetes tipe 2
malasah kombinasi, insulin tidak bekerja dengan benar dan/atau produksi
insulin yang tidak mencukupi Gestational diabetes Diabetes yang terjadi
selama kehamilan. Lebih lanjut silahkan baca: Jenis-Jenis Diabetes Penyebab
Hiperglikemia (dan diabetes): Ada beberapa kondisi dan obat yang dapat
menyebabkan hiperglikemia (dan diabetes). Ini termasuk: Sindrom Cushing
gangguan hormonal yang ditandai dengan tingginya kadar hormon steroid yang
bertindak seperti kortisol, yang biasanya diproduksi oleh kelenjar adrenal. Bisa
terjadi karena tumor hipofisis dan kelenjar adrenal, tumor tertentu di daerah lain
dari tubuh, dan terapi obat steroid. Pankreatitis pankreas adalah organ
pembuat hormon insulin. Pankreatitis adalah peradangan pada pankreas, yang
dapat berupa akut atau kronis. Pecandu alkohol adalah salah satu kelompok
berisiko mengalami pankreatitis. Akromegali sekresi hormon pertumbuhan
yang berlebihan Obat-obat tertentu termasuk beberapa diuretik (obat yang
menghilangkan air dari tubuh) dan steroid Penyakit hati seperti sirosis hati.
Gejala Hiperglikemia Gejala-gejala gula darah tinggi atau hiperglikemia
(diabetes) meliputi: Haus berlebihan Sering buang air kecil Kelelahan Penurunan
berat badan tanpa sebab yang jelas Masalah penglihatan, seperti kabur
Peningkatan kerentanan terhadap infeksi seperti sariawan. Baca juga: Gejala
Awal Diabetes Diagnosis Hiperglikemia Selain dari gejala yang telah disebutkan
di atas, seseorang bisa mengetahui kadar gula darah tinggi atau hiperglikemia

dengan cara melakukan pemeriksaan, yaitu tes gula darah (puasa, sewaktu,
atau 2 jam setelah makan) dan HbA1C. Kadar gula darah normal adalah antara
60-110 mg / dL (nilai normal dapat bervariasi dari laboratorium ke laboratorium)
di atas itu berarti hiperglikemia. Jika hasil pemeriksaan Anda menunjukkan gula
darah puasa antara 110 dan 125 mg / dl, maka Anda didiagnosis sebagai
gangguan toleransi glukosa. Ini merupakan faktor risiko yang kuat untuk
terjadinya diabetes melitus (tipe 2). Dengan diet yang baik dan olahraga, Anda
dapat memperlambat perkembangan diabetes tipe 2. Jika Anda memiliki gula
darah puasa lebih tinggi dari 126 mg/dl, maka kemungkinan
didiagnosis sebagai diabetes. Jika dua kali pemeriksaan gula darah sewaktu
didapatkan lebih tinggi dari 200mg/dl, maka Anda didiagnosis sebagai diabetes.
Anda mungkin dianjurkan untuk melakukan tes toleransi glukosa oral (OGTT)
dengan cara minum larutan gula, setelah dua jam dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan Hemoglobin A1C (juga disebut hemoglobin glycosolated), dapat
menggambarkan kadar gula darah selama 90 hari terakhir. Hal ini sangat
berguna untuk pengontrolan terhadap terapi pada pasien diabetes melitus.
Pengobatan Gula Darah Tinggi Pengobatan akan bervariasi tergantung pada
jenis diabetes dan seberapa tinggi kadar gula darah nya. Misalnya, diabetes tipe
2 sering dapat dikelola dengan diet saja, atau mungkin tablet oral
antidiabetes. Diabetes tipe 1 membutuhkan suntikan insulin reguler. Gestational
diabetes biasanya sembuh segera setelah melahirkan ketika hormon-hormon
kehamilan tidak lagi hadir dalam tubuh ibu.
Bersumber dari: Hiperglikemia Gula Darah Tinggi | Mediskus.com

TERAPI KOMBINASI ANTIDIABETIKA ORAL (METFORMIN DAN


GLIBENKLAMID) UNTUK DIABETES MELITUS TIPE 2
Posted on December 21, 2007 | Leave a comment
TERAPI KOMBINASI ANTIDIABETIKA ORAL (METFORMIN DAN
GLIBENKLAMID) UNTUK DIABETES MELITUS TIPE 2
BERTHA MELLINA
078115045
PENDAHULUAN
Diabetes melitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan kronis
yang khususnya menyangkut metabolisme karbohidrat (glukosa) di dalam
tubuh. Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi
memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa lemak.Akibatnya
ialah glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya diekskresikan
lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena itu produksi kemih sangat

meningkat dan pasien harus sering kencing (poliuria), merasa amat haus
(polidipsia), berat badan menurun dan berasa lelah. Di Indonesia, penderita
diabetes diperkirakan 3 juta orang atau 1,5% dari 200 juta penduduk.
Ada dua jenis tipe diabetes, yakni diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe
2.
a. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 biasa disebut dengan IDDM (Insulin Dependent Diabetes
Melitus).
Gambaran Klinis : saat datang pasien umumnya kurus dan memiliki gejala-gejala
poliuria, polidipsia, penurunan berat badan, cepat lelah, dan terdapat infeksi (abses,
infeksi jamur, misalnya kandidiasis). Terapi untuk pasien yang menderita diabetes
melitus tipe 1 lazimnya memerlukan insulin dan tidak dianjurkan minum
antidiabetika oral.
b. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 biasa disebut dengan NIDDM (Non-Insulin Dependent
Diabetes Melitus).
Gambaran klinis : 80% kelebihan berat badan; 20% datang dengan komplikasi
(penyakit jantung iskemik, gagal ginjal, ulkus pada kaki). Pasien dapat juga datang
dengan poliuria dan polidipsia yang timbul perlahan-lahan. Pasien yang
menderita diabetes melitus tipe 2 tidak tergantung dari insulin dan dapat diobati
dengan antidibetika oral. Tipe NIDDM lazimnya mulai di atas 40 tahun dengan
insidensi lebih besar pada orang gemuk dan pada usia lanjut.
Dalam artikel ini akan dibahas mengenai sasaran, tujuan, dan strategi terapi serta
obat antidiabetika oral kombinasi metformin dan glinbenklamid untuk penderita
diabetes melitus tipe 2.
SASARAN TERAPI
Sasaran terapi untuk diabetes melitus tipe 2 adalah kadar glukosa darah,
komplikasi, dan pola hidup penderita diabetes melitus tipe 2. Terapi harus
meminimalkan gejala dan menghindari komplikasi, dan memungkinkan pasien
untuk hidup normal.
TUJUAN TERAPI
Tujuan terapi jangka pendek untuk penderita diabetes melitus tipe 2 adalah untuk
mengurangi tanda dan gejala yang muncul, seperti poliuria (banyak buang air
kecil), polidipsia (banyak minum), dan polifagia (banyak makan) dan untuk
menormalkan kadar glukosa darah. Kira-kira 80% dari semua pasien tipe-2 adalah
terlalu gemuk dengan kadar gula tinggi sampai 17-22 mmol/l, sehingga kadar gula
darah perlu dikontrol dengan nilai normal (4-7 mmol/l).
Tujuan terapi jangka panjang adalah memperlambat laju perkembangan komplikasi
mikrovaskular dan makrovaskular. Komplikasi mikrovaskular seperti retinopati

(penyakit mata), neuropati (kerusakan pada saraf), nefropati (kerusakan ginjal).


Komplikasi makrovaskular adalah seperti penyakit kaki, keadaan ini merupakan
akibat penyakit pembuluh darah perifer (kaki yang dingin dan nyeri), dan
peningkatan kecenderungan untuk terinfeksi, sehingga terbentuk ulkus, gangren
dan kaki charcot (kaki hangat/panas dengan kerusakan sendi).
Untuk mencapai kedua tujuan ini adalah sangat penting mengusahakan regulasi
yang optimal. Regulasi yang optimal dimaksudkan bahwa sepanjang hari kadar gula
darah pada penderita diabetes sangat berfluktuasi, sehingga hendaknya kadar gula
darah dikendalikan dengan nilai normal (4-7 mmol/l). Kontrol glikemik yang baik
menghambat timbul dan berkembangnya semua penyakit mikrovaskular, penyakit
makrovaskular jarang terjadi pada pasien yang tekanan darahnya dapat terkontrol
dengan baik (<140/90 mmHg).
STRATEGI TERAPI
Nonfarmakologis
Strategi terapi nonfarmakologis untuk diabetes melitus tipe 2 adalah dengan diet,
gerak badan, dan mengubah pola hidup (misalnya dengan berhenti merokok, bagi
penderita yang merokok). Diet dilakukan terlebih pada pasien yang kelebihan berat
badan. Makanan juga dipilih secara bijaksana, terutama pembatasan lemak total
dan lemak jenuh untuk mencapai normalitas kadar glukosa darah, dan juga hindari
makan makanan yang banyak mengandung gula berlebih. Gerak badan secara
teratur dapat dilakukan, yaitu seperti jalan kaki, bersepeda, atau olahraga. Berhenti
untuk tidak merokok, karena nikotin dapat mempengaruhi secara buruk penyerapan
glukosa oleh sel.
Farmakologis
Pada saat ini terdapat 5 macam kelas obat hipoglikemik oral untuk pengobatan DM
tipe II, yaitu sulfonilurea, biguanid, meglitinid, -glukosidase inhibitor, dan agonis
receptor (thiazolidin atau glitazon). Obat hipoglikemik oral diindikasikan untuk
pengobatan pasien DM tipe II yang tidak mampu diobati dengan melakukan diet
dan aktivitas fisik. Biguanid dan thiazolidinedion dikategorikan sebagai sensitizer
insulin, dengan cara menurunkan resistensi insulin. Sulfonilurea dan meglitinid
dikategorikan sebagai insulin secretagogueskarena kemampuannya merangsang
pelepasan insulin endogen.
Contoh :
Sulfonilurea : sulfonilurea generasi pertama (acetohexamid, clorproramid,
tolbutamid, talazamid) dan generasi kedua (glimepirid, gilipizie, dan glibenklamid)
Meglitinid : nateglinid, repaglinid
Biguanid : metformin
Thiazolidinedion : pioglitazon dan resiglitazon
Alfa glukosidase inhibitor : acarbose dan miglitol.

Sulfonilurea dan biguanid tersedia paling lama dan secara tradisional merupakan
pilihan pengobatan awal untuk diabetes tipe 2.
OBAT PILIHAN
Antidiabetika Oral Kombinasi Metformin dan Glibenklamid
Kombinasi ini sangat cocok digunakan untuk penderita diabetes melitus tipe 2 pada
pasien yang hiperglikemianya tidak bisa dikontrol dengan single terapi (metformin
atau glibenklamid saja), diet, dan olahraga. Di samping itu, kombinasi ini saling
memperkuat kerja masing-masing obat, sehingga regulasi gula darah dapat
terkontrol dengan lebih baik. Kombinasi ini memiliki efek samping yang lebih
sedikit, apabila dibandingkan dengan efek samping apabila menggunakan
monoterapi (metformin atau glibenklamid saja). Metformin dapat menekan potensi
glibenklamid dalam menaikkan berat badan pada pasien diabetes melitus tipe 2,
sehingga cocok untuk pasien diabetes melitus tipe 2 yang mengalami kelebihan
berat badan (80% dari semua pasien diabetes melitus tipe 2 adalah terlalu gemuk
dengan kadar gula tinggi sampai 17-22 mmol/l).
Nama Generik :
Metformin Hidroklorida
Indikasi : menekan nafsu makan, tidak meningkatkan berat badan, indikasi lain
penggunaannya dalam kombinasi dengan sulfonilurea adalah untuk pasien diabetes
melitus tipe 2 dengan hasil yang tidak memadai hanya dengan pemberian terapi
sulfonilurea.
Dosis : 3 kali sehari 500 mg, atau 2 kali sehari 850 mg, diminum yang diberikan
pada waktu makan. Bila perlu dosis dinaikkan dalam waktu 2 minggu sampai
maksimal 3 kali sehari 1g.
Efek Samping : agak sering tejadi dan berupa gangguan lambung-usus, antara lain
anorexia (kehilangan nafsu makan), mual, muntah, keluhan abdominal, diare
terutama pada dosis di atas 1,5 g/hari. Efek tersebut berhubungan dengan dosis
dan cenderung terjadi pada awal terapi dan bersifat sementara.
Kontraindikasi : kontraindikasi pada pasien yang menderita penyakit ginjal,
alkoholisme, penyakit hati.
Perhatian : Berhubung kekurangan data mengenai keamanannya, maka metformin
tidak dianjurkan selama kehamilan dan laktasi. Sebagai gantinya selalu disuntik
dengan insulin.
Glibenklamid
Indikasi : digunakan untuk diabetes melitus tipe 2 dimana kadar gula darah tidak
dapat dikontrol hanya dengan diet saja.
Dosis : dosis awal 2,5 mg per hari atau kurang, rata-rata dosis pemeliharaan adalah
5-10 mg/hari, dapat diberikan sebagai dosis tunggal. Tidak dianjurkan memberikan
dosis pemeliharaan lebih dari 20mg/hari.

Efek samping : hipoglikemia yang dapat terjadi secara terselubung dan adakalanya
tanpa gejala yang khas, agak terjadi gangguan lambung-usus (mual, muntah,
diare), sakit kepala, pusing, merasa tidak enak di mulut, gangguan kulit alergis.
Kontraindikasi : pasien usia lanjut, gangguan hati dan ginjal, wanita hamil dan
menyusui.
Peringatan : dapat menimbulkan kenaikkan berat badan atau hipoglikemia.
Nama dagang di Indonesia :
Glucovance

dari Merck

Bentuk Sediaan :
tablet (film coated)
Komposisi :
per tab 1,25mg/250mg mengandung glibenklamid 1,25 mg, metformin HCl 250 mg.
per tab 2,5mg/500mg mengandung glibenklamid 2,5 mg, metformin HCl 500 mg.
per tab 5mg/500mg mengandung glibenklamid 5 mg, metformin HCl 500 mg.
Indikasi : terapi tahap kedua untuk diabetes melitus tipe 2 yang tidak dapat
dikontrol dengan diet, olahraga, dan sulfonilurea atau metformin.
Kontraindikasi : gangguan fungsi ginjal, penyakit jantung kongestif, hipersensitif
terhadap metformin HCl atau glibenklamid atau sulfonilurea lain, asidosis metabolik
akut atau kronik, gangguan fungsi hati, intoksikasi akut alkohol, alkoholisme,
porfiria, laktasi.
Dosis awal : 1,25 mg/250 mg 1-2 kali per hari atau 2,5 mg/500 mg dua kali sehari
bersama makanan
Efek Samping : infeksi saluran nafas atas, diare, sakit kepala, mual, muntah, sakit
perut, pusing.
Resiko khusus : pregnancy risk factor B, tidak boleh digunakan pada wanita hamil
dan menyusui.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Informasi Obat Nasional Indonesia 2000, 263-269, Departemen
Kesehatan RI: Jakarta.
Anonim, 2005, AHFS Drug Information, 3065-3068, American Society of Health
System Pharmacist Inc., USA.
Anonim, 2006, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, 255, Penerbit PT Infomaster:
Jakarta.
Katzung, B.G, 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 8, buku 2, 693-705, Penerbit
Salemba Medika : Jakarta.

Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L., 2006, Drug Information
Handbook, 14th Edition, 742-743, AphA, Lexi-Comp Inc, Hudson, Ohio.
Neal, M.J, 2006, At Glance Farmakologi Medis, ed.5, 78-79, Penerbit Erlangga:
Jakarta.
Tjay, T.H, Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting, ed. 5, 693-712, Penerbit PT Elex
Media Komputindo: Jakarta.
Di bedakan menjadi 2 tipe, yaitu:
A. Diabetes Melitus Tipe 1
Definisi: kondisi dimana sel pankreas tidak menghasilkan insulin,predileksi usia
muda < 30 tahun
Terapi : Injeksi Insulin
Resep :

R/ Insulin regular injeksi 100 IU


Cum spuit insulin injeksi
imm
v:shapes="Straight_x0020_Connector_x0020_25" width="206" />
th)

Pro. Nn. I (20

Mekanisme kerja : mengatur kadar glukosa dengan target utama hepar, otot, dan
jaringan adipose

B. Diabetes Melitus Tipe 2


Definisi : kondisi dimana terjadi resistensi insulin. Hasil laboratorium GDS 20
mg/dl atau GDP 126 mg/dl
Pilihan obat :
1.

First choice : gol. sulfenilurea (glibenklamid, klorpropamid)

2.

Gol. Biguanid (Metformin)

3.

Tiazolidindion (pioglitazon, rasiglitazon)

4.

Glinid (repoglinid, hateglinid); berfungsi meningkatkan sekresi insulin

5.

Glukosidase dan inhibitor : acarbose berfungsi menghambat absorbsi glukosa

Resep :

R/Glibenklamid tab mg 5 No. XIV


S 3 dd tab I h.a.c.
v:shapes="Straight_x0020_Connector_x0020_23" width="206" />

Pro. Ny. I (45 th)

Dievaluasi 2 minggu setelah pemberian, bila tidak ada perbaikanmaka ditambah


obat golongan biguanid.
R/ Metformin tab mg 500 No. XXI
S 3 dd tab I d.c.
v:shapes="Straight_x0020_Connector_x0020_21" width="206" />

Pro. Ny. I (45 th)

a. Glibenklamid

Golongan Sulfonilurea (insulin sekretorik)

Sediaan : 5 mg

Dosis : awal 2,5-5 mg ditingkatkan perlahan tidak lebih dari2,5 dgn interval
1 minggu, maksimal : 20 mg/hari

Nama paten antara lain: glukonic, glyamid, libronil, tiabet

Mekanisme : merangsang sekresi insulin dari granul sel beta langerhans

Terapi efektif :diberikan 30 menit sebelum makan.


h.a.cdimaksudkan untuk mencegah hipoglikemi dan mempercepat absorbsi karena
makanan dapat menyebabkan menurunnya absorbsi

Metabolisme di hepar dan di ekskresi melalui ginjal

Efek samping : gangguan saluran cerna dan alergi kulit

Kontraindikasi : DM juvenile; DM gestasional dan keadaan gawat

Interaksi obat : meningkatkan risiko hipoglikemia oleh insulin, alkohol,


sulfonamide, kloramfenicol; dan efek hipoglikemia diturunkan dengan
diuretik (tiazid), kortikosteroid.
b. Metformin

Golongan Biguanid

Sediaan : 500 mg, 850 mg

Dosis : awal : 2 x 500 mg; maintenance : 3 x 500 mg; dosismaksimal :


2,5 - 3 gram/hari


Efektif diminum waktu makan untuk mengurangi efek sampingnya, yaitu
mual, muntah, diare, dan rasa tidak nyaman di perut

Nama Paten : gliformin, glikos, glucofor 500

Mekanisme : menurunkan produksi glukosa di hepar dan meningkatkan


sensitivitas jaringan otot dan adipose terhadap insulin

Metabolisme : absorbsi di intestinum dan ekskresi di urin utuh

Kontra indikasi : penyakit kardiovaskuler karena terjadi peningkatan asam


laktat dalam darah, penyakit ginjal,dll.

Anda mungkin juga menyukai